01 Diptera 02 Hemiptera
03 Lepidoptera 04 Orthoptera
DIPTERA
1. Lalat Penggorok Daun (Liriomyza sp.)
Morfologi : Memiliki sepasang antena dan mata majemuk dengan. Tubuh lalat terbagi atas kepala yang
memiliki sepasang antena, toraks, dan abdomen. Imago lalat pengorok daun berukuran sekitar 2 mm.
Bagian dorsal berwarna gelap, namun skutelumnya kuning terang. Imago betina memiliki ovipositor yang
berkembang sempurna, dan alat ini merupakan ciri pembeda dengan lalat jantan (Saputri, 2017).
Gejala serangan lalat pengorok daun pada tanaman kedelai mudah dikenali dengan adanya
liang korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil daun. Apabila liang korokan
tersebut dibuka, akan terlihat larva yang aktif bergerak. Larva hidup dan makan di dalam liang
korokan. Pada satu helaian daun kedelai dapat dijumpai lebih dari satu liang korokan. Pada
serangan lanjut, warna liang korokan berubah menjadi kecoklatan, daun layu, dan gugur.
(Tengkano dan Balai, 2016)
2. Lalat Buah (Bactrocera sp.)
Morfologi : Kepala terdiri dari antena, mata dan noda/bercak pada muka, Bagian dorsum toraks terdiri
dari dua bagian penting yang disebut dengan terminologi skutum atau mesonotum (dorsum toraks atas)
dan skutelum (dorsum toraks bawah). Sayap mempunyai ciri-ciri bentuk pola pembuluh sayap, yaitu
costa (pembuluh sayap sisi anterior), anal (pembuluh sayap sisi posterior), cubitus (pembuluh sayap
utama), median (pembuluh sayap tengah), radius (pembuluh sayap radius), r-m = pembuluh sayap
melintang, dm-cu = pembuluh sayap melintang. Ciri-ciri abdomen, terdiri dari ruas-ruas (tergites). Dilihat
dari sisi dor- sum, pada abdomen akan terlihat batas antarruas (tergit) (Sri Suharni, et al. 2004).
Serangan lalat buah sering ditemukan pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai
dengan terlihatnya noda–noda kecil berwarna hitam bekas tusukan ovipositor. Kemudian
karena perkembangan hama di dalam buah noda tersebut berkembang menjadi meluas.
Larva lalat memakan daging buah, sehingga buah busuk sebelum masak. Stadium lalat
buah yang paling merusak adalah stadium larva (Suputa et al. 2006).
3. Ganjur (Orseolia oryzae (Wood-Masoon)
Morfologi :
Ganjur padi atau Orseolia oryzae (Wood-Masoon) panjang tubuh betinanya 4,3 mm dan ganjur jantannya
2,3 mm. Abdomen ganjur jantan ramping dan berwarna coklat, ujung genetalianya (claspers) berwarna
hitam. Abdomen ganjur betina menggelembung, berwarna kemerahan, ujung abdomen (genital
segments) berwarna kuning muda atau kuning tua. Telur ganjur berukuran 0,4 x 0,1 mm berbentuk
lonjong, permukaannya licin dan berwarna kuning. Larva berwarna orange, panjangnya 1,3 mm. Larva
merayap ke titik tumbuh dan larva membentuk rongga. Pupanya pucat, panjangnya 2,5 mm. (Nyak
llham, et al. 2005).
Gejala khas ganjur adalah tunas padi yang tumbuh menjadi bentuk pentil atau daun bawang, dengan
panjang bervariasi, 15-20 cm. Anakan yang terserang ganjur tidak mampu menghasilkan malai. Ketika
telur diletakkan pada daun, setelah menetas kemudian menjadi larva dan menuju titik tumbuh dan
mulai menyerang padi kemudian membentuk rongga. Larva memakan jaringan tanaman diantara
lipatan daun padi, pertumbuhan daun padi jadi tidak normal. (Kartohardjono, et.al. 2009)
Dokumentasi Pribadi
HEMIPTERA
1. Wereng pohon (Centrotus cornutus)
Morfologi:
Secara visual memiliki keunikan yaitu antenanya
yang berbentuk seperti tanduk. Memiliki tubuh dominan
berwarna coklat, posisi kepala hypognatus, sayap bertekstur
kasar,dan memiliki abdomen 6 ruas, (Nurul et al, 2015).
Dokumentasi Pribadi
Tipe mulut : Menusuk dan Menghisap
Gejala Serangan :
Berdasarkan pengamatan, tanaman jambu biji yang dihinggapi
wereng pohon memiliki daun yang rusak dan berlubang.
Wereng pohon menjadi hama bagi beberapa tanaman karena
perilaku makannya (Dienulhaq, 2020).
2. Walang sangit (Leptocorisa oratorius)
Morfologi :
Gejala Serangan :
Morfologi:
Sesuai dengan namanya, hama ini berwarna hijau,
kepala hijau dengan pronotum jingga dan kuning keemasan,
kuning kehijauan dengan 3 bintik hijau dan kuning polos.
Tubuhnya gepeng dengan panjang 1,4-1,6 cm (Cambaba, 2015).
