Anda di halaman 1dari 15

PO

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lalat rumah, Musca domestica, merupakan hama yang sering ditemui

di sekitar permukiman penduduk, peternakan maupun industri makanan.

Selain itu, serangga ini juga dikenal sebagai vektor mekanik berbagai

penyakit yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti kolera, tifus, diare,

dan disentri. Untuk mengendalikan hama ini, berbagai upaya telah

dilakukan, seperti tindakan sanitasi lingkungan agar lalat tidak dapat

berkembang biak. Selain itu, bila pengendalian ingin dilakukan secara cepat,

insektisida banyak digunakan, tetapi penggunaannya sering tidak sesuai

dengan prinsip pengendalian hama terpadu. Diperparah dengan tingginya

populasi yang harus dikendalikan, serta siklus hidup lalat rumah yang

pendek, penggunaan insektisida tersebut telah mempercepat terjadinya

resistensi lalat rumah terhadap berbagai golongan insektisida. Terjadinya

resistensi lalat terhadap berbagai insektisida adalah hal yang umum terjadi

dan telah dilaporkan dari berbagai negara di dunia (Kaufman et al. 2010;

Akiner & Caglar 2006).

Lalat merupakan salah satu serangga yang termasuk ke dalam ordo

Diptera. Beberapa jenis lalat beperan sebagai serangga agen biokonverter

seperti Lalat tentara hitam atau Hermetia illucens. Jenis lalat Hermetia

illucens merupakan salah satu serangga pengurai yang mampu

mendekomposisi berbagai macam jenis sampah organik (Permana & Putra,

1
2018). Larva lalat Hermetia illucens memiliki potensi untuk menjadi sumber

energi pakan melalui biokonversi limbah (Zakarni et al., 2012).

Lalat rumah berperan dalam penyebaran penyakit seperti diare,

disentri, kolera, demam tifoid dan paratifoid karena menyebarkan

kotoran ke makanan, minuman, sayuran, buah-buahan, maupun ke

tubuh ternak.Lalat umah (M domestica) mempunyai kemampuan

memindahkan berbagai macam mikroorganisme dari tempat yang

dihinggapinya ke tempat lain yang dihinggapi kemudian. Ada 7 genus

jamur dari tubuh dan ususnya, yaitu Acremonium, Aspergillus,

Debaryomyces, Hanseniaspora, Fusarium, Penicillium, dan Geotrichum

(Ihsan, I. M. 2016)..Lalat rumah tidak menggigit binatang ternak tetapi

sangat mengganggu sehingga bisa mengurangi kenyamanan yang

pada akhirnya dapat menurunkan produksi.Demam tifoid dan

paratifoid merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting

yang dapat menular dan menyerang banyak orang sehingga

menimbulkan wabah. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia pada tahun

2009, demam tifoid dan paratifoid menempati urutan ketiga dari 10

penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit sebanyak 80,850

kasus dengan korban meninggal 1,013 orang (Kemenkes, 2010).

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, dimana setelah

dilakukan pengamatan selama kurang lebih 1 bulan pada tempat sampah

sisa makanan yang ada di Rumah Sakit Prof Dr. R. D. Kandou Manado,

dimana populasi lalat banyak terdapat disaat pagi dan sore hari setelah

2
makan pagi dan sore, dimana makanan sisa makanan dari pasien yang

dibuang pada tempat sampah makanan yang telah disediakan.

Pengendalian lalat dilakukan untuk mengurangi populasi dengan cara

menghilangkan tempat perindukan atau pemberantasan lalat dewasa,

sehingga mencegah interaksi antara lalat dengan manusia melalui makanan

dan peralatan makan (Pickering et al., 2018).

