Anda di halaman 1dari 84

VEKTOR

PEMBEKALAN
UJI KOMPETENSI
BAHAN KAJIAN

Pemberantasan
vektor lalat,
Pengukuran kecoa, nyamuk ,
volume tikus
kepadatan
lalat
Klasifikasi
vektor
PENGANTAR
 Vektor merupakan arthropoda yang dapat
menularkan, memindahkan atau menjadi sumber
penularan penyakit pada manusia.

 Di Indonesia penyakit yang ditularkan melalui


serangga merupakan penyakit endemis pada daerah
tertentu seperti;
 Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, kaki gajah,
Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti.
 penyakit saluran pencernaan seperti dysentery,
cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang
ditularkan secara mekanis leh lalat rumah.
SERANGGA
Morfologi umum
 Filum arthropoda (arthos=sendi dan poda
= tungkai).
ARTHROPODA

Badan beruas-ruas

Umbai-umbai yang juga beruas-ruas

Eksoskelet, dan

Bentuk badan simetris bilateral


EKSOSKELET
 Bagian sebelah luar badan serangga dilapisi
oleh kitin (chitin) yang pada bagian tertentu
mengeras dan membentuk eksoskelet •
Eksoskelet berfungsi sebagai: - penguat tubuh -
pelindung alat dalam - tempat melekat otot -
pengatur penguapan air - penerus rangsang
yang berasal dari luar tubuh.
KELOMPOK ARTHROPODA
• Arthropoda yang menularkan penyakit (vektor dan
1 hospes perantara)

• Arthropoda yang menyebabkan penyakit (parasit)


2

• Arthropoda yang menimbulkan kelainan karna


3 toksis yang dikeluarkan

• Arthropoda yang menyebabkan alergi


4

• Arthropoda yang menyebabkan entomofobia


5
CARA PENULARAN PENYAKIT
 Mekanik
Berlangsung dari penderita ke orang lain dengan
perantara bagian luar tubuh serangga (lalat)
 Biologik
dilakukan setelah parasit/agen penyakit yang
diisap serangga vektor mengalami proses
biologik dalam tubuh vektor.
 Transovarian
Dilakukan oleh stadium muda vektor. Telur dalam
tubuh vektor yang menerima infeksi dari
induknya, meski induknya mati, penyebab
penyakitnya akan dipertahankan sehingga
menjadi larva infektif.
KLASIFIKASI VEKTOR YANG DAPAT
MENULARKAN PENYAKIT

Kelas crustacea (berkaki 10):


misalnya udang

Kelas Myriapoda:
misalnya binatang berkaki seribu

Kelas Arachinodea (berkaki 8):


misalnya Tungau

Kelas hexapoda (berkaki 6):


misalnya nyamuk
KELAS HEXAPODA
Ordo Dipthera yaitu nyamuk dan lalat
Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria
Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah
Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur

Ordo Siphonaptera yaitu pinjal


Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes

Ordo Anopluera yaitu kutu kepala


Kutu kepala sebagai vektor penyakit demam bolak-balik dan
typhus exantyematicus.
Ordo hemiptera
contoh kutu busuk

Ordo isoptera
contoh rayap

Ordo orthoptera
contoh belalang

Ordo coleoptera
contoh kecoak
VEKTOR PENGGANGGU
 Sedangkandari phylum chordata yaitu tikus
yang dapat dikatakan sebagai binatang
pengganggu, dapat dibagi menjadi 2 golongan:
Tikus Tikus
besar, kecil
(Rat) Rattus (mice)
Mussculus
norvegicus
(tikus rumah)
(tikus got )

Rattus-rattus
diardiil (tikus
atap)

Rattus-rattus
frugivorus
(tikus buah-
buahan)
PEMBERANTASAN
DAN
PENGENDALIAN
TIKUS DAN PINJAL
PENGETAHUAN DASAR TTG TIKUS (1)
Kemampuan utk mengident. Spec. Tikus

Mengetahui perilaku dan biologi tikus

Mengetahui tanda-2 kehadiran tikus

Mengetahui sifat-2, ciri-2 dan btk formulasi


rodentisida

Mengerti Permasalahan Resistensi Tikus Thd


Rodensida

Mengerti bahaya rodensida bagi manusia,


hewan lain dan lingkungan
PENGETAHUAN DASAR TTG TIKUS (2)

