Anda di halaman 1dari 12

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Istilah nematoda berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
“nema” yang berarti berenang dan “ode” yang berarti seperti. Nematoda merupakan
hewan tripoplastik dan pseudoselomata (berongga tubuh semu). Nematoda
merupakan salah satu jenis organisme pengganggu tumbuhan (OPT) penting yang
menyerang berbagai jenis tanaman utama di Indonesia dan negara-negara tropis
lainnya. Mereka hidup di dalam air, baik air laut maupun air tawar, di dalam film
air, di dalam tanah, di dalam jaringan jasad hidup berair. Massa telur yang baru
terbentuk biasanya tidak berwarna dan berubah menjadi coklat setelah tua
(Mustika, 2006).
Nematoda betina dapat menghasilkan telur hingga 500 butir telur dalam satu
massa gelatinus (paket telur). Embrio nematoda berkembang menjadi juvenil
1 (J1) yang mengalami pergantian kulit pertama di dalam telur. Telur menetas
dan J1 mengalami perubahan menjadi juvenil 2 (J2) yang muncul pada suhu dan
kelembaban yang sesuai dan bergerak aktif di dalam tanah menuju akar yang
sedang tumbuh. Juvenil 2 masuk ke dalam akar dan merusak sel-sel akar dengan
stiletnya. Selanjutnya, di dalam akar J2 bergerak di antara sel-sel sampai tiba di
tempat dekat silinder pusat atau berada di daerah pertumbuhan akar samping.
Juvenil 2 akan hidup menetap pada sel-sel tersebut, mengalami pertumbuhan
dan pergantian kulit hingga menjadi juvenil 3 (J3) dan juvenil 4 (J4) yang
selanjutnya menjadi nematoda jantan atau betina dewasa (Kafif Andani, 2016).
Manfaat mempelajari pengenalan nematoda adalah pada tanaman budidaya
yang menyerang tanaman tidak hanya hama dan penyakit saja melainkan nematoda
juga yang berdampak parah pada serangan akar, sehingga dapat mengetahui cara
pengendalian yang tepat pada nematoda.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman dengan materi
Pengenalan Nematoda adalah sebagai berikut.
2

a. Agar mahasiswa mengenal dan mengetahui gejala serangan nematoda.


b. Agar mahasiswa mampu mengesrtraksi nematoda dari contoh tanah dan akar,
untuk kemudian mengidentifikasinya.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perbedaan Nematoda Jantan dan Betina

Gambar 1. Nematoda Jantan Gambar 2. Nematoda Betina


Sumber : docplayer.info Sumber : docplayer.info
Nematoda dapat menyebabkan tumor, bisul dan puru akar, puru akar betina
bentuknya membulat seperti buah alpukat, berwarna putih kekuningan, tubuh
memanjang antara 440-1300 μm dan lebar 325-700μm. Nematoda betina bersifat
menetap (sedentary) dalam akar dan mempunyai dua buah indung telur (ovarium).
Nematoda jantan dewasa memiliki ukuran panjang tubuh antara 887 hingga 1268
μm. Bentuk kepala tidak berlekuk dan memiliki stilet yang lebih panjang
dibandingkan dengan betinanya yakni 16 sampai 19 μm. Betina dewasa
memiliki ukuran panjang 430-740 μm. Stilet untuk menembus perakaran
mempunyai panjang 11,5-14,5 μm. Nematoda betina memiliki stilet lemah
melengkung ke arah dorsal dengan knob dan pangkal knob yang tampak jelas.
Terdapat pola jelas pada striae yang berada di sekitar vulva dan anus yang
disebut dengan pola perineal (perinneal pattern). Nematoda mempunyai
siklus hidup yang relatif sederhana, terdiri atas stadia telur, 4 stadia larva, dan stadia
dewasa. Setiap pergantian stadia selalu diawali dengan moulting atau pergantian
kulit (Sunarto, 2009).

2.2. Cara Nematoda Menyerang Akar Tanaman


Nematoda berada diarea perakaran tanaman sejak berbentuk telur, menetas
menjadi larva dan tumbuh menjadi nematoda dewasa. Mereka menyerang dengan
cara menusuk dinding sel akar dan batang, nematoda secara terus – menerus
bergerak dan menetap di area perakaran tanaman. Sambil bergerak, nematoda
4

menggigit dan menyuntikkan air ludah pada akar tanaman, aktifitas inilah yang
menyebabkan kerusakan sel pada tanaman. Gejala yang ditimbulkan akibat gigitan
nematoda ditandai dengan munculnya puru akar (gall), luka pada akar, ujung akar
rusak dan akar membusuk. Pembusukan akar terjadi apabila infeksi nematoda
disertai oleh jamur dan bakteri patogen. Kerusakan akar ini menyebabkan
pertumbuhan tanaman terhambat karena tanaman tidak dapat menyerap unsur hara
dari dalam tanah. Akibatnya tanaman mengalami defisiensi unsur hara yang
ditandai perubahan warna daun menjadi kekuningan, tanaman layu pada cuaca
kering dan panas. Hal ini menyebabkan produktifitas tanaman menurun, kualitas
hasil panane rendah. Bahkan pada jenis tanaman tertentu tanaman tidak mampu
menghasilkan buah sama sekali (Nuryani, 2006).

