Anda di halaman 1dari 12

Tanaman Ubi Jalar

Dalam Rukmana (1997) sistematika tanaman ubi jalar diklasifikasikan ke dalam golongan
sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Solanales

Family

: Convolvulaceae

Genus

: Ipomoea

Spesies

:Ipomoea batatas(L.) Lam


Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau

umbi. Akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur hara yang ada dalam tanah,
sedangkan akar lumbung berfungsi sebagai tempat untuk menimbun sebagian makanan yang
nantinya akan terbentuk umbi. Kedalaman akar tidak lebih dari 45 cm. Biasanya sekitar 15
persen dari seluruh akarnya yang terbentuk akan menebal dan membentuk akar lumbung yang
tumbuh agak dangkal. Ukuran umbi meningkat selama daun masih tetapi aktif (Sonhaji, 2007)
Hama dan Penyakit
Musuh Alami

Jenis-jenis musuh alami meliputi:


a. Predator
Menurut Purnomo (2010), predator adalah binatang yang hidup bebas yang
memburu, memakan atau

menghisap cairan tubuh binatang lain, sehingga

menyebabkan kematian. Terkadang, predator berguna karena dapat mengurangi hama.


Karakteristik umum dari predator adalah:
1. Membunuh dan memakan mangsanya lebih dari satu hingga mencapai stadia
dewasa
2. Ukuran tubuhnya relative lebih besar disbanding mangsanya
3. Sifat predasi terdapat pada stadia pradewasa dan dewasa

4. Stadia larva/nimfa yang aktif sebagai predator dibantu oleh organ sensorik dan
lokomotorik
5. Perkecualian hanya pada tabuhan predator yang menyimpan mangsanya untuk
progeninya
b. Parasitoid
Menurut Rastam (2004), parasitoid adalahseraangga yang hidup sebagai
parasite yang berada di dalam atau pada tubuh serangga lain (serangga inang) dan
membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid ini umumnya bersifat parasitic pada fase
pradewasa dan pada fase dewasa mereka hidup bebas tidak terikat mangsanya.
c. Entomopathogen
Menurut Arifin (1994), entomopathogen merupakan salah satu jenis
bioinsektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama tanaman.
d. Mikroorganisme Antagonis Penyakit
Menurut

Arifin

(1994),

mikroorganisme

ini

merupakan

salah

satu

mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan pathogen penyebab penyakit


pada tanaman.

Mekanisme Peranan Musuh Alami dalam Menjaga Stabilitas Produksi


Menurut Arifin (1994) mekanisme peranan musuh alami dalam menjaga stabilitas
produksi, yaitu:
a. Predator :
Memakan mangsanya secara langsung
b. Parasitoid :
Meletakan telur pada tubuh hewan sasaran, kemudian setelah menetas larvanya
menghisap cairan tubuh hewan sasaran tersebut hingga mati
c. Patogen :
- Jamur tersebut masuk kedalam tubuh serangga melalui kulit diantara ruas-ruas
-

tubuh
Mekanisme penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikala

Didalam tubuh serangga hifa berkembang dan selanjutnya memasuki pembuluh


darah, melalui beberapa proses lebih lanjut di dalam tubuh menyebabkan
kematian serangga

Patogen Penting Tanaman Ubi Jalar


1. Kudis atau Scab
Menurut Rukmana (1997), penyakit kudis disebabkan oleh cendawan Elsinoe
batatas. Tanaman ubi jalar yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala adanya
benjolan-benjolan pada tangkai serta urat daun, dan daun-daun berkerut seperti kerupuk.
Tingkat serangan yang berat menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan
fotosintesis sehingga hasil ubi menurun (rendah), bahkan tidak menghasilkan sama
sekali.
Menurut Rukmana (1997), pengendalian penyakit kudis dapat dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut:
a. Pergiliran (rotasi) tanaman untuk memutuskan siklus hidup penyakit;
b. Penanaman ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti daya dan gedang;
c. Kultur teknik budi daya secara intensif;
d. Penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat
2. Layu Fusarium
Menurut Rukmana (1997), penyakit layu fusarium disebabkan oleh jamur
Fusarium oxysporum f. batatas. Gejala khas akibat serangan penyakit ini adalah tanaman
tampak lemas, urat daun menguning, layu, dan akhirnya mati. Cendawan fusarium dapat
bertahan selama beberapa tahun dalam tanah. Penularan penyakit dapat terjadi melalui
tanah, udara, air, dan terbawa oleh bibit.
Menurut Rukaman (1997), pengendalian penyakit layu fusarium dapat dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Penggunaan bibit yang sehat (bebas penyakit);
b. Pergiliran (rotasi) tanaman yang serasi di suatu daerah dengan tanaman yang bukan
sefamili;
c. Penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit Fusarium.

