Klasifikasi
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Spesies : Spodoptera exigua (Hbner)
( chaney (2011) (Kalshoven, 1981))
Gambar 2. Morfologi Ulat Bawang merah (Spodoptera exigua (Hbner)) (Anonim(b), 2011).
Keterangan : a. Kepala; b. Abdomen; c. Anus
B.1. Telur
Imago betina meletakkan telur pada malam hari, telur diteletakkan secara berkelompok pada permukaan daun tanaman
bawang merah dan telurnya berbentuk oval. Kelompok telur di tutupi oleh rambut-rambut yang halus yang berwarna
putih, kemudian telur berubah menjadi kehitam-hitaman pada saat akan menetas. Telur diletakkan pada malam hari
secara berkelompok, dalam satu kelompok telur terdapat kurang lebih 80 butir telur, yang diletakkan pada permukaan
daun, peletakan telur selain pada daun bawang dan juga pada gulma yang tumbuh disekitar pertanaman bawang merah.
Seekor serangga betina dapat menghasilkan kurang lebih 2000 sampai 3000 butir telur (Klana, 2011). Dalam suatu
kelompok telur terdapat 30 100 butir bahkan dapat mencapai 350 butir. Telur telur dapat menetas dalam waktu 2
5 hari dan telur umumnya menetas pada pagi hari (Rahayu dan Nur Berlian, 2004).
B.2. Larva
Spodoptera exigua (Hbner) larva instar satu biasanya hidup secara bergerombol di sekitar tempat menetasnya telur.
Larva tersebut selanjutnya menyebar sesuai stadia perkembangannya. Larva instar satu terutama menyebar ke bagian
pucuk pucuk tanaman dan membuat lubang gerekan pada daun, kemudian masuk ke dalam kapiler daun. Larva
mengalami perubahan warna sesuai dengan perubahan instar yang dialaminya. Larva instar satu biasanya berwarna
hijau muda, kemudian berubah menjadi hijau tua saat memasuki instar dua. Pada larva instar tiga dan empat warnanya
menjadi hijau kehitam hitaman pada bagian abdomen, pada abdomen terdapat garis hitam yang melintang. Pada saat
larva memasuki instar lima warnanya berubah menjadi coklat muda. Larva instar satu mempunyai panjang sekitar 1,2
15 mm, larva instar dua 2,5, 3 mm, larva instar tiga 6,2 8 mm, larva instar empat 12,5 14 mm dan instar akhir
antara 2.5-3.0 cm (Klana, 2011).
B.3. Pupa
Pupa Spodoptera exigua (Hbner) pertama tama berwarna coklat muda, kemudian pada saat menjadi imago berubah
menjadi coklat kehitam hitaman pupa berada dalam tanah pada kedalaman kurang lebih 10 cm. Proses pembentukan
pupa terjadi di tanah, pupa rium dibentuk dari pasir dan partikel tanah yang disatukan dengan cairan yang keluar dari
mulut yang mengeras ketika kering. Panjang pupa berkisar antara 9 sampai 12 mm stadium pupa berkisar antara 8
sampai 12 hari tergantung dari ketinggian tempat di permukaan laut (Klana, 2011).
B.4. Imago
Imago Spodoptera exigua (Hbner) memiliki panjang tubuh antara 10 sampai 14 mm dengan jarak rentang sayapnya
berkisar antara 25 sampai 30 mm. Sayap bagian depan berwarna putih ke abu-abuan. Pada bagian tengah sayap depan
terdapat tiga pasang bintik-bintik yang berwarna perak. Pada bagian sayap belakang berwarna putih dan pada bagian
tepi sayap berwarna coklat kehitam-hitaman (Cahyono, 2005). Peletakan telur berlangsung selama 2 sampai 3 hari,
bahkan diperpanjang lebih dari 3 sampai 7 hari dan imago Spodoptera exigua Hbn. stadianya berkisar antara 9 sampai
10 hari (Klana, 2011).
