Anda di halaman 1dari 9

I.

JUDUL PRAKTIKUM
Identifikasi Tikus dan Parasit pada Tikus

II. TUJUAN PRAKTIKUM


Mahasiswa mengetahui dan mengamati jenis tikus dan jenis parasit yang
terdapat pada tikus.

III. WAKTU PELAKSANAAN


Hari, tanggal : Rabu, 14 Desember 2016
Jam : 14.00 WIB - selesai
Lokasi : Lab Entomologi Jurusan Kesehatan Lingkungan Surabaya

IV. DASAR TEORI


Tikus adalah hewan pengerat (rodensia) yang lebih dikenal sebagai
hama tanaman pertanian, perusak barang di gudang, dan hewan pengganggu
di berbagai hal. Belum banyak diketahui dan disadari bahwa kelompok hewan
ini juga membawa, menyebarkan, dan menularkan penyakit kepada manusia,
ternak, dan juga hewan peliharaan. Rodensia komensal yaitu rodensia yang
hidup didekat tempat tinggal manusia ini perlu lebih diperhatikan dalam
penularan penyakit. Penyakit yang ditularkan dapat disebabkan oleh infeksi
berbagai agen penyakit dari kelompok virus, rickettsia, bakteri, protozoa, dan
cacing. Penyakit tersebut dapat ditularkan kepada manusia secara langsung
oleh ludah, urin, dan feasesnya atau melalui gigitan ektoparasitnya (kutu,
pinjal, dan tungau).

a. Klasifikasi Tikus
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodensia
Famili : Muridae
Genus : Bandicota, Rattus, Mus
b. Jenis-jenis Tikus
1. Tikus got (Rattus norvegicus)
Panjang ujung kepala sampai ekor 300400 mm, ekor 170-230
mm, kaki belakang 4247 mm, telinga 1822 mm. Warna bulu
badan atas coklat kelabu, bulu bagian perut kelabu. Banyak dijumpai
di saluran air/got di daerah pemukiman kota dan pasar. Tikus jenis ini
makan dari sisa makanan manusia dan dari sampah-sampah yang berasal
darimana saja.Tikus got juga juga sering diklaim sebagai pembawa
penyakit Tipes.

Gambar 1. Tikus got (Rattus norvegicus)

2. Tikus wirok (Bandicota indica)


Panjang ujung kepala sampai ekor 400 580 mm. Warna bulu
badan atas dan bulu bagian perut coklat hitam. Bulunya agak jarang
dan bulu di pangkal ekor kaku seperti ijuk. Banyak dijumpai di daerah
berawa, padang alang-alang, dan kadang-kadang di kebun sekitar
rumah.

Gambar 2. Tikus wirok (Bandicota indica)


3. Tikus rumah (Rattus rattus diardii)
Panjang total ujung kepala sampai ujung ekor 220370 mm, ekor
101-180 mm, kaki belakang 2039 mm, telinga 1323 mm. Warna bulu
badan atas coklat tua dan bulu badan bawah (perut) coklat keabuan. Tikus
jenis ini banyak dijumpai di rumah (atap, kamar, dapur) dan gudang,
jarang ditemukan di kebun sekitar rumah.

Gambar 3. Tikus rumah (Rattus rattus diardii)

4. Mencit rumah (Mus musculus)


Panjang ujung kepala sampai ekor kurang dari 175 mm, ekor 81108 mm,
kaki belakang 1218 mm, telinga 812 mm. Warna bulu badan atas dan
bawah coklat kelabu. Terdapat di dalam rumah; dalam almari, dan tempat
penyimpanan barang lainnya

Gambar 4. Mencit rumah (Mus musculus)


c. Ektoparasit yang Ditemukan Pada Tikus
1. Pinjal
Pinjal adalah serangga dari ordo Siphonaptera berukuran kecil (antara
1,5-4 mm), benrbentuk pipih dibagian samping (dorsa lateral). Kepala,
dada, perut terpisah secara jelas. Pinjal tidak bersayap, berkaki panjang
terutama kaki belakang, bergerak aktif di antara rambut/bulu inang dan
dapt meloncat.Pinjal dewasa bersifat parasitic sedangkan pradewasanya
hidup di sarang, tempat berlindung atau tempat-tempat yang sering
dikunjungi tikus. Jenis-jenis pinjal tikus antara lain.