3. Busuk Hitam
Menurut Suparman (2007), penyakit busuk hitam ini disebabkan oleh jamur
Diplodia trubericola. Penyaki busuk hitam ini menyerang umbi ketika berada dalam
penyimpanan di gudang. Bagian umbi yang diserang mula-mula berwarna hitam dan
menyeras. Selanjutnya karena proses kelembapan akhirnya terjadi pembusukan, dan terus
menyebar ke seluruh bagian umbi. Umbi yang sudah terserang sebaiknya segera dibuang
atau dimusnahkan agar tidak mencemari atau menulat ke umbi lainnya.
4. hdsh
Hama Penting Tanaman Ubi Jalar
Kalshoven (1981) dan Pracaya (1993) menyatakan bahwa terdapat beberapa jenis hama
penting yang menyerang tanaman ubi jalar yaitu :
1) Perusak daun adalah ulat Agrius sp., Heliothis armigera, Spodoptera litura, Tabidia sp dan
kumbang Aspidomorpha sp.,
2) Perusak batang, akar dan Umbi adalah kumbang Cylas formicarius, kumbang Leucopholis
sp dan ulat Omphisa sp. Serta hama tikus yaitu Rattus spp.
1. Tikus (Rattus rattus sp)
Menurut Rukmana (1997), hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar
yang berumur cukup tua atau sudah pada stadium membentuk ubi. Hama ini menyerang
ubi dengan cara mengerat dan memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak
beraturan. Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti
dengan gejala pembusukan ubi.
Menurut Rukmana (1997), pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan caracara sebagai berikut:
a. Sistem geropyokan untuk menangkan tikus dan langsung dibunuh;
b. Penyiangan dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus di sekitas
kebun ubi jalar;
c. Pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat

2. Cylas formicarius F.
Menurut Pracaya (2008), hama ini sering disebut hama boleng atau hama
bongkeg. Serangan ini banyak merusak umbi ubi jalar dengan cara masuk dalam umbi
dan memakan bagian kulitnya. Umbi yang telah diserangnya akan timbul bau yang tidak
enak. Walaupun serangannya hanya sedikit, rasa umbi yang sudah terserang tidak enak
lagi. Kadang serangan hama boleng juga diikuti oleh serangan ulat Omphisa
anastomosalis Gn., yang juga mengebor masuk ke dalam umbi. Warna ulatnya ungu
muda atau kekuningan.
Morfologi hama ini menurut Pracaya (2008), bentuk kumbang menyerupai semut,
langsing dan berwarna cerah. Moncong, kepala dan elytra-nya berwarna biru, sedangkan
dada (thorax), antenna, dan kakinya berwarna merah. Panjangnya 6-8 mm. kakinya
panjang. Panjang larwa lebih kurang 8-10 mm. warna larva putih sedikit melengkung,
sedangkan kepalanya berwarna cokelat muda. Larva ini terdapat dalam ubi jalar yang
mulai membesar. Telurnya berbentuk oval dengan warna putih kekuningan.
Menurut Pracaya (2008), daur hidup kumbang ini biasanya tertarik pada cahaya
lampu. Serangga ini memakan pada wakti malam. Selain memakan daun dan tangkai,
biasanya kumbang ini juga suka memakan umbi dengan cara mengebor sedalam 1-2 cm.
telurnya diletakkan dalam batang atau umbi yang ditutup dengan sisa makanan. Setelah
menetas, larvanya dapat langsung memakan umbi di tempat menetasnya. Kumbang ini
bisa hidup selama 3 bulan. Setiap harinya kumbang bisa bertelur 2 butir dan jumlahnya
bisa mencapai 200 butir. Serangan hama ini bisa menimbulkan kerusakan sampai 50%,
terutama jika disertai serangan ulat Omphisa anastomosalis. Serangan hama ini bisa
berlangsug terus sampai umbi disimpan sebab larva dan kumbangnya sudah berasa dalam
umbi. Larvanya bisa menjadi pupa di dalam umbi atau di dalam tanah. Panjang pupanya
lebih kurang 6-7 mm.
3. Siput Setengah Telanjang (Parmarion pupillaris Humb.)
Menurut Pracaya (2008), warnanya cokelat kekuningan atau cokelat keabuan.
Rumah pada punggungnya kerdil dan sedikit menonjol. Jenis yang telanjang halus dan
tidak ada tonjolannya. Panjangnya 5 cm. sipu ini polifag atau memakan segala tanaman.

