Anda di halaman 1dari 13

HAMA-HAMA PADA TANAMAN HORTIKULTURA

(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tanaman)

Oleh

Duta Berlintina
1514121070
Kelompok 3

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
ISI

Hama yang menyerang tanaman cabai adalah


1. Lalat Buah (Bactrocera sp.)

Lalat buah menyebab kerusakan pada cabai. Tanaman yang terserang akan
membusuk, lalu jatuh ke tanah. Gejala yang terlihat apabila tanaman yang
terserang adalah muncul bintik hitam pada bagian pangkal buah, kemudian lalat
buah dewasa memasukkan telurnya ke cabai lalu telur akan menetas dan
berkembang di dalam buah cabai.

Pengendaliannya dapat dilakukan dengan rotasi tanaman, memusnahkan buah


yang terserang, memanfaatkan musuh alami lain parasitoid larva dan pupa
(Biosteres sp, Opius sp), predator semut, rachnidae (laba laba), Staphylinidae
(kumbang) dan Dermatera (Cecopet).

2. Kutu Kebul (Bemisia tabaci)

Bioekologi hama ini yaitu telur berbentuk lonjong agak lengkung seperti pisang,
berwarna kuning terang, berukuran panjang antara 0,2 - 0,3 mm. Telur biasanya
diletakkan di permukaan bawah daun, pada daun teratas (pucuk), Serangga betina
lebih menyukai daun yang telah terinfeksi virus mosaik kuning sebagai tempat
untuk meletakkan telurnya daripada daun sehat. Rata-rata banyaknya telur yang
diletakkan pada daun yang terserang virus adalah 77 butir, sedangkan pada daun
sehat hanya 14 butir. Lama stadium telur rata-rata 5,8 hari.

Tanaman yang terserang hama ini akan memiliki gejala yaitu Embun muda yang
dikeluarkan oleh kutu kebul dapat menimbulkan serangan jamur jelaga yang
berwarna hitam, menyerang berbagai stadia tanaman. Keberadaan embun jelaga
menyebabkan terganggunya proses fotosintesis pada daun serta daun terdapat
bercak nekrotik, disebabkan oleh rusaknya sel-sel dan jaringan daun akibat
serangan nimfa dan serangga dewasa. Pada saat populasi tinggi, serangan kutu
kebul dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Pengendalian hama ini dapat
dilakukan dengan cara sanitasi lingkungan, rotasi tanaman dan juga dapat dengan
memanfaatkan musuh alami, seperti predator, parasitoid dan patogen serangga.
Contoh predator Coccinella septempunctata, Scymus syriacus,
Chrysoperla carnea, Scrangium parcesetosum, Orius albidipennis

3. Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Imago betina Spodopter litura meletakkan telurnya yang berbentuk bulat sampai
bulat panjang, pada bagian bawah daun. Tiap kelompok telur maksimum terdapat
80 butir dengan jumlah telur yang dihasilkan oleh ngengat betina sekitar 500-600
butir. Setelah 2 hari, telur menetas menjadi larva yang berwarna hijau muda atau
coklat dengan kepala berwarna kuning kehijauan. Stadium larva berlangsung
selama 8-10 hari. Ukuran maksimum larva hama ini antara 1-2 inchi. Fase pupa
berwarna coklat muda dengan panjang 9-11 mm, tanpa rumah pupa karena berada
di dalam tanah dengan kedalaman + 1 cm. Pupa juga sering dijumpai pada
pangkal batang, terlindung dari daun kering, atau di bawah partikel tanah. Pupa
memerlukan waktu 5 hari untuk berkembang menjadi ngengat (Hadisoeganda,
1995). Ngengat memiliki rentangan sayap antara 1-1,5 inchi. Sayap depan
berwarna kelabu hingga coklat kelabu dengan garis-garis yang kurang tegas dan
terdapat bintik-bintik hitam. Sayap belakang berwarna lebih terang dengan tepi
yang bergaris-garis hitam. Lamanya daur hidup sekitar 21 hari hari (Moekasan,
2000).

