Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tanah yang ada di sekitar kita, di dalamnya terdapat berbagai
macam makhluk hidup. Kita ambil tanah kemudian kita pisahkan jasad
hidup dengan air, maka di antara jasad renik yang ada terdapat binatang
yang memanjang seperti cacing, itulah nematoda (Nugrohorini,2012).
Menurut Dropkin, nematoda (nama tersebut berasal dari kata
Yunani, yang artinya benang) berbentuk memanjang, seperti tabung,
kadang- kadang seperti kumparan, yang dapat bergerak seperti ular.
Mereka hidup di dalam air, baik air laut maupun air tawar, di dalam film
air, di dalam tanah, di dalam jaringan jasad hidup berair. Filum nematoda
merupakan kelompok besar kedua setelah serangga apabila didasarkan atas
keanekaragaman jenisnya. Nematoda telah dikenal sejak zaman purba
sebagai parasit pada manusia. Namun ketika mikroskop yang lebih baik
ditemukan dan para ahli hewan abad kesembilan belas mengeksplorasikan
makhluk hidup dalam lingkup yang luas, maka nematoda dilupakan.
Nematoda merupakan jenis cacing berbentuk silindris, tidak
bersegmen, memiliki rongga tubuh tripoblastik dan hidupnya bebas. Jenis
organisme yang memiliki sistem pencernaan sempurna dan terdapat cairan
tubuh yang berfungsi sebagai sistem peredaran darah. Nematoda parasit
tanaman merupakan organisme yang habitat aslinya adalah tanah, dan
sebagian besar menyerang tanaman bagian bawah tanah. Nematoda parasit
tanaman dapat menyebabkan kerusakan hampir mencapai 100 persen. Hal
ini akan menyebabkan tanaman puso dan petani gagal panen. Nematoda
yang menyebabkan kerusakan pada tanaman hampir semuanya hidup
didalam tanah, baik yang hidup bebas didalam tanah bagian luar akar dan
batang didalam tanah bahkan ada beberapa parasit yang hidupnya bersifat
menetap didalam akar dan batang (Astusi,2015).
Tumbuhan yang terinfeksi nematoda mengakibatkan munculnya
gejala pada akar dan juga pada bagian tumbuhan di atas permukaan tanah.
Gejala pada akar mungkin terlihat seperti puru akar (root knot atau root
gall), luka akar, akar bercabang lebih lebat, ujung akar rusak dan akar
2

membusuk apabila infeksi nematoda disertai oleh bakteri dan jamur


patogenik-tumbuhan atau saprofit. Serangan nematoda dapat
mempengaruhi proses fotosintesa dan transpirasi serta status hara tanaman.
Akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat, warna daun kuning klorosis
dan akhirnya tanaman mati. Selain itu serangan nematoda dapat
menyebabkan tanaman lebih mudah terserang patogen atau OPT lainnya
seperti jamur, bakteri dan virus. Akibat serangan nematoda dapat
menghambat pertumbuhan tanaman, mengurangi produktivitas, dan
kualitas produksi (Astuti,2015).
Nematoda yang menyerang akar tanaman hingga dapat
menimbulkan kerusakan mekanis. Nematoda yang menyebabkan
kerusakan pada tanaman hampir semuanya hidup didalam tanah, baik yang
hidup bebas didalam tanah bagian luar akar dan batang didalam tanah
bahkan ada beberapa parasit yang hidupnya bersifat menetap didalam akar
dan batang. Konsentrasi hidup nematoda lebih besar terdapat didalam
perakaran tumbuhan inang terutama disebabkan oleh laju reproduksinya
yang lebih cepat karena tersedianya makanan yang cukup dan tertariknya
nematoda oleh zat yang dilepaskan dalam rizosfir awalnya, telurtelur
nematoda diletakan pada akar - akar tumbuhan di dalam tanah yang
kemudian telur akan berkembang menjadi larva dan nematoda dewasa.
Berkumpulnya populasi nematoda disekitar perakaran ini mendorong
nematoda menyerang akar dengan jalan menusuk dinding sel. Nematoda
dewasa terus-menerus bergerak tiap detik, tiap jam, tiap hari dan menetap
di sekitar akar, dalam gerakan - gerakan tersebut nematoda menggigit dan
menginjeksikan air ludah pada bagian akar tumbuhan, menyebabkan sel
tumbuhan menjadi rusak (Nugrohorini, 2012).
Meloidogyne spp. merupakan salah satu nematoda parasit pada
tanaman. Nematoda ini memiliki jangkauan inang yang sangat beragam,
sehingga dapat ditemukan pada beberapa tanaman penting pertanian.
Kerugian yang telah ditimbulkan oleh nematoda ini sangat besar, banyak
hasil tanaman pertanian rusak, mati, dan hasil panen menurun drastis.
Untuk mengurangi dan menaggulangi kerusakan yang ditimbulkan oleh
3

nematoda ini, diperlukan penelitian tentang morfologi dan anatomi tubuh,


siklus hidupnya, musuh alami, dan lain-lain untuk penanggulangannya di
waktu mendatang. Nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne spp.
merupakan salah satu hama penting di dunia yang cukup sulit dikendalikan
karena kisaran inang yang luas dan perkembangannya yang cepat.
Meloidogyne spp. tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis.
Pertumbuhan tanaman yang terserang Meloidogyne spp. akan terhambat
sebab serapan air dan unsur haranya terhambat, sehingga dapat
menyebabkan hasil panen berkurang. Meloidogyne spp. memegang
peranan penting dalam menimbulkan kerusakan akar pada tanaman
hortikultura, palawija, perkebunan, dan gulma. Salah satu tanaman
perkebunan potensial Indonesia yang juga terserang Meloidogyne spp.
adalah kopi (Khotimah et al.,2020).
Nematoda entompatogen adalah agens pengendali hayati dalam
famili Steinernematidae dan Heterorhabditidae. Nematoda ini membunuh
serangga dengan bantuan yang diperoleh dari simbiotik mutualistik dengan
bakteri yang dibawa dalam saluran pencernakannya (intestine)
(Xenorhabdus berasosiasi dengan genus Steinernema spp. dan
Photorhabdus berasosiasi dengan Heterorhabditis spp). Sampai sekarang
telah diidentifikasi 43 spesies NEP dari dua famili dan tiga genera,33
spesies dari genus Steinernema, satu spesies dari genus Neosteinernema,
sembilan dari genus Heterorhabditidae. NEP ini dapat diisolasi
menggunakan larva Tenebrio molitor (Khotimah et al., 2020).
Nematoda entomopatogen merupakan salah satu agens
pengendali hayati hama tanaman yang sangat potensial, karena secara aktif
mencari serangga inang sasaran sehingga dapat digunakan untuk
mengendalikan hama- hama yang berada dalam jaringan tanaman seperti
hama pengorok daun (leafminer) dan penggerek batang (stemborer). Di
samping itu pemanfaatn NEP untuk mengendalikan hama tanaman dapat
mengurangi dampak negatif dari penggunakan pestisida sintetik, karena
bersifat spesifik menyerang serangga-serangga yang menjadi hama
tanaman. Dua famili NEP yang berpotensi tinggi sebagai agens pengendali
4

