BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tanah yang ada di sekitar kita, di dalamnya terdapat berbagai
macam makhluk hidup. Kita ambil tanah kemudian kita pisahkan jasad
hidup dengan air, maka di antara jasad renik yang ada terdapat binatang
yang memanjang seperti cacing, itulah nematoda (Nugrohorini,2012).
Menurut Dropkin, nematoda (nama tersebut berasal dari kata
Yunani, yang artinya benang) berbentuk memanjang, seperti tabung,
kadang- kadang seperti kumparan, yang dapat bergerak seperti ular.
Mereka hidup di dalam air, baik air laut maupun air tawar, di dalam film
air, di dalam tanah, di dalam jaringan jasad hidup berair. Filum nematoda
merupakan kelompok besar kedua setelah serangga apabila didasarkan atas
keanekaragaman jenisnya. Nematoda telah dikenal sejak zaman purba
sebagai parasit pada manusia. Namun ketika mikroskop yang lebih baik
ditemukan dan para ahli hewan abad kesembilan belas mengeksplorasikan
makhluk hidup dalam lingkup yang luas, maka nematoda dilupakan.
Nematoda merupakan jenis cacing berbentuk silindris, tidak
bersegmen, memiliki rongga tubuh tripoblastik dan hidupnya bebas. Jenis
organisme yang memiliki sistem pencernaan sempurna dan terdapat cairan
tubuh yang berfungsi sebagai sistem peredaran darah. Nematoda parasit
tanaman merupakan organisme yang habitat aslinya adalah tanah, dan
sebagian besar menyerang tanaman bagian bawah tanah. Nematoda parasit
tanaman dapat menyebabkan kerusakan hampir mencapai 100 persen. Hal
ini akan menyebabkan tanaman puso dan petani gagal panen. Nematoda
yang menyebabkan kerusakan pada tanaman hampir semuanya hidup
didalam tanah, baik yang hidup bebas didalam tanah bagian luar akar dan
batang didalam tanah bahkan ada beberapa parasit yang hidupnya bersifat
menetap didalam akar dan batang (Astusi,2015).
Tumbuhan yang terinfeksi nematoda mengakibatkan munculnya
gejala pada akar dan juga pada bagian tumbuhan di atas permukaan tanah.
Gejala pada akar mungkin terlihat seperti puru akar (root knot atau root
gall), luka akar, akar bercabang lebih lebat, ujung akar rusak dan akar
2
C. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu dapat memahami dan
mempelajari bagaimana ekstraksi nematoda dari tanah dapat
memahami dan mempelajari pengamatan nematoda hasil ekstraksi
,dapat memahami dan mempelajari pengamatan bentuk mati
nematoda ,dapat memahami pembuatan preparat nematoda ,dapat
memahami pengamatan morfologi dan anatomi tubuh nematoda
,dapat memahami dan mempelajari gejala bengkak akar oleh
nematoda meloidogyne spp. pada tanaman tomat ,dapat memahami
ekstraksi nematoda patogen serangga ,dapat memahami pengamatan
morfologi nematoda patogen serangga
6
A. Nematoda
Nematoda adalah binatang yang bergerak aktif, lentur, dan
berbentuk seperti pipa, hidup pada permukaan yang lembab, pada tanah
tanaman tersebut. Nematoda tidak dapat memaksakan diri menembus
menembus tanah seperti yang dilakukan cacing tanah, tetapi harus
berbelok-belok melalui rongga-rongga tanah yang telah tersedia (Rahayu,
2012).
Nematoda memiliki kutikula tubuh yang transparan, mempunyai
mulut dan lubang ekskresi, alat reproduksi jantan dengan testis dan betina
denga ovarium. Nematoda dapat dijumpai di darat, air laut, air tawar, dari
daerah kutub hingga tropis. Hidupnya ada yang bebas, namun ada pula
yang bersifat parasit baik pada hewan maupun tumbuhan. Cacing ini tidak
memiliki jantung tetapi tubuhnya mengandung cairan semacam darah
yangdapat merembes ke bagiantubuh akibat kontraksi tubuh. Bentuk
tubuhnya gilig panjang dengan simetri bilateral. Tubuhnya tidak bersilia
dan tidak bersegmen (Lumowa, 2014).
Ekstraksi nematoda adalah suatu proses untuk memisahkan
nematoda dari habitat hidupnya, baik dari tanah maupun dari jaringan
tanaman sebelum dilakukan kejian lebih lanjut. Kajian lebih lanjut yang
dilakukan adalah antara lain identifikasi dan penghitungan populasi
nematoda. Ada beberapa metode yang digunakan dala melakukan ekstraksi
isolasi nematoda dari sampel tanah maupu jaringan tanaman. Teknik
ektaksi dari tanah yaitu teknik corong Baermann, metoda gabungan corong
baermann dengan saringan, teknik penyaringan dan sentrifugasi dan teknik
floatasi dan flokulasi. Teknik ekstraksi dari jaringan tanman yaitu teknik
inkubasi akar, teknik maserasi, dan teknik maserasi-flotasi sentrifus.