Yg. Penting adl. Kehadiran tikus


 Feses atau kotoran :

Ukuran R. Novergicus : feses berbentuk Gelondong


feses dpt
menentukan R. Rattus : feses berbentuk Lebih kecil mirip
spesies tikus sosis
Feses basah : baru

Feses kering : sudah lama


PENGETAHUAN DASAR TTG TIKUS (2)
Yg. Penting adl. Kehadiran tikus
 Kerusakan :
Kerusakan benda-benda atau tanaman karna dia sering
mengerat utk mencari makanan.
R. Novergicus : bekas keratan gigi serinya selebar 3,5 - 4 mm,
sedangkan tikus mencit : 1-2 mm.
 Tanda atau noda olesan (runway):
Bekas jejak ada bercak kotor / jejak kaki (food print)
 Sarang
Sarang yg. Ditutupi jaring laba-laba berarti sdh lama.
Bila ditutup dg. Gundukan tanah tapi besoknya msh berlubang
maka sarang tsb tetap digunakan.
 Bau :
Baunya khas , tapi mel. Baunya tdk dpt. Diket.
Dg singkat.

 Tikus hidup atau mati.


Hewan tikus bersifat nokturnal
Mati masih segar >>>>> berarti infestasi tikus
masih ada.
 Mati sudah Kering >>>>>> berarti infestasi tikus
tidak Ada
METODE PENGENDALIAN TIKUS (1)
Pengendalian Kultur Teknis :

Pengaturan pola tanam


• Maksudnya untuk Membatasi ketersediaan pakan yg
Sesuai bagi reproduksi Tikus.
• Padi - padi - palawija
• Padi - palawija - padi.
• Padi - palawija - palawija.
Pengaturan waktu tanam :
• Menanam secara serempak(minimal 100 ha).
• Maksudnya kerusakan tdk terpusat (terkonsentrasi), stl.
Panen serentak sumber pakan tikus akan hilang sama
sekali mk. Tikus akan pergi (bermigrasi) ketempat lain.
Pengaturan jarak tanam

• Mengatur jarak tanam lebih lebar shg.Tercipta


lingkungan. Terbuka, tdk disukai dan menghambat
pergerakan tikus.

Penggunaan tanaman perangkap (Trap Crop)

• Tanamlah tanaman yg. Disukai tikus mis. Padi


ditengah-tengah, ditepinya tanamlah tanaman yg.
Dituju.
• Tikus akan berkumpul disitu, selanjutnya akan mudah
diburu (gropyokan)
Pengendalian Kultur Sanitasi
• Pembersihan rerumputan, tumpukan daun-daun tua, tumpukan
tebangan kayu pohon tua dan gulma akan membuat lingk.
Terbuka yg. Tdk disukai oleh tikus.
• Membersihkan sampah atau membenahi tumpukan barang.
Shg. Tikus tdk mau bersarang ditempat tsb.

Pengendalian Fisik dan Mekanis


• Dg. Mengubah faktor fisik (suhu, kelembaban dan suara) shg.
Menyebabkan kematian tikus (meminimalkan tikus).
• Prinsip :
• Membunuh tikus secara langsung.
• Mengusir tikus dg. Zat kimia
• Melindungi tanaman dan benda-benda lain dr. Serangan tikus
(proofing).
METODE LAIN
SUARA ULTRASONIK
Diatas freq. 20 k hz utk mengusir tikus.
• Freq. 20 k hz dan intensitas 160 desibel akan membunuh tikus.
• Tapi pd. Prakteknya hal ini sulit dilakukan.

GEL. ELEKTRO MAKNETIK.

Dapat mengusir tikus atau tikus berhenti makan/


bereproduksi.

PERANGKAP (TRAP)
Live trap (perangkap hidup)
• Snap trap (perangkap mati)
• Sticky board trap (perangkap berbeperekat)
• Pitfall trap (perangkap jatuhan)
METODE LAIN
SINAR ULTRAVIOLET

Karna tikus hewan nocturnal mk. Tdk tahan cahaya >>>>>


berfungsi mengusir tikus.