hayati yaitu famili Steinernematidae dan Heterorhabditidae (Astusi,


2015).
Nematoda memainkan peranan penting dalam dekomposisi, siklus
hara dan mengatur kesuburan tanah melalui aliran energi serta perubahan
dan pemanfaatan hara. Berdasarkan jenis makanannya nematoda terbagi
dalam 6 kelompok, yaitu nematoda pemakan bakteri (bacterivore),
pemakan alga (alga feeder), pemakan akar tumbuhan (plant parasitic),
pemakan jamur (fungivore), dan nematoda predator, pemakan segala
(omnivore). Nematoda merupakan salah satu indikator penting dari
kesehatan lingkungan, dimana semakin tinggi keragaman nematoda
diharapkan akan semakin mengurangi dominasi nematoda yang merugikan
dan meningkatkan peran nematoda yang menguntungkan (Lumowa, 2014).
Nematoda memberikan peran yang beragam dalam tanah melalui
aktivitas makannya. Nematoda meningkatkan aktivitas dan populasi
mikroba sehingga meningkatkan laju dekomposisi di dalam tanah;
berperan penting dalam siklus nutrisi; menjadi bioindikator yang unggul;
dan mampu menjadi biokontrol yang efektif terhadap nematoda parasit
tanaman. Ke depannya komunitas nematoda dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas praktik pertanian melalui pemantauan kesehatan
tanah, agar terwujud sistem pertanian yang berkelanjutan. Ada juga
nematoda yang menjadi parasit, khususnya parasit pada tanaman.
Nematoda parasit tanaman dapat menyebabkan kerusakan tanaman,
sehingga mengakibatkan penurunan produksi, yang akhirnya merugikan
petani (Lumowa, 2014).
B. Tujuan
Adapun tujuan pratikum kali ini yaitu untuk dapat memahami
bagaimana ekstraksi nematoda dari tanah ,untuk dapat mengamati
nematoda hasil ekstraksi ,untuk dapat mengamati bentuk mati nematoda
,dapat membuat preparat nematoda ,dapat mengamati morfologi dan
anatomi tubuh nematoda ,dapat mengamati gejala bengkak akar oleh
nematoda meloidogyne spp. pada tanaman tomat ,dapat melakukan
ekstraksi nematoda patogen serangga ,dapat mengamati morfologi
nematoda patogen serangga
5

C. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu dapat memahami dan
mempelajari bagaimana ekstraksi nematoda dari tanah dapat
memahami dan mempelajari pengamatan nematoda hasil ekstraksi
,dapat memahami dan mempelajari pengamatan bentuk mati
nematoda ,dapat memahami pembuatan preparat nematoda ,dapat
memahami pengamatan morfologi dan anatomi tubuh nematoda
,dapat memahami dan mempelajari gejala bengkak akar oleh
nematoda meloidogyne spp. pada tanaman tomat ,dapat memahami
ekstraksi nematoda patogen serangga ,dapat memahami pengamatan
morfologi nematoda patogen serangga
6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Nematoda
Nematoda adalah binatang yang bergerak aktif, lentur, dan
berbentuk seperti pipa, hidup pada permukaan yang lembab, pada tanah
tanaman tersebut. Nematoda tidak dapat memaksakan diri menembus
menembus tanah seperti yang dilakukan cacing tanah, tetapi harus
berbelok-belok melalui rongga-rongga tanah yang telah tersedia (Rahayu,
2012).
Nematoda memiliki kutikula tubuh yang transparan, mempunyai
mulut dan lubang ekskresi, alat reproduksi jantan dengan testis dan betina
denga ovarium. Nematoda dapat dijumpai di darat, air laut, air tawar, dari
daerah kutub hingga tropis. Hidupnya ada yang bebas, namun ada pula
yang bersifat parasit baik pada hewan maupun tumbuhan. Cacing ini tidak
memiliki jantung tetapi tubuhnya mengandung cairan semacam darah
yangdapat merembes ke bagiantubuh akibat kontraksi tubuh. Bentuk
tubuhnya gilig panjang dengan simetri bilateral. Tubuhnya tidak bersilia
dan tidak bersegmen (Lumowa, 2014).
Ekstraksi nematoda adalah suatu proses untuk memisahkan
nematoda dari habitat hidupnya, baik dari tanah maupun dari jaringan
tanaman sebelum dilakukan kejian lebih lanjut. Kajian lebih lanjut yang
dilakukan adalah antara lain identifikasi dan penghitungan populasi
nematoda. Ada beberapa metode yang digunakan dala melakukan ekstraksi
isolasi nematoda dari sampel tanah maupu jaringan tanaman. Teknik
ektaksi dari tanah yaitu teknik corong Baermann, metoda gabungan corong
baermann dengan saringan, teknik penyaringan dan sentrifugasi dan teknik
floatasi dan flokulasi. Teknik ekstraksi dari jaringan tanman yaitu teknik
inkubasi akar, teknik maserasi, dan teknik maserasi-flotasi sentrifus.
Pemilihan metode yang akan digunakan untuk ekstraksi isolasi nematoda
7

