Anda di halaman 1dari 19

Vivin Herina

05081281823017
HPTU

Hama pada Tanaman Teh

Hama yang menyerang teh :

1. Tungau jingga (Brevipalpus phoenicis)


2. Tungau kuning (Polyphagotarsonemus latus)
3. Ulat penggulung daun (Homona coffearia)
4. Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma)
5. Ulat api (Setora nitens)
6. Kutu hitam (Taxoptera auranti)
7. Wereng penghisap pucuk teh (Empoasca sp.)
8. Kepik pengisap daun teh (Helopeltis spp.)
9. Ulat jengkal (Hyposidra talaca)

4 hama penting teh :


1. Ulat penggulung daun (Homona coffearia)
2. Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma)
3. Wereng penghisap pucuk teh (Empoasca sp.)
4. Kepik pengisap daun teh (Helopeltis spp.)

Ulat penggulung daun (Homona coffearia)


Klasifikasi :

Filum        : Arthropoda

Kelas        : Insekta

Ordo         : Lepidoptera

Famili       : Tortricidae

Genus       : Homona

Spesies     : Homona coffearia N


Morfologi :
Ngengat Homona mengeluarkan telur yang berbentuk datar. Telur tersebut tersusun
dalam kelompok yang berbaris-baris di atas permukaan daun teh, larva ditandai dengan caput
berwarna hitam atau coklat tua. Setelah larva tumbuh hingga panjangnya 18-26 mm, dia
menjadi kepompong. Daun teh yang dijalin menjadi rumah kepompong tersebut. Kemudian
ia keluar sebagai ngengat dewasa, ngengat dewasa dicirikan pada bagian caput berwarna
hitam atau kecoklatan. Ngengat aktif hanya malam hari dengan siklus hidup 5-8 minggu;
telur 6-11 hari; larva 5-6 hari, pupa 7-10 hari.

Bioekologi :

Telur diletakkan pada pucuk daun teh, telur yang menetas menjadi larva dengan
keistimewaaan mempunyai daya lekat yang berasal dari benang liur pada pucuk yang
ditempatinya. Karena benang liur ditempatkan secara melintang, pucuk daun tersebut seakan-
akan terikat, sehingga sulit sekali membuka, larva berada dlam pucuk tanaman teh. Serangan
terjadi sepanjang tahun, apabila kondisi lingkungan yang mendukung seperti akhir musim
kemarau atau awal musim hujan populasi hama dapat meningkat.

Karakteristik :
Ngengat Homona mengeluarkan telur yang berbentuk datar. Telur tersebut tersusun
dalam kelompok yang berbaris-baris di atas permukaan daun teh. Gejala serangan yang
sering nampak yaitu, terlihat adanya satu atau lebih daun terlipat dengan menggunakan
benang halus. Mula-mula ulat memakan epidermis daun sehingga seluruh daun dimakan.
Larva akan makan daun pertama sehingga habis kemudian pindah ke daun yang lain. Selama
perkembangannya, satu ulat dapat menghabiskan lebih dari 1 helai daun. Pada instar awal,
kerusakan yang ditimbulkan sangat kecil karena yang dimakan adalah permukaan bawah dari
daun yang tua. Setelah panjang tubuh mencapai 5 mm, ulat berpindah ke daun-daun muda.

Gejala Serangan :
Adanya daun yang terlipat oleh benang- benang halus, bila daun yang terlipat dibuka
akan terlihat adanya ulat dengan kepala berwarna coklat tua atau hitam. Bagian daun yang
diserang adalah sebelah bawah daun sehingga lapisan sebelah atas daun mengering. Bagian
tanaman yang diserang adalah daun muda dan akan menyerang daun tua bila daun muda
habis. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya produksi pucuk.
Musuh alami :
Musuh alaminya, antara lain parasitoid Macrocentrus homonae Nix. (Hymenoptera,
Braconidae) dan Elasmus homonae.

Pengendalian :
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara mekanis ,yaitu dengan melakukan
pemetikan daun yang terserang dan pengambilan kelompok telur. Cara hayati dengan
menggunakan musuh alami antara lain Macrocentrus homonae, Elasmus homonae dan
bakteri entomopatogenik. Dengan pengendalian kimiawi, yaitu menggunakan insektisida
dengan berbahan aktif Lamda Sihalotrin.

Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma)


Klasifikasi :

Filum        : Arthropoda

Kelas        : Insekta

Ordo         : Lepidoptera

Famili       : Tortricidae

Genus       : Cydia

Spesies     : Cydia leucostoma

Morfologi :
Ngengat betina bertelur dengan meletakkan satu atau dua telur per daun teh. Dalam
lipatan daun, ulat membuat kepompong berwarna putih.

Bioekologi :
Ngengat betina bertelur dengan meletakkan satu atau dua telur per daun teh, biasanya
pada daun yang matang di bagian atas tanaman teh. Setelah larva (ulat) menetas, dia berjalan
ke pucuk dan masuk ke dalamnya.
Karakteristik :
Ulat tersebut menggulung daun pucuk dengan memakai benang-benang halus untuk
mengikat daun pucuk sehingga tetap tergulung. Cara dia menggulung daun cukup khas. Ulat
yang baru menetas hanya bisa hidup lama di dalam pucuk. Biasanya terdapat hanya satu ulat
per pucuk. Ulat secara bertahap membuat semacam sarang dan makan dari dalamnya. Dua
hari sebelum menjadi kepompong, ulat berhenti makan dan mulai melipat daun di pinggirnya.
Dalam lipatan daun, ulat membuat kokon putih. Dewasa (ngengat) keluar dari kepompong
pada siang hari, biasanya antara jam 8:00 dan 15:00. Ngengat kawin pada pagi atau malam.

Gejala Serangan :
Ulat penggulung pucuk menyebabkan tergulung daun pucuk. Pada gulungan tersebut
terlihat adanya benang-benang halus yang mengikat dua pucuk, dari luar terkadang hanya
terlihat beberapa benang-benang saja. Ulat penggulung pucuk tidak terlihat atau tersembunyi
didalam pucuk daun teh yang tergulung. Bila gulungan dibuka akan ditemukan ulat yang
gerakannya lamban dan ukurannya kecil.

Musuh alami :

Pengendalian :
1. Memperpendek daur petik dan memetik semua pucuk yang terserang, serta
pucuk atau daun yang berkepompong. Petikan pada tanaman yang baru
dipangkas dilakukan olah tenaga khusus yang terlatih agar tidak merusak
bentuk tanaman.
2. Menyiang gulma secara teratur, usahakan gulma jangan sampai berbunga
karena merupakan sumber makanan bagi imago ulat tarsebut.
3. Secara mekanis, hayati dengan melepas musuh alami Apanteles
Wereng penghisap pucuk teh (Empoasca sp.)

Klasifikasi :
Filum        : Arthropoda
Kelas        : Insekta
Ordo         : Homoptera
Famili       : Cicadellidae
Genus       : Empoasca
Spesies     : Empoasca sp.

Morfologi :
Telur sangat kecil berwarna putih, tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Setelah 4-
7 hari telur menetas jadi nimfa. Nimfa berwarna putih kekuning-kuningan berganti kulit 4
kali dalam 7-12 hari. Dewasa berwarna hijau muda kekuning-kuningan, dapat terbang
kemana-mana, apalagi bila tertolong tiupan angin. Lama daur hidup dari telur sampai dewasa
berkisar 14-18 hari.

Bioekologi :
Ia hidup pada permukaan bawah daun, sesekali naik ke atas permukaan daun, dengan
menusuk dan menghisap cairan terutama dari tulang daun muda. Serangga ini menyerang
pucuk teh, dengan menusuk dan menghisap cairannya. Jika pucuk sudah habis, serangan
dapat berlanjut ke daun muda dan tua.