PENGHALANG/BARRIER/PROOFING
Dapat dg. Membuat pagar yg. Dialiri listrik tegangan yg.
Rendah (10 volt) membuat tikus terusir tp. Tdk berbahaya
bagi manusia dan hewan lainnya.

BERBURU
PERBURUAN DG. CARA GROPYOKAN .
• Di pilipina dg. Cara menggiring tikus ke bag. Tengah
lahan secara bersama-sama lalu sampai ditengah
dibunuh ramai-ramai (blanket system)
METODE PENGENDALIAN HAYATI

Yaitu dg. Melakukan penggunaan parasit, predator


atau patogen >>>. utk. Membunuh/mengurangi pop.
Tikus.

Predator tikus :
Kucing, kadal, musang dan cerpelai, ular, burung
elang dan burung hantu.
Laju fisiologis dan kemamp. Mencari mangsa 10 : 4 : 1
Untuk kelas aves, mamalia dan reptilia.
Pengendalian dg. Bakteri salmonella enteritidis telah
digunakan secara luas di eropa, tapi who dan fao th.
1967 telah melarangnya.
PENGENDALIAN KIMIAWI
Yaitu dg. Melakukan penggunaan bahan kimiawi. utk.
Membunuh/mengurangi pop. Tikus. Ada 4 bagian;

• Penggunaan racun (racun perut)


• Toksisitas tinggi : arsenik trioksida, bromethalin, strychnine,
thallium sulfate.
• Toksisitas sedang : alpha chlorarose, antu, calciferol, zinc
1 phosphide.
• Toksisitas rendah : norbomide, red squilt, sciliricide.

• Penggunaan bahan fumiigan (racun nafas)


• Menggunakan Gas Beracun : Hidrogen Sianida,
2 Hidrogen Fosfida, Karbon Monoksida.
• Penggunaan bahan kimiia penolak (repellent) atau
bahan kimia penarik (attractant)
• Dengan Menggunakan kulit rusa atau minyak dari

3
Serbuk gergaji ditempat sekitar bahan makanan.
Dapat juga digunakan sulfur, kapur, asam karbol,
karosen, minyak pepermiint actiodione.

• Penggunaan bahan kimiia pemandul


(chemosterilant).
• Mestranol, hexastrol, oestrogenic steroid, diosgenin,

4
mempengaruhi kesuburan.
PEMBERANTASAN DAN PENGENDALIAN
PINJAL/FLEA CONTROL (1)

DIMAKSUDKAN UNTUK :
 MENEKAN POPULASI PINJAL RODENT DISUATU
WILAYAH/DAERAH SHG. GIGITAN PINJAL DPT
DITEKAN.
 PENULARAN PES DPT TERPUTUS.

CARA DUSTING PALING TEPAT :


 CAMPURAN INSEKTISIDA ( MALATHION, DIAZINON,
FENITHROTHION) DG. TEPUNG PENCAMPUR
(KAOLIN, GAPLEK), DG. PERBANDINGAN 1 : 20.
PEMBERANTASAN DAN PENGENDALIAN
PINJAL/FLEA CONTROL (2)
CARA :
 CAMPURAN TSB. DITABURKAN DI JALAN-JALAN YG.
DILALUI TIKUS (DASAR DINDING DALAM DAN LUAR).

 TABURAN BUBUK TSB LEBAR S.D 35 CM DR. TEPI


DINDING RUMAH DAN TEBAL 0,5 CM.

 ALATNYA DG. CERET YANG DILUBANGI.


 ALAT INI GIGOYAHKAN TEGAK LURUS SHG. BUBUK
KELUAR PD. TEMPAT YG. DIKEHENDAKI.