Metode pemberantasan paling umum dilakukan adalah dengan bahan

kimia. Walapun hasilnya menggembirakan, namun insektisida kimia

memberikan dampak merugikan terhadap serangga non target, kesehatan

manusia dan lingkungan (Senthil-Nathan, 2020)

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah aktivitas harian dan dinamika Lalat Musca Domestika

Terhadap Patogen Penyebab Infeksi Pada Tempat Sampah Di Rumah Sakit

Prof Dr. R. D. Kandou Manado

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pola aktivitas harian dan dinamika Lalat Musca

Domestika Pada Tempat Sampah Di Rumah Sakit Prof Dr. R. D.

Kandou Manado

2. Untuk mengetahui pengaruh populasi Lalat Musca Domestika Pada

Tempat Sampah Di Rumah Sakit Prof Dr. R. D. Kandou Manado

3. Untuk mengetahui Patogen Penyebab Infeksi Pada Tempat Sampah

Di Rumah Sakit Prof Dr. R. D. Kandou Manad006F

3
D. Manfaat Penelitan

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan tentang

pengendalian populasi Lalat Musca Domestika Pada Tempat Sampah

bagi pihak institusi

2. Sebagai bahan pengetahuan terkait populasi Lalat Musca Domestika

Pada Tempat Sampah bagi peneliti

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS MUSCA DOMESTIKA

A. Pengertian

Kelompok lalat yang berdekatan dengan manusia adalah lalat rumah

(Musca domestica), lalat hijau (Lucilia sericata), dan lalat daging

(Chrysomya megacephala) (Astriyani, 2016). Lalat rumah atau Musca

domestica merupakan salah satu jenis serangga yang banyak terdapat di

seluruh dunia. Musca domestica umumnya berkembang dalam jumlah besar

pada tempat-tempat kotor dan bau. Musca domestica diklasifikasikan dalam

filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Diptera, famili Muscidae, Genus

Musca, dan jenis Musca domestica (Sunarno, 2011).

B. Morfologi

Gambar 1. Lalat Musca domestica

Keterangan:

(a) Imago secara keseluruhan

1. caput (kepala)

2. Thorax (dada)

3. Abdomen (perut)

5
4. Sayap

5. Tungkai

(b) Kepala tampak dari depan

6. antena

7. Mata majemuk

8. Mulut

Lalat rumah atau Musca domestica merupakan salah satu jenis

serangga yang banyak terdapat di seluruh dunia. Musca domestica

umumnya berkembang dalam jumlah besar pada tempat-tempat kotor dan

bau. Musca domestica dikelompokan dalam Arthropoda atau binatang

beruas, memiliki kerangka luar atau eksoskeleton yang mengandung khitin

yang dapat mengelupas apabila tubuh berkembang. Ciri morfologi Musca

domestica menunjukkan Kepala besar berwarna coklat gelap, mata besar

menonjol dan terpisah. Musca domestica memiliki satu pasang compound

eyes, kedua mata yang jantan bertemu di garis tengah (holoptik) dan yang

betina terpisah (dichoptic) (Butler et al., 2010). Panjang tubuh Musca

domestica berkisar antara 5,8 - 7 mm, jantan berukuran panjang tubuh 5,8 -

6,5 mm dan lalat betina berukuran panjang tubuh 6,5 - 7,5 mm. Musca

domestica memiliki tubuh berwarna abu-abu kehitaman dan pada bagian

permukaan atas thorax terdapat 4 garis berwarna hitam (Putri, Y. P. 2018).

Thorax terbagi atas tiga bagian yaitu prothoraks, mesothoraks dan

metathoraks. Thorax berwarna abu-abu kekuningan sampai gelap dan

mempunyai empat baris garis hitam longitudinal dengan lebar yang

6
sama dan membentang sampai ke tepi skutum, dengan tiga pasang kaki

dan sepasang sayap (Hastutiek, 2007)

C. Klasifikasi Lalat Musca Domestika

Gambar 2. Klasifiaksi Lalat Musca domestica

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthrropoda

Class : Hexapoda

Ordo : Diptera

Famili : Muscidae, Sarcophagidae, Challiporidae

Genus : Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarchopaga, Fannia

Spesies : Musca Sp. Stomoxys Sp. Phenesia Sp. Fannia Sp. Sarchopaga Sp.