Karakteristik :

Hama ini bertelur pada pagi dan sore hari. Telur diletakkan satu-persatu, diselipkan
pada tulang daun teh. ciri khas serangga ini adalah jalannya menyamping. Sesekali saja ia
naik ke atas daun. Gejala serangan yang ditimbulkan oleh hama ini berupa perubahan warna
tulang daun the menjadi merah coklat. Pada daun, timbul noda-noda berwarna kemerahan
seperti terbakar (leaf burn), kemudian menguning. Pertumbuhan daun menjadi terhambat,
dan pucuk daun teh tumbuh tidak normal. Serangan dapat sampai tanaman jadi gundul
dengan produksi sangat menurun.
Gejala Serangan :
1. Serangan ringan : daun menjadi klorosis (perubahan warna menjadi coklat tua),
dibagian bawah perdu ditemukan serangga kecil pada stadia nimfa.
2. Serangan sedang : pinggiran daun sebagian mengeriting, ditemukan banyak serangga
baik stadia nimfa atau dewasa.
3. Serangan berat : sebagian besar daun muda berwarna kuning kusam, mengeriting dan
sebagian terjadi kematian pinggiran daun, ditemukan banyak serangga baik nimfa
maupun dewasa.

Musuh alami :

Pengendalian :
1. Sanitasi sarana panen dengan tujuan untuk memutus penyebaran hama yang luas.
2. Monitoring dan inventarisasi areal serangan perlu dilakukan setiap hari dan dievaluasi
setiap minggu untuk dapat menentukan cara pengendaliannya secara efektif dan
ekonomis.

Kepik pengisap daun teh (Helopeltis spp.)

Klasifikasi :

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hemiptera

Famili : Miridae

Genus : Helopeltis

Spesies : Helopeltis antonii

Morfologi :
Jangka waktu dari awal telur sampai dewasa adalah 3 hingga 5 minggu. Dewasa bisa
hidup sampai 2 minggu. Telur panjangnya 1,5 mm. Jumlah telurnya kira-kira 80 per betina.
Nimfa nya (“mikung”) berwarna oranye kemerah-merahan. Dewasanya (“indung”) berwarna
hitam-putih menjadi hitam-merah untuk antonii atau hitam-hijau untuk theivora. Dewasa
Helopeltis mempunyai tiang kecil seperti jarum yang menonjol dari tengah punggungnya
(thorax). Bagian punggung berwarna kelabu sampai hijau kelabu, sedangkan tungkainya
berwarna coklat kelabu. Panjang tubuhnya 6,5—7,5 mm.

Bioekologi :
Telur diletakkan masuk ke urat daun teh atau cabang pucuknya secara tersembunyi
dari serangan predator. Telur juga dimasukkan ke dalam ujung cabang hijau yang baru
dipangkas. Serangga ini hidup dengan baik pada ketinggian 200—1.400 mdpl.

Karakteristik :
Kepik pengisap daun atau Helopeltis menyerang pucuk daun muda. Kepik ini
menusuk dan mengisap daun teh sehingga membentuk bercak-bercak hitam.

Gejala Serangan :

Musuh alami : Laba-laba lompat, belalang sembah, capung

Pengendalian :
Untuk menanggulangi serangan H. antonii pada tanaman teh dan menekan
populasinya dapat dilakukan dengan pemangkasan tanaman, pengaturan daur petik pucuk teh
7 hari, penggunaan klon unggul, pemupukan berimbang, sanitasi, mekanis. Helopeltis ini
memiliki banyak musuh alami seperti laba-laba lompat, belalang sembah, capung dan
predator lain sebagai agen pengendalian hayati.
Hama pada tanaman kakao
1. Penggerek Buah Kakao (PBK) (Conopomorpha cramerella)
2. Kepik Pengisap Buah (Helopeltisspp.)
3. Hama Penggerek Batang (Zeuzera coffeae Nietn.)
4.

4 hama penting kakao :


1. Penggerek Buah Kakao (PBK) (Conopomorpha cramerella)
2. Kepik Pengisap Buah (Helopeltis spp.)
3. Hama Penggerek Batang (Zeuzera coffeae Nietn.)

Penggerek Buah Kakao (PBK) (Conopomorpha cramerella)

Klasifikasi :

Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Gracillariidae
Genus : Conopomorpha
Spesies : Conopomorpha cramerella

Morfologi :
a. Telur
Telur berbentuk oval dengan panjang 0,4-0,5 mm dan lebar 0,2-0,3 mm, berwarna
orange pada saat diletakkan dan menjadi kehitaman bila akan menetas. Stadium telur
berlangsung 2-7 hari.
b. Larva
Larva berwarna putih kekuningan atau kehijauan dengan panjang maksimum 11
mm terdiri dari 5 instar. Lama stadia larva berkisar antara 14 – 18 hari.
c. Pupa
Pupa berwarna coklat dengan ukuran panjang berkisar antara 6-7 mm dan lebar 1-
1,5 mm terbungkus dalam kokon berwarna transparan dan kedap air. Stadium pupa
berlangsung 5-8 hari.
d. Imago
Imago atau serangga dewasa berupa ngengat berwarna hitam dengan bercak
kuning berukuran panjang 7 mm, lama hidup berkisar antara 7-8 hari.