 DIHARAPKAN TEPUNG TSB. AKAN MELUMURI TUBUH


TIKUS DAN AKAN MEMBUNUH PINJALNYA.
PEMBERANTASAN DAN PENGENDALIAN
PINJAL/FLEA CONTROL (3)

DUSTPRING/DUSTLON :
CARA :
 CAMPURAN TEPUNG KANJI DAN INSEKTISIDA
DITABURKAN DI DALAM BAMBU/ PRALON
BERLUBANG. BERUKURAN 50-60 CM DG. UMPAN
MAKANAN SPT. JAGUNG/KELAPA BAKAR.
 DILETAKKAN PD. JALAN-JALAN YG. DILALUI TIKUS
DIDALAM RUMAH SPT. DAPUR, DEKAT TEMPAT
PENYIMPANAN MAKANAN.
 DIHARAPKAN TEPUNG TSB. AKAN MELUMURI
TUBUH TIKUS DAN AKAN MEMBUNUH
PINJALNYA.
PENGENDALIAN
VEKTOR LALAT
Taksonomi
 Kelas : Hexapoda
 Ordo : Diptera
 Family :
Muscida (Lalat rumah) Sarcophagidae
(Lalat daging) Caliphoridae
 Spesies :
Musca domestica (Lalat rumah)
SIKLUS HIDUP LALAT
MAKANAN
Lalat dewasa aktif sepanjang hari terutama pagi dan
sore

Inaktif pada malam hari

Tertarik pada makanan manusia, darah dan bangkai

Bagian mulut tidak dapat dipakai untuk


menggigit/menusuk hanya dapat menghisap
barang-barang cair

Tanpa air lalat hanya bertahan hidup selama 48 jam


TEMPAT PERINDUKAN

1 Kotoran hewan

2
Sampah dan
sisa makanan
dari hasil olahan
4 Air kotor

3 Kotoran manusia
TEMPAT Tengah hari lalat tidak makan tetapi beristirahat di
PERISTIRAHA lantai, dinding, langit-langit, rumput-rumput dan
TAN tempat yang sejuk

Lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan,


dan tidak aktif pada malam hari

Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian


tidak lebih dari 5 m

Untuk istirahat lalat memerlukan suhu = 35°C – 40°C


dan kelembaban 90%
FLUKTUASI Hewan fototropik  menyukai cahaya
JUMLAH
LALAT Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif
dengan adanya sinar buatan. Efek sinar pada lalat
tergantung sepenuhnya pada temperatur dan
kelembaban

Jumlah lalat meningkat pada temperatur 20°C –


25°C

Berkurang pada temperatur < 10°C atau > 49°C

Kelembaban yang optimum 90 %.


PERILAKU PERKEMBANGBIAKAN
 Berkembangbiak di sekitar sumber
makanannya
 Penyebaran dipengaruhi oleh cahaya,
temperature dan kelembaban,
 Untuk istirahat lalat memerlukan suhu
sekitar 35º-40ºC, kelembaban 90%.
 Aktifitas terhenti pada temperatur < 15ºC.
Lalat yang Merugikan Manusia

lalat rumah (Musa lalat biru (Calliphora


domestica) vomituria)

lalat latrine (Fannis


lalat hijau (Lucilla)
canicularis)
AGEN PENYAKIT YANG DITRANSMISIKAN
OLEH LALAT
VIBRIO CHOLERA
 Menyebabkan penyakit kolera
 Menginfeksi saluran pencernaan melalui mukosa
dan berakumulasi di sebelah submukosa saluran
pencernaan
 Gejala : diare, muntah-muntah, dehidrasi, sakit
pada bagian abdomen (perut), koma, dan
dapat mengakibatkan kematian bahkan dalam
jangka waktu 12 jam setelah gejala muncul
 Sumber infeksi : feses dan muntahan dari
penderita penyakit kolera, serta makanan dan air
yang terkontaminasi agen penyakit ini
SALMONELLA TYPHI
 Menyebabkan penyakit Tiphoid (tifus)
 Menginfeksi saluran pencernaan, melalui mucosa
 Gejala : demam terus-menerus, iritasi dinding
saluran pencernaan, diare
 Sumber infeksi : feses, urine, dan darah orang
yang terkena penyakit ini, atau orang yang
sudah sembuh tetapi masih bertindak sebagai
carier, makanan, minuman, atau susu yang
terkontaminasi oleh penderita penyakit ini
SHYGELLA DYSENTRIAE
 Menyebabkan penyakit disentri
 Menginfeksi saluran pencernaan, melalui mucosa
 Gejala : diare, demam, muntah-muntah dengan frekuensi
tinggi, dengan muntahan mengandung darah dan
mucus
 Sumber infesi adalah toxin (racun) yang dihasilkan oleh
bakteri ini. Toxin ini aktif dalam keadaan panas, oleh
karena itu, disentri banyak dijumpai pada musim panas
 Sumber infeksi : feses, urine, dan darah orang yang
terkena penyakit ini, atau orang yang sudah sembuh
tetapi masih bertindak sebagai carier, makanan,
minuman, atau benda yang terkontaminasi oleh
penderita penyakit ini
SURVEY
KEPADATAN LALAT
MENGGUNAKAN
FLY GRILL
SURVEY KEPADATAN LALAT
Tujuan :
 Menentukan daerah-daerah yang
potensial menjadi tempat berkembang
biak lalat
 Menentukan kepadatan lalat/indeks
lalat
 Menentukan luas daerah pengendalian
dan jenis pengendalian yang akan
dilakukan
Alat : Scudder fly grill
 Papan kayu : lebar 2 cm, tebal 0,64 cm, panjang 91 cm, jarak
antar kayu 2 cm

