Anda di halaman 1dari 6

1. Caplak Pada Anjing ( R.

Sanguineus)
a. Klasifikasi
Menurut Krantz (1970) dalam Priasdhika (2014) Caplak Anjing R. Sanguineus
diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Arthrpoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Parasitiformes
Famili : Ixodidae
Genus : Rhipicephalus
Spesies : Rhipicephalus sanguineus
b. Morfologi
Secara umum tubuh caplak terbagi atas 2 bagian, yaitu gnatosoma (Kepala
dan toraks) dan idiosoma (abdomen). Pada bagian gnatosoma terdapat kapitulum
(kepala) dan bagian mulut yang terletak dalam suatu rongga yang di sebut
kamerostom. Bagian dasar kapitulum adalah basis kapituli yang berhubungan dengan
bagian idiosoma. Idiosoma adalah bagian posterior tubuh caplak Hadi san Soviana
(2010) dalam Priasdhika (2014).
Pada batas posterior bidang dorsal tubuh caplak dapat di temukan legokan-
legokan yang dinamakan marginal festoon. Pada caplak jantan maupun betina, lubang
anus dan lubang kelamin terletak pada bidang ventral di tengah-tengah antara koksa 1
dan 2. Spirakel berbentuk koma, kapitula yang pendek, dan lekukan anus hanya
mengelilingi setengah bagian dari anus dan kemudian memperluas bagian caudal
hingga ke lekukan medial James dan Harwood (1969) dalam Priasdhika (2014).
Larva R. sanguineus memiliki 3 pasang kaki, nimfa memiliki 4 pasang kaki,
dan dewasa memiliki 4 pasang kaki. Larva berbentuk bulat dengan sistem trakea
belum berkembang dan berwarna coklat muda. Nimfa berbentuk oval dan lubang
genital belum berkembang serta berwarna abu-abu. Di samping itu, R. sanguineus
juga memiliki sepaangmata yang terletak pada batas lateral skutum. Seluruh bagian
dorsal tubuh caplak jantan dewasa tertutup dengan skutum sedangkan pada caplak
betina hanya sebagian saja Lord (2001).
c. Siklus Hidup
Siklus hidup R. sanguineus memerlukan 3 induk semang untuk menjadi
caplak dewasa. Induk semang dari telur menetas sampai menjadi caplak dewasa bisa
pada jenis anjing yang sama rasnya ataupun dari ras yang berbeda. Seluruh stadium
kehidupan caplak di sebut stadium parasitik, karena R. anguineus menghisap darah
atau cairan tubuh kecuali pada satium telur Shaw et al. (1970) dalam Priasdhika
(2014).
Siklus Hidup caplak dapat berlangsung selama 2 bulan sampai 2 tahun
tergantung pada kondisi lingkungannya. Dengan kondisi lingkungan yang
mendukung, siklus hidupnya semakin pendek yang artinya perkembangbiakan
semakin cepat terjadi. Pada suhu 290C siklus hidup caplak dapat berlangsung 63 hari
dan dalam lingkungan yang mendukung dalam 1 tahun hanya dapat mencapai 4
generasi. R. sanguineus dapat bertahan dalam kondisi yang kurang menguntungkan
selama 253-255 hari tanpa makan. Caplak ini juga tahan terhadap lingkungan yang
terendam air, kekeringan, an ketidaktersediaan makanan dalam waktu berbulan-bulan
Levine (1994) dalam Priasdhika (2014).
d. Hospes
Hospes Ektoparasit R. sanguineus adalah anjing, dimana caplak ini hidup di
permukaan kulit anjing dan akan menghisap darah induk semang melalui pembuluh
darah perifer yang berada di bawah kulit Levine (1994) dalam Priasdhika (2014).
e. Kepentingan
Caplak R. sanguineus merupakan ektoparasit yang sangat merugikan induk
semangnya. Bentuk kerugian yang di hasilkan karena infeksi caplak ini berupa
penyakit Yang akan diderita oleh induk semang yang dapat menularkan berbagai
macam penyakit yang di sebabkan oleh virus, bakteri, protozoa Hendrix (2012) dalam
Priasdhika (2014)
f. Pengendalian
Upaya pengendalian dari R. sanguineus ada 3 yaitu dengan cara kimiawi pestisida,
sanitasi dan Mekanik (Astyawati & Retno 2008).
2. Pinjal Pada Anjing Ctenocephalides felis
a. Klasifikasi
Menurut Soulsby (1982) dalam Priasdhika (2014) pinjal Ctenocephalides felis
diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Arthrpoda
Kelas : Insekta
Ordo : Siphonaptera
Famili : Pulicidae
Genus : Ctenocephalides
Spesies : Ctenocephalides felis
b. Morfologi
Secara umum morfologi dari pinjal C. felis mempunyai duru pertama dari ktenidia
genalnya yang mempunyai panjang yang sama dengan duri di belakangnya, selain itu
pinjal ini memiliki manubrium yang menyempit dinbagian apeks. Kaki belakang dari
pinjal ini terdiri atas enam sampai tujuh rua dorsal (Susanti, 2001).
Secara morfologi Pinjal C. felis jantan dan betina memiliki beberapa perbedaan.
Yang membedakan antara C. felis jantan dan C. felis betina terdapat sepasang organ
clasper yang sedikit meruncing dan dapat di gerakkan bagian ujungnya. Sedangkan pada
C. felis betina perangkap mulutnya dilengkapi dengan silet yang panjangnya hampir tiga
kali lebarnya (Sen & Fletcher 1962 dalam Susanti 2001).
c. Siklus Hidup
Pinjal mengalami metamorfosis sempurna yang dimulai dari teluur, larva, pupa, dan
dewasa. Siklus hidup pinjal berkisar 30-75 hari pada kondisi lingkungan optimal, seperti
suhu dan kelembaban dan dapat mencapai 6-12 bulan pada kondisi yang tidak ideal. Pinjal
betina biasanya mengeluarkan telur sampai 20 butir srtiap periode bertelurnya. Telur
pinjal berbentuk oval dan berwarna keputihan. Telur menetas menjadi larva selama 2 hari
dan berkembang dengan baik pada lingkungan yang terlinding dari sinar matahari dan
hujan dengan kelembaban 75% dan suhu 70-90 0F. sebelum menjadi dewasa, larva akan
menjadi pupa sampai benar-benar menjadi pinjal dewasa (Dryden, 1998 dalam Priasdhika
2014).

