Globodera rostochiensis
1.Taksonomi
Kerajaan
Filum
Kelas
Subclass
Ordo
Famili
Subfamili
Genus
Spesies
(Wiki, 2011)
: Animalia
: Nematoda
: Secernentea
: Diplogasteria
: Tylenchida
: Heteroderidae
: Heteroderinae
: Globodera
: Globodera rostochiensis
Gambar 2 A.
Sista NSK berbentuk seperti botol yang
Menempel Pada akar
(Anonim, 2003)
Berdasarkan hasil penelitian pada Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia
Vol 9 no 1, 2003 hal :46-53 dapat diketahui morfologis G. rostochiensis dibawah
ini.
1. Betina: betina Globodera rostochiensis bentuk kista, yang merupakan badan nematoda betina mati, yang
melindungi telur.. Tubuh bulat, bulat, dengan leher pendek dan tidak ada kerucut terminal.
2. Jantan:tubuh dipelintir menjadi C atau S bentuk. Berbentuk ulat lapangan Lateralempat baris.
dengan Spicule s lebih besar dari 30 pM panjangnya, distal runcing..Tidak kloaka l tubus. Ekor pendek,
hemispherical.
3. Tahap kedua remaja: stylet kurang dari 30 pM panjang. Lateral lapangan dengan empat baris. kelenjar
Terserang mengisi
rongga
tubuh. Tail
kerucut,
menunjuk,
dengan
setengah
hialin
terminal. Phasmids punctiform.
a. Telur
Terlur berbentuk oval, massa telur berada di dalam tubuh betina yang telah
dibuahi menjadi sista. (gambar 2 B.). Ukuran panjang telur antara 98-109 m
dengan rata-rata 105 m. sedangkan lebar antara 50-59 m dengan rata-rata 54,6
m
b. Larva stadia dua
Ketika masih di dalam telur pada umumnya tubuh larva melipat menjadi
empat lipatan. Larva berbentuk cacing, bentuk ekor makin ke ujung makin
mengecil (Gambar 3 b dan 4 b.). Kepala sedikit offset (bagian kepala dengan
bagian tubuh dibelakang kepala dipisahkan suatu lekukan pada kutikula). Stinlet
tipe stomatosilet dan berkembang dengan baik. Knob stilet (pangkal stilet)
berbentuk membulat. Panjang tubuh total antara 531-563 m dengan rata-rata
548,4 m, sedang lebar tubuh maksimum antara 22-26 m dengan rata-rata
23,6 m. Panjang kepala antara 4-6 m dengan rata-rata 5,2 m sedang lebar
tubuh pada pangkal kepala antara 11-12 m dengan rata-rata 11,6 m. Panjamh
stinlet antara 21-33 m dengan rata-rata 25,2 m.
Gambar
(a),
b.
Sista
Globodera
rostochiensis
yang
telah
berisi massa telur (b), dan larva stadia dua (c).
pecah
Gambar 3b. Bagian anterior larva G. rostochiensis stadia dua dengan knob stilet membulat (a)
Gambar 4b. Bagian posterior larva G. rostochiensis stadia dua, tampak ekor makin keujung
makin mengecil (a) dan tampak bagian yang hialin (b)
3. Biologi
a. Penyebaran
Berdasarkan Tuner, S.J. dan K. Evan (1998) dan daftar dari EPPO (1994)
kedua spesies NSK ini telah menyebar di beberapa negara di Eropa (Austria,
Balarus, Belgia, Bulgaria, Cekoslowakia, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis,
Jerman, Swiss, Hungaria, Iceland, Italia, Latvia, Lituania, Luxemburg, Malta,
Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Rusia, Spanyol, Swedia, Switzelan,
Ukraina dan Inggris), Asia (Cyprus, India, Jepang, Libanon, Malaysia, Pakistan,
Filipina, Sri Lanka, dan Tajekistan), Afrika (Algeria, Mesir, Libia, Maroko, Siera
Leona, Afrika Selatan, dan Tunisia), Amerika Utara (Kanada, Meksiko, dan USA),
Amerika Tengah (Kostarika dan Panama), Amerika Selatan (Agentina, Bolivia,
Chili, Kolumbia, Ekuador, Peru, dan Venezuela) dan Ocionea (Australia, New
Zealand dan Norfolk Island).