Cara :
 Dilakukan pagi hari, setelah matahari bersinar
 Letakkan scudder fly grill pada lokasi yang akan diukur
 Hitung jumlah lalat yang hinggap setiap 30 detik
 Lakukan secara rutin (1 minggu sekali)
 Indeks lalat = jumlah lalat hinggap pada grill/30 detik
 Pada daerah yang luas dibagi dalam beberapa
zona, diukur pada masing-masing zona.
Interprestasi hasil pengukuran indeks populasi lalat :
 Indonesia = < 20 baik
> 20  perlu tindakan pemberantasan
 0 – 2 : Rendah atau tidak menjadi masalah
 3 – 5 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan
terhadap tempat-tempat berkembang biakan lalat
 6 – 20 : Tinggi/padat dan perlu pengamanan
terhadap tempat- tempat berkembang biakan lalat
dan bila mungkin direncanakan upaya
pengendaliannya.
 > 21 : Sangat tinggi/sangat padat dan perlu
dilakukan pengamanan terhadap tempat–
tempat perkembangbiakan lalat dan tindakan
pengendalian lalat.
Scudder fly grill
KEUNTUNGAN

 Mudah
 Murah
 Cepat
 Memungkinkan sampling banyak
tempat
 Jika digunakan secara konsisten,
dapat digunakan untuk mengukur
perubahan populasi dari waktu ke
waktu
PROGRAM PENGENDALIAN
VEKTOR LALAT
 Penurunan populasi larva dengan
cara pengelolaan dan sanitasi yang
baik pada daerah-daerah yang
potensial menjadi tempat untuk
berkembang biak
„
Pengendalian populasi secara kimia
untuk menghilangkan lalat.
PENGENDALIAN LALAT SEBAGAI
VEKTOR PENYAKIT
Metoda :
Mekanis :
 Pemasangan kasa : tetapi jendela tetap
dapat dibuka, dan kasa dibersihkan
secara teratur.
 Fly traps
 Electric fan
 Penggelontoran saluran-saluran
PENGENDALIAN LALAT
SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT
Langkah manajemen terpadu :
1. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan
2. Pemberantasan lalat, secara fisik
menggunakan sticky tape, fly trap, secara
kimia menggunakan insektisida dengan
metode spraying, fogging, dan secara
biologis menggunakan predator alami,
3. Edukasi masyarakat.
PENGENDALIAN LALAT SEBAGAI
VEKTOR PENYAKIT
Evaluasi
1. Kembali melakukan survey untuk melihat
indeks lalat, menurun atau tidak.
2. Melihat jumlah kasus penyakit yang
dicurigai ditransmisikan oleh lalat,
berkurang atau tidak
TINDAKAN PENGENDALIAN