Pemilihan metode yang akan digunakan untuk ekstraksi isolasi nematoda
7
B. Meloidogyne spp.
Meloidogyne spp atau nematoda puru akar merupakan nematoda
yang menyerang tanaman pada bagian akar tanaman. Meloidogyne spp
menginfeksi tanaman dengan cara memasuki akar tanaman melalui bagian
epidermis kemudian menembus sel dan memasuki jaringan tanaman yang
terdapat persedian cairan tanaman yang cukup banyak, kemudian
nematoda menetap dan berkembang biak pada akar tanaman tersebut.
Nematoda puru akar atau Meloidogyne spp menimbulkan gejala pada
tanaman seperti terhambatnya pertumbuhan tanaman, menyebabkan luka
pada akar, sehingga akar busuk, pendek, mengering,kemudian timbul puru,
menyebabkan tanaman mudah layu serta membuat tanaman menjadi
klorosis (Nurjayadi, 2015).
Meloidogyne spp. memiliki siklus hidup yang terdiri atas 6 tahap
yaitu telur, 4 fase juvenil (J1-J4) dan dewasa yang berlangsung selama 2-4
minggu. Mula-mula betina berkembangbiak secara partenogenesis
menghasilkan telur. Telur tersebut diselimuti oleh matriks gelatin yang
terdiri atas glikoptotein. Telur ini awalnya lunak dan akan menjadi
kencang serta coklat seiring bertambahnya usia. Telur mengalami
embriogenesis dan molting menjadi juvenil tahap 1 (J1), selanjutnya telur
akan mengalami molting dan menetas menjadi juvenil tahap 2 (J2).
Penetasan telur menjadi J2 tergantung suhu dan kelembaban lingkungan.
Di dalam tanah J2 rentan dan perlu mencari host (inang) yakni akar
tanaman. J2 invasif menyerang ujung akar dan mulai mencari tempat
permanen yaitu pada sel protoxylem dan protofloem dengan cara
menginduksi sel-selnya untuk berdiferensiasi menjadi sel raksasa sehingga
akar akan membesar dan membentuk benjolan. Di bawah kondisi
menguntungkan, juvenil tahap 2 akan mengalami molting membentuk
juvenil tahap 3 (J3) dan setelah 14 hari akan membentuk juvenil tahap 4
10
(J4), dan akhrinya tahap dewasa. Tubuh jantan dan betina tahap dewasa
akan mengalami pembengkakan sehingga aktivitasnya akan terbatasi.
Ukuran tubuh betina dewasa akan tetap membengkak dan mengandung
telur dalam jumlah yang banyak, sedangkan jantan dewasa tubuhnya akan
kembali ramping seperti semula (Perry et al., 2009).
Gejala umum yang disebabkan oleh infeksi Meloidogyne spp.
adalah menguningnya daun di sekitar tajuk, tanaman menjadi kerdil,
pertumbuhan terhambat, layu pada siang hari meskipun air tersedia bagi
tanaman. Gejala terjadi akibat terhambatnya saluran pengangkut air dan
nutrisi. Selain gejala tersebut, infeksi nematoda juga menyebabkan gejala
di bawah permukaan tanah, yaitu pada akar tanaman. Tanaman yang
terinfeksi oleh Meloidogyne spp. menunjukkan gejala hipertropi dan
hiperplasia, yaitu membengkaknya jaringan akar tanaman. Jaringan akar
tanaman yang bengkak tersebut banyak dikenal sebagai puru. Puru
terbentuk karena terjadi pembelahan sel dan pembesaran sel secara
berlebihan pada jaringan perisikel tanaman (Itiqomah, 2015).
Tanaman yang terinfeksi oleh NPA akan terganggu sistem
perakarannya, bahkan pada intensitas yang tinggi dapat menyebabkan
disfungsi sistem perakaran secara total. Pembentukan akar baru pada
tanaman terserang hampir tidak terjadi. Infeksi NPA pada akar
menyebabkan terhambatnya penyerapan air dan unsur hara ke seluruh
bagian tanaman. Akar tanaman yang terinfeksi oleh NPA biasanya
memiliki ukuran kecil dan pendek dan hanya memiliki sedikit akar lateral
dan rambut-rambut akar, dan berpuru. Bentuk puru akibat infeksi
Meloidogyne spp. seperti manik-manik dan cenderung lebih kecil
dibandingkan dengan puru yang diakibatkan oleh spesies NPA yang lain.
Akibat kerusakan pada akar tersebut menyebabkan translokasi terhambat
sehingga warna daun menguning seperti gejala kekurangan hara dan
mudah layu (Itiqomah, 2015).
