Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KELOMPOK 4.

NON SOIL TRANSMITTED HELMINTH (TRICHINELLA SPIRALIS)


ANGGOTA :
1. FIRDA LUTHFI AZZAHRA
2. NUR HAJIZAH KOMALA TUNGGA
3. NURMALA MUZARETA
4. RISKA AMELIA
5. RISKI SALSABILLA
6. SANIA KASTURI
7. TEGAR DEANDRA PUTRA
8. UTARI WULANDARI
9. VIVI INDRIYANI
10. WAHYU WIDHI ASTUTI
MATKUL : PARASITOLOGI LINGKUNGAN
PRODI : SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN

NON SOIL TRANSMITTED HELMINTH


TRICHINELLA SPIRALIS

Non-Soil Transmitted Helminth, yang merupakan nematoda usus yang dalam siklus
hidupnya tidak membutuhkan tanah. Ada 3 jenis spesies yang termasuk kelompok ini, yaitu :
Enterebius vermicularis (cacing kremi) menimbulkan enterobiasis dan Trichinella spiralis
dapat menimbulkan Trichinosis serta yang paling baru ditemukan yaitu Cappilaria
phillipinensis.

MENGENAI TRICHINELLA SPIRALIS


Trichinella spiralis merupakan salah satu jenis nematoda/cacing giling. Cacing
Trichinella spiralis jantan dewasa berukuran 1,4-1,6 mm x 0,06 mm. sedangkan cacing betina
berukuran lebih panjang, dapat mencapai 4 mm. pada ujung posterior cacing jantan terdapat
dua buah papil yang membedakan bentuknya dengan cacing betina. Cacing betina tidak
bertelur melainkan melahirkan larva (Vivipar). Larva cacing berukuran sampai 100 l, namun
dalam otot hospes umumnya larva terdapat dalam bentuk kista.
Menurut Muraray 2004 spesies Trichinella spiralis ada 8 spesies, yaitu :
1. Trichinella spiralis (T1)
Pada babi, kuda, serigala, babi hutan, beruang.
2. Trichinella natifah (T2) pada kuda, beruang, ikan paus.
3. Trichinella britovi pada kuda, babi hutan, babi.
4. Trichinella psidospiralis (T4) pada burung , mamalia, omnivora (tidak
membentuk kapsul).
5. T5 pada beruang.
6. T6 pada beruang.
7. Trichinella nelsoni (T7) pada binatang pemakan daging (karnivora) si Afrika
tropis.
8. T8 pada singa, di Afrika Selatan.
Trichinella spiralis menyebabkan penyakit trichinosis, trikinelosis, dan trikiniasis.
Selain menginfeksi manusia, cacing ini juga menginfeksi mamalia lain seperti tikus, kucing,
anjing, babi, beruang, dan lain-lain. Produk daging babi merupakan sumber potensial
manusia tertular trichinosis. Cina melaporkan adanya penyakit ini pada manusia bukan hanya
karena mengkonsumsi daging babi, namun juga daging domba dan sapi.
Rodent (hewan pengerat) terbukti sebagai sumber trichinosis dari babi.
Trichinella spiralis biasanya ditemukan di timbunan tikus yang mati di rumput
makanan ternak. Babi maupun ternak lain dapat terinfeksi karena memakan rumput yang
terkontaminasi trichinella spiralis. Manusia mempunyai risiko tertular pada saat penanganan
rumput di peternakan. Hasil penelitian laboratorium oleh L Oivanen at.al, Trichinella spiralis
mampu bertahan dalam bangkai tikus selama 4 minggu, 2 minggu kemudian hanya
ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil atau berkurang. Setelah 6 minggu, pada daging
tikus yang telah membusuk tidak ditemukan adanya Trichinella spiralis. Sumber lain
menyebutkan bahwa pada keadaan alami, siklus hidup cacing ini dapat berlangsung diantara
kelompok tikus yang kanibalis. Babi juga dapat terinfeksi akibat makan sampah yang
mengandung daging tikus mati.
Infeksi pada manusia dimulai dengan memakan daging babi, beruang, singa laut
(walrus) atau daging mamalia lainnya (karnivora dan omnivora), baik yang mentah atau
dimasak secara tidak sempurna. Daging tersebut mengandung kista berisi larva infektif yag
masih hidup. Setelah kista masuk ke dalam lambung, terjadi ekskistasi dan larva yang keluar
kemudian masuk kedalam mukosa usus menjadi dewasa. Pada hari ke 6 setelah infeksi,
cacing betina mulai mengeluarkan larva motil. Pengeluaran larva ini berlangsung terus
hingga sekitar 4 minggu. Jumlah larva yang dihasilkan dapat mencapai 1350-1500 ekor.
Larva-larva ini kemudian bergerak ke pembuluh darah, mengikuti aliran darah dan limfe
menuju jantung dan paru-paru, akhirnya menembus otot. Otot-otot yang sangat aktif akan
terinvasi, termasuk diafragma, otot laring, rahang, leher dan tulang rusuk, biceps,
gastronemius, dan lain-lain.

