Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tikus adalah hewan mengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman
pertanian, perusak barang digudang dan hewan penggangu yang menjijikan di perumahan.
Belum banyak diketahui dan disadari bahwa kelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan
dan menularkan berbagai penyakit kepada manusia, ternak dan hewan peliharaan. Rodensia
komensal yaitu rodensia yang hidup didekat tempat hidup atau kegiatan manusia ini perlu lebih
diperhatikan dalam penularan penyakit. Penyakit yang ditularkan dapat disebabkan oleh infeksi
berbagai agen penyakit dari kelompok virus, rickettsia, bakteri, protozoa dan cacing. Penyakit
tersebut dapat ditularkan kepada manusia secara langsung oleh ludah, urin dan fesesnya atau
melalui gigitan ektoparasitnya (kutu, pinjal, caplak dan tungau).
Tikus merupakan masalah rutin di Rumah Sakit, karena itu pengendaliannya harus
dilakukan secara rutin. Hewan mengerat ini menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit,
merusak bahan pangan, instalasi medik, instalasi listrik, peralatan kantor seperti kabel-kabel,
mesin-mesin komputer, perlengkapan laboratorium, dokumen/file dan lain-lain, serta dapat
menimbulkan penyakit. Beberapa penyakit penting yang dapat ditularkan ke manusia antara lain,
pes, salmonelosis, leptospirosis, murin typhus.
Ditinjau dari nilai estetika, keberadaan tikus akan menggambarkan lingkungan yang tidak
terawat, kotor, kumuh, lembab, kurang pencahayaan serta adanya indikasi
penatalaksanaan/manajemen kebersihan lingkungan Rumah sakit yang kurang baik. Mengingat
besarnya dampak negatif akibat keberadaan tikus dan mencit di Rumah Sakit, maka Rumah Sakit
harus terbatas dari hewan ini.
Sebagai langkah dalam upaya mencegah kemungkinan timbulnya penyebaran penyakit
serta untuk mencegah timbulnya kerugian sosial dan ekonomi yang tidak diharapkan, maka perlu
disusun pedoman teknis pengendalian tikus dan mencit di Rumah Sakit..
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan tikus?
2. Apa saja jenis-jenis tikus yang ada di Indonesia?
3. Apa makanan tikus?
4. Apa saja indra yang dimiliki tikus?
5. Apa yang dimaksud dengan sarang tikus?
6. Bagaimanakah perkembangan tikus ?
7. Apakah tanda-tanda keberadaan tikus?
8. Penyakit apa sajakah yang dapat disebabkan oleh tikus?
9. Bagaimana cara pengendalian tikus?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tikus.
2. Mengetahui jenis-jenis tikus.
3. Untuk mengetahui makanan tikus
4. Untuk mengetahui indra yang dimiliki tikus
5. Untuk mengetahui mengenai sarang/ tempat hidup tikus
6. Untuk mengetahui perkembangan tikus
7. Mengetahui tanda-tanda keberadaan tikus.
8. Mengetahui penyakit yang disebabkan oleh tikus.
9. Mengetahui cara pengendalian tikus.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tikus
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia, sub ordo Myormorpha, family
muridae. family muridae ini merupakan family yang dominan dari ordo rodentia karena
mempunyai daya reproduksi yang tinggi, pemakan segala macam makanan (omnivorous) dan
mudah beradaptasi dengan lingkungan yang diciptakan manusia. jenis tikus yang sering
ditemukan dihabitat rumah dan ladang adalah jenis rattus dan mus.
adapun klasifikasi dari tikus adalah sebagai berikut :
Dunia : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Subklas : Theria
Ordo : Rodentia
Sub ordo : Myomorpha
Famili : Muridae
Sub family : Muridae
Genus : Rattus dan Mus
Species : Rattus tanezumi
Rattus norvegicus
Rattus exulans
Rattus tiomanicus
Rattus argentiventer
Rattus niniventer
Bandicota
Mus musculus

B. Jenis-jenis Tikus
1. Tikus Rumah (Rattus tanezumi)
Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ujung ekor 220-370 mm, ekor 101-180
mm, kaki belakang 20-39 mm, ukuran telinga 13-23 mm, sedangkan rumus mamae 2+3=10.
Warna rambut badan atas coklat tua dan rambut badan bawah (perut) coklat tua kelabu. Yang
terrnasuk dalam jenis tikus rumah (rattus rattus) yaitu tikus atap (roof rat), tikus kapal (ship rat),
dan black rat. Jika dilihat dari jarak kedekatan hubungan antara aktifitas tikus dengan manusia,
tikus rumah merupakan jenis domestik, yaitu aktifitas dilakukan di dalam rumah manusia atau
disebut juga tikus komensal (comensal rodent) atau synanthropic.
Tikus rurnah merupakan binatang arboreal dan pemanjat ulung . Kemampuan memanjat
tembok kasar dan turun dengan kepala dibawab sangat lihai, dan hila jatuh dari ketinggian 5,5
meter tidak akan menirnbulkan luka yang berarti bagi tikus. Makanan yang dibutuhkan seekor
tikus dalam sehari sebanyak 10- 15% dari berat badannya. Perilaku makan tikus dengan
memegang makanan dengan kedua kaki depan, dan kebiasaan mencicipi makanan untuk
menunggu reaksi makanan tersebut dalam perutnya. Hal ini perlu diperhatikan apabila kita
memberantas tikus dengan racun. Tikus mempunyai kebiasaan mencari makan dua kali sehari
yaitu pada 1-2 jam setelah matahari tenggelam dan pada l-2 jam sebelum fajar.
Umur tikus rumah rata-rata satu tahun dan mencapai dewasa siap kawin pada umur 2-3 bulan
baik pada tikus jantan maupun betina. Masa bunting selama 21-23 hari dan seek or tikus betina
dapat melahirkan 6-12 (rata-rata 8) ekor anak tikus. Setelah 24-48 jam melahirkan, tikus betina
siap kawin lagi atau disebutpost partum oestrus.
Dalam tubuh tikus, terdapat beberapa hewan lain (parasit) yang ada di dalam tubuh
(endoparasit) dan diluar/menempel di tubuh (ektoparasit) yang merupakan penular atau penyebab
banyak sekali jenis penyakit. Endoparasit tikus antara lain cacing, virus, jamur, protozoa, bakteri,
dan rickettsia yang mempunyai tempat hidup di bati dan ginjal tikus. Sedangkan ektoparasit tikus
meliputi: pinjal (fleas) : Xenopsylla cheopsis, Stivalus cognatus; kutu (lice) : Polyp/ax spinulosa,
Hoplopleura pasifica; larva tungau (chigger) ; tungau (mite);dan caplak(ticks).
2. Tikus Got (Rattus norvegicus)
Tikus got ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor 300-400 mm, panjang ekornya
170-230 mm, kaki belakang 42-47 mm, telinga 18-22 mm dan mempunyai rumus mamae
3+3=12. Warna rambut bagian atas coklat kelabu, rambut bagian perut kelabu. Tikus ini banyak
dijumpai diseluruh air/roil/got di daerah kota dan pasar.
3. Tikus Ladang (Rattus exulans)
Tikus ladang mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor 139-365 mm, panjang ekor 108-
147 mm, kaki belakang 24-35 mm dan ukuran telinga 11-28 mm dan mempunyai rumus mamae
2+2=8. Warna rambut badan atas coklat kelabu rambut bagian perut putih kelabu. Jenis tikus ini
banyak terdapat di semak-semak dan kebun/ladang sayur-sayuran dan pinggiran hutan dan
kadang-kadang masuk ke rumah.
4. Tikus Sawah (Rattus Argentiveter)
Tikus sawah (Rattus rattus argentiventer) merupakan hama yang dapat menimbulkan
kerugian bagi tanaman pertanian, yang dapat menyerang tanaman padi, jagung, kedelai, kacang
tanah dan ubi-ubian.
Panjang tikus sawah dari ujung kepala sampai ujung ekor 270-370 mm, panjang ekor 130-192
mm, dan panjang kaki belakang 32-39 mm, telinga 18-21 mm sedangkan rumus mamae 3+3=12.
Warna rambut badan atas coklat muda berbintik-bintik putih, rambut bagian perut putih atau
coklat pucat. Tikus jenis ini banyak ditemukan di sawah dan padang alang-alang.
R. rattus argentiventer (tikus sawah) adalah merupakan binatang pengerat. Tanda
karakteristik binatang pengerat ditentukan dari giginya. Gigi seri berkembang sepasang dan
membengkok, permukaan gigi seperti pahat. Selain itu terdapat diastema (bagian lebar tidak
bergigi yang memisahkan gigi seri dengan geraham), serta tidak mempunyai taring. Gigi lainnya
berada di bagian pipi terdiri dari 1 geraham awal (premolar) dan 3 geraham atau hanya 3
geraham (Anonim, 1989).
5. Tikus Wirok (Bandicota indica)
Panjang dari tikus wirok ini dari ujung kepala sampai ekor 400-580 mm, panjang ekornya
160-315 mm, kaki belakang 47-53 mm, telinga 29-32 mm seangkan rumus mamae 3+3=12.
Warna rambut badan atas dan rambut bagian perut coklat hitam, rambutnya agak jarang dan
rambut di pangkal ekor kaku seperti ijuk, jenis tikus ini banyak dijumpai di daerah berawa,
padang alang-alang dan kadang-kadang di kebun sekitar rumah.
6. Mencit (Mus musculus)
Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Mencit (Mus musculus) adalah
anggota Muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah
dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigiti mebel dan barang-
barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari. Mencit percobaan (laboratorium)
dikembangkan dari mencit, melalui proses seleksi. Sekarang mencit juga dikembangkan sebagai
hewan peliharaan.

Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor kurang dari 175 mm, ekor 81-108
mm, kaki belakang 12-18 mm, sedangkan telinga 8-12 mm, sedangkan rumus mamae 3+2=10.
Warna rambut badan atas dan bawah coklat kelabu.

C. Makanan Tikus
Tikus merupakan hewan yang mempunyai preferensi makanan yang banyak, baik yang
berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Walaupun demikian biji-bijian seperti gabah, beras
dan jagung tampaknya lebih disukai daripada yang lain. Seekor tikus dapat merusak 283 bibit
padi per hariatau 103 batang padi bunting per hari. Setelah itu, tikus juga menyukai umbi-umbian
serperti ubi jalar dan ubi kayu. Makanan yang berasal dari hewan terutama adalah serangga dan
hewan-hewan kecil lainnya. Makanan dari hewan ini merupakan sumber untuk pertumbuhan dan
untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh yang rusak, sedangkan makanan yang berasal dari
tumbuhan dimanfaatkan sebagai sumber tenaga.
Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan makanan seekor tikus
setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung dari kandungan air dan gizi dalam
makanannya.Tikus merupakan hewan yang aktif pada maam hari sehingga sebagian besar
aktivitas makannya dilakukan pada malam hari.Tikus memiliki sifat “neo-fobia”, yaitu takut atau
mudah curiga terhadap benda-benda yang baru ditemuinya. Dengan adanya sifat tikus yang
demikian, maka makanan akan dimakan adalah makanan yang sudah biasa ditemui. Dia akan
mencicipi dulu makanan yang baru ditemuinya.
Hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian secara kimia dengan
menggunakan umpan beracun, sehingga harus diusahakan agar umpan yang digunakan adalah
umpan yang disukai oleh tikus dan tempat umpanyang digunakan adalah benda-benda alami
yamg banyak terdapat di alam. Dan bila makanan yang dimakan tersebut membuat keracunan
dengan cepat maka dia akan mengeluarkan suara kesakitan dan tanda bahaya kepada teman-
temannya. Maka dari itu untuk penggunaan pestida kimia sebaiknya digunakan pestisida yang
membunuh secara perlahan, dimana tikus tersebut akan mati dalam beberapa hari, sehingga tikus
tersebut tidak merasa kapok dan tidak akan tahu kalau makanan yang dimakannya ternyata
beracun.
Dalam mencari makanan, tikus selalu pergi dan kembali melalui jalan yang sama,
sehingga lama-lama terbentuk jalan tikus. Hal ini disebabkan tikus akan merasa aman untuk
melewati jalan yang sama, daripada setiap saat harus membuat jalan baru. Jalan yang sama dapat
ditandai dengan gesekan benda-benda di sekitar jalan tersebut dengan misainya, dan juga karena
adanya air seni yang dikeluarkan pada jalan tersebut yang dapat diciuminya.
D. Indera Pada Tikus
1) Indera Penglihatan Tikus
Dilihat dari pengelihatannya menurut para ahli konon tikus ternyata tikus mempunyai
pengelihatan yang jelek, yaitu ternyata tikus adalah hewan yang buta warna, artinya ia hanya
dapat melihat benda-benda berwarna hitam dan putih. Akan tetapi, tikus tampaknya tertarik pada
warna-warna hijau, kuning dan hitam. Warna hijau dan kuning diduga merupakan warna daun
dan malai tanaman padi yang merupakan makanan utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam
merupakan warna gelap yang terlihat pada malam hari. Kemampuan tikus dalam melihat benda-
benda yang ada di depannya dapat mencapai 10 meter.
2) Indera Penciuman Tikus
Organ penciuman tikus sangat baik, terutama untuk mencium bau makanannya. Tikus
jantan dapat mencium bau tikus betina yang sedang birahi untuk dikawininya.Tikus betina dapat
mencium bau anaknya yang keluar dari sarang berdasarkan air seni yang dikeluarkan oleh
anaknya.
3) Indera Pendengaran Tikus
Pendengaran tikus sangat baik. Tikus dapat mendengar suara-suara dengan frekuensi tinggi,
yang tidak dapat didengar oleh manusia. Berdasarkan suara-suara yang dikeluarkan oleh tikus,
dapat dibagi menjadi beberapa suara, yaitu :
 Suara-suara pada saat akan melakukan perkawina
 Suara-suara menandakan adanya bahaya
 Suara-suara pada saat menemukan makanan
 Suara-suara pada saat tikus mengalami kesakitan
E. Sarang Tikus
Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu utama untuk jalan
keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan dalam keadaan yang membahayakan,
misalnya pada saat dikerjar oleh predator ataupun pada saat dilakukan gropyokan, dan pintu yang
menuju ke sumber air sebagai minumnya. Pintu darurat ini disamarkan dengan cara ditutupi
dengan daun-daunan.Selain itu, sarang tikus juga terdiri dari lorong yang berkelok-kelok;
semakin banyak anggota keluarga tikus, semakin panjang lorong yang dib Sarang tikus juga
dilengkapi dengan ruangan/kamar yang difungsikan untuk beranak dan kamar sebagai gudang
tempat meyimpan bahan makanan.
F. Perkembangbiakan
Tikus berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi dewasa dalam arti dapat
kawin mulai umur 3 bulan, masa bunting tikus betina sangat singkat, kira-kira 3 minggu. Jumlah
anak yang dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 – 12 ekor (rata-rata 6 ekor) tergantung
dari jenis dan keadaan makanan di lapangan. Dan setelah 2-3 hari setelah melahirkan tikus-tikus
tersebut sudah siap kawin lagi.
G. Tanda-tanda Keberadaan Tikus
Untuk mengetahui ada tidaknya tikus pada suatu tempat dan mencegah kemungkinan bahaya
dari makanan yang tercemar oleh tikus adalah sebagai berikut :