Siput ini sering merusak pesemaian atau tanaman yang baru saja tumbuh seperti kol,
sawi, tomat, tembakau, ubijalar dan kentang.
4. Penggerek Batang Ubi Jalar (Omphisia anastomasalis)

Menurut Ames et al (1997), sebagian besar telur diletakkan secara individual di


permukaan daun bagian bawah, terutama di bagian tepi daun. Ada juga telur yang
diletakkan pada batang. Stadia telur, larva sampai dengan pupa membutuhkan waktu
rata-rata 55-65 hari. Stadia larva terdiri atas enam instar. Larva yang baru muncul
memiliki kepala berwarna coklat sedangkan bagian tubuhnya berwarna kemerahan atau
merah muda. Setelah beberapa hari, tubuhnya berubah menjadi berwarna krem dan
mempunyai bintik-bintik hitam. Ukuran larva besar mencapai 30 mm (Gbr. 9). Pada
tanaman yang terserang biasanya terdapat tumpukan serbuk halus berwarna kecoklatan
disekitar pangkal batang. Sebelum menjadi pupa, larva membuat lubang keluar yang
ditutupi dengan lapisan pelindung. Masa pupa berlangsung sekitar dua minggu, berada
didalam kepompong yang tertutup oleh serat dan terletak didalam terowongan/lubang
gerekan pada batang (Gbr. 10). Serangga dewasa penggerek batang yaitu berupa ngengat
muncul dengan cara menerobos lapisan

tipis dari pelindung yang menutupi lubang

keluar. Ngengat hidup selama 5 - 10 hari. Ngengat betina dapat meletakkan telur dengan
jumlah rata-rata mencapai 150-300 telur. Ngengat berukuran 15 mm. Kepala dan bagian
tubuh ngengat berwarna coklat kemerahan, sedangkan sayapnya berwarna coklat muda
(Gbr. 11).
Kerusakan. Larva membuat lubang dengan cara menggerek bagian dalam batang
tanaman ubi jalar tidak lama setelah larva keluar dari telur, dan kadang-kadang
menembus leher pangkal umbi. Akibat aktivitas makan larva menyebabkan terjadinya
pembesaran dan lignifikasi pada pangkal batang dan terbentuknya rongga dimana rongga

tersebut diisi dengan serbuk halus bekas gerekan. Tanaman menjadi layu dan mati.
Serangan penggerek batang pada tahap awal pertumbuhan tanaman ubi jalar dapat
menghambat pembentukan umbi. Penyebaran dan arti penting. Penggerek batang
merupakan salah satu hama yang paling merusak pada tanaman ubi jalar didaerah tropis
dan subtropis Asia serta daerah Pasifik. Hama penggerek batang ubi jalar tersebar luas di
Filipina, Indonesia, India, Sri Lanka, Malaysia, Taiwan, Hawaii dan Vietnam. Serangan
hama penggerek batang ubi jalar juga terjadi di negara Cina, Jepang, Kamboja, Laos,
Burma (Myanmar) dan Thailand. Serangan pada saat fase pertumbuhan tanaman dapat
mengakibatkan kehilangan hasil 30-50% atau lebih.
Penyebaran dan arti penting. Penggerek batang merupakan salah satu hama yang
paling merusak pada tanaman ubi jalar di daerah tropis dan sub tropis Asia serta daerah
Pasifik. Hama penggerek batang ubi jalar tersebar luas di Filipina, Indonesia, India, Sri
Lanka, Malaysia, Taiwan, Hawaii, dan Vietnam. Serangan hama penggerek batang ubi
jalar juga terjadi di negara Cina, Jepang, Kamboja, Laos, Burma (Myanmar) dan
Thailand. Serangan pada saat fase pertumbuhan tanaman dapat mengakibatkan
kehilangan hasil 30-50% atau lebih.
Pengendalian. Penggunaan bahan tanam yang mengandung telur penggerek
batang atau menanam tanaman baru yang berdekatan dengan pertanaman yang sudah
terserang penggerek batang merupakan sarana utama terjadinya penyebaran hama ini.
Perlakuan pada bahan tanam dan pergiliran tanaman mempunyai arti penting terhadap
pengendalian hama ini. Pengurugan pada guludan sering dipraktekkan untuk mengurangi
kerusakan dari serangan kumbang penggerek ubi jalar. Namun, selain itu ternyata
pengurugan pada guludan juga memberikan kontribusi positif