ditentukan dengan ketersediaan fasilitas, objek nematoda yang ditargetkan,


ukuran sampel, jumlah sampel, tipe tanah, dan lain sebagainya (Astuti,
2015).
Bentuk tubuh nematoda parasit tanaman adalah silindris
memanjang atau vermiform, meruncing pada bagian ujung kepala dan
ekor, mikroskopis dengan ukuran sangat kecil (panjang 0. 25 - 3 mm,
kebanyakan kurang dari 2 mm dengan lebar tubuh antara 50 - 250 pm).
Pada umumnya ukuran tubuh nematoda non parasitik atau saprofag lebih
besar dibandingkan nematoda parasit tanaman. Beberapa spesies nematoda
betina mempunyai diameter tubuh yang melebar, menggelembung atau
pyriform, seperti buah peer atau jeruk. Di dalam ukuran tubuh yang sangat
kecil, nematoda mempunyai sistem fisiologi yang kompleks. Nematoda
mempunyai semua sistem organ utama seperti organisme tingkat tinggi
yang lain, yaitu system pencemaan, sistem reproduksi, sistem syaraf,
kecuali sistem pernafasan dan sirkulasi darah. Pada dasamya tubuh
nematoda terdri atas 3 tabung, yaitu dinding tubuh dan somatic
musculature, Sistem pencernaan, dan Sistem reproduksi. Rongga tubuh
nematoda berisi cairan dan beberapa sel kelenjar sekresi dan ekskresi. Di
dalam rongga tubuh tersebut juga terdapat sistem (Fajrin, 2015).
Dinding tubuh nematoda terdiri atas 3 lapisan yaitu bagian paling
luar adalah lapisan kutikula, lapisan hypodermis, dan lapisan somatic
musculature. Lapisan kutikula bersifat non-seluler, semipermeable, dan
berfungsi sebagai kerangka luar tubuh (eksoskeleton) maupun pelindung
terhadap kondisi Iingkungan luar yang tidak menguntungkan. Kutikula
merupakan salah satu struktur tubuh nematoda yang bersifat kompleks dan
bervariasi tidak hanya pada antar genera dan spesies tetapi juga dalam
individu satu spesies dalam stadia perkembangan yang berbeda. Secara
umum, kutikula nematoda terdiri atas 4 lapisan yaitu epikutikula,
eksokutikula, mesokutikula, dan endokutikula (Fajrin, 2015).
Sistem syaraf nematoda terpusat pada cincin syaraf (nerve ring atau
circumesophageal commissure) yang terletak melingkar pada esofagus
nematoda yaitu pada isthmus untuk ordo tylenchida atau pada bagian
8

anterior esofagus yang menyempit untuk ordo dorylaimida. Dari cincin


syaraf ke arah anterior dihubungkan dengan 6 kelenjar syarat ke bagian
amphid dan setae/ papillae, sedangkan ke arah posterior dihubungkan
dengan phasmid dan organ reproduksi (Fajrin, 2015).
Nematoda jantan dicirikan dengan adanya struktur organ copulasi
seperti spikula, gubernaculums, sayap (bursa) ekor (caudal alae), genital
papillae pada bagian posterior tubuh dekat daerah anal. Sedangkan
nematoda jantan dicirikan dengan adanya vagina dan vulva yang terletak
di tengah atau pada bagian posterior tubuh. Morfologi organ reproduksi
pada nematoda jantan dan betina secara umum hampir sama, yaitu terdiri
atas 1 atau 2 tabung. Organ reproduksi jantan disebut testis atau orchic
yang terdiri atas : testis, seminal vesicle, vas deferens, dan bermuara pada
kloaka. Nematoda jantan yang mempunyai 1 testis disebut monarchic dan
yang mempunyai 2 testis disebut diorchic. Testis memproduksi
spermatogonia yang selanjutnya disimpan dalam seminal vesikel sampai
saatnya dikeluarkan melalui spikula pada waktu kopulasi dengan
nematoda betina (Fajrin, 2015).
Nematoda parasit biasanya dijumpai pada tubuh inang bagian
dalam. Nematoda ini memiliki 3 tipe serangan yaitu ekto parasit, endo
parasit dan semiendopa rasit. Nematoda endo parasit terbagi menjadi 2
yaitu endo parasit berpindah dan menetap Meloidogyne spp. Merupakan
nematoda yang menyerang umbi kentang. Nematoda ini termasuk dalam
nematoda endo parasit menetap yang merupakan nematoda betina.
Nematoda ini menyerang tanaman kentang dengan gejala permukaan umbi
tidak rata dan bergelombang serta terdapat bintil-bintil pada umbi
(Aprilyani, 2015).
Nematoda akar merupakan salah satu nematoda parasite yang
kehadirannya terkenal dengan sangat merugikan pada pertanaman di
dunia. Hal demikian terjadi karena perusakan pada tanaman yang
diakibatkan oleh nematoda parasit sangat susah untuk dikendalikan.
Nematoda ini akan bertahan hidup jika berada paada kondisi lahan yang
lembab (Aatif, 2015).
9

B. Meloidogyne spp.
Meloidogyne spp atau nematoda puru akar merupakan nematoda
yang menyerang tanaman pada bagian akar tanaman. Meloidogyne spp
menginfeksi tanaman dengan cara memasuki akar tanaman melalui bagian
epidermis kemudian menembus sel dan memasuki jaringan tanaman yang
terdapat persedian cairan tanaman yang cukup banyak, kemudian
nematoda menetap dan berkembang biak pada akar tanaman tersebut.
Nematoda puru akar atau Meloidogyne spp menimbulkan gejala pada
tanaman seperti terhambatnya pertumbuhan tanaman, menyebabkan luka
pada akar, sehingga akar busuk, pendek, mengering,kemudian timbul puru,
menyebabkan tanaman mudah layu serta membuat tanaman menjadi
klorosis (Nurjayadi, 2015).
Meloidogyne spp. memiliki siklus hidup yang terdiri atas 6 tahap
yaitu telur, 4 fase juvenil (J1-J4) dan dewasa yang berlangsung selama 2-4
minggu. Mula-mula betina berkembangbiak secara partenogenesis
menghasilkan telur. Telur tersebut diselimuti oleh matriks gelatin yang
terdiri atas glikoptotein. Telur ini awalnya lunak dan akan menjadi
kencang serta coklat seiring bertambahnya usia. Telur mengalami
embriogenesis dan molting menjadi juvenil tahap 1 (J1), selanjutnya telur
akan mengalami molting dan menetas menjadi juvenil tahap 2 (J2).
Penetasan telur menjadi J2 tergantung suhu dan kelembaban lingkungan.
Di dalam tanah J2 rentan dan perlu mencari host (inang) yakni akar
tanaman. J2 invasif menyerang ujung akar dan mulai mencari tempat
permanen yaitu pada sel protoxylem dan protofloem dengan cara
menginduksi sel-selnya untuk berdiferensiasi menjadi sel raksasa sehingga
akar akan membesar dan membentuk benjolan. Di bawah kondisi
menguntungkan, juvenil tahap 2 akan mengalami molting membentuk
juvenil tahap 3 (J3) dan setelah 14 hari akan membentuk juvenil tahap 4
10