1. Droping
Adanya kotoran tikus yang ditemukan di tempat/ruangan yang diperiksa. Tinja tikus mudah
dikenal dari bentuk dan warna yang khas, tanpa disertai bau yang mencolok, tinja tikus yang
masih baru lebih terang dan mengkilap serta lebih lembut (agak lunak), makin lama maka tinja
akan semakin keras.
2. Run ways
Jalan yang biasa dilalui tikus dari waktu ke waktu disuatu tempat disebut run ways. Tikus
mempunyai kebiasaan melalui jalan yang sama, bila melalui lubang diantara eternit rumah, maka
jalan yang dilaluinya lambat laun menjadi hitam.
3. Grawing
Grawing merupakan bekas gigitan yang dapat ditemukan, tikus dalam aktivitasnya akan
melakukan gigitan baik untuk makan maupun membuat jalan misalnya lubang dinding.
4. Borrow
Borrow adalah lubang yang terdapat pada sekitar beradanya tikus seperti dinding, lantai,
perabotan dan lain-lain.
5. Bau
Tikus akan mengeluarkan bau yang disebabkan oleh tubuh tikus atau urinnya.
6. Tikus hidup
Tikus hidup akan berkeliaran walaupun hanya sebentar.
7. Ditemukannya Bangka tikus baru atau lama di tempat yang diamati.
H. Penyakit yang Disebabkan Oleh Tikus
Tikus berperan sebagai tuan rumah perantara untuk beberpa jenis penyakit yang dikenal
Rodent Borne Disease. Penyakit-penyakit yang tergolong Rodent Borne Disease adalah :
1. Pes atau sampar atau plague atau la peste merupakan penyakit zoonosis yang timbul pada
hewan pengerat dan dapat ditularkan pada manusia. Penyakit tikus ini menular dan dapat
mewabah. Gejalanya antara lain adalah demam tinggi tanpa sebab, timbulnya bubo pada femoral,
inguinal dan ketiak juga sesak dan batuk.
2. Salmonellisis yang merupakan penyaklit yang disebabkan bakteri salmonella yang dapat
menginfeksi hewan dan juga manusia. Tikus yang terinfeksi bakteri ini akan dapat menyebabkan
kematian pada manusia dan salmonellisis dapat tersebar dengan melalui kontaminasi feses.
Gejalanya antara lain adalah gastroenteritis, diare, mual, muntah dan juga demam yang diikuti
oleh dehidrasi.
3. Leptospirosis merupakan infeksi akut disebabkan oleh bakteri leptospira yang menyerang
mamalia. Ini dapat menyerang siapapun yang memiliki kontak dengan berbagai benda maupun
hewan lain yang mengalami infeksi leptospirosis. Gejalanya antara lain adalah sakit kepala,
bercak merah di kulit, gejala demam dan juga nyeri otot.
4. Murine typhus adalah penyakit yang disebabkan oleg Rickettsian typhi atau R. mooseri yang
dapat dotuarkan melalui gigitan pinjal tikus. Gejalanya antara lain adalah kedinginan, sakit
kepala, demam, prostration dan nyeri di seluruh tubuh. Ada juga bintil-bintil merah yang timbul
di hari kelima hingga keenam.
5. Rabies merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dan memiliki gejala khas yaitu
penderita jadi takut terhadap air dan karena inilah rabies juga sering disebut hidrofobia. Tikus
menyebarkan penyakit ini melalui gigitan. Gejala awal dari rabies tidaklah jelas, umumnya
pasien merasa gelisah dan tidak nyaman. Gejala lanjut yang dapat diidentifikasi antara lain
adalah rasa gatal di area sekitar luka, panas dan juga nyeri yang lalu bisa saja diikuti dengan sakit
kepala, kesulitan menelan, demam dan juga kejang.
6. Rat-Bit Fever atau demam gigitan tikus disebabkan oleh gigitan tikus dan biasanya dialami
anak-anak di bawah 12 tahun dan penyakit ini memiliki mas inkubasi selama 1 hingga 22 hari.
Gejala yang ditimbulkan antara lain adalah sakit kepala, muntah, kedinginan dan demam. Bakteri
di dalam gigitan tikus merupakan penyebab dari penyakit tikus ini.
I. Pengendalian Tikus
1) Pengendalian Non Kimiawi
a. Sanitasi dan Higienis Lingkungan
Tikus akan berkembang biak dan hidup dengan baik pada situasi dimana mereka dengan mudah
mendapatkan makanan, air, tempat berlindung dan tempat tinggal yang tidak terganggu.
Beberapa hal yang dapt dilakukan untuk meminimalisasi gangguan tikus :
 Minimalisasi tempat bersarang/harborages antara lain : eliminasi rumput/semak belukar
 Meletakkan sampah dalam garbage/tempat sampah yang memiliki konstruksi yang rapat
 Meniadakan sumber air yang dapat mengundang tikus, karena tikus membutuhkan minum setiap
hari
b. Pencegahan secara fisik dan mekanis
 Secara fisik dilakukan dengan eksklusi atau struktur kedap tikus untuk mencegah tikus dapat
masuk ke dalam bangunan antara lain dengan menutup semua akses keluar-masuk tikus (celah,
lubang) pada bangunan, mengeliminasi sarang atau tempat persembunyian tikus serta
memangkas ranting pohon yang menjulur kebagunan, tidak membuat taman terlalu dekat dengan
struktur bangunan.
 Secara mekanik dilakukan dengan membuat pelindung (Proofing) sehingga tikus tidak dapat
masuk ke dalam rumah, ruangan dan tempat penyimpanan contohnya dengan memasang plat
besi pada pohon. Pengendalian secara mekanis lainnya juga dapat dilakukan antara lain dengan
menggunakan perangkap antara lain perangkap lem, perangkap jepit, perangkap massal dan
perangkap elektrik. Perangkap merupakan cara yang paling disukai untuk membunuh atau
menangkap tikus pada keadaan dimana tikus yang mati disembarang tempat sulit dijangkau dan
dapat menimbulkan bau yang tidak sedap serta sulit.
c. Perangkap
 Perangkap Lem Tahapan Pemasangan:
1. Gunakan kertas berperekat yang tersimpan dalam kotak seng untuk lokasi kerja yang terdapat
pengolahan makanan, sediaan farmasi atau area sensitif lainnya.
2. Tempatkan pada lokasi tertentu dekat dinding atau tanda lalu-lintas tikus banyak terdapat
masing-masing berjarak 10 – 25 meter dengan lubang pintu sejajar dengan dinding.
3. Tempelkan sticker petunjuk dan kartu cek list di atas perangkap lem.
4. Lakukan pencatatan jumlah tikus yang tertangkap untuk setiap periode.
 Perangkap Tikus Elektrik (Rat Zapper) Tahapan Pemasangan:
1. Pemasangan perangkap tikus elektrik dilakukan untuk ”Food area” yaitu lokasi yang berdekatan
dengan makanan atau ruang produksi, gudang makanan atau area sensitif lainnya.
2. Penggunaan peralatan tsb dipergunakan untuk kasus khusus apabila telah digunakan jenis
perangkap yang lain dan tidak efektif.
3. Perangkap tikus elektrik tsb menggunakan energi listrik dari baterai dengan dilengkapi tombol
on/off.
4. Pada saat pemasangan perangkap elektrik tsb kondisi tombol “on”
 Tempelkan sticker petunjuk di atas perangkap elektrik.
 Lakukan pemeriksaan setiap hari oleh teknisi atau minta bantuan pemilik atau penanggungjawab
lokasi, bunuh tikus yang terperangkap dan bersihkan perangkap dengan dengan air panas serta
ganti umpan tanpa racun bila perlu untuk siap dipasang kembali.
 Apabila terdapat tikus yang tertangkap di dalam perangkap elektrik, dilakukan pembersihan
bangkai tikus dengan mempergunakan lap basah di sensor perangkap elektrik dalam kondisi
perangkap”off” atau tidak ada aliran listrik.
 Lakukan pencatatan jumlah tikus yang tertangkap untuk setiap periode.
2) Pengendalian Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dilakukan semata-mata atas pertimbangan bahwa pengendalian
secara mekanis tidak memberikan hasil yang optimal atau tidak memberikan hasil yang sesuai
dengan harapan pelanggan dan atau untuk aplikasi di luar bangunan. Pengendalian secara
kimiawi tidak digunakan pada lokasi yang terdapat aktifitas pengolahan/produksi makanan /
farmasi/ area sensitif lainnya. Penempatan racun pada industri makanan hanya dilakukan di luar
ruangan yang tidak berhubungan dengan produksi dan dilakukan untuk jangka waktu terbatas
dan dibawah pengawasan yang ketat. Pengendalian dengan cara kimiawi dilakukan dengan
menggunakan umpan yang mengandung rodentisida (racun tikus). 3.2.1. Alat-alat untuk aplikasi
rodentisida
a. Tamper Resistant
Merupakan tempat racun padat yang yang dapat melindungi dari pengaruh lingkungan (a.l. hujan
).
1. Kotak umpan ber-kunci (Tamper Resistant) dipergunakan untuk pengumpanan di dalam ruangan
umum dan ruangan terbuka.
2. Tempatkan sticker petunjuk dan kartu cek list di atas setiap Kotak umpan berkunci
3. Penempatan Tamper Resistant diletakkan jauh dari jangkauan anak-anak
4. Setiap tempat racun umpan harus diberi nomor seri/pengenal/No. penempatan untuk
memudahkan monitoring dan pencatatan.
b. Racun Minuman
Racun minuman merupakan pilihan terbaik dalam pengendalian tikus ,jika ketersediaan makanan
di lokasi pemasangan banyak. Aplikasi racun minuman dapat dilakukan bersamaan dengan
umpan racikan dengan hasil yang lebih baik. WARNING. Hati-hati dalam aplikasi racun
minuman, karena sifat racun minuman yang mudah menguap sehingga dapat menyebabkan
kontaminasi.
c. Penanganan Bangkai
Tikus Pasca Pengendalian Tikus Kumpulkan tikus yang terperangkap / mati, musnahkan dengan
cara membakar dan dikubur dengan kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm, begitu pula dengan
setiap bahan sisa atau sisa pembungkus umpan racun.
d. Peralatan Keselamatan Dan Pakaian Kerja
Dalam melaksanakan aktivitas pengendalian tikus, kelengkapan keselamatan kerja yang harus
dipenuhi meliputi :
1. Sarung tangan karet apabila berhubungan dengan rodentisida, bangkai tikus.
2. Masker penutup hidung dan mulut apabila berhubungan dengan bangkai tikus
3. Helmet apabila bekerja di area kolong bangunan atau daerah berbahaya atau bila ditentukan oleh
pemilik/penanggungjawab lokasi
4. Sepatu safety dan safety glass dan tanda pengenal lainnya bila ditentukan oleh
pemilik/penanggungjawab lokasi
5. Pakaian kerja yang dipergunakan khusus melakukan pekerjaan.
6. Pakai Tanda Pengenal Perusahaan yang masih berlaku

