Anda di halaman 1dari 16

NAMA : JEKI AGENG UTAMI

NIM : 2013351027
PRODI : D4 SANITASI LINGKUNGAN
MATKUL : PARASITOLOGI

RESUME TENTANG EKTO PARASIT PADA MANUSIA


Ektoparasit (bahasa Yunani kuno: ecto- berarti di luar) adalah parasit yang
hidup di luar tubuh inangnya. Ektoparasit hidup di permukaan tubuh di
atau bagian-bagian lain sangat mudah dicapai. Caplak, kutu, pinjal, tungau,
lalat, dan nyamuk merupakan ektoparasit pada manusia dan hewan yang
sering ditemukan. Yang Beberapa jenis ektoparasit sebagai pengatur vektor
patogen (misalnya virus). Serangan ektoparasit (disebut infestasi) dalam
jumlah besar dapat menyebabkan anemia, mengganggu sistem imun, iritasi,
gangguan kulit, mengurangi berat badan, penyumbatan dan mendukung
proses infeksi sekunder pada inang yang ditempatinya

A. Pediculus humanus capitis


1. Pengertian Pediculus humanus capitis Pediculus humanus capitis
atau yang dikenal dengan kutu rambut merupakan ektoparasit
yang hidup pada kulit kepala manusia. Pada suhu 5°C kutu
dewasa dapat bertahan hidup dengan tidak makan selama
sepuluh hari, dan pada suhu 40°C semua ektoparasit dewasa
spesies Pediculus humanus capitis akan mati. Tetapi telurnya
masih dapat hidup selama 15 menit pada suhu 60°C. Pediculus
humanus capitis mudah ditularkan melalui hubungan langsung
antar individu atau melalui benda-benda pribadi yang
digunakan secara bersama-sama, seperti topi dan sisir
(Soedarto, 2011).

2. Klasifikasi Pediculus humanus capitis


Menurut (Sari, 2018) berikut ini adalah klasifikasi Pediculus
humanus
capitis :
Sub Ordo : Anoplura
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Phthiraptera
Famili : Pediculidae
Genus : Pediculus
Spesies : Pediculus humanus capitis

3. Morfologi Pediculus humanus capitis


Pediculus humanus capitis memiliki bentuk tubuh yang
memanjang dengan ujung posterior meruncing dan mempunyai
batas ruas yang jelas. Panjang badan dari Pediculus humanus
capitis antara 1-2 mm. Bagian kepala berbentuk ovoid yang
bersudut, sedangkan semua kakinya berukuran sama. Kaki
Pediculus humanus capitis terdiri dari 3 pasang yang pada
ujungnya
terdapat kait digunakan untuk melekatkan diri pada rambut
hospes. Antena terdiri dari 5 segmen dan terdapat satu pasang
mata yang kecil yang ada di belakang antena. Pediculus humanus
capitis mempunyai telur berwarna putih yang lonjong bentuknya
dan mempunyai penutup telur (operkulum). Telur dapat mlekat
erat pada rambut hospes karena berperekat. Seekor kutu betina
bertelur sebanyak 6 sampai 9 butir dalah satu hari (Soedarto,
2011). Kutu rambut jantan berukuran 2 mm, alat kelaminnya
berbentuk seperti huruf “V”. Sedangkan kutu rambut betina
berukuran 3 mm, alat kelaminnya berbentuk seperti huruf “V”
terbalik. Pada ruas abdomen terakhir mempunyai lubang kelamin
di tengah bagian dorsal dan 2 tonjolan genital di bagian lateral
yang memegang rambut selama melekatkan telur (Sari, 2018).

