Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena petunjuk serta hidayah-Nya
lah makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Shalawat serta salam tercurahkan kepada
junjungan kita nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, semoga kita
mendapat syafaatnya di Yaumul Akhir nanti.
Penyusun berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat serta wawasan baru bagi
setiap orang yang membacanya dan untuk kedepannya agar dapat menambah atau
memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Dalam menyusun makalah ini tentu terdapat kesalahan dan kekurangan baik segi
pengetahuan maupun segi penulisan. Karena kami masih dalam proses pembelajaran dan
kemampuan saya masih terbatas, untuk itu saya sebagai penyusun mengharapkan agar dapat
diberikan koreksi, kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kepentingan bersama.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB 1....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.3 Tujuan....................................................................................................................................3
BAB 2....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
2.1 E. Vermicularis (Cacing Kremi)..................................................................................................4
2.1.1 Siklus hidup dan morfologi...................................................................................................5
2.2 Penyebab Penyakit Cacingan.......................................................................................................7
2.3 Hubungan dengan triangle epidimologi.......................................................................................8
2.3.1 Sanitasi Tempat Tidur Anak.................................................................................................8
2.3.2 Personal Higiene Anak.........................................................................................................9
2.3.3 Keberadaan Telur Cacing Pada Tempat Tidur Anak...........................................................11
2.4 Pintu keluar masuk enterobius vermicularis..............................................................................11
2.5 Gambaran di Indonesia..............................................................................................................12
BAB 3..................................................................................................................................................14
PENUTUP...........................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................14
3.2 Saran..........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15
ii
BAB 1
PENDAHULUA
N
1
macam penyakit menular. Personal hygiene tersebut meliputi cuci tangan
dengan air mengalir dan sabun cuci tangan setelah beraktivitas dengan bahan
atau alat yang kotor, sebelum makan, setelah buang air besar, mandi dua kali
sehari, mencuci pakaian dengan bersih, memotong kuku sependek mungkin,
dan lain sebagainya (Howard, Guy. 2002). Kebersihan tangan dan kuku
merupakan faktor penting untuk mengurangi penularan atau infeksi langsung
pada individu tersebut. Seseorang terinfeksi Enterobius vermicularis dengan
menelan telur Enterobius vermicularis secara tidak sengaja. Kontaminasi
langsung dari anus ke jari-jari tangan sering terjadi pada anak-anak.
Household sanitary yang buruk juga menjadi pemicu infeksi cacing
Enterobius vermicularis. Household sanitary tersebut meliputi kondisi
lingkungan tempat tinggal, kebiasaan membersihkan tempat tinggal dan
kebiasaan berbagi kamar dan tempat tidur dengan anggota keluarga atau
kerabat (Chen, Yen, Hwang. 2016). Enterobius vermicularis yang menempel
pada pakaian kotor atau perabotan rumah juga sering menimbulkan infeksi
akibat terhirup oleh orang- orang disekitar (Park, Jae-Hwan; Han, Eun-Taek;
Kim, Won-Hee et al. 2005). Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh merupakan
salah satu pondok pesantren di Kota Malang yang dihuni oleh santri dari
anak-anak hingga remaja. Para santri menginap di kamar yang disediakan
oleh pengurus pondok yang dihuni oleh lebih dari 20 santri selama satu
semester masa pembelajaran. Dalam setiap kamar hanya disediakan lemari
pakaian dan tempat tidur bertingkat. Satu spons terkadang digunakan oleh
dua orang santri untuk tidur atau sekedar berbincang-bincang sambil
mengerjakan tugas. Kebersihan pribadi dari tiap santri dan lingkungan
asrama mereka yang tampak renda
2
dapat menimbulkan beberapa penyakit yang mudah menyebar dalam suatu
kelompok.
Atas dasar tersebut diatas dilakukan penelitian hubungan antara personal
hygiene dan household sanitary terhadap infeksi Enterobius vermicularis
Santri Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh.
1.3 Tujuan
BAB 2
PEMBAHASAN
3
2.1 E. Vermicularis (Cacing Kremi)
Phylum : Nematoda
Kelas : Plasmidia
Ordo : Rhabditia
Genus : Enterobius
4
panjang 2 -5 mm, lebar 0,1 – 0,2 mm dan mempunyai ujung kaudal yang
melengkung.14 (lihat gambar 2.1)
5
Kadang-kadang cacing betina dapat bemigrasi ke vagina.
