Anda di halaman 1dari 10

D.

Deskripsi

Capung (Pantala sp.) termasuk dalam kingdom Animalia, filum

Arthropoda, kelas Insecta, dan ordo Odonata. Ordo Odonata dibagi ke dalam

dua subordo yaitu Zygoptera dan Anisoptera. Capung (Pantala sp.) memiliki

mata yang mampu melihat ke segala arah dengan dilengkapi mata majemuk,

tiga oseli dan bulu pendek menyerupai antena serta tipe mulut mandibulata.

Toraks relatif kecil dan kompak (protoraks dan dua ruas toraks lainnya

berukuran kecil) dan pada permukaan dorsal terdapat pterotoraks yang berada

di antara pronotum dan dasar sayap yang terbentuk oleh sklerit-sklerit pleura.

Keempat sayap Odonata memanjang dan terdapat banyak venasi. Ukuran

panjang sayap capung dewasa berkisar antara 2 cm sampai 15 cm bahkan bisa

mencapai 17 cm (Hidayah, 2008).

Capung (Pantala sp.) dikelompokkan kedalam ordo Odonata. Odonata

artinya rahang bergigi di bagian ujung labium (bibir bawah) terdapat tonjolan-

tonjolan (spina) tajam menyerupai gigi. Odonata terdiri atas dua subordo yaitu

subordo Anisoptera (capung biasa) memiliki tubuh lebih gemuk dan terbang

dengan cepat, kepala tidak memanjang dalam posisi melintang tetapi

membulat, memiliki sayap belakang lebih lebar pada bagian dasar

dibandingkan dengan sayap depan dan sayap tersebut direntangkan horizontal

pada waktu istirahat. Zygoptera (capung jarum) memiliki tubuh langsing,

lebih kecil dan terbang lambat dibandingkan capung biasa, kepala memanjang

pada posisi melintang memiliki sayap depan dan sayap belakang yang

bentuknya sama, keduanya menyempit pada bagian dasarnya dan ketika


istirahat dilipatkan di atas tubuh bersamasama atau sedikit melebar

(Neldawati, 2011).

Berdasarkan hasil pengamatan secara kualitatif dan morfologi, yaitu

diperoleh morfologi Capung (Pantala sp.), terlihat adanya badan (Truncus),

kepala (Caput), mata (Oculus), leher (Cervicales), sayap (Alae), perut

(abdomen), kaki (passive pedes), pungggung (torax) dan mata majemuk

(oculus). Memiliki tpe mulut (Cavum oris) menggigit, tipe antena setaceus,

warna tubuh (truncus) merah, bentuk mata (Oculus) majemuk, bentuk kepala

(caput) membulat, bentuk sayap (alae) berselaput dan bentuk tubuh (truncus)

memanjang. Identifikasi kuantitatifnya yaitu panjang total badan 4,8 cm,

panjang sayap 3,1 cm, panjang kepala 0,5 cm, panjang antena 0,1 cm, lebar

abdomen 0,4 cm, lebar sayap 0,9 cm, jumlah kaki 6 dan jumlah segmen 4.
D. Deskripsi

Ngengat (Scania sp.) dan kupu-kupu termasuk ke dalam ordo

Lepidoptera. Lebih dari 90% dari ordo lepidoptera merupakan serangga

ngengat sedangkan sisanya adalah kupu-kupu (Sutrisno, 2010). Kelompok

ngengat famili Erebidae (Lepidoptera: Noctuoidea) di indonesia tersebar di

kawasan tropis dan terdiri dari 18 subfamili. Khusus untuk subfamily

lymantriinae sendiri mencakup lima tribe utama diantaranya adalah

arctornithini, lymantriini, leucomini, nygmiini dan orgyiini. Subfamili ini

terdiri dari 2900 spesies yang dijelaskan ke dalam 360 genus (Darmawan,

2012).

Ngengat (Scania sp.) adalah serangga yang berhubungan dekat dengan

kupu-kupu dan kedua-duanya termasuk ke dalam ordo lepidoptera. Perbedaan

diantara kupu-kupu dan ngengat lebih dari taksonomi. Kadang nama

rhopalocera (kupu-kupu) dan heterocera (ngengat) digunakan untuk

memformalisasikan perbedaan mereka. Lepidoptera merupakan salah satu ordo

dari filum Arthropoda kelas insecta. Kata lepidoptera berasal dari bahasa

Yunani yaitu lepis (sisik) dan ptera (sayap). Serangga ini memilki dua pasang

sayap, sayap belakang biasanya sedikit kecil daripada sayap depan. Sayap

ditutupi oleh sisik yang halus dan mudah lepas seperti tepung (Rosnita, 2015).