Menurut Suraini (2011) dijelaskan bahwa tanda-tanda morfologi Lalat

rumah (Musca domestica) yaitu warna tubuh abu-abu kehitaman, pada

bagian abdomen berwarna kuning orange dan ujungnya coklat kehitaman.

Pada bagian permukaan atas thorax terdapat 4 garis berwarna hitam.

Panjang tubuh 7mm dan panjang venasi sayap 6mm. Kepalanya besar

berwarna coklat gelap, mata besar menonjol dan terpisah. Sayap tipis serta

tembus cahaya, dan berpangkal kuning

7
D. Siklus Hidup

Musca domestica memiliki metamorfosis sempurna (complete

metamorfosis holometabolous) mulai dari telur, larva, pupa dan dewasa.

Perkembangan dari telur sampai dewasa memerlukan waktu 7-21 hari. Pada

temperatur 25-35ºC telur menetas dalam kurun waktu 8-12 jam. Telur akan

menetas dan berkembang menjadi larva dalam waktu 3-7 hari tergantung

suhu lingkungan (Hastutiek, 2007). Fertilisasi dan oviposisi Musca

domestica berlangsung beberapa hari setelah lalat muda keluar dari pupa

dan menjadi lalat dewasa.

Lalat betina dapat menghasilkan 100-150 butir telur dalam tiap

kelompok pada setiap kali peneluran dan biasanya betina bertelur dalam

empat kelompok. Telur diletakkan pada feses segar atau tempat yang

mengandung bahan organik yang membusuk . Secara keseluruhan Musca

domestica mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang cukup besar, lebih

kurang 2000 butir. Dengan jumlah tersebut Musca domestica mampu

membentuk 10-12 generasi dalam satu musim (Sanchez-arroyo & Capinera,

2020).

E. Habitat Lalat

Habitat Lalat rumah (Musca domestica) merupakan pemakan

makanan yang berbau busuk biasanya dia memakan bahan berbentuk cairan

seperti: sirup, susu, buah-buahan dan sayuran yang basah dan membusuk,

sputung, kotoran, air. Dia juga mencemari makanan pada kulit atau tubuh

yang basah seperti: mulut, lubang hidung, mata pada luka serta pada daging

kemudian lalat rumah juga biasa hinggap pada keju, gula dan makanan lain.

8
Lalat rumah (Musca domestica) memakan makanan kering dengan bantuan

dia mengeluarkan air liurnya yang mengandung penyakit kemudian

dihisapnya kembali makanan tadi (Dinata, 2011).

F. Faktor Yang Mempengaruhi Hidup Lalat

1. Tempat Berkembangbiak

Lalat secara natural tertarik pada tempat yang mempunyai bau busuk

dan berkembangbiak pada bahan organik yamg membusuk seperti

tinja, sampah, karkas, dan bangkai (Adenusi & Adegowa, 2013).

2. Jarak Terbang

Kemampuan lalat dalam jarak terbang sejauh kira-kira 1-2 mil

(Darmawati et al. 2005) dan dalam 24 jam lalat mampu terbang

sampai 3 km (Lima et al. 2014).

3. Kebiasaan Makan

Makanan lalat adalah zat gula yang ada pada makanan manusia

(Darmawati et al. 2005). Pada saat hinggap lalat mempunyai

mekanisme mengeluarkan air liur dan melakukan defekasi (Onyenwe

et al. 2016).

4. Lama Hidup

Tanpa air lalat tidak bisa hidup, dan hanya bisa bertahan tidak lebih

dari 46 jam. Lama hidup lalat tergantung pada faktor lingkungan. Pada

musim panas mampu berumur 2-4 minggu, sedangkan pada musim

dingin berumur 70 hari (Husain, 2014).