Gambar 1. Morfologi Pediculus humanus capitis dewasa


Keterangan gambar : A. Antena, B. Kuku tarus, C. Mata, D. Frons,
E. Tibia, F. Thorax, G. Spirakle, H. Segmen abdomen, I. Lempeng
pelarut dengan partikel abdomen.
Gambar 2. Pediculus humanus capitis betina dan jantan
4. Siklus Hidup Pediculus humanus capitis

Siklus hidup Pediculus humanus capitis mempunyai metamorfosis


yang tidak lengkap (incomplete metamorphosis). Telur akan
menetas menjadi nimfa dalam waktu 5-10 hari sesudah
dikeluarkan oleh induk Pediculus humanus capitis. Sesudah
mengalami 3 kali pergantian kulit, nimfa akan berubah menjadi
kutu rambut dewasa dalam waktu 7-14 hari. Pediculus humanus
capitis dapat hidup sampai 40 hari lamanya pada badan hospes
(Soedarto, 2011)
5. Gejala Klinis Akibat Pediculus humanus capitis
Pediculus humanus capitis hidup dengan menghisap darah
manusia dan dapat menyebabkan lesi pada kulit. Keberadaan kutu
rambut sangat mengganggu aktivitas manusia karena dapat
menyebabkan rasa gatal pada kepala. Hal ini menyebabkan
penderita menggaruk-garuk kepalanya sehingga menyebabkan
infeksi. Pada kondisi infeksi berat, ditemukan adanya eksudat
nanah akibat dari luka gigitan yang meradang (Saraswati, 2017).
Gigitan Pediculus humanus capitis juga menyebabkan
terbentuknya papul berwarna merah yang terasa sangat gatal,
disertai pembengkakan kulit yang berair. Garukan kulit dapat
menimbulkan infeksi sekunder yang menyebabkan timbulnya
pustula dan krusta. Diagnosis pasti dapat dilakukan jika dapat
ditemukan parasit dewasa atau telurnya (Soedarto, 2011).

B. Eksoskeleton (Kitin)
Filum arthropoda memiliki kerangka luar yang keras disebut
eksoskeleton (Auliyawati. E, 2013). Eksoskeleton merupakan
pembungkus yang memiliki tekstur keras pada permukaan seekor
hewan atau serangga (kutu) yang tersusun oleh kitin (Patmawati,
2015). Eksoskeleton tersusun atas tiga lapisan meliputi lapisan
pelindung yang bersifat tahan air (waterproff), epikutikula yang
berfungsi sebagai tempat disintesisnya protein, prokutikula yang
merupakan tempat disintesisnya kitin (Mahgiani, 2008). Delapan
puluh persen penyusun eksoskeleton adalah zat yang bernama
kitin yang berikatan dengan protein (Iswara, 2017). Kitin adalah
senyawa amino polisakarida berbentuk polimer gabungan. Kitin
biasanya banyak ditemukan dalam keadaan bergabung dengan
protein, mineral dan berbagai macam pigmen. Kitin bersifat tidak
larut dalam air atau pelarut organik biasa (Damanik, 2011).
Serangga dan anggota lain dari filum Arthropoda mengeluarkan
senyawa organik ini dari dalam epidermisnya untuk membentuk
kerangka luar (eksoskeleton) yang bersifat non sel, dan
merupakan lapisan mati. Kitin terdapat pada bagian kaki
(penopang jalan), lensa mata, organ indera, organ kelamin, perut
dan rahang penggigit (Baety, 2018).
B. Xenopsylla cheopis
Xenopsylla cheopis merupakan pinjal yang sering dijumpai pada
tikus hidup di daerah tropis secara taksonomi termasuk dalam Filum
Arthropoda, Kelas Insekta, Ordo Siphonaptera, Family: Pulicidae
Ciri-ciri xenopsylla cheopis ,Tidak bersayap, Kaki sangat kuat dan
panjang, berguna untuk meloncat, Mempunyai mata tunggal, Tipe
menusuk don mengisap, Segmentasi tubuh tidak jelas (batas antara
kepala - dada tidak jelas) Ektoparasit pada hcwan berdarah panas
(mamalia burung.dll), Ukurant 1,5-3,3mm
A. Morfologi
Telur
 Berwarna putih berkilat, melekat pada bulu-bulu
perumah atau pada sarang.
 Dikeluarkan setelah 2 hari makan darah.
 Dewasa betina mengeluar kan 600 biji telur sepanjang
hayat.
 Telur dikeluarkan satu persatu dalam kumpulan
 Telur menetas diantara 2 hari-2 minggu ber gantung
kepada persekitaran
 Optmal pada suhu 18-35°C dan kelembapan bandin gan
70-80%
 Larva keluar dan kulit telur dengan memecahkan kulit
menggunakan duri hadapan yang digelar duri penetas.
B. Habitat Xenopsylla cheapis
sering dijumpai pada tikus hidup di daerah tropis dan dalam
lingkungan yang hangat di seluruh dunia. Hots tetap dari kutu
tikus ini adalah hewan pengerat, primata dan kadang-kadang
manusia Tetapi yang paling umum, host kutu imi adalah pada
tikus besar cokelat Xenopslla cheopis biasanyadijumpai pada
daerah tropikal dan subtropikal. Xenopsylla cheopis jarang
ditemukan di daerah dingin sejakmemertukan ildim
tropikal/subtropikal untuk kutu tersebar merata di kota besar.
Kutu adalah parasit yang menggelikan mereka tinggal di sarang
daripada hostnya Pakuian dan kasur adalah rumah yang
senpurna untuk kutu-kutu ini Kutu hanya menyerang host-nya
letika kutu tersebut menghisap darah di lin waktu mereka akan
hlup bets padahost-nya Nenopeylla cheapassuka bersembunyt
dicelah celah rambut. bukuhewan, kawasan berpasir, dan
dicelah retakan dinding
C. Metamorfosis
Metamorfosis yang dimiliki oleh Xenopsylla cheopis adalah
metamorfosis sempurna yaitu: Telur - larva - pupa- dewasa