Gejala serangan hama ini pada tanaman bawang merah ditandai dengan timbulnya
bercak-bercak putih transparan pada daun (Moekasan, 2000). Larva memakan
daun tanaman, kemudian masuk ke dalam jaringan parenkim daun dan makan
daun sebelah dalam meninggalkan jaringan epidermis daun. Koloni ulat kecil-
kecil membuat lubang pada daun, kemudian merusak jaringan vaskuler dan masuk
ke pipa daun sambil memangsa daging daun sebelah dalam. Daun bawang merah
tampak berbercak putih memanjang seperti membran, kemudian layu, berlubang,
dan di dekat lubang tersebut terdapat kotoran ulat. Serangan yang cukup berat
dapat menimbulkan kehilangan hasil hingga 57% (Rukmana, 1994).

Pengendalian hayati berupa predator dari S. litura adalah Solenopsis sp, Paedorus
sp, Euberellia sp, Lycosa sp, dan laba-laba. Pengendalian secara kultur teknis
dapat dilakukan dengan sanitasi, pengolahan tanah, pergiliran tanaman,
pemupukan berimbang, penggunaan mulsa, penggunaan tanaman perangkap
(Endah dan Novisan, 2003). Sedangkan penggunaan insektisida dapat yang
bersifat racun perut, racun konkak, dan racun pernapasan. Insektisida yang dapat
bersifat racun perut seperti : Curacron 500 EC dan Decis 2,5 EC (Rukmana,
1994).

Hama- hama yang menyerang tanaman bawang merah adalah


1. Hama Thrips sp.

Bioekologi hama ini yaitu pada saat dewasa berukuran 1 mm, berwarna kuning
pucat, dan coklat atau hitam. Hama ini berkembang biak secara partenogenesis
atau dapat menghasilkan telur tanpa melalui kawin terlebih dahulu. Telur yang
dihasilkan dapat mencapai 80 120 butir. Trips dewasa dapat hidup selama 20
hari. Siklus hidup hama ini selama 3 minggu.

Gejala yang timbul jika tanaman terserang hama ini akan timbul gais-garis pada
daun dan berwarna keperakan, noda keperakan itu merupakan akibat adanya luka
dari cara makan hama thrips.

Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan cara kultur teknis yaitu
pergiiliran tanaman maupun kimiawi yaitu penyemprotan insektisda Winder
25WP, selain itu dapat menggunakan perangkap kuning yang dilapisi lem.
(Tjahjadi, 1989).
2. Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Imago betina Spodopter litura meletakkan telurnya yang berbentuk bulat sampai
bulat panjang, pada bagian bawah daun. Tiap kelompok telur maksimum terdapat
80 butir dengan jumlah telur yang dihasilkan oleh ngengat betina sekitar 500-600
butir. Setelah 2 hari, telur menetas menjadi larva yang berwarna hijau muda atau
coklat dengan kepala berwarna kuning kehijauan. Stadium larva berlangsung
selama 8-10 hari. Ukuran maksimum larva hama ini antara 1-2 inchi. Fase pupa
berwarna coklat muda dengan panjang 9-11 mm, tanpa rumah pupa karena berada
di dalam tanah dengan kedalaman + 1 cm. Pupa juga sering dijumpai pada
pangkal batang, terlindung dari daun kering, atau di bawah partikel tanah. Pupa
memerlukan waktu 5 hari untuk berkembang menjadi ngengat (Hadisoeganda,
1995). Ngengat memiliki rentangan sayap antara 1-1,5 inchi. Sayap depan
berwarna kelabu hingga coklat kelabu dengan garis-garis yang kurang tegas dan
terdapat bintik-bintik hitam. Sayap belakang berwarna lebih terang dengan tepi
yang bergaris-garis hitam. Lamanya daur hidup sekitar 21 hari hari (Moekasan,
2000).