5. Temperatur

9
Kehidupan lalat tergantung pada kondisi lingkungan sekitar. Lalat

beaktivitas secara penuh pada suhu 20-250C dan pada suhu 35-400C

aktivitas lalat mulai berkurang. Sedangkan lalat mulai hilang dan tidak

terdeteksi pada suhu di bawah 100C dan di atas 400C. (Sayono et al.

2005). Waktu metamorfosis lalat rumah (Musca domestica) pada suhu

200 membutuhkan 26,2 hari sedangkan pada suhu 350 membutuhkan

9,6 hari (Hastutiek & Fitri 2007)

6. Cahaya

Lalat bersifat menyukai cahaya (fototropik) dan tempat yang hangat,

maka dari itu lalat lebih banyak beraktivitas pada siang hari dan

beristirahat pada malam hari (Onyenwe et al. 2016).

10
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif, pengumpulan

data menggunakan dengan metode survei dan ekperimental. Penelitian ini di

dahului dengan penentuan lokasi penelitian yaitu pengamatan langsung.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian akan ini dilaksanakan di Rumah Sakit RSUP Prof Dr. R. D.

Kandou Manado di tempat sampah non medis. Penelitian dimulai pada bulan

Januari 2024.

C. Alat Dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol mineral

1500 ml, cutter, gunting, stoples plastik, kain tile, karet ban motor,

jarum suntik 5 ml, ajir, rabung, kapas, kawat tembaga, karung plastik,

sprayer, kertas label, kaca pembesar, handphone, buku kunci

identifikasi “The Australian Handbook For The Identificationof Fruit

Flies Version 3.1”, alat tulis dan alat bantu lainnya. Bahan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Petrogenol dengan bahan aktif

metil eugenol , insektisida, air, alkohol 70%.

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Pemilihan Lokasi

11
Dilakukan observasi terlebih dahulu untuk mengetahui lokasi

pengamatan yaitu tempat sampan non medis di RSUP Prof Dr. R. D.

Kandou Manado di setiap Irina yang ada.

2. Pembuatan Perangkap

Dalam penelitian ini menggunakan metode jebakan tipe Steiner trap

yang dimodifikasi yang terbuat dari botol bekas minuman air mineral.

Botol kemasan air mineral ukuran 1500 ml dipotong di bagian bawah

leher setelah lengkungan menggunakan cutter atau gunting, kemudian

tutup botol dilepas dan dipasang kembali dengan posisi terbalik sebagai

lubang masuk lalat (Hasyim, dkk., 2016). Dibuat lubang kecil pada

bagian tengah botol sebagai tempat peletakkan kapas dengan cara

digantungkan menggunakan kawat, kemudian 1.5 ml metil eugenol di

teteskan ke kapas menggunakan jarum suntik volume 5 ml

3. Pemasangan Perangkap dan Pengumpulan

Perangkap di pasang dan diamati per dua jam sekali yaitu pada pukul

06.00-08.00, 08,00-10.00, 10.00-12.00, 12.00-14.00, 14.00-16.00,

16.00-18.00 WIB sehingga terdapat enam kali pengamatan dalam satu

hari.

Perangkap diambil dari ajir dengan lubang masuk pada perangkap

ditutup dengan kain tile agar lalat tidak dapat keluar kemudian di ganti

dengan perangkap yang baru. Lalat yang terperangkap diambil dan

dimasukkan kedalam kain tile dengan Panjang 80 cm dan diameter 30

cm, dilakukan penyemprotan insektisida Sangit 50 EC. Setelah lalat

mati maka dimasukkan ke dalam stoples yang telah berisi alkohol 70%

secukupnya kemudian di beri label sesuai dengan waktu dan hari

12
pengamatan dan di identifikasi menggunakan kaca pembesar dan buku

kunci identifikasi “The Australian Handbook For The Identificationof

Fruit Flies Version 3.1”.