Xenopsylla cheapis bertelur 300-400 butir selama hidupnya.


Kutu betina meletakkan telur diantara rambut maupun di sarang
tikus. Telur menetas dalam waktu 2 hari sampai beberapa minggu,
tergantung suhu dan kelembaban. Telur menetas menjadi larva,
kadang- kadang larvaterdapat di lantai, retak-retak pada dinding,
permadani, sarang tikus, dit Larva-larvahidup dari segala macam sisa-
sisa organik dan mengalami 3 kali pergantian kulit, berubah menjadi
pupa (dibungkus dengan kokon pasir dan sisa sisakotoran lain] lalu
menjadi kutu. Dalam waktu 24 jam kutu sudah mulai menggigit dan
menghisap darah
Kutu, sama halnya dengan serangga holometabolus,
mempunyali siklus hidup empat bagian terdiri dari telur, larva, pupa,
dan dewasa. Telur dilepaskan oleh kutu betina di lingkungan. Telur
menetas menjadi larva sekitar 3-4 hari dan makanannya berasal dari
reruntuhan organik di lingkungannya. Larva nantinyaakan menjadi
pupa Tingkatan ntuk menjadi larva kemudian pupa yang sempurna
membutuhkan waktu sekitar 3-4 minggu. Sesudah itu, menjadi
dewasa dari bentuk pupa, dan mencari dar ah panas dari host untuk
makanan darah Telur biasanya diletakkan di reruntuhat, tidak pada
hewan. Telur menetas setelah kira kira 5 hari (jaraknya 214 hari
tergantung kondisi lokal) Larva yang muncul menghindari cahaya dan
makan dengan aktif pada reruntuhan organik dan dapat juga makan
pada manusia atau hewan panjang dan tingkatan larva tergantung
dari kondisi local hal penting dari faktor lingkungan adalah
kelembabpan dan Larva dapat mati jika keluar dari jarak batas.
Setelah masanya dapat melehihi 200haru larva pupa dengan dewas
mu setelah sekitar 14 hari Kebanyakan kutu dapat muncul telambat
jika mereka tidak menemukan host yang cocok
D. Stuktur Tubuh Xenopsylla Cheopis Struktur tubuh Kutu tikus
oriental tidak memiliki sisir ginjal atau pronotal, Karakteristik
ini dapat digunakan untuk membedakan kutu tikus oriental
dari kutu kucing, kutu anjing, dan kutu lainnya.
E. Siklus hidup Xenopsylla Cheopis
 Pinjal bertelur 300-400 butir selama hidupnya, Pinjal
betina meletakkan telur diantara rambut maupun di
sarang tikus, Telur menetos dalam waktu 2 hari sampai
beberapa minggu, tergantung suhu dan kelembaban.
 Larva-larva hidup dari segala macam sisa-sisa organik
dan mengalami 3 kali pergantian kulit, berubah menjadi
pupa (dibungkus dengan kokon pasir dan sisa-sisa
kotoran lain), lalu menjadi pinjal. Dalam waktu 24 jam
pinjal sudah mulai menggigit dan mengisap darah.
F. Penyakit akibat xenopsylla cheopis
1. Pes
Pes Penyakit pes dapat ditularkan langsung maupun tidak
langsung. Proses terjadi Penyakit pes ketika tikus yang
terinvestasi pinjal (terinfeksi Yersinia pestis) mati, kemudian
pinjal positif Yersinia pestis itu akan scgera meninggalkan
tikus dan menggigit orang sehat.