terhadap

upaya

pengendalian penggerek batang. Pengurugan pada guludan menjadi efektif karena


lubang yang dibuat oleh larva sebagai jalan keluar untuk serangga dewasa penggerek
batang menjadi tertutupi oleh tanah. Cocopet dan semut dapat menyerang larva yang
masih berkembang dalam batang tanaman ubi jalar. Sumber ketahanan genetik terhadap
penggerek batang ubi jalar sudah bisa diidentifikasi oleh Balai Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Sayuran Asia, Taiwan.
5. Kumbang Penyu (Aspidomorpha spp.)

Menurut Ames et al (1997), telur diletakkan secara berkelompok pada bagian


bawah daun ubi jalar atau tanaman lain dari famili Convolvulaceae. Kelompok telur
dari beberapa spesies dilindungi oleh selaput pelindung (Gbr. 13). Ciri-ciri dari larva
Aspidomorpha spp. yaitu bentuknya pipih dan berduri. Pada beberapa spesies, bagian
ekor dari larva Aspidomorpha spp. terlihat terangkat ke belakang (Gbr. 14 dan 15). Larva
dapat membawa kotoran dan material bekas pergantian kulit sebelumnya (Gbr. 16). Duri
pada pupa lebih sedikit daripada duri larva. Serangga dewasa berbentuk oval melebar,
mempunyai warna yang cerah/terang dan bermotif (Gbr. 17). Larva, pupa, dan serangga
dewasa dapat ditemukan pada kedua sisi daun. Perkembangan dari telur hingga serangga
dewasa membutuhkan waktu 3-6 minggu, tergantung pada spesies.
Kerusakan. Baik serangga dewasa maupun larva memakan bagian daun sehingga
menyebabkan terbentuknya lubang-lubang besar pada daun. Pada kondisi serangan berat

hama tersebut dapat menyebabkan daun menjadi gundul sehingga hanya menyisakan
tulang daun saja, atau bahkan dapat menyebabkan batang menjadi patah.
Distribusi dan arti penting. Empat spesies Aspidomorpha dan delapan spesies
lainnya dari Famili Chrysomelidae telah diketahui sebagai hama pada ubi jalar di negara
Kenya. Beberapa spesies terdapat di Asia Tenggara diantaranya termasuk Cassia
circumdata dan C. obtusata, kumbang penyu hijau; A. miliaris, kumbang penyu tutul; A.
elevata, kumbang penyu emas (Gbr. 18 dan 19), dan A. amabilis, kumbang penyu yang
memiliki elytra berwarna coklat kemerahan. Kumbang penyu tersebar secara luas dan
dikenal secara umum. Meskipun kerusakan yang disebabkan oleh kumbang penyu pada
daun cukup signifikan, namun tidak pernah sampai menyebabkan kehilangan hasil.
Pengendalian. Pengendalian terhadap kumbang penyu jarang dilakukan.
Membersihkan gulma-gulma convolvulaceous yang terdapat di daerah sekitar pertanaman
ubi jalar dapat mengurangi jumlah kumbang penyu. Beberapa musuh alami yang sudah
dilaporkan diantaranya termasuk

parasit telur dan parasit larva (Tetrastichus sp,

Eulophidae;. Chalcidae) dan predator (Stalilia sp, Mantidae).


6. Ulat Grayak (Spodoptera Eridania, S. exigua, S. litura)

Menurut Ames et al (1997), ngengat betina S. Eridania berwarna coklat muda dan
memiliki bintik-bintik gelap pada sayap depan (Gbr. 20). Ngengat jantan berukuran
lebih kecil dan memiliki bercak hitam atau palang pada bagian tengah dari sayap
depan. Larva stadia awal/instar pertama hidup secara berkelompok. Larva instar
pertama berwarna hitam, mempunyai bulu-bulu halus (seperti beludru) dan memiliki
garis lateral kuning. Pada stadia lanjut, larva berwarna abu-abu atau hijau zaitun
dengan dua garis paralel pada bagian dorsal (Gbr. 21). Larva tersebut dapat menyebar
ke seluruh tanaman dan hidup secara soliter. Telur S. exigua berwarna putih dan

diletakkan secara berkelompok. Bentuk kelompok telur yaitu bulat atau oval

dan

ditutupi dengan suatu lapisan berbulu (Gbr. 22). Pada awalnya larva berwarna hijau,
kemudian berubah menjadi berwarna hijau atau coklat tua pada larva instar lanjut.
Pada bagian dorsal terdapat garis-garis berwarna kekuningan (Gbr. 23). Stadia pupa
berlangsung di dalam tanah. Perkembangan telur sampai dengan serangga dewasa dari S.
exigua membutuhkan waktu sekitar 23 hari. Ngengat betina S. exigua dapat meletakkan
telur hingga mencapai 1.000 butir.