Bioekologi :
Telur diletakkan pada permukaan kulit buah pada lekukan buah. Setelah
menetas larva menggerek masuk ke dalam buah. Menjelang berpupa, larva keluar dari
buah dan berpupa pada permukaan buah, pada daun, serasah atau di tempat lain yang
agak tersembunyi, bahkan pada kendaraan yang digunakan untuk mengangkut hasil
panen. Imago aktif pada malam hari dan di siang hari berlindung di tempat teduh.
Seekor betina mampu meletakkan telur antara 50-100 butir selama hidupnya.
Karakteristik :
Hama ini menyerang buah yang masih muda sampai dengan buah yang sudah masak.
Stadium yang menimbulkan kerusakan dari hama ini adalah berupa larva/ulat yang
menyerang buah kakao berukuran 3 cm sampai menjelang masak. Larva merusak buah
dengan memakan daging buah, membuat saluran ke biji menyebabkan biji saling melekat
berwarna kehitaman, ukuran mengecil dan berukuran kecil sehingga kualitas biji menjadi
rendah.

Gejala Serangan :
Buah yang terserang ditandai dengan memudarnya warna kulit buah, muncul warna
belang hijau kuning atau merah jingga. Buah yang sudah tua apabila diguncang tidak
berbunyi karena bijinya saling melekat.

Musuh alami : Beauveria bassiana, Spicaria sp., Fusarium sp., Verticilium sp.,
Acrostalagmus sp. dan Penicillium sp., semut hitam dan semut rangrang.
Pengendalian :
1. Monitoring hama, dan deteksi dini adanya serangan
2. Melakukan sanitasi dengan mengubur kulit buah, plasenta dan buah busuk
3. Melakukan penyelubungan buah berukuran 8-10 cm dengan kantong plastik
4. Melakukan pengendalian dengan menggunakan predator musuh alami semut
hitam, Dibuat sarang semut dari daun kelapa yang dilipat dan diletakkan di atas
jorket
5. Menggunakan pestisida nabati yaitu daun tembakau, sirih hutan, biji/daun mimba,
umbi gadung, biji srikaya/nona sebrang, daun gamal, biji jarak, daun suren
(Toona sureni) dan Tithonia (Tithonia diversifolia).
6. Menggunakan agensia hayati yaitu Beauveria bassiana, Spicaria sp., Fusarium
sp., Verticilium sp., Acrostalagmus sp. dan Penicillium sp., semut hitam dan semut
rangrang.

Kepik Pengisap Buah (Helopeltis spp.)


Klasifikasi :

Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Miridae
Genus : Helopeltis
Spesies : Helopeltis spp.

Morfologi :
a. Telur
Telur berbentuk lonjong, berwarna putih, pada salah satu ujungnya terdapat
sepasang benang yang tidak sama panjangnya. Stadium telur berlangsung antara 6-7
hari.
b. Nimfa
Nimfa mempunyai bentuk yang sama dengan imago tetapi tidak bersayap, terdiri
dari 5 instar dengan 4 kali ganti kulit. Stadium nimfa berkisar antara 10-11 hari.
c. Imago
Imago berupa kepik dengan panjang tubuh kurang lebih 10 mm. Seekor imago
betina mampu meletakkan telur hingga 200 butir selama hidupnya

Bioekologi :
Telur diletakkan pada permukaan buah atau pucuk dengan cara diselipkan di
dalam jaringan kulit buah atau pucuk dengan bagian ujung telur yang ada benangnya
menyembul keluar.