Gejala serangan hama ini pada tanaman bawang merah ditandai dengan timbulnya
bercak-bercak putih transparan pada daun (Moekasan, 2000). Larva memakan
daun tanaman, kemudian masuk ke dalam jaringan parenkim daun dan makan
daun sebelah dalam meninggalkan jaringan epidermis daun. Koloni ulat kecil-
kecil membuat lubang pada daun, kemudian merusak jaringan vaskuler dan masuk
ke pipa daun sambil memangsa daging daun sebelah dalam. Daun bawang merah
tampak berbercak putih memanjang seperti membran, kemudian layu, berlubang,
dan di dekat lubang tersebut terdapat kotoran ulat. Serangan yang cukup berat
dapat menimbulkan kehilangan hasil hingga 57% (Rukmana, 1994).

Pengendalian hayati berupa predator dari S. litura adalah Solenopsis sp, Paedorus
sp, Euberellia sp, Lycosa sp, dan laba-laba. Pengendalian secara kultur teknis
dapat dilakukan dengan sanitasi, pengolahan tanah, pergiliran tanaman,
pemupukan berimbang, penggunaan mulsa, penggunaan tanaman perangkap
(Endah dan Novisan, 2003). Sedangkan penggunaan insektisida dapat yang
bersifat racun perut, racun konkak, dan racun pernapasan. Insektisida yang dapat
bersifat racun perut seperti : Curacron 500 EC dan Decis 2,5 EC (Rukmana,
1994).

3. Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon)

Ngengat dewasa ulat tanah ini meletakkan telurnya di permukaan daun tanaman,
tangkai daun, maupun tangkai batang. Kemudian telur menetas dan berubah
menjadi larva. Saat malam hari, larva memakan tanaman muda untuk
melangsungkan hidupnya, sedangkan siang harinya bersembunyi di dalam tanah.
Pangkal batang yang digigit akan mudah patah dan mati

Pengendaliannya yaitu secara kultur teknis dengan penggenangan lahan selama


sehari penuh, penggunaan mulsa PHP juga dianjurkan, pengendalian secara
kimiawi yaitu dengan menggunakan pestisida berbahan aktif karbofuran.

Hama- hama yang menyerang tanaman pisang adalah


1. Ulat Penggulung Daun (Erionata thrax L.)

Bioekologi hama ini yaitu kupu-kupu dewasa betina akan meletakkan telur pada
permukaan bawah daun pada sore atau malam hari secara berkelompok berkisar
antara 3-35 butir. Siklus hama penggulung daun pisang dari telur sampai dewasa
(imago) berlangsung 35-39 hari dengan temperature 27-30oC. Serangga dewasa
aktif pada sore hari atau pagi hari dan memakan nectar pisang yang sedang
berbunga. Seluruh siklus hidupnya terjadi di dalam gulungan daun. Makin tinggi
curah hujan maka populasi hama ini makin meningkat.

Gejala serangan hama ini adalah larva yang baru menetas akan memakan daun
pisang dengan membuat gulungan daun. Gulungan daun dibuat dengan cara
memotong sebagian daun, dimulai dari pinggir daun dan sejajar dengan tulang
daun utama serta direkat dengan benang-benang halus yang dikeluarkan oleh
larva. Bila populasi hama ini tinggi maka daun pisang dimakan habis, yang
tertinggal hanyalah tulang daun yang tegak dengan gulungan-gulungan daun yang
menggantung.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan musuh alami
seperti Casinaria sp. (parasitoid larva), dan juga penyemprotan insektisida
berbahan aktif Kuinalfos dan Triklorfon serta melakukan pemangkasan daun yang
terserang kemudian dibakar.

2. Penggerek Bonggol (Cosmopolites sordidus Germar)

Bioekologi hama ini yaitu pada saat serangga dewasa (kumbang) berwarna hitam,
dan aktif pada malam hari dan bersembunyi di dalam dan sekitar bonggol pisang
atau di antar pelepah batang semu pisang. Serangga dewasa berukuran 12 mm dan
dapat hidup 1 3 tahun, akan tetapi produksi telur relative sedikit yaitu 1- 3 butir
per minggu.