Serangan NSK pertama kali ditemukan di Indonesia berdasarkan
pemantauan Direktorat Perlindungan Hortikultura dan Direktorat Perbenihan
Hortikultura pada bulan Maret 2003. Awalnya dilaporkan menyerang tanaman
kentang (varietas Granola) di dusun Sumber Brantas, Desa Tulung Rejo,
Kecamatan Bumi Aji, Kota Batu, Propinsi Jawa Timur. Luas tanaman terserang
diperkirakan mencapai 25% dari luas tanaman kentang yang seluruhnya seluas
800 hektar. Gejala tersebut telah dirasakan sejak tahun sebelumnya. Benih
kentang yang ditanam tahun 2002 dilaporkan berasal dari Jerman, tetapi para
petani sudah menanam benih impor sejak tahun 1986 (Ditlinhor, 2003).
Hasil survey Mulyadi dkk. (2003) menunjukan padat populasi sista dalam
tanah pada ketinggian tempat dan kondisi tanaman disajikan pada Tabel 1. Satosi
AIBA dari National Agricultural Research Center, Japan pada tanggal 5 21
Agustus 2003 juga melakukan survey di beberapa sentra tanaman kentang di
Indonesia (Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat). Dia
areal yang sudah terinfeksi keberadaannya secara permanen diperlukan waktu 7-8
tahun. Pada awal infeksi gejala serangan pada tanaman belum terlihat, setelah
mencapai populasi tertentu akan tampak. Berdasarkan hasil penelitian di
Jepang, jumlah populasi awalG. rostochiensis yang dapat menimbulkan kerugian
adalah 31 sista hidup per 100 gram tanah (Inagaki et.al., 1973, Vide Barker and
Olthof, 1976 dalam Soeganda, A.W.W., 2003).
Sejak introduksi sampai establish pada tingkat yang dapat dideteksi di
areal yang sudah terinfeksi keberadaannya secara permanen diperlukan waktu 7-8
tahun. Pada awal infeksi gejala serangan pada tanaman belum terlihat, setelah
mencapai populasi tertentu akan tampak. Berdasarkan hasil penelitian di
Jepang, jumlah populasi awal G. rostochiensis yang dapat menimbulkan kerugian
adalah 31 sista hidup per 100 gram tanah (Inagaki et.al., 1973, Vide Barker and
Olthof, 1976 dalamSoeganda, A.W.W., 2003).
berkurang, stres air, dan kekurangan gizi, sedangkan efek tidak langsung dari
suatu infestasi termasuk dinipenuaan dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi
jamur. (Wiki, 2011)
G. rostochiensis mempengaruhi pertumbuhan kentang (Akar tanaman
menunjukkan menit terinfeksi, badan putih, yang merupakan perempuan dewasa
yang telah meletus melalui epidermis akar. Pada kepadatan nematoda sangat
tinggi, umbi-umbian dapat menjadi terinfeksi, mengakibatkan munculnya kista
pada permukaannya. (Wiki, 2011)
Pada tingkat rendah, kentang nematoda kista melakukan kerusakan kecil, tapi
setelah bertahun-tahun berulang kentang budaya, kista nematoda ini dapat
meningkat dalam jumlah seperti untuk membatasi produksi. Dalam beberapa
kasus yang ekstrim, hasil mungkin kurang dari buah bibit yang ditanam.
Lapangan gejala infestasi berat sama antara-membentuk kista nematoda; pertama
mereka mendorong pertumbuhan miskin di tempat, diikuti oleh kenaikan dalam
ukuran dan jumlah titik. Kerusakan dengan sistem akar biasanya dikaitkan dengan
layu tanaman dan pendek. Tomato Tomat tanaman ini gejala yang mirip dengan
kentang mengharapkan bahwa akar mungkin memiliki sedikit bengkak. (Tarte, R.
(1979)
Impor umbi kentang untuk konsumsi dari negara tertular harus dicuci,
diberi perlakuan benih (seed treatment) seperti perlakuan benih dengan
1% Sodium hypochlorite dan pencucian dengan air panas dan pengeringan
4.
Pelarangan peredaran benih tanpa sertifikat bebas nematoda dari daerah
terserang ke daerah bebas terserang
5.
Keharusan perlakuan benih (fumigasi, perendaman desinfektan, dsb) dan
kentang konsumsi di daerah terserang
6.