d. Hospes
Hospes ektoparasit Ctenocephalides felis adalah anjing dan kucing (Susanti 2001).
e. Kepentingan
Gigitan pinajl menjadikan hewan gelisah sehingga menyebabkan kondisinya
menurun dan terjadi iritasi pada lapisan kulit yang menyebabkan kegatalan. Reaksi gigitan
pinjal ditentukan oleh penampakan sensitivitas hewan terhadap saliva pinjal ( Soulsby,
1982 dalam Susanti, 2001).
f. Kepentingan
Untuk mencegah penyebaran penyebaran penyakit yang disebabkan oleh pinjal maka
perlu dilakukan tindakan pengendalian terhadap arthopoda tersebut. Upaya yang dapat
dilakukan, antara lain melalui penggunaan insektisida, dalm hal ini DDT, Diazinon 2%
dan Malathion 5% penggunan repllent (misalnya, diethyl toluamide dan benzyl benzoate)
dan pengendalian terhadap hewan pengerat (rodent) (Susanti, 2001).
3. Kutu Pada Anjing Trichodectes canis
a. Klasifikasi
Menurut Hopla et al (1994) dalam Priasdhika (2014) kutu anjing Trichodectes canis
diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Arthrpoda
Kelas : Insekta
Ordo : Phthiraptera (Mallophaga)
Subordo : Ischnocera
Famili : Trichodectidae
Genus : Trichodectes
Spesies : Ctenocephalides Canis
b. Morfologi
Ctenocephalides Canis mempunyai bentuk kepala bundar, gigi satu dan dua tidak
sama panjang, memiliki karakteristik kepala dengan anterior kuat-bulat, tidak bersayap,
memiliki tungkai panjang, tubuh gepeng di sebalah lateral dilengkapi banyak duru yang
mengarah ke belakang. Tipe mulut Ctenocephalides Canis yaitu tipe mulut penghisap dan
penusuk dan mengalami metamorfosis tidak sempurna (Priasdhika, 2014).
c. Siklus Hidup
Kutu mengalami metamorfosis tidak sempurna yang di mulai dari telur, nimfa instar
pertama sampai ketiga kemudian dewasa. Telur yang dihasilkan kutu betina dewasa
berjumlah 10-300 selama hidupnya dengan ukuran 1-2 mm, berbentuk oval, berwarna
putih, dan bebera jenis telur di lengkapi operkulum. Telur akan menetas menjadi nimfa
setelah 5-18 hari. Warna nimfa dan kutu dewasa putih, makin tua akan menjadi gelap.
Kutu dewasa dapat hidup 10 hari sampai beberapa bulan (Hadi dan Soviana 2010 dalam
Priasdhika 2014).
d. Hospes
Hospes ektoparasit ini yaitu Anjing (Priasdhika,2014)
e. Kepentingan
Gigitan kutu ini bisa menyebabkan alergi pada kulit anjing yang di tandai dengan rasa
gatal, perubahan warna kulit menjadi merah, dan penipisan rambut anjing pada daerah
gigitan Hopla et al (1994) dalam Priasdhika (2014).
f. Pengendalian
Pengendalian secara kimia dengan menggunakan obat antiektoparasit atau
insektisida. Permetrin, delmetrin, dan spinosad merupakan contoh insektisida untuk
pengendalian Ctenocephalides Canis (Beugnet dan Franc 2012 dalam Priasdhika, 2014).
4. Tungau Pada Anjing Sarcoptes scabiei
a. Klasifikasi
Menuru Taylor et al. (2007) dalam Priasdhika (2014) Tungau Sarcoptes
scabiei diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Arthrpoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Acariformes
Subordo : Sarcoptiformes
Famili : sarcoptidae
Genus : Sarcoptes
Spesies : Sarcoptes scabiei
b. Morfologi
Tungau Sarcoptes scabiei memiliki bentuk tubuh lonjong, punggung cembung,
bagian perut rata, transfaran dan berwarna putih kotor. Umumnya memiliki diameter
antara 200-400 mikron. Tungau ini tidak memiliki mata dan organ respirasi. Ukuran
tungau jantan dewasa antara 200-240 x 150-200 mikron. Sedangkan yang betina
dapatmencapai ukuran 300-600 x 240-400 mikron ( Flyn, 1973 dalam Rodiah 2001).
c. Siklus Hidup
Siklus hidup S. scabiei terdiri dari fase telur, larva, protonimfa, tritonimfa, dan
dewasa yang berlangsung pada tubuh inang. Tungau jantan dan betina akan kawin di
perrmukaan kulit, lalu tungau betina akan membuat terowongan yang berisi tungau
betina, telur-telur, dan fasenya. Telur tersebut akan menetas setelah 3-8 hari menjadi
larva. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi protonimfa, kemudian menajdi tririnimfa, dan
beberapa hari kemudian menjadi dewasa. Satadium telur menjadi dewasa brlangsung
selama 17-21 hari (Wall dan Shearer 2001 dalam Priasdhika 2014).
d. Hospes
Hospes ektoparasit ini adalah anjing dan kucing (Rodiah, 2001)
e. Kepentingan
Tungau sarcoptes scabiei berkembang biak pada lapisan korneum kulit. Tungau ini
menghisap cairan limfe dan epitel yang dimakannya. Aktivitas tungau menyebabkan
rangsangan yang menimbulkan rasa sakit yang parah dan inang sering menggaruk, hal
ini menambah keparahan penyakit(Dan, 1999 dalam Rodiah, 2011).
f. Pengendalian
Pengendalian standar terhdapa scabies adalah penggunaan sulfur. Sulfur merupakan
miticidal yang sangat baik dalam pengobatan skabies. Obat ini dapat digunaan sebagai
sabun, salep, atau semprotan (spray) yang konsentrasi 0,016-0,03% dan dapat diulangi
dua atau tiga kali dengan interval waktu 14 hari. Pengulangan dalam pengobatan ini
penting untuk membunuh larva (Soulsby, 1982 dalam Rodiah, 2001).
Daftar Pustaka

Astyawati, Tutuk & Retno Wulansari. 2008. Penaggulangan Caplak Rhipichepalus


sanguineus Dengan Vaksinasi. ISSN 0853-4217. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia

Lord. C.C.,2001. Brown Dog Tick, Rhipicephalus sanguineus Latreille (Arachnida:


Acari:Ixodidae. Florida Medical Entomology Laboratory.University of Florida

Priasdhika, Grady.,2014. Studi Infestasi Ektoparasit Pada Anjing Di Pondok


Pengayom Satwa Jakarta. Fakultas Kedokteran Hewan [Skripsi]. IPB

Rodiah,Diah.2001.Studi Kasus Skabies Pada Kucing Di Rumah Sakit Hewan Jakarta


Periode Agustus 1997- Juli 2000.Fakiltas Kedokteran Hewan[Skripsi].IPB

Susanti, Dewi Melani. 2001. Infestasi Pinjal Ctenocephalides felis (Siphonaptera :


Pulicidae) Pada Kucing di Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan [Skripsi]. IPB

Anda mungkin juga menyukai