2.3. Teknik Ekstraksi Nematoda Menggunakan Corong Baermann


Teknik yang dilakukan dengan cara menggunakan metode corong baermann
yaitu dengan menggunakan gelas aqua yang dimodifikasi menyerupai cawan platik
dengan memotong bagian tengah aqua gelas menjadi dua bagian lalu bagian atas
ditutup dengan menggunakan kain kasa dan di lem menggunakan alteco agar kain
kasa tidak lepas, kemudian dibagian atas kain kasa diberi kertas penyaring, kapas
dan tanah/akar yang terinfeksi nematoda dan diberi air agar dapat mengetahui
nematoda yang menyerang tersebut (Andani, 2016).

2.4. Gejala Serangan Nematoda


Gejala yang diakibatkan dari nematoda yaitu a). Puru akar, gejala ini tampak
apabila tanaman terserang nematoda puru akar, yaitu Meloidogyne spp.,
Naccobus, dan Ditylenhus radicicola; b). Busuk akar/umbi, gejala busuk akar
terjadi apabila luka pada akar akibat gigitan/tusukan nematoda terinfeksi organisme
lain, yaitu jamur atau bakteri pathogen; c). Nekrosis pada permukaan akar,
nematoda yang menyerang akar dari luar akan menyebabkan matinya sel-sel
dipermukaan jaringan, keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan
warna pada bagian tersebut; d). Luka pada akar, ini merupakan gejala yang terjadi
akibat tusukan/gigitan nematoda pada akar yang menyebabkan luka berukuran kecil
sampai sedang; e). Percabangan akar yang berlebihan (excessive root branching),
5

selain menyebabkan luka, serangan nematoda juga kadang-kadang memacu


terbentuknya akar-akar kecil disekitar ujung akar; f). Ujung akar mati, akibat
serangan nematoda pertumbuhan ujung akar terhenti, dan pertumbuhan cabang-
cabang akar juga terhenti (Misram, 2015).

2.5. Teknik Pengendalian Nematoda


Nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne spp merupakan salah satu patogen
penting pada berbagai tanaman hortikultura dan beberapa tanaman pangan di
Indonesia. Penggunaan pestisida kimia sintetis untuk mengendalikan Meloidogyne
spp. dan patogen lain di kalangan petani sering melebihi batas pemakaian normal.
Menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan, penggunaan pestisida kimia
sintetis dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada petani, meninggalkan residu
kimia yang berbahaya bagi konsumen, dan menurunkan jumlah mikroba dan mikro
fauna yang berperan penting dalam pertanian berkelanjutan. Masalah tersebut dapat
ditekan tingkat kejadiannya dengan mengurangi penggunaan pestisida kimia
sintetis. Terdapat banyak pilihan cara untuk mengendalikan NPA tanpa
menggunakan pestisida kimia sintetis, yaitu dengan pola tanam polikultur,
memanfaatkan tanaman antagonis, teknik biofumigan, penggunaan ekstrak nabati
(pestisida nabati), penggenangan sawah, aplikasi agens antagonis, dan aplikasi
metabolit sekunder dari mikroba (Rika, 2009).

2.6. Hubungan Nematoda Dengan Patogen Lain dan Pengaruhya


6

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Teknologi Dasar Perlindungan Tanaman dengan materi Pengenalan
Ordo Serangga Predator dan Parasitoid dilaksanakan pada hari Jumat, 22 November
2019 pukul 09.30 – 11.10 WIB. Bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan pada Praktikum Teknologi Dasar Perlindungan
Tanaman dengan materi Pengenalan Nematoda yaitu akar yang terserang nematoda
dan tanah yang terinfeksi nematode. Sedangkan alat yang digunakan yaitu Aqua
gelas, kain kasa, plastisin, kertas saring, kapas, lem alteco.

