Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KAPITAL SELEKTA

INFEKSI BAKTERI, VIRUS DAN PARASIT

OLEH
KELOMPOK 1
ASMIATI (A202001041)

RESAL (A202001042)

FITRIA DWI NITA (A202001020)

NURRAHMA (A202001027)

DELITA WAHYU NINGSIH (A202001025)

PUTRI WAHYUNI (A202001006)

NURLIANTI (A202001008)

FIJAYANI (A202001014)

RANTI JULIAN PRATIWI (A202001100)

HASNAWATI (A202001066)

REYNALDI YUSUF (A202001044)

PATRAWATI (A202202019)

WA ODE ASTUTI DAMAYADIN (A202202004)

NUR ILFAH FADILAH (A202202009)

VINA ANDRIYANI ANWAR (A202202014)

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT. Karena dengan rahmat dan
Hidayah-Nyalah kami diberi ilmu dan pengetahuan untuk menuntut cita-cita. Alhamdulillah
pada kesempatan kali ini kami dapat menyelesaikan tugas makalah KAPITA SELEKTA tepat
pada waktunya.

Kami juga menyampaikan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini khususnya kepada dosen pengampu yakni dr. HILMA
YUNIAR THAMRIN, Sp.Pk.,M.Kes yang telah membimbing kami dalam matakuliah ini.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas mata kuliah
KAPITA SELEKTA.

Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, kami menyadari bahwa


makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Hal ini disebabkan
karena pengetahuan dan pengalaman kami yang masih kurang. Oleh karena itu kami
harapakan kepada pembaca untuk memberikan kritik maupun saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan dalam pembuatan makalah kedepannya.

Kendari, 7 Mei 2023

Kelompok III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3

A. Definisi............................................................................................................................3

B. Etiologi............................................................................................................................4

C. Faktor Pencetus...............................................................................................................5

BAB II PATOFISIOLOGI.......................................................................................................6

A. Imunopatologi infeksi bakteri terhadap respon imun......................................................6

B. Imunopatologi infeksi virus terhadap respon imun.........................................................7

C. Imunopatologi infeksi parasit terhadap respon imun......................................................8

BAB III DIAGNOSIS..............................................................................................................9

A. Anamnesis.......................................................................................................................9

B. Pemeriksaan Fisik...........................................................................................................9

C. Pemeriksaan Laboratorium...........................................................................................10

BAB IV PENUTUP................................................................................................................12

A. Kesimpulan...................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi
Proses infeksi adalah interaksi mikroorganisme patogen dengan makroorganisme di
bawah kondisi lingkungan dan sosial tertentu. Konsep “Penyakit infeksi” adalah
gangguan yang disebabkan oleh mikroorganisme -seperti bakteri, virus, jamur, atau
parasit. Banyak mikroorganisme hidup di dalam dan di tubuh kita. Mereka biasanya tidak
berbahaya atau bahkan membantu, tetapi dalam kondisi tertentu, beberapa
mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit. Beberapa penyakit menular dapat
ditularkan dari orang ke orang.
Infeksi dapat menimbulkan gejala klinis ataupun mungkin asimtomatik, yang
dikenal sebagai carrier (pembawa parasit, bakteri, virus). Manifestasi infeksi secara
klinis dapat berlangsung dengan cara yang khas ataupun tidak khas (atipikal). Pasien
dengan bentuk infeksi yang khas menunjukkan semua gejala spesifik untuk penyakit
tertentu. Manifestasi klinis penyakit infeksi biasanya digolongkan sebagai ringan,
sedang, dan berat; dan sesuai dengan durasinya, penyakit bisa digolongkan ke dalam
penyakit akut atau kronis. Infeksi akut (misalnya cacar, campak) dicirikan oleh
singkatnya masa tinggal agen penyebab di dalam tubuh seseorang atau host. Infeksi
kronis (seperti brucellosis, tuberculosis) dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
Infeksi bakteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Infeksi ini
dapat menyebabkan demam, batuk, hingga tanda peradangan, seperti nyeri dan
pembengkakan, pada penderitanya. Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal yang
dapat ditemukan di air, tanah, bahkan di dalam tubuh manusia.
Infeksi virus adalah kondisi saat virus masuk ke dalam tubuh, lalu memperbanyak
diri sehingga menimbulkan penyakit. Infeksi virus bisa menyerang berbagai bagian
tubuh seperti sistem pernapasan, pencernaan, saraf atau kulit, tergantung dari jenis virus
yang menginfeksi. Virus sendiri adalah organisme mikroskopis (tidak bisa dilihat kasat
mata) yang tersusun dari protein dan pelindung. Organisme ini bisa ditularkan.
Parasit dapat membahayakan inang ketika mengambil sebagian atau seluruh nutrisi
inang dan mengakibatkan berbagai gejala dan kondisi kesehatan yang tidak
menyenangkan. Kondisi ini disebut dengan infeksi parasit, yaitu kondisi ketika parasit
tumbuh, berkembang, berproduksi, atau menyerang sistem organ yang menyebabkan
inangnya sakit.