Apabila tanaman pisang terserang maka akan timbul gejala daun menguning dan
tanaman tumbuh kerdil, kemudian bonggol pisang dapat dipenuhi oleh lubang
gerekan yang menghitam dan membusuk apabial terkena serangan berat. Tanaman
muda akan mudah mati karena lemahnya sistem perakaran dan transportasi
makanan terhenti. Hama ini sangat berbahaya karena lubang bekas gerekannya
akan menjadi tempat masukkan patogen yaitu fusarium oxysporum.

Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan bibit yang bebas
terhadap hama penggerek bonggol, sanitasi lingkungan, memanfaatkan musuh
alami seperti Beauveria bassiana Balmaso, serta dengan menyemprotkan
insektisida berbahan aktif karbofuran atau monokrotofos.

3. Burik pada Buah (Nacolea octasema Meyr.)

Biologinya yaitu hama ini termasuk golongan kupu-kupu (Lepidoptera;


Pyralidae). Kupu-kupu betina meletakkan telur dekat daun bendera secara
berkelompok pada saat bunga pisang masih muda (belum mekar). Jumlah telur
tiap kelompok sekitar 15 butir. Larva terdiri dari 5 instar, larva berkembang dari
instar 1 sampai instar 5 hingga menjadi pupa dibutuhkan waktu selama 16-26 hari.
Di dalam satu tandan pisang ditemukan lebih dari 70 larva hama ini. Pupa
terbentuk pada lapisan pisang yang sudah tua (masak). Hama dewasa (kupu-kupu)
aktif pada malam hari dan lama hidup sekitar 4 hari. Apabila tanaman terserang
hama ini maka akan muncul gejala yaitu menimbulkan kudis pada buah sehingga
menurunkan kualitas buah. Hama ini meletakkan telurnya diantara pelepah
bunga segera setelah bunga muncul dari tanaman pisang. Hama langsung
menggerek pelepah bunga dan bakal buah, terutama saat buah masih dilindungi
oleh pelepah buah.

Pengendalian terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara sanitasi lahan,
memanfaatkan musuh alami seperti parasitoid Argyrophylae sp, dan juga dengan
cara penyemprotan insektisida.

Hama-hama yang menyerang tanaman nanas adalah


1. Uret (Lepidiota sp.)

Bioekologinya adalah serangga dewasa berwarna coklat gelap hampir hitam, L.


stigma jantan bagian dorsalnya menebal, berwarna coklat pucat, memanjang,
bersisik tajam dengan sebuah ambalan kecil yang tebal, dengan sisik berwarna
putih yang tumpang tindih pada bagian pangkal langit-langit elytral. Ambalan ini
kadang-kadang sangat tereduksi. Pada serangga betina dewasa biasanya bagian
dorsalnya berwarna putih atau bersisik kuning pucat, demikian halnya ambalan
bagian pangkal langit-langit juga tidak begitu nampak, panjang tubuhnya sekitar
35 - 50 mm. Larvanya memiliki kepala berwarna coklat pucat dan berdiameter
sekitar 10 11 mm; panjang tubuhnya mencapai 75 mm. Tubuhnya berwarna
putih susu dan berbentuk seperti huruf C dengan tungkai yang berkembang
dengan baik. Kumbang muncul dari dalam tanah pada petang/malam hari,
kemudian melangsungkan perkawinan di dalam tanah atau pada tanaman. Selama
itu, kumbang menjadi tidak aktif pada tanaman, dan kebanyakan mereka
berlindung di dalam tanah. Telur dihasilkan 8 hari setelah kopulasi (kawin) di
dalam tanah pada kedalaman tertentu. Selama perkembangan larva terjadi
pergantian instar (3 5). Setiap stadia ditandai dengan pergantian kulit. Instar 3
dari larva ini dikenal sangat rakus makan dan tumbuh dengan sangat cepat, namun
kemudian uret menjadi inaktif, bergerak masuk ke dalam tanah membuat
semacam saluran atau terowongan untuk masa berpupa. Siklus hidup serangga
ini membutuhkan waktu sekitar 1 tahun.