Karakteristik :
Stadium yang merusak dari hama ini adalah nimfa (serangga muda) dan
imagonya. Nimfa dan imago menyerang buah muda dengan cara menusukkan alat
mulutnya ke dalam jaringan, kemudian mengisap cairan di dalamnya. Sambil
mengisap cairan, kepik tersebut juga mengeluarkan cairan yang bersifat racun yang
dapat mematikan sel-sel jaringan yang ada di sekitar tusukan. Selain buah, hama ini
juga menyerang pucuk dan daun muda.

Gejala Serangan :
Serangan pada buah muda akan menyebabkan terjadinya bercak yang akan
bersatu sehingga kulit buah menjadi retak, buah menjadi kurang berkembang dan
menghambat pekembangan biji. Serangan pada buah tua menyebabkan terjadinya
bercak-bercak cekung berwarna coklat muda, yang selanjutnya akan berubah menjadi
kehitaman. Serangan pada daun menyebabkan daun timbul bercak-bercak berwarna
coklat atau kehitaman. Sedangkan serangan pada pucuk menyebabkan terjadinya layu,
kering dan kemudian mati.

Musuh alami : B. bassiana dan Spicaria sp., semut hitam (D.thoracicus) dan semut
rangrang (O.smaragdina).

Pengendalian :
1. Menggunakan agensia yaitu B. bassiana dan Spicaria sp., semut hitam
(D.thoracicus) dan semut rangrang (O.smaragdina).
2. Menggunakan pestisida nabati yaitu daun tembakau, sirih hutan, biji/daun
mimba, umbi gadung, biji srikaya/nona sebrang, daun gamal, biji jarak, daun
suren (Toona sureni) dan Tithonia (Tithonia diversifolia).

Hama Penggerek Batang (Zeuzera coffeae Nietn.)


Klasifikasi :

Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies :

Morfologi :

Bioekologi :

Karakteristik :

Gejala Serangan :

Musuh alami :

Pengendalian :
Hama pada Lada
1. Penggerek Batang (L. piperis Marsh.)
2. Pengisap Buah (D. piperis China)
3. Pengisap Bunga (D. hewetti (Dist))

4 hama utama lada :


1. Penggerek Batang (L. piperis Marsh.)
2. Pengisap Buah (D. piperis China)
3. Pengisap Bunga (D. hewetti (Dist))

Penggerek Batang (L. piperis Marsh.)


Klasifikasi :

Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae
Genus : Lophobaris
Spesies : Lophobaris piperis

Morfologi :
a. Telur
Telur berwarna putih kekuningan, panjang antara 0,45 – 0,75 mm dan lebar
antara 0,51– 0,71 mm. L
b. Larva
Larvanya tidak bertungkai, silindris dan berwarna putih kotor. Larva
mengalami pergantian kulit tiga kali sebelum mencapai stadium pupa.
c. Pupa
Pupa berbentuk eksarat dan berwarna putih kotor hingga kekuningan.
d. Imago
Serangga dewasa L. piperis berwarna hitam mengkilat. Bagian mulut terletak
pada rostrum yang memanjang menyerupai belalai. Antena berbentuk gada dan
berwarna coklat tua. Panjang tubuh antara 3,2 – 4,2 mm dan lebar antara 1,5 – 2,1
mm. Jantan dan betinanya dapat dibedakan terutama dari ukuran tubuh. Umumnya
ukuran tubuh serangga jantan jauh lebih kecil dan langsing dibandingkan dengan
betina. Serangga dewasa di lapangan dapat hidup selama 1 hingga 1,5 tahun.
Siklus hidup dari telur hingga menjadi serangga dewasa rata-rata berlangsung dua
bulan.

Bioekologi :
Berbagai stadium L. piperis selalu dijumpai di lapangan. Pada awal musim
hujan biasanya terdapat telur dan larva muda, sedangkan pada pertengahan musim
hujan terdapat pupa dan serangga dewasa. Pada akhir musim hujan, stadium telur dan
larva lebih banyak ditemukan. Semua stadium akan sulit ditemukan pada musim
kemarau

Karakteristik :
Kumbang betina bertelur pada bagian bukubuku cabang buah dan batang
utama. Selama hidupnya mampu meletakkan telur antara 280 - 525 butir, atau rata-
rata 380 butir dengan penetasan mencapai 88,71%. Serangga dewasa akan berdiam
diri seperti mati dan akan menjatuhkan diri bila disentuh atau diganggu. Serangga
juga tidak menyukai sinar matahari, sehingga lebih sering berada pada bagian
tanaman yang terlindungi dari cahaya.