C. Nematoda entomopatogen
Nematoda entomopatogen adalah nematoda yang mampu
menginvasi serangga hama sehingga dapat dimanfaatkan sebagai agensia
11
C. Cara Kerja
1. Ekstraksi nematoda dari tanah
Cara pertama yang kita lakukan yaitu siapkan corong bearmen
yang sudah siap pakai, kemudian sediakan tanah yang telah diambil
dari daerah rizosfir yang dicurigai tanamannya tersebut terserang
nematoda sebanyak kurang lebih 500 g/1 kantong plastic, kemudian
corong baermann diisi dengan air dengan takaran setengah corong.
Kemudian tanah kita masukkan kedalam saringan yang telah dilapisa
tissue sebanyak 2 lapis sebanyak ¾ dari tinggi penyaring. Lalu,
penyaring tadi kita masukkan ke dalam corong, usahakan permukaan
air sama dengan permukaan tanah. Dengan perlakuan seperti itu, maka
nematoda akan keluar dan ketika sudah mencapai waktu 2 × 24 jam
nematoda akan turun dan berkumpul di bagian dasar selang karena
14
A. Hasil
Pelaksanaan Keterangan
Pelaksanaan Literatur
Criconomides spp.
Pelaksanaan Literatur
Kelompok 1 ,Angguina spp
(padaperakaran tanaman padi)
Sumber: (winarto et
al,.,2019)
Kelompok 3, Meloidogyne
spp.(pada perakaran terong)
Pelaksanaan Literatur
Sumber: (winarto et
scutellonema sp. al,.,2019)
Sumber: (winarto et
al., 2019)
trichodorus proximus.
19
Pelaksanaan Literatur
(Saputra, 2017)
Pelaksanaan Literatur
B. Pembahasan
yang tidak sehat seperti kerdil dan cenderung mudah layu pada hari-hari
panas. Sebagai contoh menurunnya laju fotosíntesis, pertumbuhan dan
juga produksi. Hal ini diduga bahwa nematoda ini mempengaruhi
fisiologi tanaman dengan mengganggu síntesis dan translokasi hormon
pertumbuhan yang diproduksi oleh akar. Apabila sistem perakaran
terserang respirasi pada tanaman meningkat, absorbsi oksigen lebih
cepat atau seimbang dengan tumbuhan yang sehat serta jaringan xilem
menjadi kerdil, sehingga pengambilan air dan nutrisi dari dalam tanah
terhambat, akibatnya terjadi kekurangan unsur hara maupun air. Gejala
akan tampak pada daun atau bagian lain dari pada tumbuhan.
Telur melodogyne yang berbentuk lonjong dengan ujung runcing
ketika dipecah sista atau masa telur terdapat banyak telur. Massa telur
yang baru terbentuk biasanya tidak berwarna dan berubah menjadi
coklat setelah tua. Nematoda betina dapat menghasilkan hingga 500
telur dalam massa gelatinus, selama hidupnya, nematoda betina akan
terus-menerus menghasilkan telur hingga mencapai 1000 telur.
Keberadaan nematoda akan merangsang sel-sel untuk membelah,
sehingga terbentuklah puru.
Larva T. molitor yang terparasit NEP mengalami penurunan
aktivitas pergerakan, cenderung diam pada akhirnya larva akan mati
dengan kulit berwarna coklat caramel. Perubahan warna pada kutikula
larva T. molitor pada setiap sampel tanah pertanaman menunjukkan
gejala yang sama yaitu warna coklat kehitaman Penelitian Afifah et al.
(2013) melaporkan bahwa seluruh larva yang terinfeksi NEP
menimbulkan gejala berwarna cokelat kehitaman pada kutikula larva di
sumber tanah pertanaman jagung dan kedelai. Perubahan warna yang
terjadi menunjukkan bahwa larva T. molitor terserang nematoda genus
tertentu. Isolasi ulat hongkong pada tanah selama 7 hari menunjukkan
perubahan warna pada kutikula serangga uji. Perubahan warna menjadi
coklat kehitaman menunjukkan bahwa larva T. molitor terinfeksi
nematoda famili Steinernematidae.
25
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
jenis nematoda parasit tumbuhan yang ditemukan yaitu Croconomoides
spp. Radopholud similis, angunia spp, Meloydogyne spp. Trichodorus sp.
dan Pratylenchus sp. Nematoda entomopatogen adalah nematoda yang
mampu menginvasi serangga hama sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
agensia pengendali hayati dalam famili Steinernematidae dan
Heterorhabditidae.
B. Saran
Pada praktikum ini diperbanyak pencarian materi dan
memperbanyak membaca jurnal atau sejenisnya untuk mempermudah
dalam melaksanakan peraktikum dan lebih hati-hati dalam melakukan
praktikum agar mendapatkan hasil yang makisimal.
27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
No Gambar Keterangan
1 Corong baerman diisi air
secukupnya
7 Tanah dilembabkan
menggunakan spray