Anda di halaman 1dari 23

Tugas Kelompok 1

Dasar Perlindungan Tanaman


“Ordo yang Berpotensi menjadi
Hama “
Anggota Kelompok :

NATHAN MAHAGANTA PINEM


DELILA AHYA ZHAFIRA
HERES IKHSANURIJAL
ROBYTOH NUR AULIA DENHAS
REBECCA YOLANDA MATONDANG
Kelompok Ordo Hama

01 Diptera 02 Hemiptera

03 Lepidoptera 04 Orthoptera
DIPTERA
1. Lalat Penggorok Daun (Liriomyza sp.)

Morfologi : Memiliki sepasang antena dan mata majemuk dengan. Tubuh lalat terbagi atas kepala yang
memiliki sepasang antena, toraks, dan abdomen. Imago lalat pengorok daun berukuran sekitar 2 mm.
Bagian dorsal berwarna gelap, namun skutelumnya kuning terang. Imago betina memiliki ovipositor yang
berkembang sempurna, dan alat ini merupakan ciri pembeda dengan lalat jantan (Saputri, 2017).

Tipe mulut : Mulut bertipe penjilat dan penghisap


GEJALA SERANGAN

Gejala serangan lalat pengorok daun pada tanaman kedelai mudah dikenali dengan adanya
liang korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil daun. Apabila liang korokan
tersebut dibuka, akan terlihat larva yang aktif bergerak. Larva hidup dan makan di dalam liang
korokan. Pada satu helaian daun kedelai dapat dijumpai lebih dari satu liang korokan. Pada
serangan lanjut, warna liang korokan berubah menjadi kecoklatan, daun layu, dan gugur.
(Tengkano dan Balai, 2016)
2. Lalat Buah (Bactrocera sp.)

Morfologi : Kepala terdiri dari antena, mata dan noda/bercak pada muka, Bagian dorsum toraks terdiri
dari dua bagian penting yang disebut dengan terminologi skutum atau mesonotum (dorsum toraks atas)
dan skutelum (dorsum toraks bawah). Sayap mempunyai ciri-ciri bentuk pola pembuluh sayap, yaitu
costa (pembuluh sayap sisi anterior), anal (pembuluh sayap sisi posterior), cubitus (pembuluh sayap
utama), median (pembuluh sayap tengah), radius (pembuluh sayap radius), r-m = pembuluh sayap
melintang, dm-cu = pembuluh sayap melintang. Ciri-ciri abdomen, terdiri dari ruas-ruas (tergites). Dilihat
dari sisi dor- sum, pada abdomen akan terlihat batas antarruas (tergit) (Sri Suharni, et al. 2004).

Tipe Mulut : Penjilat - Penyerap Dokumentasi Pribadi


GEJALA SERANGAN

Serangan lalat buah sering ditemukan pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai
dengan terlihatnya noda–noda kecil berwarna hitam bekas tusukan ovipositor. Kemudian
karena perkembangan hama di dalam buah noda tersebut berkembang menjadi meluas.
Larva lalat memakan daging buah, sehingga buah busuk sebelum masak. Stadium lalat
buah yang paling merusak adalah stadium larva (Suputa et al. 2006).
3. Ganjur (Orseolia oryzae (Wood-Masoon)
Morfologi :
Ganjur padi atau Orseolia oryzae (Wood-Masoon) panjang tubuh betinanya 4,3 mm dan ganjur jantannya
2,3 mm. Abdomen ganjur jantan ramping dan berwarna coklat, ujung genetalianya (claspers) berwarna
hitam. Abdomen ganjur betina menggelembung, berwarna kemerahan, ujung abdomen (genital
segments) berwarna kuning muda atau kuning tua. Telur ganjur berukuran 0,4 x 0,1 mm berbentuk
lonjong, permukaannya licin dan berwarna kuning. Larva berwarna orange, panjangnya 1,3 mm. Larva
merayap ke titik tumbuh dan larva membentuk rongga. Pupanya pucat, panjangnya 2,5 mm. (Nyak
llham, et al. 2005).

