Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Enterobius Vermikularis (Cacing Kremi)

Disusun Oleh :

JEKI AGENG UTAMI (2013351027)


JEVITA IRA IMELDA (2013351028)
KARISSA AFIANUR SUMTI (2013351029)
LARASATI DWIFA MIFTAHUL JANAH (2013351030)
M. ROBI'U RIZQI MAULIDI (2013351031)
M.FARIS DHANY PRATAMA (2013351032)
MULYAWAN (2013351033)
RIDUWAN AL-FARISI (2013351036)
RIESA YUNITA SARI (2013351037)
RINDU YUNI SAFITRI (2013351038)

Dosen Pengampu: Prayudhy Yushananta, SKM., MKM

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena petunjuk serta hidayah-Nya
lah makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Shalawat serta salam tercurahkan kepada
junjungan kita nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, semoga kita
mendapat syafaatnya di Yaumul Akhir nanti.

Penyusun berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat serta wawasan baru bagi
setiap orang yang membacanya dan untuk kedepannya agar dapat menambah atau
memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Dalam menyusun makalah ini tentu terdapat kesalahan dan kekurangan baik segi
pengetahuan maupun segi penulisan. Karena kami masih dalam proses pembelajaran dan
kemampuan saya masih terbatas, untuk itu saya sebagai penyusun mengharapkan agar dapat
diberikan koreksi, kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kepentingan bersama.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB 1....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.3 Tujuan....................................................................................................................................3
BAB 2....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
2.1 E. Vermicularis (Cacing Kremi)..................................................................................................4
2.1.1 Siklus hidup dan morfologi...................................................................................................5
2.2 Penyebab Penyakit Cacingan.......................................................................................................7
2.3 Hubungan dengan triangle epidimologi.......................................................................................8
2.3.1 Sanitasi Tempat Tidur Anak.................................................................................................8
2.3.2 Personal Higiene Anak.........................................................................................................9
2.3.3 Keberadaan Telur Cacing Pada Tempat Tidur Anak...........................................................11
2.4 Pintu keluar masuk enterobius vermicularis..............................................................................11
2.5 Gambaran di Indonesia..............................................................................................................12
BAB 3..................................................................................................................................................14
PENUTUP...........................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................14
3.2 Saran..........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15

ii
BAB 1
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang

Enterobius vermicularis merupakan salah satu penyebab cacingan pada


manusia terutama pada anak-anak. Infeksi akibat cacing Enterobius
vermicularis terjadi di seluruh dunia terutama di wilayah tropis dan negara-
negara berkembang (WHO, 2018). Enterobius vermicularis ditularkan secara
intensif pada 270 juta anak-anak usia pra sekolah dan 600 juta anak usia
sekolah yang tinggal di pedesaan (WHO, 2014).
Hospes satu-satunya dari Enterobius vermicularis adalah manusia,
banyak ditemukan di masyarakat dan dikenal dengan nama cacing kremi.
Laporan prevalensi mengenai Enterobiasis masih jarang, karena cara
pemeriksaan diagnosis dengan memakai selotip yang ditempel pada perianal
menimbulkan rasa enggan atau malu pada pasien (Hendratno, 1994 dalam
Setya dan Keman, 2013). Kejadian Enterobiasis tersebar di seluruh dunia,
terutama pada daerah dengan personal hygiene yang rendah. Penyakit ini
menyerang semua umur, namun pasien terbanyak adalah anak usia 5–14
tahun. Karena perilaku menggaruk dan daya tahan tubuh masih rendah pada
anak- anak (Setya dan Keman, 2013).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang terinfeksi
Enterobius vermicularis adalah sosial ekonomi rendah, perkembangan
demografi dan ekologi yang semakin padat, kesalahan diagnosis dan perilaku
menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal yang kurang.
Personal hygiene atau kebersihan diri yang baik adalah barier penting untuk
berbagai