E. Parameter Pengamatan

1. Jumlah Tangkapan

Aktivitas harian lalat berlangsung mulai pagi hingga sore hari sehingga

pengamatan dilakukan mulai dari pukul 06.00 sampai pukul 18.00 wib

dengan interval 2 jam selama 6 kali pengamatan per hari, sehingga dapat

di ketahui waktu yang optimum bagi lalat saat beraktivitas. Jumlah lalat

yang berhasil dihitung secara keseluruhan dan dinyatakan dalam

proporsi (%).

Pengamatan jumlah tangkapan lalat dilakukan selama 30 hari

2. Dinamika Dan Kelimpahan Populasi

Pehitungan dinamika populasi dilakukan sebagaimana pada metode

aktivitas harian, variabel penelitian adalah jumlah Bactrocera spp yang

terperangkap setiap 2 jam selama 6 kali pengamatan per hari. Dengan

data tersebut dinamika populasi Bactrocera spp selama 30 hari

pengamatan dapat diketahui, demikian juga dengan waktu terjadinya

puncak populasinya.

Menghitung kelimpahan lalat dilakukan setiap hari pada setiap sampel

perangkap, dengan rumus sebagai berikut :

jumlah spesies yang ditemukan dilokasi


Kelimpaℎan Populasi= x1
jumlah seluruh spesies yang terdapat dilokasi
00

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Astriyani, Ni Kadek N.K, Supartha, I.W, & Sudiarta, I.P. 2016. Kelimpahan
populasi dan persentase serangan lalat buah yang menyerang tanaman buah
buahan di Bali. J. Agric. Sci. Biotechnol. 5 (1), 19–27.
Butler, J. F., Garcia-Maruniak, A., Meek, F., & Maruniak, J. E. (2010). Wild
Florida house flies (Musca domestica) as carriers of pathogenic
bacteria. Florida Entomologist, 93(2), 218-223.
Butler, J. F., Garcia-Maruniak, A., Meek, F., & Maruniak, J. E. (2010). Wild
Florida house flies (Musca domestica) as carriers of pathogenic
bacteria. Florida Entomologist, 93(2), 218-223.
Ihsan, I. M. (2016). Pengaruh suhu udara terhadap perkembangan pradewasa lalat
rumah (Musca domestica). Jurnal Teknologi Lingkungan, 17(2),
Kementerian Kesehatan RI.,(2010),Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009.
Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan RI100-107.
Pickering, A. J., Ercumen, A., Arnold, B. F., Kwong, L. H., Parvez, S. M., Alam,
M., ... & Luby, S. P. (2018). Fecal indicator bacteria along multiple
environmental transmission pathways (water, hands, food, soil, flies) and
subsequent child diarrhea in rural Bangladesh. Environmental science &
technology, 52(14), 7928-7936.
Putri, Y. P. (2018). Taksonomi lalat di pasar induk Jakabaring kota
Palembang. Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, 15(2), 105-111.
Sanchez-Arroyo, H., & Capinera, J. L. (2017). House fly, Musca domestica
Linnaeus (Insecta: Diptera: Muscidae). IFAS Extension-University of
Florida.
Sanchez-Arroyo, H., & Capinera, J. L. (2020). House fly: Musca
domestica. Featured Creatures. Retrieved, 20.
Senthil-Nathan, S. (2020). A review of resistance mechanisms of synthetic
insecticides and botanicals, phytochemicals, and essential oils as alternative
larvicidal agents against mosquitoes. Frontiers in physiology, 10, 1591.
Sunarno. 2011. Ketertarikan Serangga Hama Lalat Buah terhadap Berbagai Papan
Perangkap Berwarna Sebagai Salah Satu Teknik Pengendalian. Jurnal
Agroforestri
Zarkani, A., & Miswarti, M. (2012). Teknik budi daya larva Hermetia illucens
(Linnaeus)(Diptera: Stratiomyidae) sebagai sumber protein pakan ternak
melalui biokonversi limbah loading ramp dari pabrik CPO. Jurnal
Entomologi Indonesia, 9(2), 49-49.

15

Anda mungkin juga menyukai