Tipe Mulut : Penggigit – Pengunyah


GEJALA SERANGAN

Gejala khas ganjur adalah tunas padi yang tumbuh menjadi bentuk pentil atau daun bawang, dengan
panjang bervariasi, 15-20 cm. Anakan yang terserang ganjur tidak mampu menghasilkan malai. Ketika
telur diletakkan pada daun, setelah menetas kemudian menjadi larva dan menuju titik tumbuh dan
mulai menyerang padi kemudian membentuk rongga. Larva memakan jaringan tanaman diantara
lipatan daun padi, pertumbuhan daun padi jadi tidak normal. (Kartohardjono, et.al. 2009)
Dokumentasi Pribadi
HEMIPTERA
1. Wereng pohon (Centrotus cornutus)

Morfologi:
Secara visual memiliki keunikan yaitu antenanya
yang berbentuk seperti tanduk. Memiliki tubuh dominan
berwarna coklat, posisi kepala hypognatus, sayap bertekstur
kasar,dan memiliki abdomen 6 ruas, (Nurul et al, 2015).
Dokumentasi Pribadi
Tipe mulut : Menusuk dan Menghisap
Gejala Serangan :
Berdasarkan pengamatan, tanaman jambu biji yang dihinggapi
wereng pohon memiliki daun yang rusak dan berlubang.
Wereng pohon menjadi hama bagi beberapa tanaman karena
perilaku makannya (Dienulhaq, 2020).
2. Walang sangit (Leptocorisa oratorius)

Morfologi :

Menurut Paputungan et al (2020), walang sangit berwarna


coklat, memiliki sayap, serta tungkai dan antenna yang panjang.
Mereka aktif terbang di pagi dan sore hari dari satu rumpun padi
ke rumpun lainnya. Yang paling mencolok dari walang sangit
adalah mampu mengeluarkan aroma “sangit” yang tidak sedap
ketika merasa terancam.
Tipe Mulut : Menusuk dan Menghisap

Gejala Serangan :

Muncul bercak hitam kecoklatan pada bulir padi dan


bulir padi tersebut menjadi kosong karena isinya sudah
dihisap oleh walang sangit (Ardi et al, 2017).
3. Kepik Hijau (Nezara viridula)

Morfologi:
Sesuai dengan namanya, hama ini berwarna hijau,
kepala hijau dengan pronotum jingga dan kuning keemasan,
kuning kehijauan dengan 3 bintik hijau dan kuning polos.
Tubuhnya gepeng dengan panjang 1,4-1,6 cm (Cambaba, 2015).

Tipe Mulut : Menusuk dan Menghisap

Gejala Serangan :
Kepik hijau banyak menyerang tanaman kedelai.
Gejala yang ditimbulkan adalah menyebabkan biji
dan polong mengempis, busuk, gugur, berwarna hitam
serta kulit biji yang keriput (Prayoga, 2015).
LEPIDOPTERA
1. Ulat Jengkal (Hyposidra talaca)

Morfologi : Menurut Hidayah et al. (2017), larva yang baru keluar dari telur berukuran 1,5 – 2 mm dan
lebar 0,2 – 0,5 m berwarna coklat muda. Larva akan berubah warna menjadi coklat kehitaman setelah
berumur satu hari dengan bintik putih pada ruas toraks pertama dan ruas abdomen pertama sampai
keempat. Larva ini akan berganti kulit empat kali. Larva instar akhir berwarna coklat sampai coklat
keabuan dan memiliki panjang sekitar 70-80 mm.

Tipe Mulut : Penggigit dan pengunyah


Gejala Serangan
Ulat akan menyerang daun muda pada bagian tepi daun hingga robek. Pada serangan yang
berat, daun dapat berlubang dan pucuk tanaman menjadi gundul sehingga tersisa tulang daun.
Jika daun dan pucuk habis, ulat ini akan menyerang daun tua dibawahnya. Serangan umumnya
terjadi pada malam hari hingga pagi (Hidayah et al., (2017).
2. Ulat kantong (Pteroma sp.)
Morfologi :
Menurut Anggraeni dan Ismanto (2013), ulat kantong berukuran
kecil, kantungnya terbuat dari serpihan daun, bagian luar kasar
berwarna coklat, sedangkan bagian dalam halus. Larva ini memiliki
lubang kecil yang sekitarnya dapat berubah warna menjadi kuning
Dan kecoklatan. Tubuhnya ditutupi oleh kantung berbentuk kerucut
(Nuraeni, et al., 2016).