Gejala Serangan :
Kerusakan yang paling berat adalah karena serangan larva L. piperis yaitu
dapat menyebabkan kerusakan bagian tanaman yang digerek bahkan kematian
tanaman. Serangga dewasa hanya menyerang bunga, buah, pucuk, ranting muda, dan
daun muda. Akibat serangan umumnya berupa gejala gigitan pada bagian tanaman
yang diserang dan menghitamnya bekas gigitan karena pembusukan.
Musuh alami :
Musuh alami yang diketahui potensial adalah parasitoid larva Spathius piperis
(Braconidae: Hymenoptera) dan parasitoid pupa Eupelmus curculionis (Eupelmidae:
Hymenoptera) serta cendawan patogen serangga Beauveria sp. Musuh alami lainnya
yang perlu diperhitungkan yang setidaknya diperkirakan mampu menekan serangga
penggerek adalah predator laba-laba.

Pengendalian :
Pengendalian hama lada melalui pengelolaan ekosistem adalah dengan cara
memanipulasi lingkungan yang menguntungkan musuh alami yaitu penyiangan terbatas,
menanam varietas toleran, penanaman tanaman penutup tanah, tumpang sari. Cara lain
yang dapat dipadukan adalah secara fisik (mekanik) melalui pemotongan cabang (ranting)
terserang penggerek dan pengumpulan serangga dewasa L. piperis, D. piperis dan D. hewetti,
kemudian dimusnahkan. Pemangkasan tanaman lada secara teratur juga dapat menurunkan
populasi hama. Jika perlu, pengendalian hama utama lada dapat menggunakan insektisida
nabati seperti mimba dan bengkuang atau dengan patogen serangga B. bassiana.

Pengisap Buah (D. piperis China)


Klasifikasi :

Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Coreidae
Genus : Dasynus
Spesies : Dasynus piperis

Morfologi :
a. Telur
Telur berwarna coklat tua, berbentuk lonjong agak persegi, panjang 1,50 mm,
lebar 1 mm, tinggi 0,90 mm. Telur diletakkan sejajar 2-4 butir atau berkelompok 8-10
butir di permukaan daun, cabang, dan buah muda, namun paling banyak ditemukan
pada bagian tengah tajuk lada. Stadium telur berlangsung 7-8 hari
b. Nimfa
Nimfa yang baru menetas berukuran ± 2 mm, tidak bersayap, berwarna kuning
kecoklatan, antena menggelembung pada ruas tertentu dan selalu lebih panjang dari
tubuhnya. Nimfa mengalami pergantian kulit empat sampai lima kali dan stadium
nimfa berlangsung 3-4 minggu
c. Imago
Kepik berwarna hijau kecoklatan. Serangga dewasa berukuran panjang 10- 15
mm, lebar 4-5 mm, dan mempunyai tipe mulut menusuk dan pengisap. Siklus hidup
dari telur hingga serangga dewasa sekitar 6 minggu.

Bioekologi :
Kepik aktif pada waktu pagi dan sore hari, sedangkan pada siang hari
bersembunyi di bagian dalam dari tajuk tanaman. Kepik lebih menyukai tempat yang
rimbun dan agak gelap untuk meletakkan telurnya. Kepik betina meletakkan telur
antara pukul 14.00 – 18.00.

Karakteristik :
Kepik mengambil cairan dari berbagai bagian tanaman, antara lain buah,
bunga, pucuk muda dan tangkai daun, namun yang paling disukai adalah buah. Kepik
betina meletakkan telur secara acak baik pada tanaman lada yang buahnya masih
muda atau hijau maupun buahnya hampir masak atau telah masak, sedangkan nimfa
mengelompok pada tanaman lada yang berbuah muda dan menyebar pada tanaman
lada yang berbuah hampir masak

Gejala Serangan :
Serangga ini memakan buah lada dengan cara menusukkan stiletnya dan
mengisap cairan buah sehingga buah kosong dan rusak. Buah yang terserang menjadi
hitam dengan gejala bercak-bercak bekas lubang tusukan. Buah terserang akhirnya
gugur. Serangan pada buah muda mengakibatkan untaian buah gugur sebelum tua.
Jika buah yang diserang sudah tua mengakibatkan buah menjadi kering. Buah mulai
diserang setelah berumur 4,5 bulan, pada saat buah mulai matang susu.
Musuh alami :