1. Perbaikan hygiene dan sanitasi


lingkungan
2. Pemberantasan lalat secara
langsung
PERBAIKAN HYGIENE
DAN SANITASI LINGKUNGAN
Tujuan: mencegah terjadinya perkembangbiakan lalat dan
transmisi penyakit lalat.
Metoda Umum:
Pencegahan :
 Menghilangkan sumber makanan lalat, pembuangan
kotoran manusia dengan baik.
 Pengelolaan sampah dan atau pupuk kandang yang
benar
 Pendidikan kesehatan
Pemberantasan ;
 „Untuk Membunuh : telur, larva, pupa, dan lalat dewasa
PERBAIKAN HYGIENE
DAN SANITASI LINGKUNGAN
1. Mengurangi/menghilangkan tempat perkembangbiakan
lalat
 Kandang Ternak
Harus dapat dibersihkan, dan lantai harus kedap air,
dan dapat disiram setiap hari
 Peternakan/kandang burung
Dilengkapi dengan ventilasi, serta kotoran dapat
dikeluarkan dari sangkar dan dibersihkan
 Timbunan pupuk kandang
Ditutup dengan plastik
Cara ini dapat membunuh larva/pupa karena
panasnya
 Kotoran manusia
Jamban perlu dilengkapi dengan:
 Leher angsa untuk mencegah bau
 Ventilasi dengan kawat anti lalat
 Tidak BAB di sembarang tempat
 Dalam pengungsian dimana tidak ada jamban,
BAB pada jarak ±500 m pada arah angin yang
tidak mengarah ke dekat pemukiman dan ±30
m dari sumber air bersih, kemudian
menutupnya dengan tanah
 Sampah basah dan sampah organik
 Pengumpulan, pengangkutan dan
pembuangan sampah harus dikelola
dengan baik jika tidak ada, sampah
dibakar, dan ditutup dengan tanah
 Dasar tong sampah harus dibersihkan dari
sisa-sisa sampah
 TPA sampah perlu dipadatkan, ditutup
tanah merah setebal 15-30 cm.
 Lokasi TPA harus beberapa km dari
pemukiman
 Tanah yang mengandung bahan organik
 Lumpur organik dari air buangan, septic tank
harus dihilangkan dengan dikeruk atau
digelontor
 Menutup saluran air buangan dapat
menghilangkan tempat berkembang biak
lalat
 Di tempat peternakan/pemotongan hewan,
pengolahan, pengasinan ikan, lantai harus
terbuat dari bahan yang kuat dan mudah
digelontor
PERBAIKAN HYGIENE
DAN SANITASI LINGKUNGAN
2. Mengurangi sumber yang menarik lalat
 Pencegahan dilakukan dengan:
 Kebersihan lingkungan
 Membuat saluran air limbah
 Menutup tempat sampah
 Pemasangan alat pembuang bau (exhaust)
PERBAIKAN HYGIENE
DAN SANITASI LINGKUNGAN
3. Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran
yang mengandung kuman penyakit
 Sumber penyakit berasal dari kotoran
manusia, bangkai binatang, sampah basah,
lumpur organik, orang sakit mata
 Cara-cara pencegahan:
a. Kontsruksi jamban yang memenuhi syarat
b. Mencegah lalat berkontak dengan orang
sakit, tinja, kotoran
c. Mencegah lalat tidak masuk ke tempat
sampah, peternakan/pemotongan hewan
PERBAIKAN HYGIENE
DAN SANITASI LINGKUNGAN

4. Melindungi makanan, peralatan makan dan


orangyang kontak dengan lalat
 Makanan disimpan di lemari makan
 Makanan perlu dibungkus
 Jendela dan tempat-tempat terbuka
dipasang kawat kasa
 Penggunaan kelambu/tudung saji
 Kipas angin dapat dipasang untuk
menghalau lalat masuk
PEMBERANTASAN
LALAT SECARA LANGSUNG
1. Cara fisik: mudah dan aman, tetapi
kurang fektif apabila lalat dalam
kepadatan tinggi, hanya cocok pada
skala kecil :
 Perangkap lalat (Fly trap)
 Umpan kertas lengket berbentuk
pita/lembaran (sticky tapes)
 Perangkap dan pembunuh elektronik
(light trap with electrocutor)
PEMBERANTASAN
LALAT SECARA LANGSUNG
sticky tape fly trap light trap
with electrocutor
PEMBERANTASAN LALAT
SECARA LANGSUNG
2. Cara Kimia
 Penggunaan insektisida hanya untuk periode
yang singkat apabila sangat diperlukan
 Biasanya digunakan pada KLB kolera, disentri
dan trachoma
 Dapat dilakukan melalui cara penyemprotan
dengan efek residu (residual spraying),
pengasapan (space spraying )
PEMBERANTASAN LALAT
SECARA LANGSUNG
3. Cara Biologi:
 Memanfaatkan sejenis semut kecil
berwarna hitam (Phiedoloqelon affinis)
untuk mengurangi populasi lalat rumah di
tempat sampah
 Memanfaatkan aroma beberapa
tanaman : cengkeh, pandan, lavender,
tembakau.
PERANAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT
DALAM PENGENDALIAN LALAT DI PEMUKIMAN