(J4), dan akhrinya tahap dewasa. Tubuh jantan dan betina tahap dewasa
akan mengalami pembengkakan sehingga aktivitasnya akan terbatasi.
Ukuran tubuh betina dewasa akan tetap membengkak dan mengandung
telur dalam jumlah yang banyak, sedangkan jantan dewasa tubuhnya akan
kembali ramping seperti semula (Perry et al., 2009).
Gejala umum yang disebabkan oleh infeksi Meloidogyne spp.
adalah menguningnya daun di sekitar tajuk, tanaman menjadi kerdil,
pertumbuhan terhambat, layu pada siang hari meskipun air tersedia bagi
tanaman. Gejala terjadi akibat terhambatnya saluran pengangkut air dan
nutrisi. Selain gejala tersebut, infeksi nematoda juga menyebabkan gejala
di bawah permukaan tanah, yaitu pada akar tanaman. Tanaman yang
terinfeksi oleh Meloidogyne spp. menunjukkan gejala hipertropi dan
hiperplasia, yaitu membengkaknya jaringan akar tanaman. Jaringan akar
tanaman yang bengkak tersebut banyak dikenal sebagai puru. Puru
terbentuk karena terjadi pembelahan sel dan pembesaran sel secara
berlebihan pada jaringan perisikel tanaman (Itiqomah, 2015).
Tanaman yang terinfeksi oleh NPA akan terganggu sistem
perakarannya, bahkan pada intensitas yang tinggi dapat menyebabkan
disfungsi sistem perakaran secara total. Pembentukan akar baru pada
tanaman terserang hampir tidak terjadi. Infeksi NPA pada akar
menyebabkan terhambatnya penyerapan air dan unsur hara ke seluruh
bagian tanaman. Akar tanaman yang terinfeksi oleh NPA biasanya
memiliki ukuran kecil dan pendek dan hanya memiliki sedikit akar lateral
dan rambut-rambut akar, dan berpuru. Bentuk puru akibat infeksi
Meloidogyne spp. seperti manik-manik dan cenderung lebih kecil
dibandingkan dengan puru yang diakibatkan oleh spesies NPA yang lain.
Akibat kerusakan pada akar tersebut menyebabkan translokasi terhambat
sehingga warna daun menguning seperti gejala kekurangan hara dan
mudah layu (Itiqomah, 2015).
C. Nematoda entomopatogen
Nematoda entomopatogen adalah nematoda yang mampu
menginvasi serangga hama sehingga dapat dimanfaatkan sebagai agensia
11

pengendali hayati dalam famili Steinernematidae dan Heterorhabditidae.


Nematoda ini membunuh serangga dengan bantuan yang diperoleh dari
simbiotik mutualistik dengan bakteri yang dibawa dalam saluran
pencernakannya. Nematoda sampai saat ini telah diidentifikasi 43 spesies
dari dua famili dan tiga genus. Tiga puluh tiga spesies dari genus
Steinernema, satu spesies dari genus Neosteinernema, sembilan dari genus
Heterorhabditis (Poinar, 2012).
Tubuh nematoda pada umumnya berbentuk cacing, transparan,
panjang dan agak silindris dan di selubungi oleh kutikula yang elastis.
Nematoda merupakan mikroorganisme berbentuk cacing berukuran 700-
1200 mikron dan berada di dalam tanah (Nugrohorini, 2010).
Ukuran nematoda sangat kecil sehingga tidak dapat di lihat dengan
mata telanjang, hanya dapat di lihat dengan mikroskop. Nematoda
memiliki sistem syaraf, sistem pencernaan dan sistem reproduksi. Sistem
pencernaan terdiri dari stoma, esophagus yang terdiri atas corpus (pro dan
metacorpus), isthmus dan basal bulbs (Rahim, 2010).
Nematoda ini mempunyai kulit tubuh yang halus, bentuk kepala
tumpul, enam bibir masing-masing memiliki paila dan stomata yang
dangkal (Mulyaningsih, 2010).
Mekanisme infeksi dan patogenisitas nematoda entomopatogen
dalam serangga inang merupakan faktor-faktor yang menunjukkan
spesifitas inang dari nematoda ini. Kemampuan nematoda untuk
melakukan penetrasi ke dalam haemocoel serangga dengan pelepasan
enzim proteolitik merupakan salah satu faktor spesifik dalam hubungan
timbal balik nematoda – serangga. Faktor spesifik lain adalah kemampuan
nematoda untuk melawan ketahanan internal serangga yang berupa
senyawa antibakteri. Toksin dan enzim ekstraseluler merupakan senyawa
yang dilepaskan oleh nematoda untuk menyerang serangga inang.
Mekanisme patologi NEP memarasit serangga inang dengan jalan
penetrasi secara langsung melalui kutikula ke dalam hemocoel atau
melalui lubang-lubang alami, seperti spirakel, mulut dan anus. dan stigma.
Terdapat interaksi mutualistik antara NEP dan bakteri Xenorhabdus spp.
12

atau Photorhabdus sp, dimana bakteri simbion tersebut terdapat dalam


saluran pencernakan dari juvenil infektif (NEP). Setelah masuk dalam
tubuh serangga, nematoda melepaskan bakteri ke dalam haemolymph.
Didalam tubuh serangga, bakteri bereproduksi dan menghasilkan kondisi
yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan nematoda. Tanpa
bakteri simbion dalam serangga inang, nematoda tidak akan dapat
bereproduksi, karena bakteri simbion ini berfungsi sebagai makanan yang
sangat diperlukan oleh nematoda. Demikian juga sebaliknya, bakteri tidak
akan dapat masuk ke dalam tubuh serangga apabila tanpa bantuan
nematoda entomopatogen, yang mempenetrasi tubuh serangga inang.
Dengan demikian simbiose antara bakteri simbion dan nematoda
entomopatogen tidak dapat dipisahkan dan merupakan syarat mutlak
antara keduanya (Nugrohorini, 2012).
Mekanisme patogenisitas nematoda entomopatogen secara umum
melalui beberapa tahap yaitu invasi, evasi dan toksikogenesis. Invasi
merupakan suatu proses terjadinya penetrasi nematoda entomopatogen ke
dalam tubuh serangga inang melalui kutikula dan lubang-lubang alami,
seperti mulut, anus, spirakel dan stigma. Tahap selanjutnya adalah evasi
yaitu tahap dimana nematoda entomopatogen mengeluarkan bakteri
simbion di dalam tubuh serangga inang. Setelah melalui tahap invasi dan
evasi, selanjutnya terjadi proses toksikogenesis yaitu tahapan dimana
bakteri simbion menghasilkan toksin sehingga dapat menyebabkan
kematian kematian pada serangga inang. Kemampuan NEP untuk bisa
sampai ke dalam haemocoel serangga dengan pelepasan enzim proteolitik
dan ketahanan internal serangga merupakan faktor spesifik yang
menentukan virulensinya dalam menyerang serangga inang. Proses
kematian serangga berawal dari pelepasan bakteri simbion oleh nematoda
dalam haemolimph setelah nematoda masuk kedalam tubuh serangga, di
dalam tubuh serangga bakteri bereproduksi dan menghasilkan kondisi
yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan nematoda, selanjutnya
nematoda memakan sel bakteri dan jaringan inangnya (Nugrohorini,
2012).
13

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum Pengantar Nematologi Tumbuhan dilaksanakan pada
hari Rabu pukul 11:10-12:40 dimulai bulan September sampai November
2022 di Laboratorium Fitopatologi, Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang.

B. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan yaitu corong Baermann, cawan petri,
mikroskop binokuler, mikroskop stereo binokuler, pipet tetes, objek glass,
cover glass, testub, rak testub, Erlenmeyer, vortex, kotak plastic
transparan, cup pudding, gunting, bunsen dan pinset.
Adapun bahan yang digunakan yaitu sampel tanah perakaran
tanamanterong, tissue, air, spritus, air hasil ekstraksi nematoda, tanaman
tomat yang bergejala bengkak akar, aquades, NaOCl 0,5%, tanah
perakaran tanaman yang berpasir, tanahperakaran kelapa yang terserang
oryctes, ulat hongkong dan kertas saring.

C. Cara Kerja
1. Ekstraksi nematoda dari tanah
Cara pertama yang kita lakukan yaitu siapkan corong bearmen
yang sudah siap pakai, kemudian sediakan tanah yang telah diambil
dari daerah rizosfir yang dicurigai tanamannya tersebut terserang
nematoda sebanyak kurang lebih 500 g/1 kantong plastic, kemudian
corong baermann diisi dengan air dengan takaran setengah corong.
Kemudian tanah kita masukkan kedalam saringan yang telah dilapisa
tissue sebanyak 2 lapis sebanyak ¾ dari tinggi penyaring. Lalu,
penyaring tadi kita masukkan ke dalam corong, usahakan permukaan
air sama dengan permukaan tanah. Dengan perlakuan seperti itu, maka
nematoda akan keluar dan ketika sudah mencapai waktu 2 × 24 jam
nematoda akan turun dan berkumpul di bagian dasar selang karena
14

adanya gaya gravitasi berat nematoda. Kemudian diamkan selama 2×


24 jam. Setelah 2 × 24 jam, air pada dasar selang ditampung sebanyak
5 ml menggunakan cawan petri. Dan amati menggunakan mikroskop.
2. Pengamatan nematoda hasil ekstraksi dari tanah
Setelah kita melakukan ekstraksi selama 2x24 jam maka langkah
selanjutnya yaitu kita ambil sedikit air yang sudah berada pada ujung
corong bearman dan dimasukkan kedalam petridisk untuk kita amati
dibawah mikroskop dan menentukan jenis dari nematoda tersebut.
3. Pengamatan bentuk spesifik/bentuk mati
Cara kerja yang kita lakukan pada pengamatan bentuk
spesifik/bentuk mati dari nematoda yaitu dengan mengamati dibawah
mikroskop apakah pada perakaran tanaman yang sudah kita lakukan
ekstraksi tersebut terdapat nematodanya atau tidak, jika terdapat
nematoda selanjutnya kita ambil menggunakan mikropipet dan
diletakkan diatas kaca preparat, kemudian kita matikan menggunakan
Bunsen. Selanjutnya kita amati di bawah mikroskop jenis dari
nematode,bentuk spesifiknya.
4. Pembuatan preparat nematoda
Langkah-langkah yang dilakukan pada pembuatan preparat
nematoda pada praktikum kali ini ialah yang pertama, siapkan tanah
dari beberapa perakaran tanaman, kemudian kita ekstraksi
menggunakan corong bearmen selama 2x24 jam. Kemudian ambil
hasil dari ekstraksi tersebut dan kita amati dibawah mikroskop untuk
melihat morfologi, anatomi dan jenis dari nematoda yang kita dapat.
5. Pengamatan gejala bengkak akar oleh nematoda Meloidogyne spp.
pada tanaman tomat
Langkah-langkah yang dilakukan pada praktikum ini yaitu yang
pertama mencuci akar tanaman tomat dengan cara mencelupkan
perakaran tersebut kedalam wadah yang berisi air bersih, kemudian
amati kelompok telur pada perakaran tanaman, selanjutnya diambil
menggunakan jarum pentul dan dipisahkan kemudian dimasukkan
kedalam tabung reaksi yang telah diisi NaOCl 0,5%, setelah itu
15

dihomogenkan menggukan korteks sampai jelatinnya pecah, dan


diambil sebanyak 1 ml kemudian diletakkan dicawan petri dan diamati
dibawah mikroskop.
6. Ekstraksi nematoda patogen serangga
Langkah-langkah yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu,
pertama siapkan tanah perakaran kelapa, tanah berpasir, dan ulat
hongkong sebanyak 10 ekor, kemudian masukkan kedua tanah tersebut
kedalam masing-masing wadah plastic dan ditambahkan 5 ekor ulat
hongkong pada masing-masing wadah tersebut, selanjutnya tutup
wadah tersebut dan balikkan supaya ulat tersebut dalam masuk
kedalam tanah. Kemudian kita biarkan selama 3-5 hari untuk
selanjutnya dilihat apakah ulat hongkong tersebut mati/masih hidup.
Setelah beberapa hari di inkubasi selanjutnya kita siapkan petridisk
yang sudah berisi air dan kertas saring, kemudian diletakkan ulat
hongkong tersebut di atas kertas saring yang sudah dibentuk
menyerupai cup plastic lalu didiamkan selama 3-5 hari. Kemudian
setelah beberapa hari diinkubasi kita ambil air yang ada didalam
petridisk tersebut untuk kita amati dibawah mikroskop apakah terdapat
nematodanya untuk diamati morfologi dan jenis dari nematoda
tersebut.
16

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Ekstraksi nematoda dari tanah

Pelaksanaan Keterangan

Proses ekstraksi nematoda dari


sampel tanah menggunakan
corong Baermann.

2. Pengamatan nematoda hasil ekstraksi dari tanah

Pelaksanaan Literatur

Sumber: (Mirsam, 2018)

Criconomides spp.

3. Pengamatan bentuk spesifik/bentuk mati

Pelaksanaan Literatur
Kelompok 1 ,Angguina spp
(padaperakaran tanaman padi)

Sumber: ( Dropkin, 1989)


17

Kelompk 2,Trichodorus spp.