Pengendalian :
Pengendalian hama lada melalui pengelolaan ekosistem adalah dengan cara
memanipulasi lingkungan yang menguntungkan musuh alami yaitu penyiangan
terbatas, menanam varietas toleran, penanaman tanaman penutup tanah, tumpang sari.
Cara lain yang dapat dipadukan adalah secara fisik (mekanik) melalui pemotongan
cabang (ranting) terserang penggerek dan pengumpulan serangga dewasa L. piperis,
D. piperis dan D. hewetti, kemudian dimusnahkan. Pemangkasan tanaman lada secara
teratur juga dapat menurunkan populasi hama. Jika perlu, pengendalian hama utama
lada dapat menggunakan insektisida nabati seperti mimba dan bengkuang atau dengan
patogen serangga B. bassiana.

Pengisap Bunga (D. hewetti (Dist))


Klasifikasi :

Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Tingidae
Genus : Diconocoris
Spesies : Diconocoris hewetti

Morfologi :
a. Telur
Telur berwarna bening kekuningan, berbentuk lonjong, berukuran panjang
0,75 mm dan lebar 0,22 mm, serta biasanya diletakkan di antara tonjolan bunga
pada bulir bunga. Sepuluh hari kemudian telur menetas.
b. Nimfa
Nimfa berwarna kuning muda mirip bunga lada, sehingga sulit dilihat. Nimfa
terdiri dari lima instar dengan total masa perkembangan antara 13,0 – 17,3 hari.
c. Imago
Serangga dewasa berwarna hitam dan tidak aktif terbang, berdiam diri di
sekitar bulir bunga. Siklus hidup berlangsung sekitar 30 hari. Lama hidup imago
jantan 10,2 – 18,8 hari, sedangkan imago betina 13,6 – 16,9 hari.

Bioekologi :
Hama ini dapat ditemukan menyerang bulir bunga.bila bulir tersebut
tidaktersedia, serangga dewasa dapat bertahan hidup dengan makan pucuk daun atau
bulir buah muda

Karakteristik :
Serangga dewasa tidak aktif terbang, berdiam diri di sekitar bulir bunga. Jika
diganggu akan menjatuhkan diri, sehingga lebih mudah menangkapnya yaitu dengan
menyimpan wadah (lembaran kain) di bawah bulir bunga kemudian bulir bunga
digoyang. Bila tidak tersedia bulir bunga, serangga dewasa dapat bertahan hidup
dengan makan pucuk daun atau bulir buah muda. Kemampuan D. hewetti mengisap
bulir bunga sangat tinggi. Satu ekor dalam waktu 24 jam mampu merusak satu bulir
bunga dan menggagalkan pembuahan.

Gejala Serangan :
Serangga ini merusak tanaman lada dengan jalan mengisap cairan bunga,
sehingga bunga tidak dapat berkembang menjadi buah dan warnanya berubah dari
kuning kehijauan menjadi coklat atau hitam. Selain itu juga menyerang buah yang
masih muda. Adanya bintik-bintik berwarna coklat dan cairan ekskresi yang kental
merupakan gejala bekas serangan hama bunga.

Musuh alami :

Pengendalian :
Pengendalian hama lada melalui pengelolaan ekosistem adalah dengan cara
memanipulasi lingkungan yang menguntungkan musuh alami yaitu penyiangan
terbatas, menanam varietas toleran, penanaman tanaman penutup tanah, tumpang sari.
Cara lain yang dapat dipadukan adalah secara fisik (mekanik) melalui pemotongan
cabang (ranting) terserang penggerek dan pengumpulan serangga dewasa L. piperis,
D. piperis dan D. hewetti, kemudian dimusnahkan. Pemangkasan tanaman lada secara
teratur juga dapat menurunkan populasi hama. Jika perlu, pengendalian hama utama
lada dapat menggunakan insektisida nabati seperti mimba dan bengkuang atau dengan
patogen serangga B. bassiana.

Anda mungkin juga menyukai