Hama uret yang paling merugikan, pada fase larva karena pada fase ini yang
menyerang perakaran tanaman padi. Gejala serangan yang ditimbulkan hama uret
yaitu tanaman akan kelihatan layu dan tanaman mudah dicabut karena sebagian
atau seluruhnya akar dimakan.

Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara melakukan budidaya tanaman yang


sehat dengan pemupukan mengandung unsur N,P dan K sehingga kondisi
tanaman dapat tumbuh dengan baik, menggunakan agensia hayati Metharizium sp
untuk mengendalikan uret yang terdapat dalam tanah, serta melakukan
pengolahan tanah dengan kedalaman 30 Cm sehingga larva yang berdiapause dan
kepompong dapat keluar,dikumpulkan serta dimusnahkan sehingga akan
mengurangi populasi hama uret.

2. Hama Thrips sp.

Bioekologi hama ini yaitu pada saat dewasa berukuran 1 mm, berwarna kuning
pucat, dan coklat atau hitam. Hama ini berkembang biak secara partenogenesis
atau dapat menghasilkan telur tanpa melalui kawin terlebih dahulu. Telur yang
dihasilkan dapat mencapai 80 120 butir. Trips dewasa dapat hidup selama 20
hari. Siklus hidup hama ini selama 3 minggu.

Gejala yang timbul jika tanaman terserang hama ini akan timbul gais-garis pada
daun dan berwarna keperakan, noda keperakan itu merupakan akibat adanya luka
dari cara makan hama thrips.
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan cara kultur teknis yaitu
pergiiliran tanaman maupun kimiawi yaitu penyemprotan insektisda Winder
25WP, selain itu dapat menggunakan perangkap kuning yang dilapisi lem.
(Tjahjadi, 1989).

3. Kutu Sisik (Diaspis bromiliale)

Kutu sisik merupakan penyebab terjadinya bintil-bintil pada akar, daunnya akan
keriput dan pucat. Hama ini termasuk penyakit yang berbahaya karena sering
menyerang tanaman nanas serta sulit untuk dikendalikan.

Morfologi hama ini yaitu Imagonya berwarna ungu atau coklat gelap.
bentuk panjang, melingkar dan koma, telur diletakkan secara berkelompok
sebanyak 40 - 80 butir di sekitar tubuhnya. Pada musim kemarau telur-telur
tersebut akan menetas selama 15 - 20 hari, berukuran kecil diameter 2,5 mm
bulat & datar, berwarna putih kekuningan/keabu-abuan. Bergerombol menutupi
buah & daun sehingga menyebabkan ukuran buah kecil & pertumbuhan tanaman
terhambat.

Pengendaliannya yaitu dengan pemantauan predator kumbang (Chilorococus


melanophthaimus Uls). Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan
membersihkan kebun/ sanitasi terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa
jerami di bedengan pembibitan jeruk, serta membunuh langsung serangga yang
di-temukan. Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan
efektif sesuai rekomendasi, dilakukan secara spot spray pada bagian tanaman
yang mengandung kutu.

Hama hama yang menyerang tanaman papaya adalah


1. Tungau (Polyphagotarsonemus latus dan Tetranychus sp.)

Bioekologinya yaitu memiliki siklus hidup terdiri dari telur, larva, protonimfa,
deutonimfa, dan imago. Telur memiliki bentuk oval memanjang dan berwarna
bening. Kelembapan yang tinggi yaitu berkisar 90-100%, dibutuhkan untuk
penetasan telur. Perilaku makan larva berbeda untuk beberapa spesies. Beberapa
spesies tungau predator memiliki stadium larva yang tidak makan, sementara
larva beberapa spesies membutuhkan makanan untuk perkembangannya. Pada
umumnya perkembangan tungau predator lebih cepat dibandingkan dengan
tungau Tetranychus sp. Sebagian besar tungau predator membutuhkan waktu
sekitar satu minggu untuk perkembangannya. Beberapa spesies Phytoseiulus
bahkan dapat menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu 4 hari (Pracaya, 2004).