(padaperakaran tanaman jagung)

Sumber: (winarto et
al,.,2019)

Kelompok 3, Meloidogyne
spp.(pada perakaran terong)

Sumber: (wulandari, 2019)

Kelompok 4,Melodogyne spp.(


padaperakaran kacang tanah)

Sumber: (winarto et al., 2019)

Kelompk 5,Radophulus similis (


pada perakaran pisang

Sumber : (Rizal et al., 2017)


18

4. Pembuatan preparat nematoda

Pelaksanaan Literatur

Sumber: (Winarto, 2019)


Meloidogyne spp

Sumber: (winarto et
scutellonema sp. al,.,2019)

Sumber: (winarto et
al., 2019)
trichodorus proximus.
19

5. Pengamatan morfologi dan anatomi tubuh nematoda

Pelaksanaan Literatur

Sumber: (Mirsam, 2018)


Foto kepala nematoda

Foto ekor nematoda Sumber: (Mirsam, 2018)

6. Pengamatan gejala bengkak akar oleh nematoda Meloidogyne spp.


pada tanamantomat
Pelaksanaan Literatur

Sumber: (Wulandari, 2019)


akar yang bergejala bengkak

Kelompok telur nematoda Sumber: (Kementan, 2022)


20

Sumber: (Wulandari, 2019)

7. Ekstraksi nematoda patogen serangga


Pelaksanaan Literatur

(Saputra, 2017)

8. Pengamatan morfologi nematoda patogen serangga

Pelaksanaan Literatur

Nematoda patogen serangga dari Sumber: (Saputra, 2017)


perakaran tanaman berpasir
kelapa

Nematoda patogen serangga pada


Sumber: (Saputra, 2017)
perakaran tanaman perkebunan
kelapa
21

B. Pembahasan

Nematoda merupakan OPT yang dapat menyebabkan terganggunya


proses fisiologis tanaman padi. Secara umum nematoda parasit yang
menyerang tanaman berasal dari tanah dengan kedalaman 5 – 25 cm
pada lapisan atas tanah yang merupakan rizosfir perakaran tanaman.
Nematoda parasit yang menyerang akar tanaman biasanya mengikuti
pertumbuhan akar tanaman karena adanya ransangan dari eksudat akar
yang menarik nematoda (Winarto, 2015).
Nematoda terdiri dari 2 jenis yaitu nematoda parasit dan nematoda
non parasit. Nematoda parasit merupakan salah satu hama yang dapat
menurunkan produksi dalam sektor pertanian. Ekstraksi-isolasi
nematoda adalah suatu proses untuk memisahkan nematoda dari habitat
hidupnya, baik dari tanah maupun dari jaringan tanaman sebelum
dilakukan kejian lebih lanjut. Ekstraksi nematoda dari sampel tanah,
bertujuan untuk mendapatkan nematoda yang berasal dari tanah,
terutama nematoda parasit tumbuhan. Sehingga kita dapat mengetahui
jenis-jenis nematoda, populasinya, maupun keanekaragamannya yang
ada pada daerah rizosfir (Harni, 2014).
Ekstraksi nematoda bertujuan untuk mendapatkan nematoda yang
berasal dari tanah, terutama nematoda yang bersifak parasit pada
tumbuhan. Metode ekstraksi nematoda dibagi menjadi 2 yaitu metoda
corong Baermann dan sentrifus atau saringan tanah. Namun metoda
yang paling umum digunakan yaitu metode corong baermann.Dalam
praktikum ini digunakan corong Baermann yang telah dimodifikasi
dengan menggunakan corong plastik, pipa plastik dan penjepit.
Kelompok 2 melakukan ekstraksi nematoda menggunakan tanah
perakaran tanaman padi. Saat melakukam metode Corong Baermann
Nematoda bisa didapatkan nemotoda dalam jumlah lebih banyak dan
nematoda yang didapat dalam kualitas baik karena masih hidup. Namun
adapun kekurangannya adalah cara kerjanya yang sedikit rumit dan
prosesnya yang cukup panjang serta tidak cocok untuk perhitungan
22

populasi pada suatu tanah.Pada pengamatan nematoda hasil ekstraksi


dari tanah kelompok 3 mendapatkan nematoda Meloidogyne spp pada
perakaran terong . Nematoda ini berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah anakan dan berat tajuk. Tanaman yang
diinokulasi dengan j2 8 dan 16 ekor/ml tanah, bibit tampak kerdil dan
klorosis. Penurunan hasil padi tertinggi terjadi pada perlakuan 16
ekor/m tanah yaitu 38.45% dibandingkan kontrol. Berdasarkan beberapa
hasil penelitian pengaruh M. spp terhadap pertumbuhan dan hasil panen
terong, menunjukkan bahwa nematoda puru akar M.spp dapat
menyebabkan kehilangan hasil yang signifikan terutama pada kultivar
rentan (EPPO, 2017).
Pada praktikum pengamatan bentuk spesifik/bentuk mati dari
nematoda ini setiap kelompok mendapatkan hasil dari ekstraksi
sebelumnya menggunakan Corong Baerman. Kelompok 1 menggunakan
tanah perakaran tanaman padi dan mendapatkan nematoda Anguina spp
,kelompok 2 mengunkaan tanah perakaran pada jagung dan
mendapatkan nematoda Trichodorus spp
Kelompok 3 menggunakan tanah perakaran terong dan
mendapatkan nematode Meloidogyn spp. Meloidogy spp adalah salah
satu dari tiga spesies nematoda patogen yang dominan (Prot dan
Rahman, 2014). Nematoda puru akar padi potensial merusak dan
mengakibatkan kehilangan hasil. Menurut Jones et al., (2013).
Kelompok 4 mengunkan tanah perakaran kacang tanah dan mendapat
nematoda Meloidogyne spp.Nematode Meloidogyne spp. yang
merupakan nematode parasit yang menyerang akar tanaman. Nematoda
ini masuk kedalam akar sehingga akar membengkak diamana nematode
ini akan bersarang didalamnya. Sel-sel korteks yang terangsang akar
memperlihatkan ciri-ciri pembengkakan akar atau puru. Gejala
kerusakan yang ditimbulkan berupa puru pada akar, kemudian gejala
klorosis pada daun, dan tanaman menjadi kerdil (Adam, 2007).
Kelompok 5 mengunakan tanah perakaran pada perakaran pisang dan
mendapattkan nematoda Radophulus similis .
23