Upaya Lokasi Dilakukan oleh


Menggunakan repelen dan sticky fly Dalam Indvidu dan keluarga
paper rumah
Hindari pembuangan air besar di Di sekitar Individu dan keluarga
tempat terbuka sekitar rumah rumah

Mengupayakan halaman tetap Di sekitar Individu dan masyarakat


bersih dan runtuhan pepohonan rumah
dan kotoran binatang

Mengupayakan kandang hewan Di sekitar Individu, keluarga dan


selalu bersih rumah masyarakat
Melakukan pengawasan terhadap Di dalam Masyarakat dan
pembuangan air besar di tempat pemukiman pemerintah
terbuka
Melakukan pengaturan dalam Di dalam Masyarakat dan
pengumpulan dan pembuangan pemukiman pemerintah
sampah
PENGENDALIAN
VEKTOR NYAMUK
PENGENDALIAN
VEKTOR KECOA
PENGANTAR
 Kecoa termasuk phyllum Arthropoda, klas
Insekta
 Seranga ini sangat dekat kehidupannya
dengan manusia
 menyukai bangunan yang hangat, lembab
 banyak terdapat makanan
 Hidupnya berkelompok
 dapat terbang
 aktif pada malam hari seperti di dapur, di
tempat penyimpanan makanan, sampah,
saluran-saluran air kotor, umumnya
menghindari cahaya, siang hari bersembunyi
di tempat gelap dan sering bersemnbunyi
dicela-cela.

 Serangga ini dikatakan pengganggu karena


mereka biasa hidup ditempat kotor dan dalam
keadaan terganggu mengeluarkan cairan
yang berbau tidak sedap.
PENULARAN PENYAKIT
Kecoa mempunyai peranan yang cukup
penting dalam penularan penyakit. Peranan
tersebut antara lain :
 Sebagai vector mekanik bagi beberapa mikro
organisme patogen.
 Sebagai inang perantara bagi beberapa
spesies cacing.
 Menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi
seperti dermatitis, gatal-gatal dan
pembengkakan kelopak mata.
Serangga ini dapat memindahkan beberapa mikro
organisme patogen antara lain;
 Streptococcus
 Salmonella dan lain-lain
sehingga mereka berperan dalam penyebaran penyakit
antara lain;
 Disentri
 Diare
 Cholera
 Virus Hepatitis A
 Polio pada anak-anak
Penularan penyakit dapat terjadi melalui organisme
patogen sebagai bibit penyakit yang terdapat pada
sampah atau sisa makanan dimana organisme tersebut
terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa,
kemudian melalui organ tubuh kecoa, organisme sebagai
bibit penyakit tersebut menkontaminasi makanan.
DAUR HIDUP KECOA
Kecoa adalah serangga dengan metamorfosa
tidak lengkap, hanya melalui tiga stadium
(tingkatan), yaitu;
 stadium telur
 stadium nimfa
 stadium dewasa
yang dapat dibedakan jenis jantan dan
betinanya.
Nimfa biasanya menyerupai yang dewasa,
kecuali ukurannya, sedangkan sayap dan alat
genitalnya dalam taraf perkembangan.
HABITAT
 Banyak spesies kecoa di seluruh dunia,
beberapa diantaranya berada di dalam
rumah dan sering didapatkan di restoran,
hotel, rumah sakit, gudang, kantor dan
perpustakaan.
PENGENDALIAN KECOA
 Tujuan
Untuk melihat keberadaan kecoa. Keberadaan
kecoa ini dilihat dengan adanya tanda-tanda kecoa
seperti kotoran, kapsul dan adanya kecoa itu sendiri.