Tipe Mulut : penggigit dan pengunyah

Gejala Serangan :
Daun akan berubah warna menjadi kuning kemudian
berlubang. Biasanya menyerang tanaman sengon
(Nuraeni, et al., 2016).
3. Ulat Grayak (Spodoptera Litura )

Morfologi:
Menurut Saragih (2018), ketika sudah menjadi larva,
spodoptera litura berwarna hijau muda. Larva aakan menyebar
menggunakan benang sutera dari mulutnya. Warna hijau gelap
dengan garis punggung warna gelap memanjang serta memiliki
tanda bulan sabit. Panjang ulat sekitar 5 cm dan umurnya 2
minggu (Direktorat Perlindungan Hortikultura

Gejala Serangan : Tipe mulut : Penggigit dan Pengunyah


Larva akan merusak daun dan menyerang secara
berkelompok dengan meninggalkan sisa bagian atas
epidermis daun hingga merusak tulang daun. Serangan
yang kuat akan mengakibatkan tanaman gundul karena
daun dan buah habis dimakan (Saragih, 2018).
ORTHOPTERA
1. Belalang (Oxya spp.)
Morfologi : Dokumentasi Pribadi
Hewan ini memiliki dua antena bagian kepala yang jauh lebih pendek
dari bentuk tubuh. Belalang ini juga memiliki femur belakang yang
panjang dan kuat juga memiliki kebiasaan-kebiasaan mengeluarkan suara
pada malam hari. Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala,
dada (thorax) dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki enam 6 kaki
bersendi, 2 padang sayap, dan 2 antena. Kaki belakang yang panjang
digunakan untuk melompat sedangkan kaki depan yang pendek digunakan
untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar.
Alat pendengaran pada belalang disebut tympanum dan 10 terletak pada
abdomen dekat sayap. Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat yang
terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang digunakan untuk memantau
geteran diudara, secara fungsional mirip dengan gendang telinga manusia.
Belalang bernafas dengan trakea (Borroret al., 1992)

Tipe Mulut :Menggigit dan Mengunyah


Gejala Serangan
Yuliani (2003) menyatakan bahwa Oxya spp. meletakkan telur pada pelepah daun talas
dengan gejala berlubang-lubang. Tanaman talas yang terserang belalang ini mengalami
gejala rautan pada permukaan daun oleh nimfa dan lubang-lubang pada pelepah daun
talas karena peletakan telur oleh imago
2. Jangkrik (Grylloidea)
Morfologi :
Struktur tubuh dari berbagai macam spesies jangkrik dewasa sama
secara umum, hanya saja terdapat variasi pada ukuran dan warna.
Morfologi tubuh jangkrik pada umumnya terdiri dari tiga bagian,
yaitu kepala, toraks, dan abdomen (Corey et al., 2000). Kepala terdiri
dari mata tunggal yang tersusun dalam satu segitiga tumpul,
sepasang antena,satu mulut, dan dua pasang sungut. Toraks (dada)
merupakan tempat melekatnya enam tungkai dan empat sayap.
Abdomen (perut) pada bagian posterior terdiri dari ruas-ruas
(Corey et al., 2000).

Gejala Serangan :
Gejala serangan jangkrik ditandai terpotongnya tanaman
pada pangkal batang. Jangkrik mencari makanan pada
waktu malam hari dan pada keadaan sunyi dan sepi.
Kerusakan tanaman yang diakibatkan oleh belalang banyak
terjadi pada bagian daun. Hidayat dkk. (2014)
3. Anjing Tanah/ Orong-orong (Gryllotalpidae)
Morfologi :

Anjing tanah atau orong-orong merupakan serangga yang hidup di


tanah dengan ciri khas sepasang tungkai depan yang termodifikasi
menyerupai cangkul bergerigi. Bagi anjing tanah (orong-orong),
tungkai ini berfungsi untuk menggali tanah atau berenang. Anjing
tanah mempunyai bentuk kepala khas yang besar dan bercangkang
keras (Tambunan, 2013 dalam Erni, 2014).
Tipe mulut : Penggigit