a. Tanda - Tanda Gejala Pes Pada umumnya, terdapat 2 tipe


penyakit pes, yaitu pes bubo dan pes pneumonik.
1. Pes Bubo Pes Bubo merupakan penyakit yang
mempunyai gejala demam tinggi, tubuh dingin,
menggigil, nyeri otot, sakit kepala hebat, dan ditandai
dengan pembengkakan kelenjar getah bening di
pangkal paha, ketiak dan Leher (bubo), Pada
pemeriksaan cairan bubo di laboratoriun ditemukan
kuman pes (Yersinis pestis).
2. Pes Pneumonik Pes pneumonik adalah penyakit yang
mempunyai ge jala batuk secara tiba-tiba dan keluar
dahak, sakit dada, sesak nafas, demam, muntah
darah. Pada pemeriksaan sputum atau usap
tenggorok ditemukan kuman pes (Yersinis pestis), dan
apabila diperlukan dilakukan pemeriksaan darah
untuk menemukan zat antinya.
b. Cara Mendiagnosis Penyakit Pes
Dokter akan mulai dengan pemeriksaan fisik yang
meliputi: Mengambil sampel cairan dari dalam bubo
dengan menggunakan jarum suntik untuk menilai adanya
bakteri, Mengambil sampel darah untuk menilai adanya
bakteri, Mengambil sampel cairan dari saluran
pernapasan dengan menggunakon metode endoskopi.
c. Cara Mencegah Penyakit Pes
Membasmi hewan pengerat yang tinggal di dalam rumah
Bersihkan hewan peliharaan secara teratur untuk
mencegah kutu tumbuh dan berkembang biak Gunakan
sarung tangan ketika menyentuh hewan yang terinfeksi
Gunakan produk anti serangga untuk menghindari
gigitan kutu
d. Cara Mengobati Penyakit Pes
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan
penyakit pes adalah dengan antibiotik untuk melawan
infeksi dan mencegah penyebaran penyakit, berupa
gentacimin, doxycydine, ciprofloxacin, atau levofloxacin.
C. Sarcoptes scabiei

a. Sejarah
Skabies adalah penyakit kuno yang telah lama dikenal, sekitar
2500 tahun terakhir. Kata skabies berasal dari bahasa Latin
scabere yang berarti menggaruk karena gejala utama skabies
adalah rasa gatal hebat sehingga penderita sering menggaruk.
Hieroglif dan bukti-bukti arkeologi Mesir menunjukkan bahwa
skabies telah menginfestasi manusia sejak berabad-abad yang
lalu.
• S.scabiei dideskripsikan dalam risalah ilmiah pada
tahun 1100 SM, namun kaitannya dengan penyakit kulit baru
terungkap 500 tahun kemudian. Aristoteles (384-322 SM)
adalah orang pertama yang mengidentifikasi tungau penyebab
skabies dan menyebutkan sebagai lice in the flesh.
• Kepustakaan tertua menyatakan orang pertama yang
menguraikan skabies adalah Aboumezzan Abdel Malek ben
Zohar14 yang lahir di Spanyol pada tahun 1070 dan wafat di
Maroko pada tahun 1162. Dokter tersebut menulis sesuatu
yang disebut soab yang hidup di kulit dan menimbulkan gatal.
Bila kulit digaruk muncul hewan kecil yang sulit dilihat dengan
mata telanjang.