JALUR MASUK TRICHINELLA SPIRALIS


Pintu masuk dari cacing ini adalah melalui mulut manusia dan pintu keluarnya
adalah melalui anus. Cacing ini masuk ke dalam tubuh hospes melalui makanan yang
terkontaminasi cacing tersebut. Cacing tersebut kemudian berkembang biak dan keluar
melalui anus dalam bentuk feses.
PENYAKIT YANG DISEBABKAN TRICHINELLA SPIRALIS DAN ETIOLOGINYA
Trichinosis, trikinelosis, dan trikiniasis.
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Trichinella spiralis. Host dapat terkena
penyakit ini jika memakan daging mentah atau kurang matang dari hewan yang terinfeksi
Trichinella spiralis. Kasus yang banyak terjadi yakni trichinosis yang disebabkan dari
konsumsi daging babi atau pemasakan dengan mencampurkan daging sapi dan daging babi
yang terinfeksi Trichinella spiralis.
Gejalanya antara lain keram perut, diare, mudah lelah, mual, muntah, nyeri pada otot,
sakit kepala, dll. Pengobatan nya antara lain dengan obat antiparasit (obat cacing), obat
pereda nyeri.
KAITAN DENGAN TEORI JOHN GORDON
Teori John Gordon atau disebut juga teori Epodemiologic Triangle meynyebutkan
bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh 3 faktor utama, Host
(pejamu), agent (agen), dan environtment lingkungan. Gordon berpendapat bahwa :
1. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agnet (penyebab) dan
manusia (host)
2. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan
host (baik individu/kelompok)
3. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi
tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan
(lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis)
Pejamu (host) adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat
memengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit. Bibit penyakit (agent) adalah suatu
subtansi tertentu yang keberadaannya atau ketidakberadaannya diikuti kontak efektif pada
manusia dapat menimbulkan penyakit atau memengaruhi perjalanan suatu penyakit.
Environment (lingkungan) adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia yang
memengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.
Pada kasus Trichinella spiralis, cacing ini dapat tersebar karena adanya bangkai
tikus yang terbengkalai atau lingkungan yang kurang bersih. Bangkai tikus yang tidak
dibuang jauh dari pemukiman manusia akan menyebarkan cacing Trichinella spiralis ke
pemukiman tersebut. Cacing ini dapat masuk ke dalam tubuh hewan ternak apabila hewan
tersebut memakan pakan ternak yang terkontaminasi Trichinella spiralis. Manusia juga dapat
terjangkit cacing ini secara langsung apabila tanpa sengaja melakukan kontak dengan bangkai
atau pakan ternak yang terkontaminasi Trichinella spiralis, selain itu cacing ini juga dapat
masuk ke tubuh manusia jika manusia memakan daging ternak yang telah terkontaminasi
cacing Trichinella spiralis.
Kaitan teori John Gordon dengan hal ini yaitu berkenaan tentang menjaga
keseimbangan antara host, agent, dan environment. Apabila lingkungan tempat host
terganggu (tidak dijaga kebersihannya, semacam membiarkan bangkai tikus terbengkalai di
dekat pemukiman) maka hal tersebut akan berdampak pada keseimbangan host dan agent
disekitarnya.
GAMBARAN PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH TRICHINELLA SPIRALIS
DI INDONESIA
Di seluruh dunia, sekitar 10.000 infeksi terjadi dalam setahun. Setidaknya 55
negara termasuk Amerika Serikat, Cina, Argentina, dan Rusia baru-baru ini
mendokumentasikan kasus-kasus tersebut. Meskipun penyakit ini menyerang daerah tropis,
penyakit ini lebih jarang ditemukan disana. Tingkat Trichinosis di amerika serikat telah
menurun sekitar 400 kasus pertahun pada 1940-an menjadi 20 atau kurang per tahun pada
2000-an. Risiko kematian akibat infeksi ini rendah. Data tentang kasus trichinellosis pada
manusia dan hewan di Indonesia masih sangat terbatas.

Sumber :
Program pemberantasan penyakit menular. Dr Oksfriani Jufri Sumampouw, M.Kes. 2017
Trichinella spiralis, cacing yang menginfeksi otot. Novia tri astuti.

Anda mungkin juga menyukai