Telur S. Litura diletakkan secara kelompok. Jumlah setiap kelompok telur kurang
lebih 350 telur. Kelompok telur tersebut mempunyai bentuk dan ukuran yang bervariasi
dan biasanya ditutupi oleh semacam selaput berbulu. Ulat keluar dari telur setelah 3-5
hari. Untuk berubah menjadi kepompong ulat tersebut membutuhkan waktu sekitar 2
minggu. Larva (Gbr. 24) memiliki ciri khusus yaitu memiliki dua buah sabit hitam
pada bagian dorsal dari segmen perut keempat dan kesepuluh yang dibatasi oleh dengan
garis-garis lateral berwarna kuning. Larva lebih menyukai tempat yang lembab. Pada
siang hari larva bersembunyi di tanah sedangkan pada malam hari larva mulai makan
dan merusak tanaman. Stadia pupa berlangsung didalam tanah. Ngengat betina kawin
beberapa kali dan menghasilkan

feromon seks. Pada hari keempat

setelah

kemunculannya, ngengat jantan sangat sensitif terhadap feromon. Ngengat betina


(Gbr. 25) dapat meletakkan telur sebanyak 2.000-3.000 butir.
Kerusakan. Larva instar awal memakan epidermis daun. Setelah memasuki instar
ketiga, larva memakan jaringan daun parenkim, dan hanya menyisakan tulang-tulang
daun (Gbr. 26). Larva instar akhir S. litura sangat rakus dan bahkan bisa menyerang akar
ubi jalar

apabila akar ubi jalar tersebut terekspos keluar tanah. Distribusi dan arti

penting. Ulat grayak tersebar luas dan mempunyai banyak tanaman inang. Keberadaan
S. litura terbatas hanya di Asia, Pasifik, dan Australia.

Pengendalian. Membersihkan gulma sebagai inang alternatif harus dilakukan.


Di Asia, Ipomoea reptans (kankung) dan beberapa gulma ( Amaranthus sp.,
Passiflora foetida, Ageratum sp.) adalah inang alternatif. Mengumpulkan kelompok
telur atau kelompok larva instar awal yang menyerang daun merupakan cara efektif
untuk mengendalikan ulat grayak. Penggunaan insektisida atau Bacillus thuringiensis
dapat dilakukan pada stadia larva instar awal dimana pada saat tersebut larva hidup
secara bergerombol. Formulasi polihedral nuklir virus pada saat ini sudah tersedia
dan dapat digunakan untuk mengendalikan ulat grayak. Jamur Muscardine hijau,
Nomuraea rileyi, mempunyai tingkat patogenisitas yang tinggi terhadap S.litura.
Virus Borrelinavirus lituradapat menyebabkan kematian pada ulat grayak setelah
masa inkubasi 4-7 hari. Kumbang Carabidae, parasitoid dari Famili Vespidae, labalaba pemakan larva, dan lebih dari 40 spesies parasitioid Famili Skelionida,
Braconid, Ichneumonid telah diketahui sebagai predator dan parasitoid S. litura.

DAFTAR PUSTAKA

Ames, T., N.E.J.M. Smit, A.R. Braun, J.N. OSullivan, and L.G. Skoglund. 1997. Sweetpotato:
Major Pests, Diseases, and Nutritional Disorders. International Potato Center (CIP).
Lima, Peru.
Arifin. 1994. Hama dan Penyakit Tanaman. Depok: Penebar Swadaya
Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanman. Jakarta: Penebar Swadaya
Purnomo, Hari. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Rastam. 2004. Organisme Pengganggu Tanaman Kapas dan Musuh Alami Serangga Kapas.
Malang : Balittas (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat)
Rukmana, Rakmat. 1997. Ubi Jalar Budi Daya dan Pascapanen. Yogyakarta : Kanisius
Sonhaji, A., 2007. Mengenal dan Bertanam Ubi Jalar. Gaza Publishing. Bandung
Suparman. 2007. Bercocok Tanam Ubi Jalar. Jakarta : Azka Press

Anda mungkin juga menyukai