3.3. Cara Kerja


Cara kerja dalam praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman dengan
materi Pengenalan Nematoda adalah sebagai berikut.
3.3.1. Ekstraksi Nematoda Dari Contoh Tanah
a. Mengambil alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Memebersihkan tanah yang akan di ekstraksi dari kotoran potongan akar atau
kerikil.
c. Mengambil contoh tanah sebanyak 15 gram dan diletakkan didalam cawan B
yang telah diberi alas kertas saring dan lapisan kapas.
d. Menuangkan aquades sehingga membasahi tanah dalam cawan B.
e. Menyimpan ekstraksi cawan pada tempat yang gelap selama 1x 24 jam.
f. Mengangkat cawan B dengan hati-hati dan mengamati suspensi nematoda
dalam cawan A dengan menggunakan mikroskop.
3.3.2. Ekstraksi Nematoda Dari Contoh Tanaman
a. Menyiapkan alat dan bahan .
b. Mengambil seluruh akar atau bagian akar tanaman contoh yang akan
diekstraksi nematodanya.
7

c. Membersihkan, setelah itu akar tersebut diletakkan diatas kertas merang atau
kertas tissue dan selanjutnya ditimbang 10 gram.memotong bagian akar dengan
panjang 1 cm.
d. Masukkan akar ke dalam cawan ekstraksi yang telah berisi aquades sampai
terendam dan menyimpan ditempat gelap selama 24 jam. Mengamati suspense
nematoda dalam cawan A dengan mikroskop.
8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel Hasil Pengamatan Nematoda
No. Bahan Yang Diamati Ciri Tanaman Yang Gambar
Diserang
1. Tanah Tanaman Luka pada akar, ujung
Pepaya (Carica akar rusak, tanaman
papaya) mengalami klorosis,
layu, batang dan daun
mengerut.

2. Akar Tanaman Luka pada akar, ujung


Pepaya (Carica akar rusak, tanaman
papaya) mengalami klorosis,
layu, batang dan daun
mengerut.

4.2. Pembahasan
4.2.1. Nematoda Pada Tanah Yang Terinfeksi

Gambar 3. Nematoda Jantan


(Meloidogyne spp)
Sumber : Dok. Pribadi
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
9

Ordo : Thylenchida
Famili : Meloidogynidae
Genus : Meloidogyne
Spesies : Meloidogyne spp.
Meloidogyne spp. melakukan siklus hidupnya mulai dari telur hingga masa
dewasa. Meloidogyne spp. dimulai dari fase telur, fase telur ini mengalami
pergantian kulit jadi juvenile I. Setelah itu, lelur menetas, ganti kulit kedua jadi
memasuki fase juvenile II. Kemudian bekembang anti kulit ketiga lagi masuk ke
fase juvenile III, tumbuh masuk fase juvenile IV setelah ganti kulit keempat. Dari
fase juvenile IV memasuki fase dewasa jantan dan betina. Meloidogyne spp. jantan
dan betina dewasa kemudian membengkak tubuhnya sehingga aktivitas geraknya
terbatasi, betina akan mengandung telu ryang jumlahnya banyak,ukuran tubuh
betina akan tetap membengkak terus, tetapi jantan dewasa akan kembali ke ukuran
ramping semula lagi.
Pada nematoda jantan mempunyai ciri-ciri berbentuk seperti cacing, hidup
bebas di dalam tanah, mempunyai panjang 1-2 mm, Meloidogyne jantan akan
membentuk lingkaran bila mati. Nematoda ini memiliki stilet yang kuat, ekornya
pendek stengah melingkar. Nematoda bergerak lambat di dalam tanah dengan
ekor pendek dan membulat pada bagian posterior terpilin.

4.2.2. Nematoda Pada Akar Yang Terinfeksi

Gambar 2. Nematoda Betina


(Meloidogyne spp)
Sumber : Dok. Pribadi
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
10

Kelas : Secernentea
Ordo : Thylenchida
Famili : Meloidogynidae
Genus : Meloidogyne
Spesies : Meloidogyne spp.
Umumnya siklus hidup nemtoda parasit terdiri dari 6 tahapan, yaitu telur,
juvenile 1 sampai juvenile IV, dan nematoda dewasa. Lama setiap tahapan dari
siklus hidup nematoda berbeda antar spesies satu dengan spesies lainnya, serta
dipengaruhi oleh faktor suhu, kelembapan dan jenis tanaman inangnya. Nematoda
yang berada pada kondisi menguntungkan, seperti di daerah tropis, akan memiliki
siklus hidup yang relatif singkat dan bisa menghasilkan beberapa generasi per
musim. Siklus hidup nematoda puru akar umumnya sekitar 14 hari. Satu daur hidup
telur sampai telur generasi berikutnya dapat diselesaikan dalam waktu 2-4 minggu
pada kondisi lingkungan optimum, khususnya suhu, tetapi akan berlangsung lebih
lama pada suhu yang lebih dingin. Stadia telur berlangsung selama 5 hari, telur
disimpan di dalam kantung telur nematoda betina yang didalamnya terdapat matriks
gelatin.
Nematoda betina menambatkan diri pada jaringan akar dan inangnya, tubuh
menggelembung berdiameter 0,5-0,7 mm, dan lehernya yang slindris. Vulva
berbentuk subterminal dekat dengan anus, dan memiliki kepala lembek serta lubang
ekresinya terletak agak anterior sampai pada klep median bulbus.
11