Pada praktikum mandiri, untuk proses ekstrasi yang telah


dilakukan yaitu menggunakan metode corong bearman ada tiga jenis
perakaran tanah yang diambil yaitu tanah perakaran padi, perakaran
jagung, dan perakaran cabe . Adapun hasil yang didapatkan bentuk mati
nematodanya yaitu nematoda jenis Melodogyne spp,pratylenchus spp
,Trichodorus spp.
Pada pengamatan anatomi dan morfologi nematoda bagian kepala
memiliki organ mulut yang terdiri dari bibir dan stilet (alat penusuk
dang penghisap cairan dari tumbuhan inangnya). Bibir nematoda terdiri
atas 6 bibir luar dan 6 bibir dalam. Memiliki organ penerima rangsangan
berupa amfid dan papila. Tubuh nematoda tersusun oleh beberapa sistem
tubuh yaitu dinding tubuh, sistem syaraf, sistem pencernaan makanan,
sistem reproduksi dan sistem sekresi-eksresi. Tubuh nematoda
berbentuk simetri bilateral, tidak beruaas dan rongga tubuh semu. Ujung
ekor nemaoda memiliki beberapa tipe yaitu meruncing, filiform,
membulat dan membulat dengan pashmid yang membesar. kepala dari
nemaoda jantan berbentuk membulat dan berlekuk yang sangat berbeda
dengan betina. Mempunyai testis tunggal dan bursa meluas sampai dua
per tiga ekor. Panjang spikula 18-22 μm berbentuk slindris dan
melengkung dan pada nematoda betina Stiletnya lemah, panjang stilet
12-15 μm,melengkung kearah dorsal. Memiliki pangkal knop yang jelas.
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di
dalamtanah. Kepalanya tidak berlekuk,panjang stiletnya hampir dua kali
panjang stilet betina. Bagian posterios berputar 1800 memiliki 1-2 testis.
Gejala serangan nematoda pada tanaman tomat menujukkan gejala
yang khas pada bagian akar dibawah permukaan tanah yaitu pada akar
tanaman. Tanaman yang terinfeksi oleh Meloidogyne spp. menunjukkan
gejala hipertropi dan hiperplasia, yaitu membengkaknya jaringan akar
tanaman. Jaringan akar tanaman yang bengkak tersebut banyak dikenal
sebagai puru. Puru terbentuk karena terjadi pembelahan sel dan
pembesaran sel secara berlebihan pada jaringan perisikel tanaman.
Tumbuhan yang terserang biasanya menunjukkan gejala pertumbuhan
24

yang tidak sehat seperti kerdil dan cenderung mudah layu pada hari-hari
panas. Sebagai contoh menurunnya laju fotosíntesis, pertumbuhan dan
juga produksi. Hal ini diduga bahwa nematoda ini mempengaruhi
fisiologi tanaman dengan mengganggu síntesis dan translokasi hormon
pertumbuhan yang diproduksi oleh akar. Apabila sistem perakaran
terserang respirasi pada tanaman meningkat, absorbsi oksigen lebih
cepat atau seimbang dengan tumbuhan yang sehat serta jaringan xilem
menjadi kerdil, sehingga pengambilan air dan nutrisi dari dalam tanah
terhambat, akibatnya terjadi kekurangan unsur hara maupun air. Gejala
akan tampak pada daun atau bagian lain dari pada tumbuhan.
Telur melodogyne yang berbentuk lonjong dengan ujung runcing
ketika dipecah sista atau masa telur terdapat banyak telur. Massa telur
yang baru terbentuk biasanya tidak berwarna dan berubah menjadi
coklat setelah tua. Nematoda betina dapat menghasilkan hingga 500
telur dalam massa gelatinus, selama hidupnya, nematoda betina akan
terus-menerus menghasilkan telur hingga mencapai 1000 telur.
Keberadaan nematoda akan merangsang sel-sel untuk membelah,
sehingga terbentuklah puru.
Larva T. molitor yang terparasit NEP mengalami penurunan
aktivitas pergerakan, cenderung diam pada akhirnya larva akan mati
dengan kulit berwarna coklat caramel. Perubahan warna pada kutikula
larva T. molitor pada setiap sampel tanah pertanaman menunjukkan
gejala yang sama yaitu warna coklat kehitaman Penelitian Afifah et al.
(2013) melaporkan bahwa seluruh larva yang terinfeksi NEP
menimbulkan gejala berwarna cokelat kehitaman pada kutikula larva di
sumber tanah pertanaman jagung dan kedelai. Perubahan warna yang
terjadi menunjukkan bahwa larva T. molitor terserang nematoda genus
tertentu. Isolasi ulat hongkong pada tanah selama 7 hari menunjukkan
perubahan warna pada kutikula serangga uji. Perubahan warna menjadi
coklat kehitaman menunjukkan bahwa larva T. molitor terinfeksi
nematoda famili Steinernematidae.
25

Menurut Nugrohorini (2010) apabila tubuh serangga berwarna


hitam kecoklatan/karamel menunjukkan serangga tersebut terinfeksi
famili Steinernematidae, sedangkan tubuh serangga berwarna
kemerahan menunjukkan serangga terinfeksi famili Heterohabditidae.
Pada penelitian ini seluruh larva T. molitor yang terserang NEP
berwarna coklat kehitaman/karamel yang berarti terinfeksi nematoda
famili Steinernematidae.
Pengamatan morfologi nematoda entomopatogen berdasarkan
morfologi khas yang dimiliki nematoda entomopatogen, yaitu tubuh
nematoda berbentuk cacing, transparan, diselubungi kutikula halus,
mempunyai ekor yang runcing dan tidak punya kait pada bagian anterior
tubuhnya. Nematoda mempunyai sistem saraf, sistem pencernaan dan
sistem reproduksi. Nematoda entomopatogen famili Steinernematidae
memiliki ciri morfologi yang umum dan khas. Kepalanya halus dan
tidak berkait, ekor pendek runcing, memiliki vulva yang menonjol
keluar dan terletak di tengah-tengah, cincin syaraf terletak dibagian
anterior. Ciri khas Steinernema lainnya yaitu tidak memiliki bursa
kopulatrik pada bagian ekor NEP.
26

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
jenis nematoda parasit tumbuhan yang ditemukan yaitu Croconomoides
spp. Radopholud similis, angunia spp, Meloydogyne spp. Trichodorus sp.
dan Pratylenchus sp. Nematoda entomopatogen adalah nematoda yang
mampu menginvasi serangga hama sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
agensia pengendali hayati dalam famili Steinernematidae dan
Heterorhabditidae.