Diperkirakan juga bahaya setelah meletakkan telur-telurnya, cacing betina
kembali masuk ke dalam usus; tetapi hal ini belum terbukti. Kadang-
kadang apabila bolus tinja keluar dari anus, cacing dewasa dapat melekat
pada tinja dan dapat ditemukan dipermukaannya. Untuk diagnosis infeksi
ini, cacing dewasa dapat di ambil dengan pita perekat. Meskipun telur
biasanya tidak diletakkan di dalam usus, beberapa telur dapat ditemukan di
dalam tinja. Telur tersebut menjadi matang dan infektif dalam waktu
beberapa jam.15 Telur cacing kremi tampak seperti bola tangan (American
Football) dengan satu sisi mendatar. Bentuknya lonjong, bagian lateral
tertekan, datar di satu sisi dan berukuran panjang 50-60µm, lebar 20-
30µm.16
Manusia Lingkungan
Luar
Telur Menetas Di Anus Telur Infektif
6
Beberapa gejala karena infeksi cacing Enterobius vermicularis yaitu kurang nafsu
makan, berat badan turun, dan insomnia. Migrasi dari cacing menyebabkan reaksi
alergi di sekitar anus dan pada malam hari menyebabkan gatal nokturnal (pruritus ani)
4) Diagnosis
Dianosis ditegakkan dengan menemukan telur dan cacing dewasa. Telur cacing dapat
7
berpindah ke organ lain termasuk paru-paru. Jenis cacing yang
menginfeksi manusia lainnya adalah cacing pita. Cacing ini dapat kita
temukan pada babi atau sapi. Berbentuk pipih panjang seperti pita,
cacing ini bisa ditemukan pada daging yang tidak dimasak dengan
proses yang sempurna. (Juliansyah, 2012).
A.AGENT
Agent merupakan penyebab penyakit, dapat berupa makhluk hidup maupun
tidak hidup. Agent penyakit cacingan ini tentu saja adalah cacing.
B.HOST
Host atau penjamu ialah keadaan manusia yang sedemikan rupa sehingga
menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Manusia merupakan satu-
satunya host bagi E. vermicularis. Manusia terinfeksi bila menelan telur
infektif. Telur akan menetas di dalam usus dan berkembang menjadi dewasa
dalam caecum, termasuk appendix (Mandell et al., 1990). Faktor penjamu yang
biasanya menjadi faktor untuk timbulnya suatu penyakit sebagai berikut:
•Umur
Anak-anak lebih rentan terkena penyakit cacingan. Data departemen kesehatan
(1997) menyebutkan, prevalensi anak usia SD 60 – 80% dan dewasa 40 – 60%
(Kompas, 2002). Cacing ini sebagian besar menginfeksi anak-anak, meski tak
sedikit orang dewasa terinfeksi cacing tersebut. Semua umur dapat terinfeksi
cacing ini dan prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak.
•Jenis Kelamin
Prevalensi menurut jenis kelamin sangat erat hubungannya dengan pekerjaan
dan kebiasaan penderita. Distrik Mae Suk, Provinsi Chiangmai Thailand
ditemukan anak laki-laki lebih banyak yaitu sebesar 48,8% dibandingkan dengan
anak perempuan yang hanya 36,9% pada umur 4,58 ± 2,62 tahun (Chaisalee et
al., 2004). Sedangkan di Yogyakarta infeksi cacing lebih banyak ditemui pada
penderita laki-laki dibandingkan penderita perempuan.
•Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri
Penyakit ini sangat erat hubungannya dengan keadaan sosial-ekonomi,
kebersihan diri dan lingkungan. Tingkat infeksi kecacingan juga dipengaruhi
oleh jenis aktivitas atau pekerjaan. Semakin besar aktivitas yang berhubungan
atau kontak langsung dengan lingkungan terbuka maka semakin besar
kemungkinan untuk terinfeksi. Selain itu, prevalensi kecacingan yang
berhubungan dengan status ekonomi dan kebersihan lingkungan diteliti di
Cirebon, Jabar. Ternyata prevalensi kecacingan semakin tinggi pada kelompok
sosial ekonomi kurang dan kebersihan lingkungan buruk, dibandingkan
kelompok sosial ekonomi dan kebersihan lingkungan yang sedang dan baik
(Tjitra, 1991).
C. ENVIRONMENT
8
Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang terjadinya
penyakit cacingan. Hal ini karena faktor ini datangnya dari luar atau biasa
disebut dengan faktor ekstrinsik. Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi:
Lingkungan Fisik
Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah yang berwujud geogarfik dan
musiman. Lingkungan fisik ini dapat bersumber dari udara, keadaan tanah,
geografis, air sebagai sumber hidup dan sebagai sumber penyakit, Zat kimia
atau polusi, radiasi, dll.