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia, sub ordo Myormorpha, family
muridae. family muridae ini merupakan family yang dominan dari ordo rodentia karena
mempunyai daya reproduksi yang tinggi, pemakan segala macam makanan (omnivorous) dan
mudah beradaptasi dengan lingkungan yang diciptakan manusia. jenis tikus yang sering
ditemukan dihabitat rumah dan ladang adalah jenis rattus dan mus.
Jenis-jenis Tikus , tikus Rumah (Rattus tanezumi), tikus Got (Rattus norvegicus) ,tikus Ladang
(Rattus exulans), tikus Sawah (Rattus Argentiveter) ,tikus Wirok (Bandicota indica), Mencit
(Mus musculus).
Pengendalian Tikus
1. Teknik Budidaya
Pengendalian dengan cara ini adalah melakukan penanaman padi secara serentak agar serangan
hama tidak mengarah hanya pada beberapa petak sawah saja.
2. Cara Biologis
Pengendalian secara biologis antara lain membiarkan berbagai hewan predator tikus seperti ular
sawah dan burung hantu hidup di sekitar aral persawahan.
3. Cara Fisik
Pengendalian tikus secara fisik dilakukan dengan cara pemasangan perangkap.
4. Cara Mekanis
Pengendalian secara mekanis adalah melakukan upaya goropyokan, yaitu memburu tikus dengan
menghancurkan atau membongkar sarang-sarang tikus yang ada di sekitar areal persawahan.
B. Saran
Tikus merupakan salah satu vector penyakit yang merugikan manusia. Oleh karena itu
diperlukan adanya tindakan pengendalian agar masalah yang ditimbulkan oleh adanya tikus
dapat diminimalisir terutama masalah yang beerkaitan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