Gejala Serangan :
Hama ini memotong tanaman pada pangkal batang dan merusak akar.
Pertanaman padi muda yang diserang orong-orong akan terlihat adanya
spot-spot kosong di sawah. Pengendalian hama ini dapat dilakukan antara
lain: meratakan tanah agar air tergenang merata, penggunaan umpan
(insektisida dicampur dedak) (Untung, dkk, 1995).
THANK
YOU!!!
Daftar Pustaka
Kartohardjono, Arifin, Denan Kertoseputro, dan Tatang Suryana. 2009. Hama Padi Potensial dan
Pengendaliannya. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 36.
Nyak llham, Edi Soenarjo dan Sariman. 2005. Kerugian Ekonomi Serangan Hama Ganjur pada Tanaman
Padi di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001. Medan: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian.
Saputri, C. 2017. Telur Soil Transmitted Helminths Pada Lalat Di Pasar Mranggen Kabupaten Demak.
Semarang: Muhammadiyah University of Semarang.
Sri Suharni, Purnama Hidayat, Suputa. 2004. “Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting Bactrocera
spp. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. 1–45.
Tengkano, Yuliantoro Baliadi dan Wedanimbi, dan Balai. 2016. Lalat Pengorok Daun Liriomyza sp.
(Diptera: Agromyzidae), Hama Baru pada Tanaman Kedelai di Indonesia. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian : 29 (1)
Corey, S., B. Holy., N. Patrick, & B. Patrick. 2000. Crickets. 1st Ed. Arizona University, Arizona
Hidayat R., Yusran dan Sari, I. 2014. Hama Pada Tegakan Jati ( Tectona grandis L.f ) di Desa Talaga
Kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala. Jurnal Penelitian Warta Rimba, Vol 2 : 24 - 34.
Ardi, F. J., Pasaru, F., & Nasir, B. (2017). PENGARUH CENDAWAN Verticillium lecanii (ZIMM) ISOLAT
PALOLO TERHADAP MORTALITAS WALANG SANGIT Leptocorisa acuta Thunberg.(HEMIPTERA:
ALYDIDAE) PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa L.). Agroland: Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, 24(1), 73-
80.

Cambaba, S. (2015). Pengaruh Pemberian Mulsa Jerami Terhadap Populasi Hama Kepik Hijau (Nezara
Viridula) yang Menyerang Tanaman Kedelai (Glycine max L) Varietas Burangrang. Dinamika, 2(2).

Dienulhaq, R. F. Keanekaragaman Wereng Pohon (Hemiptera: Membracidae) dan Tanaman Inangnya di


Bogor, Jawa Barat.

Nurul, H., Muhammad, A. S., & Dharmono, D. (2015). Insekta di Desa Panjaratan, Kabupaten Tanah Laut,
Kalimantan Selatan.

Paputungan, A. N., Pelealu, J., Kandowangko, D. S., & Tumbelaka, S. (2020). POPULASI DAN
INTENSITAS SERANGAN HAMA WALANG SANGIT (Leptocorisaoratorius) PADA BEBERAPA
VARIETAS TANAMAN PADI SAWAH DI DESA TOLOTOYON KABUPATEN BOLAANG
MONGONDOW SELATAN. In COCOS (Vol. 6, No. 6).

Prayoga, S. (2015). KETAHANAN MORFOLOGI 16 GENOTIPE KEDELAI TERHADAP SERANGAN HAMA


Anggraeni, I. Ismanto, A. 2013. Keanekaragaman Jenis Ulat Kantong Yang Menyerang Di Berbagai
Pertanaman Sengon (Paraserianthes falcataria(L). Nielsen) Di Pulau Jawa. J. Sains Natural Universitas
Nusa Bangsa 3(2): 184-192.
Saragih, M. D. 2018. Uji Preferensi Spodoptera litura (a (Lepidoptera: Noctuidae) Terhadap Beberapa
Tanaman Leguminosa Dan Palmae. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Sumatera Utara.
Hidayah, H. N. Irawan, A. Anggraini, I. 2017. Serangan Ulat Jengkal (Hyposidra talaca Wlk.) Pada Bibit
Pakoba (Syzygium luzonense (Merr.) Merr.) Di Persemaian. Jurnal Agrologia 6(1): 37-43.
Nuraeni, Y. Anggraeni, I. Nuroniah, H. S. 2016. Keanekaragaman Serangga Yang Berpotensi Hama Pada
Tanaman Kehutanan. Seminar Nasional PBI.
Yuliani D. 2003. Pengamatan serangga predator dan parasitoid Oxya spp. (Orthoptera:
Acrididae) pada pertanaman padi dan talas di daerah Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor
 
 
 

Anda mungkin juga menyukai