Berdasarkan hasil pengamatan secara kualitatif dan morfologi, yaitu

diperoleh morfologi Ngengat (Scania sp.), terlihat adanya badan (Truncus),

kepala (Caput), sayap (Alae), perut (abdomen), bentuk mata (Oculus) dan dada

(Thorax). Memiliki tipe mulut (Cavum oris) penghisap, tipe antena clavate,
warna tubuh (truncus) orange kecoklatan, bentuk mata (Oculus) majemuk,

bentuk kepala (caput) bulat dan bentuk sayap (alae) bersisik halus. Identifikasi

kuantitatifnya yaitu panjang total badan 2 cm, panjang sayap 1,3 cm, panjang

kepala 0,2 cm, panjang antena 1 cm, lebar abdomen 0,3 cm, lebar sayap 1,6 cm,

jumlah kaki 4 dan jumlah segmen 4.


D. Deskripsi

Semut (Lasius fuliginosus) adalah serangga sosial yang merupakan

kelompok serangga yang termasuk ke dalam ordo hymenoptera dan famili

formicidae. Organisme ini terkenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang

teratur. Semut dibagi menjadi semut pekerja, prajurit, pejantan dan ratu.

Organisme ini memiliki kurang lebih 12.000 spesies yang tersebar di dunia dan

sebagian besar berada di kawasan tropis. Beberapa peranan dari organisme ini

adalah sebagai dekomposer, penyerbuk, pembuat aerator tanah, predator dan

indikator (Sari, 2014).

Semut (Lasius fuliginosus) merupakan salah satu jenis serangga yang

memiliki jumlah spesies yang sangat besar, keberadaannya banyak ditemukan

hampir setiap jenis ekosistem. Semut berdasrkan jumlah keanekaragaman jenis,

sifat biologi dan ekologinya sangat penting, kehidupan semut sebagai predator,

pengurai dan herbivor. Habitat semut hitam biasanya dijumpai pada ketinggian

1-2 meter dari permukaan tanah, karena diduga pada ketinggian tersebut semut

hitam mudah mencari makanan baik ke atas tanaman maupun dibawah tanaman

atau tanah. Panjang sarang semut hitam lebih banyak ditemukan antara 11-20

cm dengan lebar antara 6-10 cm (Yunelki, 2014).

Berdasarkan hasil pengamatan secara kualitatif dan morfologi, yaitu

diperoleh morfologi semut kebun hitam (Lasius fuliginosus), terlihat adanya

badan (Truncus), kepala (Caput), perut (abdomen), bentuk mata (Oculus), dada

(Thorax), kaki depan (Extremitas anterior) dan kaki belakang (Extremitas

posterior). Memiliki tipe mulut (Cavum oris) kombinasi (penguyah dan


penggigit), tipe antena setaceus, warna tubuh (truncus) hitam, bentuk mata

(Oculus) majemuk, bentuk kepala (caput) bulat dan bentuk sayap (alae)

berselaput tipis. Identifikasi kuantitatifnya yaitu panjang total badan 1,3 cm,

panjang sayap tidak ada, panjang kepala 0,2 cm, panjang antena 0,8 cm, lebar

abdomen 0,4 cm, tidak memiliki lebar sayap, jumlah kaki 6 dan jumlah segmen

1.
D. Deskripsi

Belalang (Valanga nigricornis) adalah serangga herbivor yang

termasuk dalam ordo orthoptera dengan jumlah spesies 20.000. Belalang dapat

ditemukan hampir di semua ekosistem terestrial. Sebagian besar spesies

belalang berada di ekosistem hutan. Belalang makan hampir setiap tanaman

yang liar ataupun yang dibudidayakan. Keanekaragaman dan kelimpahan

spesies (acrididae: ordo orthoptera) di ekosistem yang tidak terganggu lebih

tinggi dibandingkan ekosistem yang terganggu. Keragaman belalang

dipengaruhi oleh faktor-faktor ekologis diantaranya adalah pola curah hujan,

suhu atmosfer, kelembaban relatif, jenis tanah, perlindungan dari musuh-

musuh eksternal dan struktur vegetasi (Prakoso, 2017).

Belalang kayu (Valanga nigricornis) merupakan salah satu hama daun

yang penting karena serangga ini mempunyai kisaran inang yang luas.

Tumbuhan inang belalang kayu (Valanga nigricornis) meliputi rumput, padi,

jagung, kelapa, palem, dan lainnya. Ciri-ciri belalang kayu (Valanga

nigricornis) antara lain memiliki antena pendek, organ pendengarannya

terletak pada ruas abdomen serta alat peletak telurnya berukuran pendek.

Kebanyakan belalang (Valanga nigricornis) warnanya kelabu atau kecoklatan

dan beberapa mempunyai warna cemerlang pada sayap belakangnya. Serangga

ini termasuk pemakan tumbuhan dan sering kali merusak tanaman. Adapun

alat mulutnya bertipe penggigit pengunyah (Ferdian, 2017).