http://sugarresearch.org/wp-content/uploads/2009/09/pengendalian-tikus.pdf
http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian%20Tikus.pdf
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/blb/article/view/2601/2553
http://ariexmilanibrahimovic.blogspot.com/2012/12/trapping-tikus.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tikus. Diakses tanggal 25 November 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Tikus_rumah. Diakses tanggal 25 November 2011
http://metana3.blogspot.com/2012/12/jenis-jenis-vektor-penyakit.html. Diakses tanggal 27
Oktober 2013
TRAPPING TIKUS PENGENDALIAN VEKTOR “TRAPPING TIKUS” BAB I
PENDAHULUAN A. Latar belakang Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan
menularkan suatuInfectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi
duniakesehatn masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat merugikan
kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung jugasebagai perantara
penularan penyakit, seperti yang sudah diartikan diatas.Adapun dari penggolongan binatang ada
dikenal dengan 10 golongan yangdinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat
berpengaruh terhadapkesehatn manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat
bertindaksebagai perantara penularan penyakit malaria, demam berdarah, dan phylumchodata
yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuanrumah (hospes), pinjal
Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping nyamuk sebagai
vektor dan tikus binatang pengganggu masihbanyak binatang lain yang berfungsi sebagai vektor
dan binatang pengganggu. Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam sukuMuridae. Spesies
tikus yang paling dikenal adalah mencit (Mus spp.), serta tikus got (Rattus norvegicus) yang
ditemukan hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme model yang penting dalam
biologi, dan juga merupakan hewan peliharaan yang populer.Vektor-vektor tersebut sangat
berpengaruh sebagai penyebab kesehatanpada manusia, untuk itu keberadaan vektor dan
binatang penggangu tersebut harusdi tanggulangi, karena kita tidak mungkin membasmi sampai
keakar-akarnyamelainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan
populasinyakesatu tingkat tertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan
kehidupanmanusia. Oleh karena itu untuk mencapai harapan tersebut perlu adanya
suatumanagemen pengendalian dengan arti kegiatan-kegiatan/proses pelaksanaan yangbertujuan
untuk menurunkan densitas populasi vektor pada tingkat yang tidakmembahayakan. B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang telah kami lakukan yaitu: Untuk mengetahui cara identifikasi
tikus Untuk mengetahui cara identifikasi pinjal pada tikus Untuk mengetahui cara penangkapan
atau pengendalian vektor tikus C. Waktu dan Tempat Praktikum dilakukan pada hari Rabu,
tanggal 23 November 2011 di Laboratorium Politeknik Banjarnegara pukul 10.00 WIB. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengenalan Tikus Tikus merupakan binatang pengerat yang
sudahmenjadi musuh masyarakat karena sebagai faktor penyakitdan identik dengan image kotor.
Selain itu tikus seringmerusak property rumah kita karena sifat pengeratnya danmenjadi musuh
para petani karena sering merusak tanaman/sawah mereka. Berbagai tindakan sering kita lakukan
untukmembasmi tikus ini seperti dengan jebakan, lem ataupundengan racun. Tikus adalah
mamalia yang termasuk dalam suku Muridae. Spesies tikus yang paling dikenal adalah mencit
(Mus spp.) serta tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara dan
merupakan suatu organisme model yang penting dalam biologi. (Wikipedia, 2010) Klasifikasi
Tikus Dunia : Animalia Filum : Chordata Sub Filum : Vertebrata Kelas : Mammalia Subklas :
Theria Ordo : Rodentia Sub ordo : Myomorpha Famili : Muridae Sub famili : Murinae Genus :
Bandicota, Rattus, dan Mus Insect dan rodent, baik disadari atau tidak, kenyataanya telah
menjadi saingan bagi manusia. Lebih dari itu insect dan rodent, pada dasarnya dapat
mempengaruhi bahkan mengganggu kehidupan manusia dengan berbagai cara. Dalam hal jumlah
kehidupan yang terlibat dalm gangguan tersebut, erat kaitanya dengan kejadian/penularan
penyakit.hal demikian dapat dilihat dari pola penularan penyakit pest yang melibatkan empat
faktor kehidupan, yakni Manusia, pinjal, kuman dan tikus. Beranjak dari pola tersebut, upaya
untuk mempelajari kehidupan tikus menjadi sangat relefan. Salah satunya adalah mengetahui
jenis atau spesies tikus yang ada, melalui identifikasi maupun deskripsi. Untuk keperluan ini
dibutuhkan kunci identifikasi tikus atau tabel deskripsi tikus, yang memuat ciri–ciri morfologi
masing – masimg jenis tikus. Ciri–ciri morfologi tikus yang lazim dipakai untuk keperluan
tersebut di antaranya adalah : berat badan ( BB ), panjang kepala ditambah badan (H&B), ekor
(T), cakar (HF), telinga (E), tengkorak (SK) dan susunan susu (M). Disamping itu, lazim pula
untuk diketahui bentuk moncong, warna bulu, macam bulu ekor, kulit ekor, gigi dan lain-lain.
Insect atau ektoparasit yang menginfestasi tikus penting untuk diketahui, berkaitan dengan
penentuan jenis vektor yang berperan dalam penularan penyakit yang tergolong rat borne
deseases. B. Makanan Tikus Tikus merupakan hewan yang mempunyai preferensi makanan yang
banyak, baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Walaupun demikian biji-bijian
seperti gabah, beras dan jagung tampaknya lebih disukai daripada yang lain. Seekor tikus dapat
merusak 283 bibit padi per hariatau 103 batang padi bunting per hari. Setelah itu, tikus juga
menyukai umbi-umbian serperti ubi jalar dan ubi kayu.Makanan yang berasal dari hewan
terutama adalah serangga dan hewan-hewan kecil lainnya. Makanan dari hewan ini merupakan
sumber untuk pertumbuhan dan untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh yang rusak, sedangkan
makanan yang berasal dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai sumber tenaga.Hasil penelitian di
laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan makanan seekor tikus setiap hari kira-kira 10%
dari bobot tubuhnya, tergantung dari kandungan air dan gizi dalam makanannya.Tikus
merupakan hewan yang aktif pada maam hari sehingga sebagian besar aktivitas makannya
dilakukan pada malam hari.Tikus memiliki sifat “neo-fobia”, yaitu takut atau mudah curiga
terhadap benda-benda yang baru ditemuinya. Dengan adanya sifat tikus yang demikian, maka
makanan akan dimakan adalah makanan yang sudah biasa ditemui. Dia akan mencicipi dulu
makanan yang baru ditemuinya. Hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian secara
kimia dengan menggunakan umpan beracun, sehingga harus diusahakan agar umpan yang
digunakan adalah umpan yang disukai oleh tikus dan tempat umpanyang digunakan adalah
benda-benda alami yamg banyak terdapat di alam. Dan bila makanan yang dimakan tersebut
membuat keracunan dengan cepat maka dia akan mengeluarkan suara kesakitan dan tanda
bahaya kepada teman-temannya. maka dari itu untuk penggunaan pestida kimia sebaiknya
digunakan pestisida yang membunuh secara perlahan, dimana tikus tersebut akan mati dalam
beberapa hari, sehingga tikus tersebut tidak merasa kapok dan tidak akan tahu kalau makanan
yang dimakannya ternyata beracun. Dalam mencari makanan, tikus selalu pergi dan kembali
melalui jalan yang sama, sehingga lama-lama terbentuk jalan tikus. Hal ini disebabkan tikus akan
merasa aman untuk melewati jalan yang sama, daripada setiap saat harus membuat jalan baru.
Jalan yang sama dapat ditandai dengan gesekan benda-benda di sekitar jalan tersebut dengan
misainya, dan juga karena adanya air seni yang dikeluarkan pada jalan tersebut yang dapat
diciuminya. C. Indera Pada Tikus Indera Penglihatan Tikus Dilihat dari pengelihatannya menurut
para ahli konon tikus ternyata tikus mempunyai pengelihatan yang jelek, yaitu ternyata tikus
adalah hewan yang buta warna, artinya ia hanya dapat melihat benda-benda berwarna hitam dan
putih. Akan tetapi, tikus tampaknya tertarik pada warna-warna hijau, kuning dan hitam. Warna
hijau dan kuning diduga merupakan warna daun dan malai tanaman padi yang merupakan
makanan utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam merupakan warna gelap yang terlihat
pada malam hari. Kemampuan tikus dalam melihat benda-benda yang ada di depannya dapat
mencapai 10 meter Indera Penciuman Tikus Organ penciuman tikus sangat baik, terutama untuk
mencium bau makanannya. Tikus jantan dapat mencium bau tikus betina yang sedang birahi
untuk dikawininya.Tikus betina dapat mencium bau anaknya yang keluar dari sarang
berdasarkan air seni yang dikeluarkan oleh anaknya. Indera Pendengaran Tikus Pendengaran
tikus sangat baik. Tikus dapat mendengar suara-suara dengan frekuensi tinggi, yang tidak dapat
didengar oleh manusia. Berdasarkan suara-suara yang dikeluarkan oleh tikus, dapat dibagi
menjadi beberapa suara, yaitu : Suara-suara pada saat akan melakukan perkawinan Suara-suara
menandakan adanya bahaya Suara-suara pada saat menemukan makanan Suara-suara pada saat
tikus mengalami kesakitan D. Sarang Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu
pintu, pintu utama untuk jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan dalam
keadaan yang membahayakan, misalnya pada saat dikerjar oleh predator ataupun pada saat
dilakukan gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber air sebagai minumnya. Pintu darurat ini
disamarkan dengan cara ditutupi dengan daun-daunan.Selain itu, sarang tikus juga terdiri dari
lorong yang berkelok-kelok; semakin banyak anggota keluarga tikus, semakin panjang lorong
yang dib Sarang tikus juga dilengkapi dengan ruangan/kamar yang difungsikan untuk beranak
dan kamar sebagai gudang tempat meyimpan bahan makanan. E. Perkembangbiakan Tikus
berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi dewasa dalam arti dapat kawin mulai umur
3 bulan, masa bunting tikus betina sangat singkat, kira-kira 3 minggu. Jumlah anak yang
dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 – 12 ekor (rata-rata 6 ekor) tergantung dari jenis dan
keadaan makanan di lapangan. Dan setelah 2-3 hari setelah melahirkan tikus-tikus tersebut sudah
siap kawin lagi. F. Pengendalian Pengendalian yang paling sering kita gunakan biasanya
menggunakan metode gropyokan atau dengan memasang umpan, namun yang palig tepat
dilakukan adalah pengendalian terpadu. Kalau kita menggunakan umpan beracun ada baiknya
kita menggunakan umpan yang tidak langsung membunuh dengan cepat, gunakanlah rodentisida
yang membunuh secara perlahan misal Klerat dan ratikus, karena seperti yang saya bicarakan
diatas tikus bila makan makanan yang beracun cepat reaksi kematiannya, maka dia akan