1
macam penyakit menular. Personal hygiene tersebut meliputi cuci tangan
dengan air mengalir dan sabun cuci tangan setelah beraktivitas dengan bahan
atau alat yang kotor, sebelum makan, setelah buang air besar, mandi dua kali
sehari, mencuci pakaian dengan bersih, memotong kuku sependek mungkin,
dan lain sebagainya (Howard, Guy. 2002). Kebersihan tangan dan kuku
merupakan faktor penting untuk mengurangi penularan atau infeksi langsung
pada individu tersebut. Seseorang terinfeksi Enterobius vermicularis dengan
menelan telur Enterobius vermicularis secara tidak sengaja. Kontaminasi
langsung dari anus ke jari-jari tangan sering terjadi pada anak-anak.
Household sanitary yang buruk juga menjadi pemicu infeksi cacing
Enterobius vermicularis. Household sanitary tersebut meliputi kondisi
lingkungan tempat tinggal, kebiasaan membersihkan tempat tinggal dan
kebiasaan berbagi kamar dan tempat tidur dengan anggota keluarga atau
kerabat (Chen, Yen, Hwang. 2016). Enterobius vermicularis yang menempel
pada pakaian kotor atau perabotan rumah juga sering menimbulkan infeksi
akibat terhirup oleh orang- orang disekitar (Park, Jae-Hwan; Han, Eun-Taek;
Kim, Won-Hee et al. 2005). Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh merupakan
salah satu pondok pesantren di Kota Malang yang dihuni oleh santri dari
anak-anak hingga remaja. Para santri menginap di kamar yang disediakan
oleh pengurus pondok yang dihuni oleh lebih dari 20 santri selama satu
semester masa pembelajaran. Dalam setiap kamar hanya disediakan lemari
pakaian dan tempat tidur bertingkat. Satu spons terkadang digunakan oleh
dua orang santri untuk tidur atau sekedar berbincang-bincang sambil
mengerjakan tugas. Kebersihan pribadi dari tiap santri dan lingkungan
asrama mereka yang tampak renda

2
dapat menimbulkan beberapa penyakit yang mudah menyebar dalam suatu
kelompok.
Atas dasar tersebut diatas dilakukan penelitian hubungan antara personal
hygiene dan household sanitary terhadap infeksi Enterobius vermicularis
Santri Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu enterobius vermikularis?


2. Apa saja pintu keluar dan pintu masuk enterobius vermikularis?
3. Apa saja gejala dan penularan orang yang terkena infeksi enterobius
vermikularis?
4. Apa yang di maksud dengan triangle epidemiologi enterobius
vermikularis?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Enterobius vermicularis


2. Mengetahui pintu keluar dan pintu masuk enterobius vermikularis
3. Mengetahui gejala dan penularan orang yang terkena infeksi enterobius
vermikularis
4. Mengetahui triangle epidemiologi enterobius vermikularis

BAB 2

PEMBAHASAN

3
2.1 E. Vermicularis (Cacing Kremi)

Enterobius vermicularis adalah cacing yang dapat masuk ke tubuh


melalui makanan, pakaian, bantal, sprai serta inhalasi debu yang
mengandung telur yang kemudian akan bersarang di usus dan akan
dihancurkan oleh enzim usus, telur yang lolos akan berkembang menjadi
larva dewasa.12
Nama umum yang dipakai untuk cacing ini ada banyak, seperti
Enterobius vermicularis, Pinworm, Buttworm, Seatworm, Threadworm,
dan dalam bahasa indonesia disebut Cacing Kremi. Kemudian penyakit
yang ditimbulkannya disebut
Oxyuriasis atau Enterobiasis.13

Klasifikasi Enterobius vermicularis:

Phylum : Nematoda

Kelas : Plasmidia

Ordo : Rhabditia

Genus : Enterobius

Spesies : Enterobius vermicularis

Penyakit ini dapat menulari siapapun, namun yang seringkali


terinfeksi adalah anak kecil. Hal ini bisa disebabkan karena mereka belum
bisa menjaga pola hidup bersih dan sehat dan tubuhnya masih rentan
terhadap penyakit.