D. Tanaman inang
Hama ulat Spodoptera exigua (Hbner) Bersifat polifag (dapat menyerang berbagai macam tanaman) selain Bawang
merah juga menyerang Jenis bawang daun (Allium fistolosum), kucai (A. odorum), cabai, kapas dan tanaman kacang-
kacangan seperti kacang tanah, Crotalaria, dan kedelai (Anonim, 2009).
E. Pengendalian
Pencegahan dan pemberantasan ulat Spodoptera exigua (Hbner) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
E.1. Pengendalian secara mekanis yaitu dengan mengambili daun yang terserang (Kartatmadja, 2000).
Dilakukan rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak diserang oleh ulat daun (Spodoptera exigua (Hbner)) (Rahayu
dan Nur Berlian, 2004).
Pemberantasan secara kimiawi dengan penyemprotan insektisida dicarzol 255P dengan dosis 29/L air dan volume
semprot 400-900 L/ha. Penyemprotan dilakukan mulai tanaman berumur 7 hari sampai 2 minggu sebelum panen
dengan selang waktu 4-7 hari, selain itu dapat digunakan insektisida nabati, dipilih tanaman yang mengandung
senyawa yang tidak disukai oleh ulat Tanin, Flavonoid dan lain-lain (Rahayu dan Nur Berlian, 2004).
E.2. Penggunaan perangkap feromon seks (sek pherumone) misalnya: ugratas biru yang dipasang dalam botol plastik volume
500 ml atau 100 ml lahan seluas 1 hektar bawang daun membutuhkan 10 botol (Cahyono, 2005).
Ulat Bawang : Spodoptera exigua Hbn.
Nama umum : Spodoptera exigua (Hbner)
Klasifikasi : Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Subfamili : Amphipyrinae
(Sumber gambar : CABI)
Morfologi/Bioekologi
Gejala serangan
Bagian tanaman yang terserang terutama daunnya, baik daun pada tanaman yang masih muda ataupun
yang sudah tua.
Setelah menetas dari telur, ulat muda segera melubangi bagian ujung daun lalu masuk ke dalam daun
bawang, akibatnya ujung daun nampak berlubang/ terpotong. Ulat akan menggerek permukaan bagian
dalam daun, sedang epidermis luar ditinggalkannya. Akibat serangan tersebut daun bawang terlihat
menerawang tembus cahaya atau terlihat bercak-bercak putih, akhirnya daun menjadi terkulai.
Jenis bawang daun (Allium fistolosum), kucai (A. odorum), cabai, kapas dan tanaman kacang-kacangan
seperti kacang tanah, Crotalaria, dan kedelai.
Cara pengendalian
Pengendalian secara bercocok tanam, meliputi pengaturan waktu tanam, pergiliran tanaman, tanam
serentak, tumpang sari atau monokultur, penggunaan benih unggul bermutu dan sehat,
sanitasi/pengendalian gulma di sekitar pertanaman dan saluran, pengolahan tanah yang sempurna,
pengelolaan air yang baik, pengaturan jarak tanam, penanaman tanaman perangkap.
Pengendalian mekanis, dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur dan ulat bawang lalu dibutit
(dimasukkan kantong plastic dan diikat) dan dimusnahkan.
Pengendalian fisik, dilakukan antara lain dengan memasang lampu perangkap.
Pemanfaatan agens hayati, dengan menggunakan virus Se-NPV (Spodoptera exigua-Nuclear polyhedrosis
Virus) dan parasit Apenteles sp.
Pengendalian kimia. Apabila hasil pengamatan telah mencapai atau melampui 1 kelompok telur/10 rumpun
contoh atau 5 % daun terserang/rumpun contoh (pada musim kemarau) atau 3 kelompok telur/10 rumpun
contoh atau 10 % daun terserang/rumpun contoh (pada musim penghujan) dapat diaplikasi dengan
insektisida yang diizinkan.oleh Menteri Pertanian.
http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=article&catid=27%3Abw-
merah&id=73%3Aulat-bawang&Itemid=196