Berdasarkan hasil pengamatan secara kualitatif dan morfologi, yaitu

diperoleh morfologi Belalang kayu (Valanga nigricornis), terlihat adanya


badan (Truncus), kepala (Caput), perut (abdomen), sayap (Alae), bentuk mata

(Oculus), dada (Thorax), kaki depan (Extremitas anterior) dan kaki belakang

(Extremitas posterior). Memiliki tipe mulut (Cavum oris) kombinasi

(menguyah dan penggigit), tipe antena filiform, warna tubuh (truncus) coklat,

bentuk mata (Oculus) tunggal, bentuk kepala (caput) segitigat dan bentuk

sayap (alae) lurus. Identifikasi kuantitatifnya yaitu panjang total badan 2,3 cm,

panjang sayap 1,3 cm, panjang kepala 1,2 cm, panjang antena 0,7 cm, lebar

abdomen 0,3 cm, lebar sayap 0,3 cm, jumlah kaki 6 dan jumlah segmen 6.
D. Deskripsi

Triatoma adalah genus dari serangga yang mengandung dalam

subfamili Triatominae (serangga pencium). Anggota Triatoma (seperti semua

anggota Triatominae lainnya) adalah penghisap darah yang bisa menularkan

penyakit serius, seperti penyakit Chagas. Air liur mereka juga dapat

menyebabkan reaksi pada individu yang sensitif, bahkan dapat menyebabkan

syok anafilaksis yang parah (Klotz, 2016).

Berdasarkan hasil pengamatan secara kualitatif dan morfologi, yaitu

diperoleh morfologi kissing bug (Triatoma sp.), terlihat adanya badan

(Truncus), kepala (Caput), perut (abdomen), sayap (Alae), bentuk mata

(Oculus), dada (Thorax), kaki depan (Extremitas anterior) dan kaki belakang

(Extremitas posterior). Memiliki tipe mulut (Cavum oris) mengisap, tipe

antena setaceus, warna tubuh (truncus) orange kecoklatan, bentuk mata

(Oculus) tunggal, bentuk kepala (caput) memanjang dan bentuk sayap (alae)

panjang atau seludang. Identifikasi kuantitatifnya yaitu panjang total badan 3,8

cm, panjang sayap 1,3 cm, panjang kepala 0,5 cm, panjang antena 1,6 cm,

lebar abdomen 0,5 cm, lebar sayap 0,5 cm, jumlah kaki 6 dan jumlah segmen

5.
DAFTAR PUSTAKA

Prakoso, B., 2017, Biodiversitas Belalang (Acrididae: ordo Orthoptera) pada


Agroekosistem (zea mays l.) dan Ekosistem Hutan Tanaman di Kebun
Raya Baturaden, Banyumas. Biosfera, 34(2): 80

Ferdian, A., 2017, Karakteristik Komunitas Belalang pada Beberapa Vegetasi di


Lampung Selatan, Skripsi, Universitas Lampung Bandar Lampung.

Yunelki, M,. 2014, Kepadatan Koloni Semut hitam (Dolichoderus thoracicus


Smit), Padang Sumatera Barat.

Hidayah, S.N.I., 2018, Keanekaragaman dan Aktivitas Capung (Ordo : Odonata)


di Kebun Raya Bogor Siti Nurul Indah Hidayah, Skripsi, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Darmawan, E.K., Himawan, T., Tamo, H, dan Sutrisno, 2013, Identifikasi


Beberapa Jenis Ngengat Jantan Genus Arctornis (Lepidoptera:
Noctuoidea) di Indonesia Berdasarkan Karakter Morfologi Dan
Genitalia, Jurnal HPT, 1(4): 42-41

Rosnita, Jannah, W., Sisi, R, dan Amin, N., 2015, Keanekaragaman Kupu-Kupu
(Lepidoptera) di Kawasan Pegunungan Sawang Ba’u Kecamatan
Sawang Kabupaten Aceh Selatan, Prosiding Seminar Nasional Biotik,
Aceh.

Neldawati, 2011, Jenis-jenis Capung (Odonata) di Kawasan Resort Gunung Tujuh


Taman Nasional Kerinci Seblat Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi,
Skripsi, Universitas Andalas, Padang.

Sari, R.W., Yolanda, R, dan Purnama, A.A., 2014, Jenis-Jenis Semut


(Hymenoptera: Formicidae) pada Perkebunan Kelapa Sawit di Sekitar
Kampus Universitas Pasir Pengaraian, Skripsi, Universitas Pasir
Pengaraian, Pengaraian.

Anda mungkin juga menyukai