B. Etiologi
Etiologi infeksi bakteri dapat masuk melalui saluran pernapasan, saluran
pencernaan, saluran kencing, atau kulit. Begitu sampai pada permukaan inang, bakteri
harus melekat pada sel inang agar kolonisasi terjadi. Adhesi kolonisasi adalah proses
penempelan bakteri pada permukaan sel inang, pelekatan terjadi pada sel epital. Adhesin
bakteri ke permukaan sel inang memerlukan protein adhesin.
Etiologi infeksi virus, Etiologi merupakan mekanisme invasi bermultiplikasi di
jaringan induk semang menyebabkan eskalasi penyakit. Etiologi virus adalah istilah yang
umumnya menggambarkan penyebab dan proses dimana infeksi virus menyebabkan
penyakit. Namun, virus dapat berkisar dari virus RNA (misalnya, flavivirus seperti virus
dengue) hingga virus DNA besar (misalnya, virus herpes dan poxvirus), yang semuanya
berinteraksi dengan inang dengan cara unik untuk mendorong proses penyakit yang
disebabkan oleh virus. Etiologi virus dapat menyebabkan munculnya penyakit klinis
maupun subklinis.Namun, etiologi setiap virus dan penyakit yang terkait memiliki aspek
beragam.
Etiologi Parasit yang masuk melalui mulut akan tertelan dan dapat tetap berada di
usus atau menembus dinding usus dan menyerang organ lain.Terdapat tiga jenis
organisme yang menyebabkan infeksi parasit, yakni ProtozoaMerupakan organisme
bersel tunggal yang dapat hidup dan berkembang biak di dalam tubuh manusia.Cacing
Merupakan organisme bersel banyak yang dapat hidup di dalam ataupun di luar tubuh
manusia, seperti cacing pita dan cacing gelang.Ektoparasit Merupakan organisme
multisel yang hidup atau memakan kulit manusia, seperti nyamuk, kutu, dan tungau.
Protozoa dan cacing dapat menyebar melalui air, makanan, limbah, tanah, dan darah
yang terkontaminasi.Sedangkan beberapa parasit lain, dapat masuk langsung melalui
kulit karena ditularkan melalui gigitan serangga.

C. Faktor Pencetus
Faktor Pencetus Infeksi Bakteri. Terdapat beberapa faktor atau kondisi yang
meningkatkan risiko terinfeksi bakteri, yaitu mengonsumsi obat kortikosteroid, mengidap
HIV/AIDS, mengidap kanker yang mengganggu imunitas tubuh, menggunakan alat
medis yang ditanam atau dipasang di tubuh, kekurangan nutrisi, berusia lanjut.
Faktor Pencetus Infeksi Virus adalah infeksi virus bisa terjadi pada siapa saja. Akan
tetapi, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi
virus, yaitu berusia lanjut (lansia) atau anak-anak, memiliki daya tahan tubuh yang lemah
akibat gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti HIV/AIDS, penyakit ginjal, dan
pengobatan kanker, memiliki riwayat penyakit kronis, seperti asma, diabetes, TBC, dan
penyakit jantung, menderita kekurangan gizi atau malnutrisi, mengalami stres, tidak
beristirahat yang cukup, berbagi jarum suntik, berhubungan seksual tanpa menggunakan
kondom, berganti-ganti pasangan seksual.
Faktor Pencetus Infeksi Parasit adalah ketika pasien menderita gangguan sistem
kekebalan tubuh, hidup di lingkungan bersanitasi buruk, memiliki hewan peliharaan
yang terinfeksi parasit atau tidak terjaga kebersihannya, berenang di sungai, danau, atau
kolam yang kotor, memiliki pekerjaan yang sering kontak dengan tinja,
seperti pengasuh anak.
BAB II

PATOFISIOLOGI

A. Imunopatologi infeksi bakteri terhadap respon imun


Tubuh manusia mempunyai berbagai cara untuk melakukan proteksi. Seperti
diketahui bakteri mempunyai banyak antigen permukaan yang berbeda dan
mengeluarkan bermacam-macam faktor virulen (misalnya toksin) yang dapat
merangsang respons imun. Bakteri dari luar yang masuk ke dalam tubuh (ekstraseluler)
akan diserang sistem imun nonspesifik berupa fagosit, komplemen (aktivasi jalur
alternatif), protein fase akut (APP) atau antibodi spesifik yang sudah ada dalam darah
akibat pajanan terdahulu dengan bakteri yang sama dan akan menetralisasi bakteri
tersebut. Beberapa bakteri intraseluler (dalam monosit, makrofag) seperti mikobakteria,
L.monositogenes, Salmonella thypi dan brusella dapat menghindari pengawasan sistem
imun antibodi. Dalam hal ini tubuh akan mengaktifkan sistem imun seluler (CD4+ ,
CD8+ dan sel NK).

Gambar 1.1 respon imun terhadap infeksi bakteri

Menurut sifat patologik dinding sel, mikroorganisme dapat dibagi menjadi gram -
negatif, gram-positif, mikobakterium dan spirochaeta. Permukaan bakteri dilapisi kapsul
yang mengandung protein dan polisakarida, dapat merangsang sistem imun humoral
tubuh untuk membentuk antibodi. Di luar membran plasma, bakteri memiliki dinding sel
yang terdiri dari peptidoglikan. Bagian ini merupakan sasaran lisozim. Pada bakteri
gram-negatif dimana dinding selnya mengandung lapisan lipopolisakarida (LPS atau
endotoksin), lapisan ini menjadi aktivator potensial bagi makrofag.
Antibodi yang dibentuk terhadap toksin dapat menetralisasi efek toksin, sehingga
dapat mencegah kerusakan jaringan. Mikroorganisme yang mengandung lipid pada
membran permukaan seperti N.meningitidis gram-negatif, yang dapat dihancurkan oleh
immunoglobulin dengan aktivasi komplemen melalui jalur lisis. Pada akhir dari respon
imun yaitu, semua bakteri dihancurkan oleh fagosit.

B. Imunopatologi infeksi virus terhadap respon imun


Virus merupakan obligat intraseluler yang berkembang biak di dalam sel, sering
menggunakan mesin sintesis asam nukleat dan protein pejamu. Dengan reseptor
permukaan sel, virus masuk ke dalam sel dan dapat menimbulkan kerusakan sel serta
berbagai macam penyakit akan lebih mudah bermunculan . Hal ini disebabkan karena
replikasi virus yang mengganggu sintesis protein dan fungsi sel normal. Selain itu juga,
efek sitopatik virus akibat dari sel yang terinfeksi telah dihancurkan dan mati.

Virus nonsitopatik dapat menimbulkan infeksi laten dan DNA virus menetap di
dalam sel pejamu dan memproduksi protein yang dapat mengganggu fungsi sel. Sistem
imun nonspesifik dan spesifik berperan sebagai efektor dalam usaha mencegah infeksi
dan mengeliminasi sel yang terinfeksi.

Gambar 1.2 respon imun terhadap inveksi virus

C. Imunopatologi infeksi parasit terhadap respon imun


Golongan parasit berupa protozoa (malaria, tripanosoma, toksoplasma, leishmania
dan amuba), cacing, ektoparasit (kutu, tungau) menunjukkan peningkatan angka
morbiditas dan mortalitas yang bermakna terutama di negara-negara yang sedang
berkembang. Kebanyakan infeksi parasit bersifat kronis yang disebabkan oleh imunitas
nonspesifik yang lemah dan kemampuan parasit untuk bertahan hidup terhadap imunitas
spesifik. Saat ini banyak antibiotik dan antiparasit yang tidak efektif lagi untuk
membunuh parasit, terutama untuk masyarakat di daerah endemis yang berulangkali
terpajan.

Protozoa dan cacing mengaktifkan imunitas nonspesifik melalui mekanisme yang


berbeda, mikroba tersebut dapat tetap hidup dan berkembang biak dalam sel pejamu
karena mereka dapat beradaptasi dan menjadi resisten terhadap sistem imun pejamu.
Respon imun nonspesifik terhadap protozoa adalah fagositosis, tetapi banyak parasit
tersebut yang resisten terhadap efek bakterisidal makrofag, bahkan diantaranya dapat
hidup di dalam makrofag. Banyak cacing memiliki lapisan permukaan yang tebal
sehingga resisten terhadap mekanisme sitosidal neutrofil dan makrofag. Beberapa cacing
juga mengaktifkan komplemen jalur alternatif. Banyak parasit ternyata mengembangkan
resistensi terhadap efek lisis komplemen.

Berbagai protozoa dan cacing berbeda dalam hal besar, struktur, sifat biokimiawi,
siklus hidup dan patogenitasnya. Hal ini menimbulkan respon imun spesifik yang
berbeda pula. Infeksi cacing biasanya terjadi kronik dan kematian pejamu akan
merugikan parasit sendiri. Infeksi kronik menimbulkan rangsangan antigen persisten
yang meningkatkan kadar immunoglobulin dalam sirkulasi dan pembentukan kompleks
imun.
BAB III

DIAGNOSIS

Diagnosis penyakit akibat infeksi bakteri, virus dan parasit dapat ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Berikut contoh
diagnosis pada penyakit demam dengue yang diakibatkan oleh infeksi virus dengue.

A. Anamnesis
Anamnesis pasies sebaiknya meliputi hal-hal berikut, yaitu Pertama, tanda
dan gejala pada hari pertama demam berlangsung. Kedua, penilaian adanya tanda
bahaya yang meliputi nyeri perut, muntah, dan adanya kegelisahan. Ketiga,
adanya perubahan status mental, kejang, nyeri kepala. Keempat, adanya diare.
Kelima, adanya riwayat keluarga atau tetangga yang menderita Demam Dengue
(DBD).

B. Pemeriksaan Fisik
Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk mengetahui apakah
seseorang telah terinfeksi virus dengue. Pemeriksaan fisik tergantung tingkat
keparahan penyakit. Pemeriksaan yang lengkap dan teliti akan menentukan
penatalaksanaan pasien. Di mana pasien Dengue Fever umumnya dapat sembuh
sendiri tanpa pengobatan, sedangkan pasien dengan tanda Dengue Haemorrhagic
Fever dan Dengue Shock Syndrome perlu dirawat di rumah sakit.

Uji tourniquet yang dikenal dengan uji Rumpel Leed merupakan proses
pemeriksaan fisik untuk mendeteksi kelainan system vaskuler dan trombosit.
Dengan melakukan bendungan darah pada tekanan tertentu,di lengan atas akan
terjadi perdarahan dibawah kulit atau biasa disebut dengan petechiae, hal ini
dapat terjadi karena dinding kapiler tersebut kurang kuat resistensinya.

Peningkatan suhu sampai 39−40°C pada fase demam, dan 37,5−38°C pada
fase kritis umumnya ditemukan Dengue Fever. Inspeksi akan tampak ruam kulit
yang khas. Uji tourniquet akan positif, terutama bila mulai terjadi manifestasi
perdarahan seperti petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan mukosa
mulut, hematemesis, melena,  menorrhea, dan hematuria.
C. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap (Leukosit, Trombosit, dan hematokrit)
a) Pra analitik
Disiapkan alat dan bahan berupa alat hematology analyzer, sampel
darah, tabung EDTA, Blood roller mixer.
b) Analitik
 Dihubungkan kabel alat pada stop kontak, lalu hidupkan alat
 Pastikan selang berada didalam jerigen pembuangan
 Tekan tombol “ON”
 Alat melakukan pengecekan dan akan ada tampilan menunggu di
layar display, ditunggu selama 10 menit
 Ditunggu alat hingga siap digunakan
 Sebelum digunakan, darah yang berada didalam tabung EDTA
dicampur menggunakan alat blood roller mixer selama 2 menit
 Sambil menunggu darah tercampur, diatur program pada layar
dengan tekan tombol whole blood dan masukkan ID untuk
mengurutkan nomor sampel agar tidak tertukar.
 Setelah itu, diambil tabung darah lalu buka penutup tabung dan
letakkan tabung dibawah jarum pengisap darah
 Alat akan membaca hasil pemeriksaan
c) Pasca Analitik
 Leukosit normal 4000-11000/mm3, pada pasien DBD kadar
leukositnya akan menurun
 Trombosit normal 150.000-450.000/mm3, pada pasien DBD kadar
trombosit akan menurun
 Hematokrit yang meningkat mengindikasikan tanda bahaya DBD
(warning sign)

2. Pemeriksaan NS-1 antigen rapid test


a) Pra Analitik
Disiapkan kit DBDfast NS1 Antigen Rapid Test yeng terdiri dari buffer,
blood lancet, alcohol pad, dan casette test DBD
b) Analitik
 Dibuka kemasan sachet cassette test DBD NS1 antigen.
 Tempatkan cassette test dipermukaan yang rata dan bersih
 Bersihkan permukaan jari menggunakan alcohol pad
 Gunakan lancet untuk mengambil darah
 Ambil darah menggunakan dropper yang disediakan (sampel bisa
berupa serum atau plasma)
 Diteteskan 1-2 tetes darah, serum atau plasma ke dalam lubang
cassette test
 Tambahkan 1-2 tetes cairan buffer dan mulai atur waktu
 Amati hasil dalam 10-15 menit
c) Pasca Analitik
 Positif jika terdapat garis pada T dan garis pada C
 Negative jika terdapat garis pada C dan tidak terdapat garis pada T
 Invalid jika terdapat garis pada T saja
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses infeksi adalah interaksi mikroorganisme patogen dengan makroorganisme
di bawah kondisi lingkungan dan sosial tertentu. Konsep “Penyakit infeksi” adalah
gangguan yang disebabkan oleh mikroorganisme -seperti bakteri, virus, jamur, atau
parasit. Banyak mikroorganisme hidup di dalam dan di tubuh kita. Diagnosis penyakit
akibat infeksi bakteri, virus dan parasit dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Garna.H. 2001. Patofisiologi Infeksi Bakteri pada Kulit. Jurnal Sari Pediatri. Vol 2. No 4.

Joegijantoro. R. 2019. Penyakit infeksi. Malang. Intimedia.

Munasir. Z. 2001. Respon Imun Terhadap Infeksi Bakteri. Jurnal Sari Pediatri. Vol 2. No 4

Anda mungkin juga menyukai