Anda di halaman 1dari 4

A.

Klasifikasi
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Spesies : Spodoptera exigua (Hbner)
( chaney (2011) (Kalshoven, 1981))

B. Morfologi dan siklus Hidup


Ulat daun bawang (Spodoptera exigua (Hbner)) mempunyai beberapa variasi warna yaitu hijau, cokelat muda, dan
hitam kecoklatan. Ulat yang hidup di dataran tinggi umumnya berwarna coklat. Panjang ulat penggerek daun ini
sekitar 2,5 cm. Sejak telur menetas menjadi ulat, berkepompong, lalu menjadi serangga dewasa membutuhkan waktu
kurang lebih 23 hari. (Rahayu dan Nur Berlian, 2004).

Gambar 2. Morfologi Ulat Bawang merah (Spodoptera exigua (Hbner)) (Anonim(b), 2011).
Keterangan : a. Kepala; b. Abdomen; c. Anus

B.1. Telur
Imago betina meletakkan telur pada malam hari, telur diteletakkan secara berkelompok pada permukaan daun tanaman
bawang merah dan telurnya berbentuk oval. Kelompok telur di tutupi oleh rambut-rambut yang halus yang berwarna
putih, kemudian telur berubah menjadi kehitam-hitaman pada saat akan menetas. Telur diletakkan pada malam hari
secara berkelompok, dalam satu kelompok telur terdapat kurang lebih 80 butir telur, yang diletakkan pada permukaan
daun, peletakan telur selain pada daun bawang dan juga pada gulma yang tumbuh disekitar pertanaman bawang merah.
Seekor serangga betina dapat menghasilkan kurang lebih 2000 sampai 3000 butir telur (Klana, 2011). Dalam suatu
kelompok telur terdapat 30 100 butir bahkan dapat mencapai 350 butir. Telur telur dapat menetas dalam waktu 2
5 hari dan telur umumnya menetas pada pagi hari (Rahayu dan Nur Berlian, 2004).
B.2. Larva
Spodoptera exigua (Hbner) larva instar satu biasanya hidup secara bergerombol di sekitar tempat menetasnya telur.
Larva tersebut selanjutnya menyebar sesuai stadia perkembangannya. Larva instar satu terutama menyebar ke bagian
pucuk pucuk tanaman dan membuat lubang gerekan pada daun, kemudian masuk ke dalam kapiler daun. Larva
mengalami perubahan warna sesuai dengan perubahan instar yang dialaminya. Larva instar satu biasanya berwarna
hijau muda, kemudian berubah menjadi hijau tua saat memasuki instar dua. Pada larva instar tiga dan empat warnanya
menjadi hijau kehitam hitaman pada bagian abdomen, pada abdomen terdapat garis hitam yang melintang. Pada saat
larva memasuki instar lima warnanya berubah menjadi coklat muda. Larva instar satu mempunyai panjang sekitar 1,2
15 mm, larva instar dua 2,5, 3 mm, larva instar tiga 6,2 8 mm, larva instar empat 12,5 14 mm dan instar akhir
antara 2.5-3.0 cm (Klana, 2011).
B.3. Pupa
Pupa Spodoptera exigua (Hbner) pertama tama berwarna coklat muda, kemudian pada saat menjadi imago berubah
menjadi coklat kehitam hitaman pupa berada dalam tanah pada kedalaman kurang lebih 10 cm. Proses pembentukan
pupa terjadi di tanah, pupa rium dibentuk dari pasir dan partikel tanah yang disatukan dengan cairan yang keluar dari
mulut yang mengeras ketika kering. Panjang pupa berkisar antara 9 sampai 12 mm stadium pupa berkisar antara 8
sampai 12 hari tergantung dari ketinggian tempat di permukaan laut (Klana, 2011).
B.4. Imago
Imago Spodoptera exigua (Hbner) memiliki panjang tubuh antara 10 sampai 14 mm dengan jarak rentang sayapnya
berkisar antara 25 sampai 30 mm. Sayap bagian depan berwarna putih ke abu-abuan. Pada bagian tengah sayap depan
terdapat tiga pasang bintik-bintik yang berwarna perak. Pada bagian sayap belakang berwarna putih dan pada bagian
tepi sayap berwarna coklat kehitam-hitaman (Cahyono, 2005). Peletakan telur berlangsung selama 2 sampai 3 hari,
bahkan diperpanjang lebih dari 3 sampai 7 hari dan imago Spodoptera exigua Hbn. stadianya berkisar antara 9 sampai
10 hari (Klana, 2011).