B. Saran
Pada praktikum ini diperbanyak pencarian materi dan
memperbanyak membaca jurnal atau sejenisnya untuk mempermudah
dalam melaksanakan peraktikum dan lebih hati-hati dalam melakukan
praktikum agar mendapatkan hasil yang makisimal.
27

DAFTAR PUSTAKA

Aatif, H. Muhammad., N. Javed., S. A. Khan., S. Ahmed., and M.


Raheeel. 2015. Virulence of Entomopathogenic Nematodes
against Meloidogyne incognita for Invasion, Development and
Reproduction at Different Application Times in Brinjal Roots.
Agriculture & Biologi Journal. 17 (5)
Afifah, L., B. T. Rahardjo dan H. Tarno. 2013. Eksplorasi nematoda
entomopatogen pada lahan tanaman jagung, kedelai, dan kubis di
Malang serta virulensinya terhadap Spodoptera Litura Fabricius.
Jurnal HPT. 1 (2)
Aprilyani., S., dan G. Suastika. 2015. Meloidogyne incognita Penyebab
Umbi Berbintil pada Kentang di Beberapa Sentra Produksi
Kentang di Jawa. Jurnal Fitopatologi Indonesia. 11 (5)
Astuti, D. S. 2015. The Comparasion Isolation Technical Of Nematode
By Barless Tulgreen, Extraction Of Soil and Roots In Subject
Invetebrate Of Systematic Practice. Seminar Nasional
Universitas PGRI Yogyakarta 2015.
Fahmawati, elly ika, dkk. 2021. Biodiversitas nematoda parasit pada
tanaman kopi (Coffea canephora var.Robusta ) di desa domyong
kecamatan bendungan kabupaten trenggalek . seminar nasional
agroteknologi UPN.
Fajrin, Dian R. 2015. Morfologi dan Antomi Nematoda. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Itiqomah, Dina dan Ankardiansyah, P. 2015. Teknik Pengendalian
Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) Ramah Lingkungan.
Prosiding Seminar Nasional Pencapaian Swasembada Pangan
Melalui Pertanian Berkelanjutan. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Khotimah, Nurul dkk. 2020. Perkembangan Populasi Nematoda Puru
Akar (Meloidogyne spp.) dan Tingkat Kerusakan Pada Beberapa
28

Tanaman Familia Solanaceae. Jurnal Agroekoteknologi Tropika,


Vol. 9, No. 1.
Lumowa Sonja. 2014. Zoologi invertebrata. Yogyakarta: Kepel press.
Mirsam, Hisha. 2018. Inventarisasi Nematoda Parasit Tumbuhan Yang
Berasosiasi Dengan Tanaman Wortel Asal Jawa Barat Dan
Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional, 4(1).
Mulyaningsih L. 2010. Aplikasi Agensia Hayati atau Insektisida Dalam
Pengendalian Hama Plutella xylostella Linn dan Crocidolomia
binotalis Zell Untuk Peningkatan Produksi Kubis (Brassica
oleracea L.). Media Soerjo7(2).
Nugrohorini. 2010. Eksplorasi Nematoda Entomopatogen Pada
Beberapa Wilayah di Jawa Timur. J. Pertanian MAPETA XII
(2): 72-144.
Nugrohorini. 2012. Nematoda Entomopatogen Sebagai Biokontrol
Hama Tanaman. Surabaya: UPN Press.
Nurjayadi, M. Y., A. Munif., G. Suastika. 2015. Identifikasi Nematoda
Puru Akar, Meloidogyne graminicola, pada Tanaman Padi di
Jawa Barat. Jurnal Fitopatologi Indonesia. 11 (4)
Oepp Eppo. EPPO Alert List – Meloidogyne graminicola Rice root-knot
nematode European and Mediterranean Plant Protection
OrganizationOrganisation Européenne et Méditerranéenne pour
la Protection des Plantes 2017.
Perry, R.N., M. Moens, dan J.L Starr. 2009. Root-Knot Nematodes.
London: CAB International.
Poinar GO & Grewal PS. 2012. History of Entomopathogenic
Nematology. Journal of Nematology 44(2): 153–16.
Rahayu tuti. 2012. Modul Praktikum Sistematika Invertebrata.
Surakarta: MUP.
Rahim A. 2010. Pengaruh Jumlah Ulat Tenebrio molitor sebagai Media
Perbanyakan Terhadap Kerapatan Infektif Juvenil (IJ) Agens
Hayati Nematoda Entomopatogen. Media Sains 2(1).
Saputra, Obhy Gartio, Desita Salbiah dan Agus Sutikno. 2017. Isolasi
29

dan Identifikasi Morfologis Nematoda Entomopatogen Dari


Lahan Pertanaman Semusim Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian Dengan Menggunakan Umpan Larva Tenebrio molitor
L. JOM Faperta. 4 (1).
Winarto, Novri Nelly dan Della Andini. 2019. Keanekaragaman dan
populasi Nematoda parasit pada rizosfer tanaman Tebu
(Saccharum officinarum) di Sentra Produksi Sumatera Barat.
Pros Semnas Masy Biodiv Indonesia, 5(3).
Wulandari, Dwi R.; I.M. Sudana dan I.D.P Singarsa. 2019.Tingkat
Fekunditas Nematoda (Meloidogyne spp.) pada Beberapa
Tanaman yang Tergolong Familia Solanaceae. Jurnal
Agroekoteknologi Tropika. 8 (4)
30

LAMPIRAN

No Gambar Keterangan
1 Corong baerman diisi air
secukupnya

2 Tanah dimasukkan kedalam


saringan yang sudah dialasi
tissue sebanyak 3/4

3 Tanah dimasukkan kedalam


corong baerman dan diisi air
hingga memenuhi permukaan
tanah dan diikubasi 2x24 jam

4 Air hasil dari ekstraksi


dimasukkan kedalam cawan
petri

5 Nematoda yang didapat


diletakkan diatas objek glass dan
dimati dibawah mikroskop

6 Tanah dimasukkan ¾ dari kotak


31

7 Tanah dilembabkan
menggunakan spray

8 Ulat hongkong dimasukkan


kedalam tanah sebanyak 5 ekor

9 Kotak ditutup, setelah itu


diletakkan terbalik, diberi label
dan diinkubasi sampai ulatnya
mati

10 Cup pudding dipotong


berukuran ¾ dari cawan petri

11 Kertas saring dipotong

12 Cup pudding dan kertas saring


diletakkan di dalam cawan petri

13 Ulat hongkong yang begejala


dimasukkan kedalam cawan
petri yang sudah dialasi kertas
Saring

Anda mungkin juga menyukai