Nosopsyllus fasciatus
Nosopsyllus fasciatus adalah pinjal tikus umum di daerah beriklim
sedang. Pinjal tersebut menyerang banyak hewan lain tetapi tidak selalu
menggigit manusia.

Xenopsylla cheopis
Xenopsylla cheopis merupakan pinjal yang secara taksonomi termasuk
dalam Filum Arthropoda, Kelas Insekta, Ordo Siphonaptera, Family:
Pulicidae. Secara umum, ciri-ciri pinjal yang termasuk Xenopsylla
cheopis adalah :
Tidak bersayap
Kaki sangat kuat dan panjang, berguna untuk meloncat.
Segmentasi tubuh tidak jelas (batas antara kepala - dada tidak jelas)
Ektoparasit pada hewan berdarah panas (mamalia, burung,dll)
Ukuran 1,5-3,3 mm
Metamorfosis sempurna, yaitu telur - larva - pupa -dewasa

Gambar 5. Xenopsylla cheopis


Xenopsylla cheopis mempunyai beberapa peranan dalam penyebaran
penyakit diantaranya:
Pes
Pes merupakan penyakit karantina internasional di Indonesia termasuk
penyakit yang timbul kembali (reemeging disease) dan dapat
menyebabkan kejadian luar biasa. Penyakit pes dapat ditularkan langsung
maupun tidak langsung. Secara tidak langsung pes ditularkan melalui
gigitan vektor yakni pinjal positif Yersinia pestis. Menurut WHO dalam
Plague Manual: Epidemiology, Distribution, Surveillance and Control,
pinjal yang merupakan vector pes adalah Xenopsylla cheopis dan Stivalius
cognatus. Proses itu terjadi ketika tikus yang terinvestasi pinjal (terinfeksi
Yersinia pestis) mati, kemudian pinjal positif Yersinia pestis itu akan
segera meninggalkan tikus dan menggigit orang sehat.

2. Tungau
Tungau termasuk dalam filum Arthropoda, sub filum Chelicerata,
kelas Arachnida, dan ordo Acarina. Acarina berasal dari bahasa Yunani,
yaitu akari yang berarti tungau. Kebanyakan tungau yang menyerang
tanaman umumnya berukuran sangat kecil, panjangnya 0,2 0,8 mm
sehingga sulit dilihat dengan mata. Tubuhnya tidak mempunyai segmen
sehingga menyerupai kantong, dan hanya pada bagian mulut yang
menonjol mejadi satu dengan badannya. Adapun klasifikasi tungau/mites
yaitu:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Arachanida
Ordo : Acarinida
Famili : Demodicidae, Psorergatidae, Tydeidae, dll
Genus : Demodex, Psorergates, Tydeus, dll
Spesies : Demodexbrevis, Psorergatesovis, Tydeusmolestus, dll
3. Caplak
Caplak merupakan salah satu anggota dari phylum Arthropoda dari
kelas Arachnida. Dengan kata lain, caplak masih merupakan kerabat
dekat laba-laba. Berdasarkan morfologi tubuhnya caplak dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu caplak keras (hard ticks) dan caplak lunak
(soft ticks). Perbedaan antara keduanya terletak pada hard plate (scutum)
yang hanya dimiliki oleh caplak keras (hard ticks).
Secara umum siklus hidup caplak, baik caplak keras maupun
caplak lunak meliputi empat fase perkembangan yaitu: telur, larva
berkaki enam, nimfa berkaki delapan dan kemudian dewasa.31 Siklus
hidup diawali dari caplak betina yang meletakkan telur dalam jumlah
banyak. Seekor caplak betina mampu bertelur 100 butir sehari. Telur-
telur itu akan menetas menjadi larva berkaki enam dalam jumlah yang
lebih sedikit. Larva caplak ini akan merayap ke atas vegetasi dan pada
saat ada hewan yang melintasinya dia akan menempel pada hewan
tersebut. Akan tetapi bila tidak menemukan inang, maka larva akan mati.
Setelah menempel, larva yang menemukan inang akan menghisap darab
inangnya. Selanjutnya larva akan molting menjadi nimfa berkaki
delapan. Nimfa ini biasanya berukuran kecil dan akan mencari inang
berupa vertebrata kecil.
Caplak diketahui dapat menularkan beberapa pathogen seperti
bakteri, rickettsia, spirochete, protozoa, virus, nematoda dan juga toksin.
Satu gigitan caplak dapat menularkan banyak sekali pathogen. Caplak
merupakan hewan kedua setelah nyamuk yang dianggap penyebar
penyakit terluas an tar mahluk hidup. Adapun beberapa penyakit infeksi
pada manusia yang dapat ditularkan oleb gigitan caplak antara lain
adalah: Lyme disease, human granulocytis, monocytic ehrlichiosis,
babesiosis, relapsing fever, rocky mountain spotted fever, Colorado tick
fever, Q fever, lumpuh caplak (tick paralysis), boutonneus fever dan tick
borne encephalitis. Pada anjing, Caplak lebih cepat menyebabkan anemia
dibandingkan dengan pinjal.
V. ALAT DAN BAHAN
a. Alat :
1. Masker
6. Meteran
2. Hand scoon
7. Cover glass
3. Pipet tetes
8. Obyek Glass
4. Nampan/baskom
9. Karung
5. Timbangan
b. Bahan :
1. Canada balsem / Entelan