memberi sinyal suara kesakitan dan tanda bahaya kepada temannya , sehingga teman-temannya
akan waspada terhadap makanan baru, dan tidak mau makan terhadap umpan yang kita berikan.
Pemberian umpan tersebut sebaiknya jangan disentuh dengan tangan sebab indra penciuman
tikus sangat tajam terhadap bau yang baru dan aneh termasuk bau manusia.Lakukan pada saat
paceklik pangan bagi tikus yaitu saat lahan bera (tidak ditanami) sampai pada saat menjelang
produksi pangan (bila pada padi menjelang bunting). G. Jenis-jenis tikus antara lain: Mencit
(Mus sp.) Tikus rumah (Rattus rattus) Tikus got (Rattus norvegicus) Tikus sawah (Rattus
argentiventer) Wirok (Bandicota sp.) Tikus Pohon (Rattus Tiomanicus) Mencit Rumah (Mus-
musculus) Mencit Ladang (Mus-Caroli) Celurut (shrew), yang sering disebut sebagai “tikus”,
sesungguhnya bukanlah termasuk golongan hewan pengerat, melainkan hewan pemangsa
serangga (Insectivora).Tikus rumah (Rattus rattus) adalah hewan pengerat biasa yang mudah
dijumpai di rumah-rumah dengan ekor yang panjang dan pandai memanjat serta melompat.
Hewan ini termasuk dalam subsuku Murinae dan berasal dari Asia. Namun demikian, ia lalu
menyebar ke Eropa melalui perdagangan sejak awal penanggalan modern dan betul-betul
menyebar pada abad ke-6. Selanjutnya ia menyebar ke seluruh penjuru dunia. Tikus rumah pada
masa kini cenderung tersebar di daerah yang lebih hangat karena di daerah dingin kalah bersaing
dengan tikus got. Tidak seperti saingannya, tikus got, tikus rumah adalah perenang yang buruk
dan bangkainya sering ditemukan di sumur-sumur. Namun demikian, ia lebih gesit dan pemanjat
ulung, bahkan berani “terbang”. Warnanya biasanya hitam atau coklat terang, meskipun sekarang
ada yang dibiakkan dengan warna putih atau loreng. Ukurannya biasanya 15-20 cm dengan ekor
± 20cm. Hewan ini nokturnal dan pemakan segala, namun menyukai bulir-bulir. Betinanya
mampu beranak kapan saja, dengan anak 3-10 ekor/kelahiran. Umurnya mencapai 2-3 tahun dan
menyukai hidup berkelompok. H. Jumlahkelahiran tikus dapat dipengaruhi oleh: Kondisi Iklim
Pakan yang terlimpah Tempat tinggal yang aman I. Tanda-tanda kehidupan tikus Ada tidaknya
tikus dapat dilihat dari: Bekas gigitan Alur jalan Bekas kaki Kubang terowongan Kotoran Bekas
telapak BAB III MATERI DAN METODE A. Alat dan Bahan Alat Kunci identifikasi Rat Trap
Mistar Kantong Plastik Vol. 50 kg Sisir tikus Alat tulis Sarung tangan Kapas Bahan Umpan tikus
Tikus hidup Kloroform B. Metode / Cara Kerja Pre Bitting Menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan Memasang berbagai makanan ditempat yang akan dipasang perangkap tikus
Membiarkan selama sehari semalam Mengamati jenis makanan yang disukai tikus Mengulangi
sampai diperoleh data yang meyakinkan Menginterpretasi data yang ada = makanan yang paling
banyak dimakan adalah makanan yang disukai dan digunakan sebagai umpan. Trapping
Menyiapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan Mencuci semua perangkap kemudian
direndam dalam air panas untuk menghilangkan jejak atau bau khas tikus Menggunakan
perangkap cage trap Memasang perangkap dengan umpan sesuai hasil pre bitting waktu
pemasangan sore hari Perangkap yang ada tikusnya dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi
lebih lanjut. Identifikasi Menyiapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan Memasukkan
perangkap yang ada tikusnya kedalam kantong plastik Mengambil kloroform dengan kapas dan
memasukkannya kedalam kantong plastik Kantong plastik diikat dengan rapat Mendiamkan
beberapa saat, hingga tikus mati kemudian kantong dibuka Melakukan penyisiran terhadap tikus
untuk mendapat ektoparasit Melakukan identifikasi dan pengukuran baik berat badan, panjang
ekor, dan lain-lain sesuai ketentuan yang ada. Jika terdapat ektoparasit, ektoparasit tersebut
dimasukkan kedalam botol yang telah diberi bahan pengawet. BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN A. HASIL Hasil Pre bitting Daftar jenis umpan yang banyak dimakan Tanggal
:19 November 2011 Lokasi : LKP PIKOM BANJARNEGARA No Jenis Umpan Lokasi Umpan
Jumlah 1 2 3 1 Ketan Bwh.meja Samping almari gudang 1 2 Kelapa Bwh.meja Bwh.rak piring
gudang 1 3 Ikan asin Bwh.rak piring gudang Bwh.meja 0 Hasil Trapping Daftar hasil
penangkapan tikus Tanggal : 21 November 2011 Lokasi : LKP PIKOM BANJARNEGARA No
Lokasi Penangkapan Ada tikus Keterangan ya tidak 1 Bawah meja ü - Malam hari 2 Gudang ü -
Malam hari 3 Samping almari - ü - 4 Bawah rak piring - ü - Jumlah : 2 Prosentase : 50% Hasil
identifikasi tikus dan ektoparasit Tanggal : 23 November 2011 Lokasi : Laboratorium Politeknik
Banjarnegara No 1 Lokasi Laboratorium Sex - Warna Bulu Punggung Coklat Tua Warna Bulu
Dada Coklat Muda BB 0,5 gram T 11 cm E 1,5 cm HF 2,5 cm SK 3 cm M - HB 9,5 cm
Ektoparasit - Spesies Rattus Tanezumi No 2 Lokasi Laboratorium Sex - Warna Bulu Punggung
Coklat Tua Warna Bulu Dada Coklat Muda BB 0,5 gram T 11,5 cm E 1,3 cm HF 2,5 cm SK 3,2
cm M - HB 10,5 cm Ektoparasit - Spesies Rattus Tanezumi B. PEMBAHASAN Dari table diatas
dapat dijelaskan bahwa sebelum dilakukannya praktikum identifikasi tikus dan ektoparasit
dilakukan terlebih dahulu praktikum pre bitting dan trapping. Pada praktikum pre bitting kami
menggunakan tiga jenis umpan yang berbeda yaitu ketan, kelapa dan ikan asin. Masing-masing
umpan tersebut diletakkan pada lokasi yang berbeda pula. Lokasi yang kami pilih ada empat
yaitu di bawah meja, bawah rak piring, samping almari dan di gudang. Setelah satu hari satu
malam umpan tersebut diletakkan di lokasi yang telah kami tentukan kami mendapat dua ekor
tikus dari umpan dan tempat yang berbeda pula. Tikus yang pertama kami dapatkan di bawah
meja dengan ketan sebagai umpannya sedangkan tikus yang kedua kami dapatkan di dalam
gudang dengan kelapa sebagai umpannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makanan
yang paling disukai tikus adalah ketan dan kelapa. Kedua tikus tersebut kami dapatkan pada
malam hari. Hal ini menandakan bahwa tikus merupakan hewan yang aktif mencari makan pada
waktu malam hari atau disebut juga dengan hewan nocturnal. Setelah dilakukan praktikum pre
bitting dan trapping selanjutnya dilakukan identifikasi tikus dan ektoparasitnya. Praktikum
dilakukan dengan mengukur berat badan, panjang kepala, panjang ekor, panjang telinga, panjang
cakar, panjang tengkorak, serta mengidentifikasi warna bulu punggung, warna bulu dada, jenis
kelamin, susunan susu, spesies, dan ada tidaknya ektoparasit. Hasil pengukuran dan identifikasi
dapat dilihat pada table yang hasilnya kedua tikus yang telah kami identifikasi tidak ada yang
terdapat ektoparasitnya. Kedua tikus tersebut memiliki warna bulu punggung yang sama yaitu
coklat tua dan warna bulu dada yang sama pula yaitu coklat muda. Dan keduanya merupakan
spesies Rattus Tanezumi. Rattus Tanezumi atau biasa dikenal dengan tikus rumah merupakan
tikus yang sering dijumpai di kehidupan sehari-hari. Tikus ini sering menghabiskan waktunya
pada malam hari di dapur untuk mencari bahan-bahanh makanan tertentu. Keberadaan tikus ini
sangat mengganggu karena dapat merusak apa saja yang mereka temukan di dapur. Tikus
sebagai binatang kosmopolitan dan dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang di
gudang dan hewan penggangu menjijikkan di perumahan. Belum banyak diketahui dan disadari
bahwa kelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit
kepada manusia, ternak dan hewan peliharaan. Berbagai hal yang mempengaruhi pola distribusi
penyakit (bersumber tikus) dan timbulnya penyakit menular adalah perubahan ekosistem akibat
penebangan hutan, pembangunan bendungan, pengeringan, perencanaan irigasi pertanian, dan
perubahan iklim. Rodensia komensal yaitu rodensia yang hidup di dekat tempat hidup atau
kegiatan manusia ini perlu lebih diperhatikan dalam penularan penyakit. Penyakit bersumber
rodensia yang disebabkan oleh berbagai agen penyakit seperti virus, rickettsia, bakteri, protozoa
dan cacing dapat ditularkan kepada manusia secara langsung, melalui feses, urin dan ludah atau
gigitan rodensia dan tidak langsung, melalui gigitan vektor ektoparasit tikus (kutu, pinjal, caplak,
tungau). Dengan adanya dampak tersebut maka perlu adanya penanggulangan/pengendalian
tikus. Yang mungkin dapat dilakukan adalah usaha untuk mengurangi dan menurunkan populasi
satu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia. BAB V PENUTUP A.
KESIMPULAN Dari kegiatan praktikum yang telah kami lakukan dapat diambil kesimpulan
diantaranya yaitu: Untuk memgidentifikasi tikus bagian-bagian yang harus diamati diantaranya
yaitu bagian kepala, ekor, kaki, perut dan ektoparasitnya. Makanan yang disukai tikus adalah
ketan dan kelapa. Tikus merupakan hewan nocturnal (aktif mencari makan pada malam hari)
Pengendalian tikus dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu fisik, mekanis, kimia dan
biologis, salah satu cara pengendalian yang sering dilakukan yaitu dengan pemasangan trapping
tikus. Tempat trapping yang kemungkinan dapat ditemukan tikus yaitu di gudang dan dibawah
meja B. SARAN Tikus merupakan salah satu vector penyakit yang merugikan manusia. Oleh
karena itu diperlukan adanya tindakan pengendalian agar masalah yang ditimbulkan oleh adanya
tikus dapat diminimalisir terutama masalah yang beerkaitan kesehatan. DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Tikus. Diakses tanggal 25 November 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Tikus_rumah. Diakses tanggal 25 November 2011
agus34drajat.files.wordpress.com/2011/03/laporan-identifikasi-tikus.pdf. Diakses tanggal 26
November 2011
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=identifikasi%20tikus&source=web&cd=3&ved=0C
C8QFjAC&url=http%3A%2F%2Fwww.depkes.go.id%2Fdownloads%2FPengendalian%2520Ti
kus.pdf&ei=-ZfUTozbCoTprAei-
N3BDg&usg=AFQjCNFJvr7s0D1l7dZQcEYXkSvSqtYFHw&cad=rja. Diakses tanggal 26
November 2011 http://www.scribd.com/doc/24642380/identifikasi-tikus. Diakses tanggal 26
November 2011 http://tohariyusuf.wordpress.com/2010/03/02/hama-tikus-dan-pengendaliannya/.
Diakses tanggal 26 November 2011 http://sayno2-rayap.blogspot.com/2008/08/ciri-ciri-tikus-
masalah-dan.html. Diakses tanggal 27 November 2011
http://www.scribd.com/doc/62057837/TIKUS-Hewan-Pengerat. Diakses tanggal 27 November
2011 http://nasikucing.com/archive/index.php/thread-2709.html. Diakses tanggal 27 November
2011 http://archive.kaskus.us/thread/6436286. Diakses tanggal 27 November 2011
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=karakteristik%20tikus%20rumah&source=web&cd=
8&ved=0CEsQFjAH&url=http%3A%2F%2Fagus34drajat.files.wordpress.com%2F2011%2F03
%2Fpelatihan-modul-tikus-
1.ppt&ei=CKPUTqTaNcHMrQfwrdWeDg&usg=AFQjCNGuyNhkLUipJmkxglSiXWLOOY_Z
Vg&cad=rja. Diakses tanggal 27 November 201