C. Kerusakan yang ditimbulkan


Ulat bawang (Spodoptera exigua (Hbner)) merupakan jenis ulat grayak yang paling sering menyerang
pertanaman bawang merah dan bawang putih. Gejala serangan hama ulat bawang pada tanaman bawang merah
ditandai dengan adanya bercak putih transparan pada daun (Sudewo, 2010).
Ulat Spodoptera exigua (Hbner) menyerang daun dengan menggerek ujung pinggiran daun, terutama daun
yang masih muda. Akibatnya, pinggiran dan ujung daun terlihat bekas gigitan. Mula-mula ulat bawang merah
melubangi bagian ujung daun lalu masuk ke dalam daun bawang. Akibatnya, ujung-ujung daun nampak terpotong-
potong. Tidak hanya itu saja, jaringan bagian dalam daunpun dimakannya pula. Akibat serangan ulat ini, daun bawang
terlihat menerawang tembus cahaya atau terlihat bercak-bercak putih, akibatnya daun jatuh terkulai (Wibowo, 2004).

D. Tanaman inang
Hama ulat Spodoptera exigua (Hbner) Bersifat polifag (dapat menyerang berbagai macam tanaman) selain Bawang
merah juga menyerang Jenis bawang daun (Allium fistolosum), kucai (A. odorum), cabai, kapas dan tanaman kacang-
kacangan seperti kacang tanah, Crotalaria, dan kedelai (Anonim, 2009).

E. Pengendalian
Pencegahan dan pemberantasan ulat Spodoptera exigua (Hbner) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
E.1. Pengendalian secara mekanis yaitu dengan mengambili daun yang terserang (Kartatmadja, 2000).
Dilakukan rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak diserang oleh ulat daun (Spodoptera exigua (Hbner)) (Rahayu
dan Nur Berlian, 2004).
Pemberantasan secara kimiawi dengan penyemprotan insektisida dicarzol 255P dengan dosis 29/L air dan volume
semprot 400-900 L/ha. Penyemprotan dilakukan mulai tanaman berumur 7 hari sampai 2 minggu sebelum panen
dengan selang waktu 4-7 hari, selain itu dapat digunakan insektisida nabati, dipilih tanaman yang mengandung
senyawa yang tidak disukai oleh ulat Tanin, Flavonoid dan lain-lain (Rahayu dan Nur Berlian, 2004).
E.2. Penggunaan perangkap feromon seks (sek pherumone) misalnya: ugratas biru yang dipasang dalam botol plastik volume
500 ml atau 100 ml lahan seluas 1 hektar bawang daun membutuhkan 10 botol (Cahyono, 2005).
Ulat Bawang : Spodoptera exigua Hbn.
Nama umum : Spodoptera exigua (Hbner)
Klasifikasi : Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Subfamili : Amphipyrinae
(Sumber gambar : CABI)
Morfologi/Bioekologi