2.1.1 Siklus hidup dan morfologi

Cacing betina berukuran panjang 8 – 13 mm, lebar 0,3 – 0,5 mm dan


mempunyai ekor yang meruncing. Bentuk jantan lebih kecil dan berukuran

4
panjang 2 -5 mm, lebar 0,1 – 0,2 mm dan mempunyai ujung kaudal yang
melengkung.14 (lihat gambar 2.1)

Gambar 2.1 Cacing Kremi (Enterobius Vermicularis)14


Manusia terinfeksi bila menelan telur infektif, telur akan menetas di
dalam usus (daerah Sekam), dan kemudian akan berkembang menjadi
dewasa. Cacing betina mungkin memerlukan waktu kira-kira satu bulan
untuk menjadi matang dan mulai untuk produksi telurnya. setelah
membuahi cacing betina, cacing jantan biasanya mati dan mungkin akan
keluar bersama tinja. Didalam cacing betina yang gravid, hampir seluruh
tubuhnya dipenuhi oleh telur. Pada saat ini bentuk betina akan turun ke
bagian bawah kolon dan keluar melalui anus, telur-telur akan diletakkan
diperianal di kulit perinium (lihat gambar 2.2).

Gambar 2.2 Daur Hidup Cacing Kremi

5
Kadang-kadang cacing betina dapat bemigrasi ke vagina.
Diperkirakan juga bahaya setelah meletakkan telur-telurnya, cacing betina
kembali masuk ke dalam usus; tetapi hal ini belum terbukti. Kadang-
kadang apabila bolus tinja keluar dari anus, cacing dewasa dapat melekat
pada tinja dan dapat ditemukan dipermukaannya. Untuk diagnosis infeksi
ini, cacing dewasa dapat di ambil dengan pita perekat. Meskipun telur
biasanya tidak diletakkan di dalam usus, beberapa telur dapat ditemukan di
dalam tinja. Telur tersebut menjadi matang dan infektif dalam waktu
beberapa jam.15 Telur cacing kremi tampak seperti bola tangan (American
Football) dengan satu sisi mendatar. Bentuknya lonjong, bagian lateral
tertekan, datar di satu sisi dan berukuran panjang 50-60µm, lebar 20-
30µm.16

Gambar 2.3 Telur Cacing Kremi

Manusia Lingkungan
Luar
Telur Menetas Di Anus Telur Infektif

Cacing Dewasa Di Usus

Telur Berembrio Diletakkan Di


Daerah Perianal
Gambar 2.4 Siklus Hidup Enterobius Vermicularis
3) Gambaran Klinik

6
Beberapa gejala karena infeksi cacing Enterobius vermicularis yaitu kurang nafsu

makan, berat badan turun, dan insomnia. Migrasi dari cacing menyebabkan reaksi

alergi di sekitar anus dan pada malam hari menyebabkan gatal nokturnal (pruritus ani)

dan enuresis. Cacing dapat mengobstruksi apendik menyebabkan apendisitis.

4) Diagnosis

Dianosis ditegakkan dengan menemukan telur dan cacing dewasa. Telur cacing dapat

ditemukan dengan mudah melalui pemeriksaan menggunakan anal swab yang


ditempelkan di sekitar anus pada waktu pagi hari sebelum buang air besar. (MENKES,
2016)

2.2 Penyebab Penyakit Cacingan

Cacingan seringkali disebabkan karena kurangnya


kesadaranakan kebersihan baik terhadap diri sendiri ataupun terhadap
lingkungannya. Cacingan dapat menular melalui larva atau telur yang
tertelan dan masuk ke dalam tubuh si anak. Selain itu, cacing juga
dapat menginfeksi bagian tubuh manapun yang disinggahi seperti
pada usus, saluran pencemaan, otot, kulit dan paru-paru. Jenis cacing
yang sering menyerang manusia antara lain cacing pita, cacing kremi,
cacing gelang. Dari jenis cacing tersebut, yang paling sering
menyerang anak-anak adalah jenis cacing kremi (Juliansyah, 2012)
Infeksi cacing kremi biasanya mclalui telur cacing yang terambil olch
jari anak saat bermain. Cacing ini berukuran sangat kecil, berwama
pucat dan biasanya menginfeksi organ usus. Telur cacing kremi
mampu bertahan di kulit anak selama bcrjam-jam dan dapat bertahan
hidup selama tiga minggu pada pakaian, mainan dan tempat tidur. Jika
jari yang ada telur cacing tersebut masuk ke dalam mulut, maka telur
cacing akan ikut masuk ke dalam tubuh (Juliansyah,2012). Kemudian
jenis cacing yang dapat menginfeksi manusia adalah cacing gelang.
Cacing gelang merupakan cacing yang berukuran besar dan mampu
menginfeksi hewan juga seperti kucing atau anjing. Bentuknya
menyerupai cacing tanah dan hidup di dalam usus besar, serta dapat