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

Aug
2

Makalah Pengendalian Vektor dan Binatang


Pengganggu (Tikus)
MAKALAH
PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU
“SURVEI TIKUS”

A. Pengenalan Tikus
Tikus merupakan binatang pengerat yang sudahmenjadi musuh masyarakat karena sebagai
faktor penyakitdan identik dengan image kotor. Selain itu tikus seringmerusak property rumah
kita karena sifat pengeratnya danmenjadi musuh para petani karena sering merusak
tanaman/sawah mereka. Berbagai tindakan sering kita lakukan untukmembasmi tikus ini seperti
dengan jebakan, lem ataupundengan racun.
Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam suku Muridae. Spesies tikus yang paling
dikenal adalah mencit (Mus spp.) serta tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan hampir di
semua negara dan merupakan suatu organisme model yang penting dalambiologi. (Wikipedia,
2010).
a. Klasifikasi Tikus
 Dunia : Animalia
 Filum : Chordata
 Sub Filum : Vertebrata
 Kelas : Mammalia
 Subklas : Theria
 Ordo : Rodentia
 Sub ordo : Myomorpha
 Famili : Muridae
 Sub famili : Murinae
 Genus : Bandicota, Rattus, dan Mus
Insect dan rodent, baik disadari atau tidak, kenyataanya telah menjadi saingan bagi manusia.
Lebih dari itu insect dan rodent, pada dasarnya dapat mempengaruhi bahkan mengganggu
kehidupan manusia dengan berbagai cara. Dalam hal jumlah kehidupan yang terlibat dalm
gangguan tersebut, erat kaitanya dengan kejadian/penularan penyakit.hal demikian dapat dilihat
dari pola penularan penyakit pest yang melibatkan empat faktor kehidupan, yakni Manusia,
pinjal, kuman dan tikus. Beranjak dari pola tersebut, upaya untuk mempelajari kehidupan tikus
menjadi sangat relefan. Salah satunya adalah mengetahui jenis atau spesies tikus yang ada,
melalui identifikasi maupun deskripsi.
Untuk keperluan ini dibutuhkan kunci identifikasi tikus atau tabel deskripsi tikus, yang
memuat ciri–ciri morfologi masing – masimg jenis tikus. Ciri–ciri morfologi tikus yang lazim
dipakai untuk keperluan tersebut di antaranya adalah : berat badan ( BB ), panjang kepala
ditambah badan (H&B), ekor (T), cakar (HF), telinga (E), tengkorak (SK) dan susunan susu (M).
Disamping itu, lazim pula untuk diketahui bentuk moncong, warna bulu, macam bulu ekor, kulit
ekor, gigi dan lain-lain. Insect atau ektoparasit yang menginfestasi tikus penting untuk diketahui,
berkaitan dengan penentuan jenis vektor yang berperan dalam penularan penyakit yang tergolong
rat borne deseases.
b. Indera Pada Tikus
1. Indera Penglihatan Tikus
Dilihat dari pengelihatannya menurut para ahli konon tikus ternyata tikus mempunyai
pengelihatan yang jelek, yaitu ternyata tikus adalah hewan yang buta warna, artinya ia hanya
dapat melihat benda-benda berwarna hitam dan putih. Akan tetapi, tikus tampaknya tertarik pada
warna-warna hijau, kuning dan hitam. Warna hijau dan kuning diduga merupakan warna daun
dan malai tanaman padi yang merupakan makanan utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam
merupakan warna gelap yang terlihat pada malam hari. Kemampuan tikus dalam melihat benda-
benda yang ada di depannya dapat mencapai 10 meter
2. Indera Penciuman Tikus
Organ penciuman tikus sangat baik, terutama untuk mencium bau makanannya. Tikus jantan
dapat mencium bau tikus betina yang sedang birahi untuk dikawininya.Tikus betina dapat
mencium bau anaknya yang keluar dari sarang berdasarkan air seni yang dikeluarkan oleh
anaknya.
3. Indera Pendengaran Tikus
Pendengaran tikus sangat baik. Tikus dapat mendengar suara-suara dengan frekuensi tinggi, yang
tidak dapat didengar oleh manusia. Berdasarkan suara-suara yang dikeluarkan oleh tikus, dapat
dibagi menjadi beberapa suara, yaitu :
 Suara-suara pada saat akan melakukan perkawinan
 Suara-suara menandakan adanya bahaya
 Suara-suara pada saat menemukan makanan
 Suara-suara pada saat tikus mengalami kesakitan
c. Sarang
Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu utama untuk jalan keluar
dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan dalam keadaan yang membahayakan,
misalnya pada saat dikerjar oleh predator ataupun pada saat dilakukan gropyokan, dan pintu yang
menuju ke sumber air sebagai minumnya. Pintu darurat ini disamarkan dengan cara ditutupi
dengan daun-daunan.Selain itu, sarang tikus juga terdiri dari lorong yang berkelok-kelok;
semakin banyak anggota keluarga tikus, semakin panjang lorong yang dib Sarang tikus juga
dilengkapi dengan ruangan/kamar yang difungsikan untuk beranak dan kamar sebagai gudang
tempat meyimpan bahan makanan.

d. Perkembangbiakan
Tikus berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi dewasa dalam arti dapat kawin
mulai umur 3 bulan, masa bunting tikus betina sangat singkat, kira-kira 3 minggu. Jumlah anak
yang dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 – 12 ekor (rata-rata 6 ekor) tergantung dari
jenis dan keadaan makanan di lapangan. Dan setelah 2-3 hari setelah melahirkan tikus-tikus
tersebut sudah siap kawin lagi.

Jenis-jenis tikus antara lain:


1. Mencit (Mus sp.)
2. Tikus rumah (Rattus rattus)
3. Tikus got (Rattus norvegicus)
4. Tikus sawah (Rattus argentiventer)
5. Wirok (Bandicota sp.)
6. Tikus Pohon (Rattus Tiomanicus)
7. Mencit Rumah (Mus-musculus)
8. Mencit Ladang (Mus-Caroli)
Celurut (shrew), yang sering disebut sebagai “tikus”, sesungguhnya bukanlah termasuk golongan
hewan pengerat, melainkan hewan pemangsa serangga (Insectivora).Tikus rumah (Rattus rattus)
adalah hewan pengerat biasa yang mudah dijumpai di rumah-rumah dengan ekor yang panjang
dan pandai memanjat serta melompat. Hewan ini termasuk dalam subsuku Murinae dan berasal
dari Asia. Namun demikian, ia lalu menyebar ke Eropa melalui perdagangan sejak awal
penanggalan modern dan betul-betul menyebar pada abad ke-6. Selanjutnya ia menyebar ke
seluruh penjuru dunia. Tikus rumah pada masa kini cenderung tersebar di daerah yang lebih
hangat karena di daerah dingin kalah bersaing dengan tikus got.
Tidak seperti saingannya, tikus got, tikus rumah adalah perenang yang buruk dan bangkainya
sering ditemukan di sumur-sumur. Namun demikian, ia lebih gesit dan pemanjat ulung, bahkan
berani “terbang”. Warnanya biasanya hitam atau coklat terang, meskipun sekarang ada yang
dibiakkan dengan warna putih atau loreng. Ukurannya biasanya 15-20 cm dengan ekor ± 20cm.
Hewan ini nokturnal dan pemakan segala, namun menyukai bulir-bulir. Betinanya mampu
beranak kapan saja, dengan anak 3-10 ekor/kelahiran. Umurnya mencapai 2-3 tahun dan
menyukai hidup berkelompok.

Jumlah kelahiran tikus dapat dipengaruhi oleh:


1. Kondisi Iklim
2. Pakan yang terlimpah
3. Tempat tinggal yang aman
Ada tidaknya tikus dapat dilihat dari:
1. Bekas gigitan
2. Alur jalan
3. Bekas kaki
4. Kubang terowongan
5. Kotoran
6. Bekas telapak

B. Jenis -Jenis Survei


Jenis - jenis survei sebagai berikut :
1. Sample survey : dilakukan pada sebagian populasi (sample).
2. Sensus : survei yang tidak menggunakan sample.
3. Public opinion poll : mengajukan pertanyaan kepada responden tentang suatu pendapat umum.
4. Cross sectional survei : membandingkan dua kelompok orang atau lebih untuk melihat
perbedaan yang ada pada kelompok tersebut.
5. Survei longitudinal : melihat perubahan atau perkembangan yang terjadi dalam perjalanan
waktu, dibedakan menjadi dua :
a. Studi panel ( panel studies ).
merupakan jenis penelitian yang dilaksanakan dalam waktu yang berlainan, namun tetap
menggunakan sampel yang sama.
b. Waktu berjalan (time series) merupakan jenis penelitian yang dilaksanakan dalam waktu yang
berlainan dan belum tentu menggunakan sampel yang sama dalam sebuah populasi yang sama.
c. Cohort-study merupakan penelitian yang dilakukan pada sekelompok orang yang memiliki
kebudayaan, latar belakang, atau pengalaman yang sama.

C. Tujuan dan Manfaat Survei Tikus


1. Tujuan
a. Untuk mengetahui jenis umpan dan cara penagkapannya.
b. Untuk mengetahui keberadaan tikus pada berbagai habitat.
c. Dapat mengidentifikasi jenis tikus.
d. Melakukan pengambilan ektoparasit.
2. Manfaat
a. Dapat meningkatkan pengetahuan bionomik tikus/rodensia dan ketrampilan teknis survei
tikus/rodensia.
b. Dapat memberikan gambaran tentang biologi, ekologi dan tingkat masalah yang ditimbulkannya.