VI. LANGKAH KERJA


1. Tikus yang didapat dari hasil trapping dimasukkan ke karung untuk
untuk dibunuh. Caranya yaitu pada bagian leher dan didekat kaki
belakang dipegang dengan tangan, kemudian ditarik sekeras mungkin
sampai tikus benar-benar mati.
2. Setelah tikus mati, lalu dilakukan penyisiran untuk mencari ektoparasit.
3. Penyisiran dilakukan dengan sisir, sikat gigi, dan baskom.
4. Setelah penyisiran selesai, kemudian dilakukan identifikasi tikus untuk
menentukan spesies tikus.
5. Apabila ditemukan ektoparasit, maka ektoparasit tersebut harus
dipreparasi agar dapat diamati. Caranya yaitu dengan meletakkan
ektoparasit pada obyek glass, lalu posisi ektoparasit diatur, setelah
posisinya sudah benar, tetesi ektoparasit dengan canada balsem, dan
tutup obyek glass dengan cover glass.
6. Mengamati ektoparasit yang ditemukan.

VII. HASIL PRAKTIKUM


Identifikasi Tikus
Spesies Tikus = Rattus Rattus Diardii
Panjang Ekor = 19 cm
Panjang badan + kepala = 14 cm
Telinga = 1,8 cm
Panjang kaki depan = 3,8 cm
Panjang kaki belakang = 3,5 cm
Panjang Keseluruhan = 33 cm
Berat = 117 gram
Banyak puting susu = 0 (tidak memiliki puting susu)
Warna bulu = bagian punggung berwarna coklat
kehitaman. Bagian perut berwarna coklat
keabuan.

Tikus yang kami identifikasi terdapat ektoparasit spesies caplak

VIII. KESIMPULAN
Tikus yang kami identifikasi merupakan tikus spesies Ratus ratus
diardii. Hal tersebut dapat terlihat dari cirinya yaitu ekor lebih panjang
daripada badan dan warna bulu badan atas coklat tua dan bulu badan bawah
(perut) coklat keabuan. Tikus yang kami identifikasi tersebut juga memiliki
ektoparasit yaitu spesies caplak.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Candra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
DEPKES RI. 2008. Pedoman Pengendalian Tikus. Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Natadisastra, Djaenudin, dkk. 2009. Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari
Organ Tubuh yang Diserang. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

X. LAMPIRAN
Foto praktikum.
IDENTIFIKASI TIKUS

CAPLAK PADA TIKUS

Anda mungkin juga menyukai