Pelarangan membawa tanah, bahan tanaman dan media pembawa lain dari
daerah terserang ke daerah belum terserang
(Sumber :Hamzah, Amir, 2003 )
b. Pratanam (preplanting)
Pemilihan calon lahan kentang yang bebas atau populasi awal NSK-nya di bawah
31 sista hidup per 100 gr tanah.
Sanitasi kebun : lahan calon kentang dicangkul sedalam tanah olah (30 cm),
bongkahan tanah dihancurkan, semua perakaran diangkat dan dibakar. Pekerjaan
tersebut dilakukan 2 atau 3 kali dan tanah dibiarkan terkena sinar matahari. Selain
itu penyiangan terhadap gulma harus dilakukan sebersih mungkin terutama dari
keluarga Solanaceae.
Pemilihan bibit bebas penyakit yang terbawa tanah (soil borne disease) dan
berasal dari pembibitan yang berasal dari daerah serangan NSK, dan menanam
varietas/ kultivar yang diketahui tahan/toleran terhadap NSK, seperti Marion,
Culpa, Elvira, Gitte, Vevi, Aula, Filli, Granola, Miranda, Renema dan Alexa,
Cordia, Herold, Pirola, Dextra.
Pengolahan tanah yang baik disertai dengan sanitasi kebun dari sumber-sumber
inokulum NSK. Pengolahan tanah dilakukan sedemikian rupa sehingga bongkahbongkah tanah terpecah, NSK terekspos keluar dari pori-pori tanah, terkena sinar
matahari ataupun lebih mudah nantinya dikendalikan dengan taktik-taktik
lainnya :
Rotasi tanaman : menanam jenis tanaman yang tahan dan atau bukan inang NSK,
digilirkan dengan tanaman pokok, yaitu kentang, sehingga diharapkan jumlah
populasi awal NSK sangat rendah pada waktu kentang ditanam. Tanaman rotasi
harus diusahakan yang memiliki manfaat, baik langsung maupun tidak langsung.
Penanaman varietas toleran, misalnya Marion, Culva, Elvira, Gitte, Vevi, Aula,
Villi tahan terhadap NSK biotipe A, sedangkan Cordia tercatat tahan terhadap
NSK biotipe A dan B. Penelitian lain mencatat bahwa varietas Granola, Miranda,
Renema, dan Aalexa tahan terhadap NSK biotipe A. Selain itu varietas Herold,
Pirola
(Sumber : Hamzah, Amir, 2003)
c. Pertanaman
Pada periode pertanaman diupayakan penerapan prinsip-prinsip budidaya
tanaman sehat, yaitu penggunaan pupuk sesuai rekomendasi, pencabutan tanaman
sakit (roguing), dan pengamatan/pemantauan teratur serta penerapan teknik/cara
pengendalian yang tepat.
d. Nematisida Fumigan
Fumigasi dengan metil bromida efektif untuk mematikan semua stadium
nematoda. Metil bromida termasuk pestisida terbatas, oleh karena itu penggunaannya hanya boleh dilakukan oleh operator yang terlatih dan bersertifikat,
3.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
menggunakan cara dan peralatan khusus. Untuk keperluan ini perlu izin Menteri
Pertanian melalui Komisi Pestisida.
e. Non Fumigan
Nematisida yang terdaftar dan diizinkan untuk NSK belum ada, namun
demikian sementara dapat digunakan nematisida yang diizinkan
untuk Meloidogyne sp. pada tomat atau kentang, misalnya karbofuran (Furadan 3
G,
Petrofur
3
G) etoprofos(Rhocap
10
G), kadusafos (Rugby 10
G), azadirachtin (Nosfoil 8 EC).
(Sumber : Hamzah, Amir 2003)
5. Opini
Pengendalian Globodera rostochiensis bisa dilakukan dengan cara
memanfaatkan musuh alami ataupun dengan menggunakan bahan-bahan alami
dari tanaman. Sehingga secara alami dapat mengurangi populasi dari Globodera
rostochiensis tanpa
merusak
lingkungan.
Misalnya
dengan
menggunakan Beberapa cendawan diketahui mampu memarasit telur dan induk
nematoda seperti Verticillium chlamydosporum, Cylindrocarpon destructans,
Acremonium strictum.Dan menurut saya bisa juga dilakukan penyisipan gen pada
tanaman inang dari nematode tersebut agar tanaman tahan terhadap serangan dari
nematode tersebut.
6. Resume
Globodera rostochiensis diketahui ada 14 spesies masing-masing memiliki inang spesifik. Nematoda
sista kuning termasuk genus Globodera, yang mempunyai spesialisasi dan sukses menjadi nematoda
parasit tanaman sebagai hama pada tanaman pertanian. Nematoda sista kuning berukuran kecil, secara
alami berada didalam dan bercampur dengan masa tanah yang luas, dan mempunyai keahlian yang
ekstrim untuk berkumpul dan menemukan inangnya betina Globodera rostochiensisbentuk kista, yang
merupakan badan nematoda betina mati, yang melindungi telur..Tubuh bulat, bulat, dengan leher pendek
dan tidak ada kerucut terminal. JantanGlobodera rostochiensis tubuh dipelintir menjadi C atau S bentuk.
Berbentuk ulatlapangan Lateral empat baris. dengan Spicule s lebih besar dari 30 pM panjangnya, distal
runcing.. Tidak kloaka l tubus. Ekor pendek, hemispherical.
sista yang dapat bertahan hidup sampai 10 tahun (Taylor, 1953 dalam Hamzah, A.,
2003).
Tanaman kentang yang terserang NSK ( Nematoda Sista Kuning) daundaunnya menguning lebih awal, lalu kering dan akhirnya mati karena perakaran
terganggu. Jika tanaman tersebut masih dapat bertahan hidup dan dapat
menghasilkan umbi maka umbinya berukuran kecil dan jumlahnya
sedikit. Keberadaan G. rostochiensis ini sangat merugikan budidaya tanaman
kentang, karena merupakan parasit penting pada tanaman kentang yang
mempunyai daya merusaknya sangat tinggi sehingga dapat menurunkan produksi
sampai 70 %. Pengendalian dilakukan dengan peraturan karantina, pengelolaan
pratanam dan pertanaman yang baik, dengan pengendalian hayati menggunakan
musuh alami yang memarasit telur nematode tersebut dan dengan nematisida
fumigan.
7. DAFTAR PUSTAKA
2003. PENGENALAN
DAN
PENGENDALIAN NEMATODA
SISTA
KUNING Globodera rostochiensis Wollienweber. Direktorat Perlindungan
Hortikultura. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura dan Japan
International Coorporation Agency. Edisi Revisi. Diakses tanggal 2 Juni 2011
Duriat, Ati Srie, Thomas Agoes Sutiarso, Laksminiwati Prabaningrum dan Rakhmat Sutarya,
1994. Penerapan Pengendalian Hama-Penyakit Terpadu Pada Budidaya Kentang.
Balai Penelitian Hortikultura Lembang. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Hamzah, Amir, 2003. Program Tindakan Darurat Penyebaran OPT Karantina,Globodera
rostochiensis (Wolienweber) Mulvey & Stone. Makalah Seminar Sehari
Penaggulangan Nematoda Globodera sp. Pada Tanaman Kentang.Jakarta, 3 April
2003.
Mulyadi, Bambang Tahayu TP, B. Triman, Siwi Indarti, 2003. Identifikasi Dan
Bioekologi Globodera rostochiensis. Handout Seminar Sehari Penaggulangan
Nematoda Globodera sp. Pada Tanaman Kentang. Jakarta, 3 April 2003. Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia Vol 9 no 1, 2003 hal :46-53
Subijanto, 1985. Constraint On And Opportunite In The Production Of Vegetables
InIndonesia.
Central
Research
Institute
for
Horticulture,
Pasarminggu, Jakarta.Dalam Production Of Vegetables In The Tropics And SubTropicks. Proceeding of the 23th Internaional Symposium on Tropical Agriculture
Research. Tsu, Japan, September 20-22, 1989. Tropical Agriculture Research
Series (TARC) No. 23, March 1990. p. 37.
Soeganda, A.W.W., 2003. Pengendalian Terpadu Nematoda Sista Emas (Globodera
rostochiensis) Pada Tanaman Kentang. Makalah Seminar Sehari Penaggulangan
Nematoda Globodera sp. Pada Tanaman Kentang. Jakarta, 3 April 2003.
Wikipedia. Globodera
rostochiensis. Htt:/www.wikipedia. Globodera
rostochiensis.20/1/2011.html. diakses tanggal 2 Juni 2011
Anonim,