7
berpindah ke organ lain termasuk paru-paru. Jenis cacing yang
menginfeksi manusia lainnya adalah cacing pita. Cacing ini dapat kita
temukan pada babi atau sapi. Berbentuk pipih panjang seperti pita,
cacing ini bisa ditemukan pada daging yang tidak dimasak dengan
proses yang sempurna. (Juliansyah, 2012).

C. Triangle Epidemiologi Cacing Kremi

A.AGENT
Agent merupakan penyebab penyakit, dapat berupa makhluk hidup maupun
tidak hidup. Agent penyakit cacingan ini tentu saja adalah cacing.

B.HOST
Host atau penjamu ialah keadaan manusia yang sedemikan rupa sehingga
menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Manusia merupakan satu-
satunya host bagi E. vermicularis. Manusia terinfeksi bila menelan telur
infektif. Telur akan menetas di dalam usus dan berkembang menjadi dewasa
dalam caecum, termasuk appendix (Mandell et al., 1990). Faktor penjamu yang
biasanya menjadi faktor untuk timbulnya suatu penyakit sebagai berikut:
•Umur
Anak-anak lebih rentan terkena penyakit cacingan. Data departemen kesehatan
(1997) menyebutkan, prevalensi anak usia SD 60 – 80% dan dewasa 40 – 60%
(Kompas, 2002). Cacing ini sebagian besar menginfeksi anak-anak, meski tak
sedikit orang dewasa terinfeksi cacing tersebut. Semua umur dapat terinfeksi
cacing ini dan prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak.

•Jenis Kelamin
Prevalensi menurut jenis kelamin sangat erat hubungannya dengan pekerjaan
dan kebiasaan penderita. Distrik Mae Suk, Provinsi Chiangmai Thailand
ditemukan anak laki-laki lebih banyak yaitu sebesar 48,8% dibandingkan dengan
anak perempuan yang hanya 36,9% pada umur 4,58 ± 2,62 tahun (Chaisalee et
al., 2004). Sedangkan di Yogyakarta infeksi cacing lebih banyak ditemui pada
penderita laki-laki dibandingkan penderita perempuan.
•Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri
Penyakit ini sangat erat hubungannya dengan keadaan sosial-ekonomi,
kebersihan diri dan lingkungan. Tingkat infeksi kecacingan juga dipengaruhi
oleh jenis aktivitas atau pekerjaan. Semakin besar aktivitas yang berhubungan
atau kontak langsung dengan lingkungan terbuka maka semakin besar
kemungkinan untuk terinfeksi. Selain itu, prevalensi kecacingan yang
berhubungan dengan status ekonomi dan kebersihan lingkungan diteliti di
Cirebon, Jabar. Ternyata prevalensi kecacingan semakin tinggi pada kelompok
sosial ekonomi kurang dan kebersihan lingkungan buruk, dibandingkan
kelompok sosial ekonomi dan kebersihan lingkungan yang sedang dan baik
(Tjitra, 1991).
C. ENVIRONMENT