Gejala bila tanaman ini adalah tunas dan bunga gugur. Serangan berat terjadi pada
musim kemarau, biasanya serangan bersamaan dengan serangan Thrips dan kutu
daun. Tungau akan menyerang daun-daun muda dengan cara menghisap cairan
tanaman dan menyebabkan kerusakan sehingga terjadi perubahan bentuk menjadi
abnormal dan perubahan warna seperti daun menebal dan berubah warna menjadi
tembaga atau kecokelatan, kemudian daun menjadi kaku dan melengkung ke
bawah, menyusut dan keriting.

Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan musuh alami yaitu


predator Ambhyseins cucumeris, serta dapat juga dilakukan dengan sanitasi lahan
dan membuang bagian yang telah menjadi sarang tungau.

2. Kutu Perisai (Aspidiotus destructor)

Gejala serangan dari hama ini yaitu Permukaan bawah daun akan tertutup lapisan
seperti sisik sedangkan permukaan atas daun terlihat bercak-bercak kuning.
Serangan parah menimbulkan nekrosis, daun kering dan rontok. (Awmack C.S.
dan S.R. Leather,. 2002).

Pengendaliannya yaitu dengan kultur teknis, mekanis: Pemangkasan bag.


terserang dan sanitasi, hayati: penggunaan predator Chilocorus sp.,
Crypthognatha nodiceps, atau Lindorus lophantas, kimiawi: Penggunaan
insektisida bila kondisi sudah sangat parah (Sudarmo, 2000).
3. Kutu Dompolan (Planococcus citri)

Hama ini menusuk dan mengeluarkan enzim serta menghisap cairan batang,daun,
dan bagian buah (Walker A, Hoy M, dan Meyerdirk D, 2003).

Gejala:
Terlihat massa putih seperti lilin di bagian daun, pangkal tangkai daun atau
buah tanaman.
Tanaman klorosis, kerdil, malformasi daun
daun mengkerut dan menggulung, daun gugur dan buah rontok,
Serangan pada buah yang belum matang menyebabkan bentuk buah tidak
sempurna.
Memproduksi embun madu yang dapat menjadi media tumbuhnya embun
jelaga sehingga lapisan pepaya berwarna hitam seperti jelaga. (Amarasekare,
K.G., C.M. Mannion, L.S. Osborne, and N.D. Epsky, 2008)

Pengendalian :
Pengendalian kultur teknis.
Mekanis: Pemangkasan bag. terserang dan sanitasi, serta pemusnahan koloni
kutu
Hayati: Dapat dikendalikan dengan melakukan sanitasi lahan secara berkala
atau dapat juga memanfaatkan musuh alami seperti Coccinellidae dan
Cecidomydae.
Kimiawi: Penggunaan insektisida bila kondisi sudah sangat parah.
(Walker A, Hoy M, dan Meyerdirk D, 2003).
DAFTAR PUSTAKA

Amarasekare, K.G., C.M. Mannion, L.S. Osborne, and N.D. Epsky. 2008. Life
History of Paracoccus marginatus (Hemiptera: Psudococcidae) on four
host plant spesies under Laboratory Condition.Environ Entomol. 37(3):
630- 635.

Awmack C.S. & S.R. Leather,. 2002. Host Plant Quality and Fecundity in
Herbivoro Insect. Annu Reu Entomol, 47: 817-844.

Moekasan. 2002. Efikasi dan formulasi senpv terhadap larva Spidoptera litura pada
tanaman bawang merah di rumah kasa. Jurnal Hortikultura 12

Pracaya. 2004.Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sudarmo. 2000. Pengendalian Serangga Hama. Kanisius, Yogyakarta.

Tjahjadi. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

Triharso. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University


Press. Yogyakarta.

Walker A, Hoy M, and Meyerdirk D. 2003. Papaya mealybug (Paracoccus


marginatus Williams and Granada de Willink (Insecta: Hemiptera:
Pseudococcidae). Featured creatures. Institut of Food and Agricultural
Sciences, University of Florida.

Wibowo, 2004. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta. Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai