Anjing Domestik
serigala, rubah, dan jackal (Jackson, 2004). Anjing domestik mungkin merupakan
mamalia yang sangat polimorfik, yaitu hewan yang mempunyai keragaman yang
luas dalam hal bentuk, perilaku, dan temperamen. Menurut sistem penamaan
hewan, nama ilmiah yang diberikan kepada anjing domestik adalah Canis
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Order : Carnivora
Family : Canidae
Genus : Canis
Species : Canis lupus
Subspecies : Canis lupus familiaris
Salmonellosis
Salmonella adalah bakteri yang termasuk mikroorganisme yang amat kecil dan
tidak terlihat oleh mata. Selain itu bakteri ini tidak meninggalkan bau maupun
rasa apapun pada makanan. Kecuali jika bahan makanan (daging ayam)
dan bau (merah muda pucat sampai kehijauan, berbau busuk). Biasanya bakteri
Menurut Brooks (2001) bahwa “Salmonella sering bersifat patogen untuk manusia
atau hewan bila masuk melalui mulut”. Infeksi oleh bakteri genus Salmonella
mencakup perut, usus halus, dan usus besar atau kolon, yang dapat menyebabkan
enteritidis, infeksi sitonik dan demam enterik. Menurut Pelzar dan Chan (1988 :
Etiologi
(bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup pada pH 6-8 pada suhu
15-410C (suhu optimal 37 0C ). Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan 54,4 0C
selama satu jam dan suhu 600C selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan
5
dan khlorinisasi. (Tumbelaka, 2003; WHO, 2003). . Bakteri ini bersifat patogen
yang berbahaya bagi manusia dan hewan. Habitat utamanya adalah saluran usus
Gejala Klinis
Fase akut dari infeksi terjadi pada hari ke 4 sampai ke 10. Diare kronis selama 3-4
melebihi dari 10 %, namun infeksi dari salmonella dapat menginfeksi anjing tanpa
tua dan muda serta hewan sehat dan sakit (Hasrawati 2017). Untuk pengobatan
genus dalam famili Enterobacteriaceae dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan
identifikasi spesies dari genus Salmonella sp. dapat dilihat pada Tabel 2.2
6
Ctenocephalides canis
pada tubuh anjing. Pinjal anjing memiliki kemiripan dengan pinjal kucing
ditemukan pada anjing karena pinjal kucing dapat hidup di tubuh anjing (Zentko
dan Richman, 2011). Pinjal ini sangat mengganggu anjing karena dapat
kadang-kadang juga dapat menggigit manusia. Mereka dapat bertahan hidup tanpa
makanan selama beberapa bulan, tetapi spesies betina harus memakan darah
berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Siphonaptera
Famili : Pulicidae
Genus : Ctenocephalides
Spesies : Ctenocephalides canis
Siklus Hidup
7
sarang tikus atau anjing, celah-celah lantai atau karpet, di antara debu dan kotoran
dalam waktu 2-24 hari tergantung kondisi lingkungannya. Larva pinjal sangat
aktif, makan berbagai jenis bahan organik disekitarnya termasuk feses inangnya.
Larvanya terdiri atas 3-4 instar (mengalami 2-3 kali pergantian kulit instar)
dengan waktu berkisar antara 10-21 hari. Larva instar terakhir bisa mencapai
panjang 4-10 mm, setelah itu berubah menjadi pupa yang terbungkus kokon.
Kondisi pupa yang berada dalam kokon seperti itu merupakan upaya
perlindungan terhadap sekelilingnya. Tahap dewasa akan keluar 7-14 hari setelah
terbentuknya pupa. Lamanya siklus pinjal dari telur sampai dengan dewasa
berkisar antara 2-3 minggu pada kondisi lingkungsn yang baik. Pinjal dewasa
akan menghindari cahaya, dan akan tinggal diantara rambut-rambut inang, pada
pakaian atau tempat tidur manusia. Baik pinjal betina maupun jantan keduanya
menghisap darah beberapa kali pada siang atau malam hari. (Hadi, 2010).
Patogenesa
Ctenochepalides canis dapat menjadi host intermedier untuk cacing pita pada
anjing (Dipylidium caninum). Larva pinjal dapat menelan telur cacing pita di
lingkungan. Dimana telur cacing dapat menetas dan berkembang juga di dalam
usus kucing. Cacing pita berlanjut bertahan dalam tubuh pinjal sampai pinjal
menjadi tahap dewasa. Hewan atau manusia dapat memperoleh infeksi cacing pita
ketika menelan pinjal yang mengandung kista cacing pita (Hamrick, et al 1983).
8
Infestasi pinjal Ctenochepalides canis pada anjing bertanggung jawab dalam
produksi hipersensitifitas dan flea allergy dermatitis. Beberapa iritasi pada kulit
Infestasi pinjal pada anjing lebih mungkin diperoleh dari lingkungan daripada
kontak dengan anjing lain (Wall and David, 2001). Kejadian dipylidiasis pada
manusia dapat terjadi ketika sedang merawat atau memandikan hewannya sendiri
atau ketika anak-anak bermain dengan hewan peliharaannya dimana pinjal yang
mengandung kista cacing pita yang tidak sengaja tertelan. Adapun tanda klinis
yang muncul ketika manusia terinfeksi Dipylidium caninum kondisi ini sering
kerontokkan pada rambutnya dan terjadinya kebengkakan pada area tersebut serta
9
Rhipicephalus sanguineus
peranan penting dalam bid ang kesehatan hewan. Caplak dari spesies
Rhipicephalus sanguineus disebut juga “the brown dog tick” dan merupakan jenis
caplak yang paling sering pada anjing (Gambar 3). Secara umum tubuh caplak
terbagi menjadi dua bagian yaitu gnatosoma (kepala dan toraks) dan idiosoma
perkotaan dan pinggiran kota (Shimada et al. 2003), dimana caplak hidup
berhubungan erat dengan anjing dan manusia. Di daerah sekitar perkotaan dan
pinggiran kota, infestasi caplak pada anjing biasanya berat, khususnya anjing yang
(Lorusso et al. 2010). Menurut Williams et al. (1985), klasifikasi caplak anjing (R.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub filum : Chelicerrata
Kelas : Arachnida
Sub kelas : Acari
Ordo : Parasitiformes
Sub ordo : Metastigmata
Super famili : Ixodoidae
Famili : Ixodidae
Genus : Rhipicephalus
Spesies : R. Sanguineus
10
Siklus Hidup
Caplak anjing merupakan caplak sejati dan metamorfosis caplak ini tidak lengkap
(Livine 1994). Caplak anjing memiliki siklus hidup yang terdiri dari empat tahap
yaitu telur, larva, nimfa, dan dewasa. Masing-masing stadium caplak harus
menemukan inang. Caplak dewasa yang telah kawin kenyang darah akan jatuh ke
tanah dan bertelur. Caplak betina kenyang darah dapat bertelur sampai 4000 butir.
Telur akan menetas setelah 17 sampai 30 hari menjadi larva. Larva akan segara
dengan bantuan alat olfaktoriusnya. Larva caplak memiliki tiga pasang tungkai.
Larva akan mengisap darah sampai kenyang sekitar 2 sampai 4 hari dan akan
menjatuhkan diri untuk berganti kulit menjadi nimfa dalam waktu 5 sampai 23
hari. Nimfa dan caplak dewasa memiliki empat pasang tungkai. Nimfa akan
segera mencari inang kedua untuk mengisap darah sampai kenyang selama 4
sampai 9 hari. Nimfa kenyang darah akan menjatuhkan diri ke tanah untuk ganti
kulit untuk menjadi caplak dewasa setelah 11 sampai 73 hari. Caplak dewasa juga
akan segera mencari inang ketiga untuk mengisap darah. Pada tubuh inang ini
meneruskan keturunan. Caplak jantan akan mati setelah terjadi kopulasi. Caplak
betina bertelur di tanah dan kemudian mati (Gunandini 2006). Caplak jantan
mengisap darah dalam waktu yang lebih singkat. Caplak jantan tidak mengisap
darah sebanyak caplak betina, tetapi caplak jantan mengisap darah hanya untuk
al. 2012). Periode makan caplak secara langsung dipengaruhi oleh faktor biotik
11
(misalnya inang) dan faktor abiotik (misalnya cahaya dan kelembaban) (Dantas
Torres et al. 2011 ). Pada lingkungan domestik, caplak bisa hidup pada anjing
yang sama, tetapi bisa juga memiliki kesempatan untuk bisa hidup pada beberapa
hewan yang berbeda. R. sanguineus dapat hidup pada kelinci pada stadium larva
dan stadium nimfa dapat hidup pada hewan lain yaitu domba dan sapi (Astyawati
2008 ). Menurut Lord (2008), banyaknya telur yang diproduksi dipengaruhi oleh
ukuran caplak dan jumlah darah yang diisap. Waktu yang diperlukan pada tiaptiap
tahap mengisap darah, untuk tumbuh dan berganti stadium dipengaruhi oleh
temperatur. Waktu makan dan berkembang akan lebih cepat pada suhu yang lebih
hangat. Caplak terkenal sebagai longlived, dan dapat hidup selama tiga sampai
adalah pada garasi, sela-sela dan retakan di dinding kandang. Caplak meletakkan
telur di atas porose area (tempat khusus di belakang dari basis capituli), untuk
melindungi telur dari kondisi yang kering. Telur akan menetas mejadi larva.
Gejala Klinis
Menurut Matzigkeit (1990) gejala klinis yang dapat dilihat pada pada anjing yang
kulit), gatal, kebengkakan dan ulserasi akibat infeksi sekunder. Caplak melekat
pada inang dengan hipostom yang terbenam di dalam kulit, sehingga gigitan atau
bekas gigitan caplak akan mengiritasi dan dapat menyebabkan peradangan pada
kulit serta menimbulkan rasa gatal. Bila bagian yang gatal digaruk, digigit atau
dijilat, dapat menyebabkan kulit lecet, luka dan kadang-kadang bernanah akibat
12
infeksi sekunder oleh bakteri. Infestasi caplak dan iritasi kulit, merusak tubuh
Anemia hemolitik pada infestasi caplak merupakan anemia yang cukup parah.
melengkapi siklus hidup selama berada pada inang. Bila infestasi caplak dalam
jumlah banyak, maka akan membuat hewan yang dihinggapi dengan cepat
kehilangan banyak darah dan hewan akan lemah, dengan selaput lendir yang
menimbulkan paralisis (kejang) akibat caplak (tick paralysis). Gejala yang dapat
diamati antara lain peningkatan suhu tubuh, kesulitan bernafas, jantung ang
berdetak cepat dan keras sebagai kompensasi memompa darah keseluruh tubuh
1990). Bila dibiarkan lama (kondisi kronis) maka hewan akan mengalami
Pengendalian
dengan fipronil, collar dengan amitraz, dan shampoo dengan permetrin, dan
Haridy 2000).
13
14