8
Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang terjadinya
penyakit cacingan. Hal ini karena faktor ini datangnya dari luar atau biasa
disebut dengan faktor ekstrinsik. Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi:
Lingkungan Fisik
Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah yang berwujud geogarfik dan
musiman. Lingkungan fisik ini dapat bersumber dari udara, keadaan tanah,
geografis, air sebagai sumber hidup dan sebagai sumber penyakit, Zat kimia
atau polusi, radiasi, dll.
Infeksi cacing terdapat luas di seluruh Indonesia yang beriklim tropis, terutama
di pedesaan, daerah kumuh, dan daerah yang padat penduduknya. Cacingan
merupakan penyakit khas daerah tropis dan subtropis , dan biasanya meningkat
ketika musim hujan. Pada saat tersebut , sungai dan kakus meluap, dan larva
cacing bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh manusia. Larva cacing yang
masuk ke dalam tubuh perlu waktu 1-3 minggu untuk berkembang.
Lingkungan Sosial Ekonomi
Yang termasuk dalam faktor lingkungan soial ekonomi adalah sistem ekonomi
yang berlaku yang mengacu pada pekerjaan sesorang dan berdampak pada
penghasilan yang akan berpengaruh pada kondisi kesehatannya. Selain itu juga
yang menjadi masalah yang cukup besar adalah terjadinya urbanisasi yang
berdampak pada masalah keadaan kepadatan penduduk rumah tangga, sistem
pelayanan kesehatan setempat, kebiasaan hidup masyarakat, bentuk organisasi
masyarakat yang kesemuanya dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan
terutama munculnya bebagai penyakit cacingan.

2.3 Hubungan Prilaku Hidup dengan triangle epidimologi


2.3.1 Sanitasi Tempat Tidur Anak

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada


pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi
derajat kesehatan manusia. Jadi lebih baik mengutamakan usaha
pencegahan terhadap berbagai faktor lingkungan yang baik sehingga
munculnya penyakit dapat dihindari.Sanitasi tempat tidur anak adalah
salah satu tempat istirahat dan pemenuhan kebutuhan diri dengan
memberikan tempat tidur yang sesuai dengan kebutuhan anak. Kebersihan
tempat tinggal dilakukan dengan cara rutin mengganti sprei minimal 1
minggu sekali, frekuensi penggantian selimut anak, frekuensi penggantian
sprei bantaldan guling minimal 1 minggu sekali, frekuensi menjemur
tempat tidur (terutama kasur kapuk), dan cara membersihkan tempat tidur
anak.21Tentunya kita sadari bahwa orang dewasa sebagian besar

9
waktunya dihabiskan untuk tidur selama 5-8 jam dalam sehari di tempat
tidur, apalagi jika masih anak-anak tentu lebih lama lagi waktunya bisa
sampai 10-12 jam dalam sehari.22Oleh karena itu sudah seharusnya
sebagai orangtua untuk selalu memperhatikan kebersihan anak dan
lingkungan agar terhindar dari berbagai macam penyakit.23

2.3.2 Personal Higiene Anak

Personal higiene anak adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan


dan kesehatan anak untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Antara lain
adalah:

a. Kebiasaan cuci tangan

Anak-anak usia sekolah mempunyai kebiasaan kurang memperhatikan


perlunya cuci tangan dalam kehidupan sehari-hari, terutama ketika di
lingkungan sekolah. Perilaku tersebut tentunya berpengaruh dan dapat
memberikan kontribusi dalam terjadinya penyakit. Kebiasaan anak usia
sekolah seperti makan tanpa cuci tangan, bermain – main di tanah sekitar
rumah merupakan kebiasaan anak usia sekolah yang dapat menyebabkan
penyakit kecacingan. Penyakit kecacingan ditularkan melalui tangan yang
kotor, kuku panjang dan kotor menyebabkan telur cacing terselip.
Penyebaran penyakit kecacingan salah satu penyebabnya adalah
kebersihan perorangan yang masih buruk. Penyakit cacing dapat menular
diantara murid sekolah dasar yang sering berpegangan sewaktu bermain
dengan murid lain yang kukunya tercemar telur cacing.

b. Kebersihan Pakaian Dalam Anak

Kebersihan pakaian dalam sangat penting, karena pakaian melekat


padabadan yang berfungsi menutup tubuh, melindungi badan dari kotoran
dan penyakit serta memperindah badan. Pakaian juga sebagai perantara
berbagai penyakit jika dipakai dalam keadaan kotor. Pengantian pakaian
dalam minimal 2 kali dalam sehari setelah mandi. Cacing dewasa betina

10
yang mengandung telur melakukan migrasi keluar melalui anus pada
malam hari, kemudiaan bertelur di daerah perianal dan perineum. Telur ini
sebagian menempel pada pakaian dalam dan telur tersebut akan menjadi
infekti dalam waktu enam jam.