 Pelaksanaan
Surveilans kecoa dilakukan dengan cara melihat
secara visual tanda-tanda yang menyatakan
adanya kecoa seperti adanya kotoran (fecal) dan
kasul (ootheca) kecoa. Disamping itu dengan
melihat ada (hidup atau mati) dan tidak adanya
kecoa disetiap ruangan.
a) Keberadaan Kotoran dan kapsul
Bentuk fisik :
kapsul Blattella Germanica dapat berisi 30-40 telur,
Blatta orientalis sekitar 16 telur, Supella longipalpa 13-18
telur dan Periplaneta americana sekitar 14 telur
Tempat :
kotoran, pada lantai, pada tempat-tempat yang
tersembunyi, pada tempat-tempat yang sering dilalui,
sedangkan kapsul pada sudut-sudut bagian dari meja,
almari, celah-celah pada dinding.
Cara :
Visual dan perabaan
Alat :
Senter serta formulir pencatatan pengamatan.
Waktu : Untuk melihat kecoa dilakukan pada malam
hari, mulai pukul 18.00 s/d 20.00 WIB , pukul 23.00 s/d 1.00
WIB, pukul 04.00 s/d 06.00 WIB .frekwensi pelaksanaan
pengamatan setiap 2 (dua) minggu.
b) Keberadaan kecoa
Bentuk Fisik:
Tergantung Jenisnya
Tempat :
Kecoa dilihat dibawah rak, dibagian bawah daun meja,
dilipatan tempat tidur, pada celah-celah dinding
dengan almari, pada celah-celah yang terdapat pada
dinding itu sendiri.
Cara :
Visual
Alat:
Cermin bertangkai dan senter formulir pencatatan
pengamatan.
Waktu :
Untuk melihat kecoa dilakukan pada malam hari, mulai
pukul 18.00 s/d 20.00 WIB, pukul 23.00 s/d 1.00 WIB, pukul
04.00 s/d 06.00 WIB. Frekwensi pelaksanaan pengamatan
setiap 2 (dua) minggu.
ANALISIS HASIL PENGAMATAN

 Tidak ditemukan tanda-tanda keberadaan


kecoa, baik dari kotoran, kapsul maupun
kecoanya sendiri.

 Biladitemukan tanda-tanda keberadaan


kecoa maka segera dilakukan upaya
pemberantasan.
PEMBERANTASAN
Upaya pemberantasan ditujukan terhadap kapsul telur dan
kecoa.
1. Pembersihan kapsul telur yang dilakukan dengan cara:
Mekanis yaitu mengambil kapsul telur yang terdapat pada
celah-celah dinding, celah-celah almari, celah-celah
peralatan, dan dimusnakan dengan membakar/ dihancurkan.
2. Pemberantasan Kecoa Pemberantasan kecoa dapat
dilakukan secara fisik dan kimia.
Secara fisik atau mekanis dengan :
 Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul atau
tangan'
 Menyiram tempat perindukkan dengan air panas.
 Menutup celah-celah dinding.
Secara Kimiawi :
 Menggunakan bahan kimia (insektisida) dengan formulasi
spray (pengasapan), dust (bubuk), aerosol (semprotan)
atau bait (umpan).
PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap kecoa dapat dilakukan
dengan membatasi kesediaan air, Makanan dan
menerapkan perilaku dan lingkungan sehat di rumah
sakit antar lain dengan :
 Menyimpan bahan makanan dan makanan jadi
pada tempat-tempat yang tertutup.
 Membuang sampah pada tempat pembuangan
sampah dan mengangkut sampah dari tempat
pembuangan sampah setiap hari ke tempat
pembuangan akhir.
 Memasang kawat kasa pada saluran air yang keluar
dari ruang rumah sakit.
 Menutup lubang-lubang atau celah-celah agar
kecoa tidak masuk kedalam ruangan.

Anda mungkin juga menyukai