Rentangan sayap ngengat panjangnya antara 25 30 mm. Sayap depan


berwarna coklat tua dengan garis-garis yang kurang tegas dan terdapat pula bintik-
bintik hitam. Sayap belakang berwarna keputih-putihan dan tepinya bergaris-garis
hitam. Ngengat betina mulai bertelur pada umur 2 10 hari.
Telur berbentuk bulat sampai bulat panjang, diletakkan oleh induknya dalam bentuk kelompok pada
permukaan daun atau batang dan tertutup oleh bulu-bulu atau sisik dari induknya. Tiap kelompok telur
maksimum terdapat 80 butir. Jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor ngengat betina sekitar 500 600
butir. Setelah 2 hari telur menetas menjadi larva.
Larva atau ulat muda berwarna hijau dengan garis-garis hitam pada punggungnya. Ulat tua mempunyai
beberapa variasi warna, yaitu hijau, coklat muda dan hitam kecoklatan. Ulat yang hidup di dataran tinggi
umumnya berwarna coklat.
Stadium ulat terdiri dari 5 instar. Instar pertama panjangnya sekitar 1,2 1,5 mm, instar kedua sampai
instar terakhir antara 1,5 19 mm. Setelah instar terakhir ulat merayap atau menjatuhkan diri ke tanah
untuk berkepompong. Ulat lebih aktif pada malam hari. Stadium larva berlangsung selama 8 10 hari.
Pupa berwarna coklat muda dengan panjang 9 11 mm, tanpa rumah pupa. Pupa berada di dalam tanah
dengan kedalaman + 1 cm, dan sering dijumpai juga pada pangkal batang, terlindung di bawah daun
kering, atau di bawah partikel tanah. Pupa memerlukan waktu 5 hari untuk berkembang menjadi ngengat.
Hama ulat bawang tersebut menyebar di daerah sentra produksi bawang merah di Sumatera, Jawa, Nusa
Tenggara Barat dan Irian.

Gejala serangan

Bagian tanaman yang terserang terutama daunnya, baik daun pada tanaman yang masih muda ataupun
yang sudah tua.
Setelah menetas dari telur, ulat muda segera melubangi bagian ujung daun lalu masuk ke dalam daun
bawang, akibatnya ujung daun nampak berlubang/ terpotong. Ulat akan menggerek permukaan bagian
dalam daun, sedang epidermis luar ditinggalkannya. Akibat serangan tersebut daun bawang terlihat
menerawang tembus cahaya atau terlihat bercak-bercak putih, akhirnya daun menjadi terkulai.

Tanaman inang lain

Jenis bawang daun (Allium fistolosum), kucai (A. odorum), cabai, kapas dan tanaman kacang-kacangan
seperti kacang tanah, Crotalaria, dan kedelai.

Cara pengendalian

Pengendalian secara bercocok tanam, meliputi pengaturan waktu tanam, pergiliran tanaman, tanam
serentak, tumpang sari atau monokultur, penggunaan benih unggul bermutu dan sehat,
sanitasi/pengendalian gulma di sekitar pertanaman dan saluran, pengolahan tanah yang sempurna,
pengelolaan air yang baik, pengaturan jarak tanam, penanaman tanaman perangkap.
Pengendalian mekanis, dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur dan ulat bawang lalu dibutit
(dimasukkan kantong plastic dan diikat) dan dimusnahkan.
Pengendalian fisik, dilakukan antara lain dengan memasang lampu perangkap.
Pemanfaatan agens hayati, dengan menggunakan virus Se-NPV (Spodoptera exigua-Nuclear polyhedrosis
Virus) dan parasit Apenteles sp.
Pengendalian kimia. Apabila hasil pengamatan telah mencapai atau melampui 1 kelompok telur/10 rumpun
contoh atau 5 % daun terserang/rumpun contoh (pada musim kemarau) atau 3 kelompok telur/10 rumpun
contoh atau 10 % daun terserang/rumpun contoh (pada musim penghujan) dapat diaplikasi dengan
insektisida yang diizinkan.oleh Menteri Pertanian.

http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=article&catid=27%3Abw-
merah&id=73%3Aulat-bawang&Itemid=196

Anda mungkin juga menyukai