D. Surveylans Tikus
a. Pemetaan
Survei lingkungan macam apa pun seyogyanya dimulai dengan perijinan, dan survei/pengamatan
lokasi survei. Dalam pengamatan lokasi survei, kegiatan pemetaan sebaiknya dilakukan. Peta
yang dihasilkan menggambarkan tataletak/tataruang yang sebenarnya, terutama untuk
menentukan sederetan titik penting tempat pengambilan sampel dan tempat penting lainnya,
yaitu jalan, danau, sungai, jalan setapak, bangunan, pepohonan, hutan semak, dan lain-lain.
Mempelajari peta iklim umum dan bioma tempat survei dilakukan merupakan hal yang perlu
dipertimbangkan dalam survei tikus. Karena akan memberikan nilai tambah dalam
menginterpertasikan keterkaitan populasi tikus dengan lingkungannya.
b. Pengukuran faktor lingkungan
Telah diketahui bahwa faktor lingkungan baik abiotik dan biotik berpengaruh terhadap ukuran
dan penyebaran populasi tikus. Oleh karena pengukuran faktor lingkungan perlu dilakukan,
seperti pengukuran faktor abiotik (suhu, kelembaban, sinar, angin, dan pH (tanah/air)) dan biotik
(tumbuhan dan binatang). Pengamatan tumbuhan meliputi struktur vegetasi (bentuk kehidupan,
ukuran, manfaat daun, dan tekstur daun) dan rimbunan tanaman (semak, tumbuhan polowijo,
dll), sedangkan pengamatan binatang meliputi jenis, kebiasaan makan, jumlah dan habitat.

c. Pelaksanaan survei tikus


Kegiatan dalam pelaksanaan survei tikus tergantung dari tujuan yang akan dicapai. Tetapi
kegiatan utama yang dilakukan adalah
1) Penangkapan tikus
Penjebakan/pemerangkapan di lapangan merupakan cara baik untuk mendapatkan sampel tikus.
Perbedaan tipe perangkap yang digunakan sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan.
Perangkap hidup lebih baik daripada perangkap mati. Perangkap hidup tidak merusak tubuh
(kulit dan atau tulang) dari tikus yang terperangkap, dan tikus akan tetap hidup. Sebaliknya
dengan perangkap mati, tikus yang terbunuh harus segera ditangani, karena cepat membusuk.
2) Pencatatan dan pelabelan
Sampel tikus yang tertangkap merupakan data penting yang perlu dikoleksi sebagai spesimen,
terutama dari daerah/habitat yang berbeda. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam
mengkoleksi yaitu; label/etikat harus dibuat dengan kertas kaku atau tebal, tulisan dengan huruf
balok dan ditulis dengan tinta yang tidak dapat terhapus. Hal penting yang perlu dicatat adalah;
a) Nama jenis
b) Lokasi/habitat
c) Tangal (hari, bulan, tahun)
d) Berat badan (gram)
e) Panjang kepala dan badan (mm)
f) Panjang ekor (mm)
g) Panjang kaki belakang (mm
h) Lebar telinga (mm)
i) jenis kelamin
j) Organ reproduksi, seperti testis, seminal vesikel, uterus, dan embrio
k) Rumus mamae
l) Kolektor
d. Pembuatan specimen awetan
Spesimen awetan tikus merupakan bukti ilmiah jenis tikus yang berhasil ditangkap di suatu
lokasi penelitian, sehingga pembuatan specimen awetan tikus merupakan kegiatan yang harus
dilakukan. Spesimen awetan bermanfaat untuk koleksi dan referensi dan bahan konfirmasi jenis
tikus ke lembaga ilmiah lain apabila identifikasi mengalami kendala.
e. Penyimpanan/pengiriman spesimen
Spesimen awetan jenis tikus meruapakan koleksi ilmiah yang sangat peting, sehingga
penyimpanannya perlu mendapat perhatian ekstra, sehingga awetan tersebut dapat bertahan
selama-lamanya. Tempat penyimpanan specimen awetan merupakan tempat yang bebas dari
segala sesuatu yang dapat merusak specimen awetan tersebut. Untuk pengiriman spesimen ke
lembaga ilmiah lain untuk tujuan konfirmasi, sumbangan atau keperluan lain, specimen awetan
sebaiknya ditempatkan pada kotak kemasan yang menjamin specimen tersebut tidak mengalami
kerusakan di perjalanan.

E. Prosedur Survei
Prosedur survei tikus sebagai berikut :
1. Bahan
a. Insectisida aerosol
b. Chloroform
c. Umpan tikus
d. Tikus hidup
2. Alat
a. Kunci Identifikasi tikus (genera rattus)
b. Tabel deskripsi tikus (famili muridae)
c. Spuit (suntikan)
d. Rat Trap / Cage Trap (perangkap tikus hidup)
e. Mistar 50 cm dan 30 cm
f. Timbangan
g. Kantong plastik volume 50 kg
h. Sisir tikus/sikat sepatu
3. Cara Kerja
a. Pre Biting
1) Pasanglah berbagai makanan ditempat-tempat yang akan dipasang perangkap tikus (sesuai
dengan kaidah sampling). Hindarkan kemungkinan termakan oleh binatang.
2) Biarkan selama sehari semalam, kemudian amati jenis makanan yang paling banyak dimakan
oleh tikus.
3) Ulangi cara diatas, hingga diperoleh data yang cuckup meyakinkan.
4) Interpretasi data diatas ialah : makanan yang paling banyak dimakan oleh tikus, berarti paling
disukai.
b. Trapping
1) Semua perangkap yang akan dipakai, dicuci terlebih dahulu, dengan memasukanya pada air
panas, untuk menghilangkan lemak/bau khas tikus. Gunakan perangkap tikus hidup (Cage Trap)
2) Pasanglah perangkap dibeberapa tempat (sesuai dengan kaidah sampling), dengan menggunakan
umpan berdasarkan data dari Pre Biting. Waktu pemasangan dilakukan sore hari.
3) Pada pagi hari berikutnya, semua perangkap diambil. Pisahkan antara perangkap yang kosong
dan perangkap yang ada tikusnya.
4) Catatan : Dalam upaya penangkapan, rupanya perlu diingat bahwa tikus tergolong hewan yang
berperilaku cerdik, sehingga perangkap dibiarkan di tempat minimal 2–3 hari, tetapi setiap hari
perangkap harus diperiksa. Seandainya yang tertangkap binatang lain seperti cecurut, garangan,
tupai dan lain-lain, perangkap harus segera dicuci bersih dan disikat. Kadangkala binantang non
target tersebut juga diperlukan, sebab ada kemungkinan binatang ini juga berperan sebagai inang
ektoparasit tertentu. Perangkap yang ada tikusnya dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi
tikusnya dan ektoparasitnya.
c. Identificating
1) Perangkap yang ada tikusnya dimasukan pada kantong plastik, kemudian kantong diikat rapat.
2) Ambil chloroform dengan spuit, kemudian disuntikan kedalam kantong tersebut.
3) Diamkan beberapa saat hingga tikus mati, kemudian kantong dibuka, dengan mulut kantong
tidak berhadapan dengan kita.
4) Bila perlu, semprotkan insectisida aerosol kedalam kantong untuk membunuh ektoparasit yang
tidak mati oleh chloroform.
5) Perangkap dikeluarkan dari kantong, dan tikus yang mati dikeluarkan dari perangkap.
6) Lakukan penyisiran (dengan sikat sepatu) terhadap tikus tersebut untuk mendapatkan
ektoparasit.
7) Ektoparasit yang diperoleh, dimasukan pada botol yang diberi bahan pengawet (misal : alkohol),
unutk identifikasi pada waktu yang lain.
8) Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan dan pengukuran terhadap tikus tersebut dengan kunci
identifikasi.dapat pula dilakukan pengukuran terutama terhadap berat badan (BB), Panjang
kepala ditambah badan (H&B), ekor (T), Cakar (HF), telinga (E), tengkorak (SK), dan susunan
susu (M).
9) Interpretasi data diatas, sesuai dengan kunci identifikasi, atau mencocokan pada tabel deskripsi
tikus.
F. Perangkap Tikus
Berikut beberapa perangkap tikus yaitu :
1. Live-trap (perangkap hidup)
Live-trap atau perangkap hidup adalah tipe perangkap yang dapat menangkap tikus dalam
keadaan hidup di dalam perangkap. Tipe perangkap ini terbagi menjadi 2 yaitu, single live - trap
adalah perangkap yang hanya dapat menangkap 1 ekor tikus, dan multiple live - trap adalah
perangkap yang dapat menangkap lebih dari satu ekor tikus dalam sekali pemerangkapan. Kedua
tipe perangkap ini banyak digunakan untuk mengendalikan tikus rumah di permukiman maupun
di kebun.

Gamabr 9. Live trap


2. Snap-trap (perangkap yang dapat membunuh tikus),
Snap-trap adalah tipe perangkap yang dapat membunuh tikus pada saat ditangkap. Perangkap
jenis ini sangat berbahaya karena dapat membunuh hewan bukan sasaran, apabila menyentuh
umpan dan juga berbahaya bagi manusia yang beraktivitas di sekitar perangkap. Selain itu, jenis
perangkap ini banyak menimbulkan jera perangkap, sehingga kurang menarik bagi tikus.
Gambar 10. Snap-trap
DAFTAR PUSTAKA

Astuti NT dkk. 2007. Survei Tikus Dengan Berbagai Metode Di Komplek


Perkantoran Selamanik Banjarnegara. Ed. 005. No 2. Pdf.
(http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/blb/article/view/2583/2344)
Samsudrajat A. 2008. Pemasangan Perangkap, Pemeriksaan (Identifikasi), Dan
Penyisiran Tikus (Penangkapan Ektoparasit). Pdf.
(http://agus34drajat.files.wordpress.com/2011/03/laporan-identifikasi-tikus.pdf)
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Arie. 2012. Pengendalian Vektor “Trapping Tikus”

http://ariexmilanibrahimovic.blogspot.com/2012/12/trapping-tikus.html

Anda mungkin juga menyukai