c. Perawatan Kuku Tangan Anak

Kuku adalah bagian tubuh yang terdapat atau tumbuh di ujung jari. Kuku
tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian
terbentuk saat mulai tumbuh dari ujung jari. Merawat kuku merupakan
salah satu aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena
berbagai kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab
itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Dan perawatan
kuku juga mempengaruhi pertumbuhan kuku. Pertumbuhan kuku jari
tangan dalam satu minggu rata-rata 0,5 – 1,5 mm, empat kali lebih cepat
dari pertumbuhan kuku jari kaki.Kondisi kuku mencerminkan status
kesehatan umum, status nutrisi, pekerjaan, dan tingkat perawatan diri
seseorang. Bahkan status psikologis juga dapat diungkapkan dari adanya
bukti-bukti gigitan kuku. Sebelum mengkaji kuku, perawat mengumpulkan
riwayat singkat. Bagian kuku yang paling dapat dilihat adalah plat kuku,
lapisan transparan sel epitel yang menutupi bantalan kuku.28

Kuku yang sehat berwarna merah muda. Cara-cara merawat kuku:

1. Kuku jari tangan dapat dipotong dengan pengikir atau memotongnya


dalam bentuk oval atau mengikuti bentuk jari. Sedangkan kuku jari
kaki dipotong dalam bentuk lurus.
2. Jangan memotong kuku terlalu pendek karena bisa melukai selaput
kulit dan kulit disekitar kuku.
3. Jangan membersihkan kotoran dengan benda tajam, sebab akan
merusak jaringan di bawah kuku.
4. Potong kuku seminggu sekali atau sesuai kebutuhan
5. Khusus untuk jari kaki, sebaiknya kuku dipotong segera setelah mandi
atau direndam dengan air hangat terlebih dahulu.
6. Jangan menggigiti kuku karena akan merusak bagian kuku.

11
2.3.3 Keberadaan Telur Cacing Pada Tempat Tidur Anak

Keberadaan telur cacing kremi pada alas tempat tidur dapat disebabkan
karena cacing kremi dapat bermigrasi ke daerah sekitar anus dan
menyebabkan pruritus ani, sehingga penderita merasa gatal dan sering
menggaruk daerah di sekitar pantat. Keadaan ini sering terjadi pada malam
hari saat penderita sedang tertidur.Kemungkinan pada saat digaruk, telur
cacing pada daerah perianal dapat tercecer di alas tempat tidur penderita.

2.4 Pintu keluar masuk enterobius vermicularis

Pada cacing enterobius vermicularis (Cacing kremi) tidak mengenal adanya


reservoir host. Penularan biasanya dari tangan ke mulut ataumelalui makanan,
minuman dan debu jadi anjing dan kucing bukan merupakan ancamandalam hal
penularan penyakit infeksi akibat cacing Enterobius vermicularis, (Bernardus,
2007).

Cara penularan dapat melalui tiga jalan :

a. Dari tangan ke mulut penderita sendiri(auto infection) atau pada orang


lain. Kalau anak menggaruknya, telur-telur itu akan melekat dibawah kuku
jari tangandan akan terbawa ke makanan ataupun benda lainnya. Dengan
cara ini, telur ccing tersebut masuk kemulut anak itu sendiri atau anak
yang lain. Dengan demikian, terjadilah penularan cacing kremi
( Enterobius vermicularis ).
b. Penularan berasal dari pernafasan dengan menghirup udara yang tercemar
telur yang infektif.
c. Menular secara retroinfeksi atau penularan yang terjadi padapenderita itu
sendiri, olek karena itu larva yang menetas di daerah perianal.

12
Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelan telur matang
sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal.
Berlangsung perkiraan 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin daurnya hanya
berlangsung kira-kira 1 bulan karena telur tersebut dapat ditemukan kembali pada
anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan (Gandahusada, 2006).

2.5 Gambaran di Indonesia

Sebuah penelitian sudah dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2018 di


Laboratorium Parasitologi DIII Analis Kesehatan StiKes Icme Jombang dengan
mengambil sampel dari siswa SDN Latsari 1. SDN Latsari 1 berdekatan dengan
pembuangan sampah yang berjarak sekitar 30 meter. Dengan mengambil sampel
Sebanyak 30 responden, didapatkan data prevalensi Enterobius vurmacularis
sebanyak 0 orang (0 %), sedangkan prevalensi yang tidak terdeteksi Cacing kremi
ssebanyak 30 orang (100%) dan dinyatakan tidak ada responden yang terdeteksi
kecacingan Cacing kremi.

Pengambilan sampel ini sudah dilakukan secara spesifik sesuai prosedur


pengambilan sampel penelitian. Pada penelitian ini sudah dilakukan pengulangan
sebanyak 3 kali dan menghasilkan hasil negatif pada semua pengulangan. Salah
satu faktor penyebab didapatkannya sampel hasil yang negatif pada penelitian ini
adalah adanya program pemberian obat cacing oleh pihak kader Puskesmas desa
di desa Lastari yang merupakan program puskesmas tiap 6 bulan sekali.

Manusia merupakan hospes definitif beberapa nematoda usus (cacimg perut),


yang dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan warga. Cacing kremi yang
angka kejadiannya 92% terjadi pada anak-anak disekitar terutama pada anak SD
mulai usia 7-10 tahun. Angka kejadian ini dapat diihat berdasarkan pola hidup
disekitar, dan juga berdasarkan asuhan orang tua. Cacing kremi adalah nematoda
usus yang habitatnya berada di usus besarrectum. Pada masyarakat luas
penyebarannya umum tejadi, hal ini disebabkan belum menerapkan pola hidup

13
bersih. Terutama pada anak-anak, ditambah lagi saat musim hujan tiba ataupun
terjadi banjir. Ada pula disaat anak-anak bermain di tempat yang kotor yang
dimana tempat tersebut perupakan sumber dari si Cacing kremi tersebut.

Peran orang tua dalam mendidik anak untuk menjaga kebersihan sangat penting.
Infeksi Enterobius vermicularis dapat dicegah dengan cara asupan dan pola hidup
bersih (Gandahusada et al, 2004).

14
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Enterobius vermicularis atau Cacing kremi adalah infeksi parasit


yang berukuran kecil, sekitar 2-13 mm, dan menyerang
usus besar manusia.
2. Telur Enterobius vermicularis masuk ke dalam tubuh manusia melalui
mulut atau melalui hidung. Kemudia masuk ke saluran pencernaan
dan keluar dari dalam tubuh melalui anus.

3. Gejala yang umumnya muncul pada seseorang yang mengalami


infeksi Enterobius vermicularis dapat berupa:
 kurang nafsu makan
 berat badan turun
 insomnia atau sulit tidur
Penularan cacing kremi atau  Enterobius vermicularis terjadi
melalui sentuhan langsung dengan kulit, udara atau benda
yang terkontaminasi cacing kremi

4. Triangle epidemiologi Enterobius vermicularis yaitu


 Agent: cacing kremi
 Host: manusia
 Environment: Lingkungan fisik dan lingkungan sosial ekonomi

3.2 Saran

Untuk masyarakat agar lebih memperhatikan kebersihan lingkungan serta


kebersihan pribadi bagi anak-anak. Bagi orang tua maupun penanggung
jawab Panti Asuhan, agar lebih memperhatikan dan memberitahukan kepada
anakanaknya akan pentingnya kebersihan karena kebersihan sebagian dari
iman dan juga mengurangi terjadinya penularan penyakit-penyakit yang
berbasis pada lingkungan yang salah satunya yaitu infeksi cacing kremi ini.

15
Pemakaian handuk dan celana dalam tidak boleh dipakai oleh beberapa orang,
serta lebih diperhatikan kebersihan handuk maupun celana dalam khususnya
anak-anak anak karena anak pada usia tersebut belum bisa menjaga
kebersihan diri. Untuk orang yang telah terinfeksi oleh cacing kremi ini,
sebaiknya meminum obat cacing untuk membunuh serta menghambat
perkembangbiakan cacing-cacing kremi ini didalam tubuh dan penularannya
kepada anggota keluarga lainnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

17

Anda mungkin juga menyukai