b. Scabies
merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (kutu
kecil) yaitu Sarcoptes scabiei var hominis. Penyakit tersebut
merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di
wilayah beriklim tropis dan subtropis. Jumlah penderita skabies
di dunia lebih dari 300 juta setiap tahun dengan angka yang
bervariasi di setiap negara.cabies
c. Epidemiologi
Di Indonesia skabies disebut penyakit kudis, gudik, atau buduk.
Skabies memiliki hubungan erat dengan kebersihan personal
dan lingkungan tempat tinggal .
Wabah skabies sering dijumpai di lingkungan padat penghuni
dengan kontak kulit yang erat dan lama seperti di tempat
penitipan anak, panti asuhan, tempat perawatan orang usia
lanjut, penjara, pengungsian, dan pesantren bahkan di rumah
sakit.

d. Siklus Hidup Sarcoptes scabiei


• Metamorfosis S.scabiei yaitu:
telur – larva – nimfa - dewasa.
Infestasi dimulai ketika tungau betina gravid berpindah dari
penderita skabies ke orang sehat. Tungau betina dewasa
berjalan di permukaan kulit dng kecepatan 2,5cm per menit
mencari tempat menggali terowongan. Setelah menemukan
lokasi yang sesuai, tungau menggunakan ambulakral
melekatkan diri di permukaan kulit membuat lubang di kulit
dengan menggigitnya. Selanjutnya tungau masuk ke dalam
kulit dan membuat terowongan sempit dengan permukaan
yang sedikit terangkat dari kulit
e. Siklus Hidup Sarcoptes scabiei

f. Penularan Skabies
Skabies dapat ditularkan secara langsung dan tak langsung.
Cara penularan melalui kontak langsung antar individu saat
tungau sedang berjalan di permukaan kulit. Kontak langsung
adalah kontak kulit ke kulit yang cukup lama misalnya pada
saat tidur bersama. Kontak langsung jangka pendek misalnya
berjabat tangan dan berpelukan singkat tidak menularkan
tungau. Skabies lebih mudah menular secara kontak langsung
dari orang ke orang yang tinggal di lingkungan padat dan
berdekatan seperti di panti jompo, panti asuhan, pesantren
dan institusi lain dimana penghuninya tinggal dalam jangka
waktu lama.
• Penularan tidak langsung terjadi melalui kontak dalam
durasi yang lama dengan seprei, sarung bantal dan guling,
pakaian, selimut, handuk dan perabot rumah tangga lainnya
yang terinfestasi S.scabiei. Penularan tidak langsung bergantung
pada lama tungau dapat bertahan hidup di luar tubuh hospes
yang variasinya bergantung pada temperatur dan kelembaban.
Pada barang-barang yang terinfestasi, S.scabiei dapat bertahan
2-3 hari pada suhu ruangan dengan kelembaban 30%. Semakin
tinggi kelembaban semakin lama tungau bertahan.

g. Diagnosis

• Gejala klinis yang khas adalah keluhan gatal hebat pada


malam hari (pruritus nokturna) atau saat udara panas dan
penderita berkeringat. Erupsi kulit yang khas berupa
terowongan, papul, vesikel, dan pustul di tempat predileksi.
Diagnosis Klinis
1. Pruritus nokturna
2. Terdapat sekelompok orang yang menderita penyakit
yang sama, misalnya dalam satu keluarga atau di pemukiman
atau di asrama.
3. Terdapat terowongan, papul, vesikel atau pustul di
tempat predileksi yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola
mamae (perempuan), umbilikus, bokong, genitalia eksterna
(laki-laki), dan perut bagian bawah. Perlu diingat bahwa pada
bayi, skabies dapat menginfestasi telapak tangan dan telapak
kaki bahkan seluruh badan.
4. Menemukan tungau pada pemeriksaan laboratorium.
h. Pengobatan Skabies
Prinsip pengobatan skabies adalah menggunakan skabisida
topikal diikuti dengan perilaku hidup bersih dan sehat baik
pada penderita maupun lingkungannya. Syarat skabisida ideal
adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak toksik
atau menimbulkan iritasi, tidak berbau, serta tidak
menimbulkan kerusakan atau mewarnai pakaian, dan mudah
diperoleh

Anda mungkin juga menyukai