Gejala Serangan :
Kepik hijau banyak menyerang tanaman kedelai.
Gejala yang ditimbulkan adalah menyebabkan biji
dan polong mengempis, busuk, gugur, berwarna hitam
serta kulit biji yang keriput (Prayoga, 2015).
LEPIDOPTERA
1. Ulat Jengkal (Hyposidra talaca)
Morfologi : Menurut Hidayah et al. (2017), larva yang baru keluar dari telur berukuran 1,5 – 2 mm dan
lebar 0,2 – 0,5 m berwarna coklat muda. Larva akan berubah warna menjadi coklat kehitaman setelah
berumur satu hari dengan bintik putih pada ruas toraks pertama dan ruas abdomen pertama sampai
keempat. Larva ini akan berganti kulit empat kali. Larva instar akhir berwarna coklat sampai coklat
keabuan dan memiliki panjang sekitar 70-80 mm.
Gejala Serangan :
Daun akan berubah warna menjadi kuning kemudian
berlubang. Biasanya menyerang tanaman sengon
(Nuraeni, et al., 2016).
3. Ulat Grayak (Spodoptera Litura )
Morfologi:
Menurut Saragih (2018), ketika sudah menjadi larva,
spodoptera litura berwarna hijau muda. Larva aakan menyebar
menggunakan benang sutera dari mulutnya. Warna hijau gelap
dengan garis punggung warna gelap memanjang serta memiliki
tanda bulan sabit. Panjang ulat sekitar 5 cm dan umurnya 2
minggu (Direktorat Perlindungan Hortikultura
Gejala Serangan :
Gejala serangan jangkrik ditandai terpotongnya tanaman
pada pangkal batang. Jangkrik mencari makanan pada
waktu malam hari dan pada keadaan sunyi dan sepi.
Kerusakan tanaman yang diakibatkan oleh belalang banyak
terjadi pada bagian daun. Hidayat dkk. (2014)
3. Anjing Tanah/ Orong-orong (Gryllotalpidae)
Morfologi :
Gejala Serangan :
Hama ini memotong tanaman pada pangkal batang dan merusak akar.
Pertanaman padi muda yang diserang orong-orong akan terlihat adanya
spot-spot kosong di sawah. Pengendalian hama ini dapat dilakukan antara
lain: meratakan tanah agar air tergenang merata, penggunaan umpan
(insektisida dicampur dedak) (Untung, dkk, 1995).
THANK
YOU!!!
Daftar Pustaka
Kartohardjono, Arifin, Denan Kertoseputro, dan Tatang Suryana. 2009. Hama Padi Potensial dan
Pengendaliannya. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 36.
Nyak llham, Edi Soenarjo dan Sariman. 2005. Kerugian Ekonomi Serangan Hama Ganjur pada Tanaman
Padi di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001. Medan: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian.
Saputri, C. 2017. Telur Soil Transmitted Helminths Pada Lalat Di Pasar Mranggen Kabupaten Demak.
Semarang: Muhammadiyah University of Semarang.
Sri Suharni, Purnama Hidayat, Suputa. 2004. “Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting Bactrocera
spp. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. 1–45.
Tengkano, Yuliantoro Baliadi dan Wedanimbi, dan Balai. 2016. Lalat Pengorok Daun Liriomyza sp.
(Diptera: Agromyzidae), Hama Baru pada Tanaman Kedelai di Indonesia. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian : 29 (1)
Corey, S., B. Holy., N. Patrick, & B. Patrick. 2000. Crickets. 1st Ed. Arizona University, Arizona
Hidayat R., Yusran dan Sari, I. 2014. Hama Pada Tegakan Jati ( Tectona grandis L.f ) di Desa Talaga
Kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala. Jurnal Penelitian Warta Rimba, Vol 2 : 24 - 34.
Ardi, F. J., Pasaru, F., & Nasir, B. (2017). PENGARUH CENDAWAN Verticillium lecanii (ZIMM) ISOLAT
PALOLO TERHADAP MORTALITAS WALANG SANGIT Leptocorisa acuta Thunberg.(HEMIPTERA:
ALYDIDAE) PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa L.). Agroland: Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, 24(1), 73-
80.
Cambaba, S. (2015). Pengaruh Pemberian Mulsa Jerami Terhadap Populasi Hama Kepik Hijau (Nezara
Viridula) yang Menyerang Tanaman Kedelai (Glycine max L) Varietas Burangrang. Dinamika, 2(2).
Nurul, H., Muhammad, A. S., & Dharmono, D. (2015). Insekta di Desa Panjaratan, Kabupaten Tanah Laut,
Kalimantan Selatan.
Paputungan, A. N., Pelealu, J., Kandowangko, D. S., & Tumbelaka, S. (2020). POPULASI DAN
INTENSITAS SERANGAN HAMA WALANG SANGIT (Leptocorisaoratorius) PADA BEBERAPA
VARIETAS TANAMAN PADI SAWAH DI DESA TOLOTOYON KABUPATEN BOLAANG
MONGONDOW SELATAN. In COCOS (Vol. 6, No. 6).