Infeksi cacing terdapat luas di seluruh Indonesia yang beriklim tropis, terutama
di pedesaan, daerah kumuh, dan daerah yang padat penduduknya. Cacingan
merupakan penyakit khas daerah tropis dan subtropis , dan biasanya meningkat
ketika musim hujan. Pada saat tersebut , sungai dan kakus meluap, dan larva
cacing bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh manusia. Larva cacing yang
masuk ke dalam tubuh perlu waktu 1-3 minggu untuk berkembang.
Lingkungan Sosial Ekonomi
Yang termasuk dalam faktor lingkungan soial ekonomi adalah sistem ekonomi
yang berlaku yang mengacu pada pekerjaan sesorang dan berdampak pada
penghasilan yang akan berpengaruh pada kondisi kesehatannya. Selain itu juga
yang menjadi masalah yang cukup besar adalah terjadinya urbanisasi yang
berdampak pada masalah keadaan kepadatan penduduk rumah tangga, sistem
pelayanan kesehatan setempat, kebiasaan hidup masyarakat, bentuk organisasi
masyarakat yang kesemuanya dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan
terutama munculnya bebagai penyakit cacingan.
9
waktunya dihabiskan untuk tidur selama 5-8 jam dalam sehari di tempat
tidur, apalagi jika masih anak-anak tentu lebih lama lagi waktunya bisa
sampai 10-12 jam dalam sehari.22Oleh karena itu sudah seharusnya
sebagai orangtua untuk selalu memperhatikan kebersihan anak dan
lingkungan agar terhindar dari berbagai macam penyakit.23
10
yang mengandung telur melakukan migrasi keluar melalui anus pada
malam hari, kemudiaan bertelur di daerah perianal dan perineum. Telur ini
sebagian menempel pada pakaian dalam dan telur tersebut akan menjadi
infekti dalam waktu enam jam.
Kuku adalah bagian tubuh yang terdapat atau tumbuh di ujung jari. Kuku
tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian
terbentuk saat mulai tumbuh dari ujung jari. Merawat kuku merupakan
salah satu aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena
berbagai kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab
itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Dan perawatan
kuku juga mempengaruhi pertumbuhan kuku. Pertumbuhan kuku jari
tangan dalam satu minggu rata-rata 0,5 – 1,5 mm, empat kali lebih cepat
dari pertumbuhan kuku jari kaki.Kondisi kuku mencerminkan status
kesehatan umum, status nutrisi, pekerjaan, dan tingkat perawatan diri
seseorang. Bahkan status psikologis juga dapat diungkapkan dari adanya
bukti-bukti gigitan kuku. Sebelum mengkaji kuku, perawat mengumpulkan
riwayat singkat. Bagian kuku yang paling dapat dilihat adalah plat kuku,
lapisan transparan sel epitel yang menutupi bantalan kuku.28
11
2.3.3 Keberadaan Telur Cacing Pada Tempat Tidur Anak
Keberadaan telur cacing kremi pada alas tempat tidur dapat disebabkan
karena cacing kremi dapat bermigrasi ke daerah sekitar anus dan
menyebabkan pruritus ani, sehingga penderita merasa gatal dan sering
menggaruk daerah di sekitar pantat. Keadaan ini sering terjadi pada malam
hari saat penderita sedang tertidur.Kemungkinan pada saat digaruk, telur
cacing pada daerah perianal dapat tercecer di alas tempat tidur penderita.
12
Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelan telur matang
sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal.
Berlangsung perkiraan 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin daurnya hanya
berlangsung kira-kira 1 bulan karena telur tersebut dapat ditemukan kembali pada
anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan (Gandahusada, 2006).
13
bersih. Terutama pada anak-anak, ditambah lagi saat musim hujan tiba ataupun
terjadi banjir. Ada pula disaat anak-anak bermain di tempat yang kotor yang
dimana tempat tersebut perupakan sumber dari si Cacing kremi tersebut.
Peran orang tua dalam mendidik anak untuk menjaga kebersihan sangat penting.
Infeksi Enterobius vermicularis dapat dicegah dengan cara asupan dan pola hidup
bersih (Gandahusada et al, 2004).
14
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
15
Pemakaian handuk dan celana dalam tidak boleh dipakai oleh beberapa orang,
serta lebih diperhatikan kebersihan handuk maupun celana dalam khususnya
anak-anak anak karena anak pada usia tersebut belum bisa menjaga
kebersihan diri. Untuk orang yang telah terinfeksi oleh cacing kremi ini,
sebaiknya meminum obat cacing untuk membunuh serta menghambat
perkembangbiakan cacing-cacing kremi ini didalam tubuh dan penularannya
kepada anggota keluarga lainnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
17