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Pada akar tanaman yang terserang menjadi bisul bulat atau memanjang dengan
besar bervariasi. Di dalam bisul ini terdapat nematoda betina, telur dan juvenil.
Bisul akar yang membusuk akan membebaskan nematoda dan telurnya ke dalam
tanah kemudian masuk ke dalam akar tanaman lain. Ukuran dan bentuk puru
tergantung pada spesies, jumlah nematoda di dalam jaringan, inang dan umur
tanaman. Tanaman mudah layu, khususnya dalam keadaan kering dan tanaman
sering menjadi kerdil.
Pembuatan ekstraksi nematoda menggunakan modifikasi corong Baermann,
dengan menggunakan gelas plastik yang kemudian penyaringan dengan
menggunakan kapas dan kain kasa. Pembuatan pertama yaitu sampel akar yang
terserang nematoda dan tanah yang terserang nematoda. Pada bagian tanaman
jaringan tumbuhan dibersihkan dari tanah dan dipotong- potong menjadi bagian
yang kecil 5-10 cm. Potongan bagian tumbuhan ini kemudian ditempatkan ke dalam
wadah yang dapat tertutup rapat. Menambahkan air hingga menutup bagian dari
tumbuhan tersebut, kemudian menginkubasikan ke dalam suhu kamar. Nematoda
endoparasitik yang bepindah akan meninggalkan akar dan dapat dikumpulkan
menggunakan saringan kecil. Membungkus 100 gr tahan ke dalam kertas tisu atau
kain dan tempatkan di atas kasa plastik kasar di dalam corong yang dihubungkan
dengan pipa karet yang diberi penjepit. Menuang air secara perlaha sampai pada
permukaan tanah bagian bawah. Setelah 24 jam penjepit dibuka secara perlahan dan
hati-hati untuk mengumpulkan kecil cairan dari corong ke gelas piala kecil. Cairan
tersebut mengandung Nematoda yang dapat beregerak ke luar dari tanah dan
tenggelam ke dasar corong.

5.2. Saran
Pada praktikum yang akan datang diharapkan agar berjalan lebih efisien lagi,
lebih teratur, dan lebih terarah. Demikian juga untuk waktu praktikumnya semoga
lebih tepat waktu.
12

DAFTAR PUSTAKA

A. Widjaja W. Hadisoeganda. 2006. Nematoda Sista Kentang : Kerugian, Deteksi,


Biogeografi, dan Pengendalian Nematoda Terpadu. Balai Penelitian
Tanaman Sayuran. Bandung.

Ika Mustika, Yang Nuryani. 2006. Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Pada
Tanaman Nilam. Jurnal Litbang Pertanian. Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat. Vol. 25. No. 1. Hal. 7-15. (http://pustaka.litbang.
pertanian.go.id). (Diakses pada tanggal 21 April 2018).

Ika Mustika. 2005. Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman
Perkebunan di Indonesia. Jurnal Litbang Pernanian. Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat. Vol. 4. No. 1. Hal 20-32.
(http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id). (Diakses pada tanggal 21 April
2018).

Kafif Andani, Hagus Tarno, Bambang Tri Rahardjo. 2016. Pengaruh Minyak Biji
Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) Terhadap Nematoda Puru Akar
(Meloidogyne spp.). Jurnal HPT Vol. 4 No. 2. Hal 77-84.
(urnalhpt.ub.ac.id). (Diakses pada tanggal 20 April 2018).

Martoredjo, T, 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian Dari


Perlindungan Tanaman. Andi Offset. Yogyakarta.

Mirsam Hishar, Suparmana, Suastika gede, 2015. Identifikasi Nematoda Parasit


pada Tanaman Wortel di Dataran Tinggi Malino, Sulawesi Selatan
Berdasarkan pada Ciri Morfologi dan Morfometrik. Jurnal Fitopatologi
Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat. Vol 11 (3). Hal : 85-90.
(Diakses pada 21 April 2018).

Toto Sunarto, Luciana Djaja, Rika Meliansyah. 2009. Pengendalian Biologi


Nematoda Meloidogyne spp. Dengan Jamur Paecilomyces fumosoroseus
Dan Bakteri Pasteuria penetrans Serta Pengaruhnya Terhadap Tanaman
Buncis (Phaseolus vulgaris L.). Bionatura. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan
Fisik Vol. 11. No.1. Hal. 1-14. (http://repository.unpad.ac.id). (Diakses
pada tanggal 20 April 2018).

Triharso. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University


Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai