Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Trichuris trichiura/ Trichocepalus dispar (cacing cambuk) adalah salah satu
cacing penyebab penyakit cacingan pada manusia. cacingan merupakan penyakit
endemic dan kronik.Tidak mematikan, tetapi menggangu kesehatan tubuh manusia
dan dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM). pada parasite ini sangat
merugukan manusia terutama pada Anak-anak di karenakan dapat merusak motoric
anak tersebut.

2. Tujuan penulisan
a. tujuan khusus
untuk mengutahui apa itu parasite Trichuris trichiura
b. tujuan umum
- untuk mengetahui apa itu parasit Trichuris trichiura
- untuk mengetahui penyakit yang disebabkan oleh Trichuris trichiura
- untuk mengetahui dampak kesehatan bagi anak anak dari parasite Trichuris
trichiura
- untuk mengetahui penyembuhan dan penyakit Trichuris trichiura

3. Rumusan masalah
- Apa yang dimaksud dengan Trichuris trichiura?
- bagaimana morfologi dari Trichuris trichiura?
- Penyakit apa saja yang timbul akibat parasite Trichuris trichiura?
- Bagaimana penanganan yang harus dilakukan bila terinfeksi penyakit
Trichuris trichiura?

1
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Pengertian Trichuris trichiura

Trichuris trichiura termasku Nematoda usus yang biasa dinamakan cacing cemeti atau
cambuk, karena tubuhnya menyerupai cemeti dengan bagian depn yng tipis dan bagian
belakangnya yang jauh lebih tebal. Cacing ini pada umumnya hidup disekumpulan manusia,
sebagai penyeban Trichuriasis dan tersebar secara cosmopilitan.

Trichuris trichiura adalah cacing yang relatif sering ditemukan pada manusia, tapi
umumnya tidak berbahaya. Trichuris yang berarti ekor benang, pada mulanya salah
pengertian. Sebetulnya nama yang benar ialah Tricho-cephalus ( kepala benang) yang
diberikn oleh Goeze (1782) karena berbentuk benang itu adalah bagian kepalanya.
Penyakitnya disebut trichuriasis, trichocephaliasis atau infeksi cacing cambuk.

2. Klasifikasi

Menurut Chandler dan Read (1959) dan Faust dan Russel (1964), Trichuris
diklasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom : Animalia

Filum : Nemathelminthes

Kelas : Nematoda

Sub-kelas : Aphasmida

Ordo : Enoplida

Super famili : Trichuroidea

Famili : Trichuridae

Genus : Trichuris

Spesies : Trichuris trichiura Linnaeus(1771)

2
Sinonim menurut Piekarski (1954):

Trichocephalus trichiuris, Bblanchard (1895)

Trichocephalus dispar, Rud (1802)

3. Morfologi dan Siklus hidup

Cacing ini mudah dikenal dengan bentuknya yang spesifik seperti cambuk. untuk
cacing betina memiliki panjang hingga mencapai kira kira 5 cm. sedangkan untuk cacing
jantan kira kira 4 cm. pada bagian anterior daric acing ini memiliki seperti cambuk yang
panjangnya 3/5 dari panjang tubuh cacing ini. bagian posterior cacing ini bentuknya lebih
gemuk, sedangkan pada cacing Betina bentuknya membulat dan menumpul. pada cacing
jantan melingkar dan terdapat satu spikulum. hidup cacing ini pada manusia terdapat di
colon asendens dan sekum dengan bagian anteriornya yang seperti cambuk masuk
kedalam mukosa usus.

cacing betina dapat menghasilkan telur setiap harinya hingga berkisar 3000-10.000
butir. Telur telur berukuran 50-54 mikron × 32 mikron, yang memiliki bentuk seperti
tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada dua kutub.kulit telur bagian luar
berwarna kekuning kuningan dengan bagian dalamnya yang jenih.Telur yang di buahi
dikeluarkan dari hospes dari tinja .kemudian telur akan menjadi matang setelah 3-6
minggu pada kondisi lingunkan yang sesuai pada tanah yang lembab serta daerah yang
teduh. Telur yang matang merupakan telur yang didalamnya berisi larvadan merupakan
bentuk infektifnya. cara infektif langsung hanya bila secara kebetulan hospes setelah telur
matang. Larva akan keluar melalui dinding Telur dan akan masuk ke dalam usus
halus.setelah cacing ini dewasa maka cacing ini akan turun ke usus bagian distal dan akan
masuk kedalam colon yaitu terutama sekum.jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru.
lamanya waktu yang di butuhkan telur ini untuk tumbuh dari telur ini tertelan sampai
cacing Dewasa betina meletakkan telur kira kira 30-90 hari.

3
Siklus Trichuris trichiura

Gmbr:Telur Trichuris trichiura Gmbr: cacing Trichuris trichiura

4. Epidemiologi
Infeksi pada manusia sering terjadi tetapi intensitasnya rendah. Di daerah
tropis tercatat 80 persen penduduk positif, sedangkan di seluruh dunia tercatat 500
juta yang terkena infeksi (menurut Brown & Belding, 1958). Infeksi banyak terdapat
di daerah d daerah curah hujan tingggi, iklim sub-tropis, dan di tempat yang populasi
tanah.
Anak-anak lebih mudah terserang dari pada orang dewasa. Infeksi berat terjadi
pada anak-anak yang suka bermain di tanah, kerena mendapat telur yang telah

4
berembrio melalui tangan , makanan, ata minuman yang telah terkontaminasi
langsung melalui debu, hewan rumah atau mainan.

5. Patologi dan Simptomatologi

Pasien yang mendapat infeksi kronis Trichuris menunjukan tanda-tanda klinis seperti
berikut :

1. Anemia
2. Tinja yang bercampur butir-butir darah
3. Sakit perut
4. Kekurangan berat badan
5. Prolaps rectal yang berisi cacing pada mukosa rektum.

6. Penyakit yang timbul akibat infeksi parasite Trichuris trichiura

Cacing Trichuris trichiura pada manusia terutama hidup didaerah sekum dan kolon
asendens. Pada infeksi berat terutama pada anak-anak cacing trichuris trichiura ini tersebar
diseluruh kolon dan rectum yang kadang-kadang terlihat terlihat dimukosa rectum yang
mengalami prolapsus akibat dari mengejannya penderita pada waktu melakukan defekasi.
Cacing Trichuris trichiura ini memasukan kepalanya dalam mukosa usus hingga dapat
menjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan dapat mengakibatkan peradangan dimukosa
usus, selain itu akibatnya dapat menimbulkan perdarahan. Selain itu juga cacing ini
menghisap darah dari hospes sehingga dapat mengakibatkan anemia.

Untuk penderita pada anak-anak dengan infeksi Trichuris trichiura yang berat
dan menahun menunjukan gejala-gejala Diare yang dapat diselinggi dengan sindrom
Disentri, Anemia, Nyeri ulu hati, berat badan menurun dan kadang- Kadang rektum
menonjol melewati anus (prolapsus rektum), terutama pada anak-anak atau wanita dalam
masa persalinan, selain itu juga dapat menyebabkan peradangan usus buntu (apendisitis).
Infeksi berat Trichuris trichiura dapat diselinggi dengan infeksi cacing yang lainnya atau
protozoa. Infeksi ringan tidak memberikan gejala klinis yang jelas hingga tidak terdapat
gejala klinis sama sekali hingga harus dilakukan pemeriksaan tinja secara rutin. Selain itu
juga Telah dilakukan suatu pemeriksaan tinja dengan metoda langsung, pengapungan dan

5
sedimentasi yang bertujuan untuk mengetahui metoda yang paling sensitif dalam
mendeteksi adanya telur cacing. Hasil menunjukkan bahwa metoda yang paling tinggi
sensitifitasnya adalah metoda sedimentasi, lalu metoda pengapungan dan yang paling
rendah adalah metoda langsung. Untuk kasus trichuris trichiura didapatkan sebanyak
20,8%.

7. Dampak kesehatan dari parasit Trichuris trichiura


Untuk mengambil makanan cacing Trichuris trichiura memasukkan tubuh bagian
interiornya ke dalam mukosa usus hospes. Cacing ini dapat hidup beberapa tahun di dalam
usus manusia (Faust et al, 1990). Kerusakan mekanik pada bagian kolon disebabkan oleh
kepala cacing yang masuk ke dalam epitel, tidak dijumpai peradangan kolon yang difus,
apabila terjadi disentri, mukosa menjadi sembab dan rapuh. Dalam masyarakat, infeksi
cacing T. trichiura dengan gejala ringan tidak banyak menimbulkan perhatian. Pada
infeksi berat dengan diare yang terus menerus dengan darah di dalam tinja. Adanya kasus
diare yang sedang berlangsung selama berbulan-bulan menyebabkan pertumbuhan anak
tidak memuaskan, berat badan berkurang dan tidak sesuai dengan umur (Margono, 2001).
Pada kasus infeksi berat, dapat menimbulkan intoksikasi sistemik dan di ikuti anemia yang
dapat menyertai infeksi dengan kadar Hb 3 mg per 100 ml darah. Rupanya cacing ini juga
mengisap darah hospes, perdarahan dapat terjadi pada tempat melekatnya, kira-kira 0,005
ml darah setiap hari terbuang akibat di isap oleh se ekor cacing ini (Brown, 1993).
Berbagai gangguan tersebut di atas, ternyata dapat mengakibatkan pula gangguan kognitif
secara tidak langsung. Dilaporkan oleh Hadidjaya (1996) bahwa gangguan kognitif bisa
terjadi secara langsung, ia menemukan terdapat hubungan kausal antara infeksi cacing
Ascaris lumbricoides dengan fungsi kognitif. Penelitian Nokes, dkk. (1998) melakukan tes
kognitif terhadap anak-anak usia sekolah (9-12 tahun) yang terinfeksi cacing Trichuris
trichiura dari sedang sampai berat. Hasil tes menunjukkan penurunan kandungan cacing
cenderung secara bermakna dapat meningkatkan daya ingat dan pendengaran. Jadi ada
hubungan kausal antara anak usia sekolah yang terinfeksi cacing dengan kemampuan
kognitifnya. Mohammad (2004) menggunakan TONI-tes (tes non verbal intelligence)
untuk melihat gangguan fungsi kognitif anak-anak yang terinfeksi cacing Ascaris
lumbricoides dan Trichuris trichiura dari sedang sampai berat pada anak-anak Sekolah
Dasar di daerah pedesaan Trengganu (Malaysia), ternyata intensitas penyakit cacingan
tersebut mempunyai pengaruh bermakna terhadap kemampuan anak dalam memecahkan
masalah. Di Indonesia prevalensi infeksi A. lumbricoides 71 %, T. trichiura 80 % dan

6
Cacing tambang 40 % pada anak-anak Sekolah Dasar. Adanya gangguan kognitif secara
langsung maupun tidak langsung pada penderita infeksi cacing yang ditularkan melalui
tanah, menunjukkan bahwa mutu sumber daya manusia di Indonesia paling sedikit 65 %
terganggu. Upaya pemberantasan penyakit cacingan secara berkesinambungan, dapat
menurunkan bahkan mungkin menghilangkan sama sekali infeksi cacing di masyarakat.
Dengan upaya ini diharapkan mutu sumber daya manusia masyarakat Indonesia dapat
ditingkatkan.

8. Penanganan infeksi parasit Trichuris trichiura

Untuk infeksi ringan tidak memerlukan pengobatan. Untuk pemberian obat


tiabendazol dan ditiazin tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan. Saat ini obat
yang digunakan yaitu mebendazol, albendazol, dan oksantel pamoat dapat mengobati dan
didapatkan hasil yang cukup memuaskan. Pengobatan dengan Mebendazol tidak boleh
diberikan kepada wanita hamil karena bisa membahayakan janin yang dikandungnya.
Penggunaan farmakologi untuk pengobatan infeksi T.trichiura antara lain:

 Mebendazol

•Bentuk sediaan : tablet, sirup 100 mg/ 5ml (botol 30 ml)

•Cara kerja obat : memiliki khasiat sebagai obat kecacingan yang mempunyai
jangkauan luas terhadap cacing-cacing parasit.

•Aturan pemakaian : 100 mg, 2 kali sehari selama3 hari

•Efek yang tidak diinginkan : kadang-kadang terjadi nyeri perut, diare, sakit kepala,
demam,gatal-gatal, ruam kulit

Tidak boleh digunakan pada anak-anak balita dan wanita hamil.

- Albendazol; dosis tunggal 400 mg

- Oksantel pirantel pamoat; dosis tunggal 10-15 mg/kgBB

7
BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

Mengingat prevalensi cacing yang ditularkan melalui tanah di Indonesia tinggi dan
dilaporkan telah mengakibatkan gangguan fungsi kognitif secara tidak langsung dan
langsung, maka mutu sumber daya manusia Indonesia kualitasnya menjadi rendah
Trichuris trichiura (cacing cambuk) adalah salah satu cacing penyebab penyakit cacingan
pada manusia.Cacingan merupakan penyakit yang endemik dan kronik. Tidak mematikan,
tetapi mengganggu kesehatan tubuh manusia dan dapat menurunkan kualitas sumber daya
manusia (SDM). Morfologi dari T.trichiura antara lain :Cacing jantan Panjang 4 cm
dengan ujung ekor melingkar dan terdapat spikulum. o Cacing betina Panjang 5 cm
dengan ujung ekor membulat. Pada kasus infeksi berat, dapat menimbulkan intoksikasi
sistemik dan di ikuti anemia yang dapat menyertai infeksi dengan kadar Hb 3 mg per 100
ml darah.

SARAN

Menjaga kebersihan agar tidak terinfeksi oleh parasit T.trichiura. Adapun pencegahan
sebagai berikut :

 Individu

a. Mencuci tangan sebelum & sesudah makan;

b. Mencuci sayuran yang dimakan mentah;

c. Memasak sayuran di air mendidih;

 Lingkungan

a. Menggunakan jamban ketika buang air besar;

b. Tidak menyiram jalanan dengan air got;

c. Tidak jajan di sembarang tempat. Dalam membeli makanan, kita harus memastikan
bahwa penjual makanan memperhatikan aspek kebersihan dalam mengolah makanan.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Mikrobiologi kedokteran. Jawetz. Edisi 26

2.Buku Parasitologi, untuk paramedic dan non Medis. Irianto Kus.

3.http://nilna.wordpress.com/2008/07/14/cacing-cacing-berbahaya-yang-hidup-di-usus-
manusia

Anda mungkin juga menyukai