BAB 1
PENDAHULUAN
kebersihan baik di lingkungan maupun kebersihan diri sendiri, hal ini akan
meningkatkan derajat kualitas hidup seseorang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
daerah kolon, terutama sekum. Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru.
Masa pertumbuhannya mulai dari telur tertelan sampai cacing dewasa betina
bertelur kurang lebih 30 – 90 hari.
2.2.2 Epidemiologi
Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang penting dalam proses
transmisi, iklim tropis Indonesia sangat menguntungkan terhadap
perkembangan Trichuris trichiura. Indonesia mempunyai empat area
ekologi utama terhadap transmisi Trichuris trichiura yaitu dataran tinggi,
dataran rendah, kering, dan hujan. Data dari berbagai survei di berbagai
tempat di Indonesia menunjukkan bahwa infeksi Trichuris trichiura
merupakan masalah di semua daerah di Indonesia dengan prevalensi 35%
gangguan pertunbuhan dan menilai gangguan nutrisi pada anak. Oleh sebab
itu infeksi cacing ini akan menyebabkan gangguan pertumbuhan anak. Hal
ini akan menurunkan derajat kualitas hidup manusia.11
2.2.4 Diagnosis
Diagnosis trikuriasis ditegakkan dengan menemukan telur pada
sediaan basah tinja langsung atau menemukan cacing dewasa pada
yang efektif bila diberikan selama 3 hari pada penderita yang terinfeksi
cacing Trichuris trichiura.8
Anak-anak sering terinfeksi cacing terutama cacing STH salah
satunya Trichuris trichiura. Hal ini karena perilaku kebersihan anak-anak
tersebut. Pada anak-anak cenderung sering memasukkan jari-jari tangannya
ke dalam mulut selesai bermain atau saat bermain. Anak-anak juga
cenderung untuk tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
Perilaku-perilaku kebersihan ini perlu diterapkan oleh orang tua pada anak-
anak. Sejak kecil anak-anak harus dibiasakan untuk selalu menjaga
kebersihan dirinya. Misalnya seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, tidak memasukkan jari yang kotor kedalam mulut, mandi dua kali
sehari, dan lain-lain. Hal-hal yang sederhana ini perlu diajarkan pada anak
sejak dini, agar anak-anak bisa dicegah dari terinfeksi cacing. Faktor
perilaku kebersihan diri sangat penting dan berpengaruh dalam terinfeksi
penyakit cacing, mengingat cacing Trichuris trichiura penularannya lewat
tanah.17
Nematoda Usus
Morfologi dan
Daur Hidup
Pengobatan Trichuris
Cacing TT trichiura
Epidemiologi
Gejala
Diagnosis
Klinis
Albendanzole
Pemeriksaan Feses
Perilaku
Kebersihan Diri
Gambaran
Infeksi Perilaku
Trichuris Cacing
trichiura Kebersihan Diri
Trichuris
trichiura
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
d2
Keterangan:
Q=1–P
N= Zα2 x P x Q
d2
0,102
yang terbukti terinfeksi cacing, maka dijamin hal tersebut tidak akan
disebarluaskan dan dalam pemeriksaan, anak-anak yang sampelnya telah
diperiksa, akan diberitahukan hasilnya sendiri oleh peneliti. Saat penulisannya
tidak akan dicantumkan nama diperhatikan anak-anak ini harus didampingin oleh
pihak orang tua atau guru, bila dari pihak orang tua anak tersebut berhalangan
untuk hadir.
Proposal penelitian ini sudah mendapat persetujuan etik dari Komisi Etik Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (Lampiran 5)
BAB 4
4.3 Gambaran Infeksi Cacing Trichuris trichiura pada Anak SDN 01 PG Jakarta
Barat
Hasil pemeriksaan feses anak untuk identifikasi cacing Trichuris trichiura
pada anak SDN 01 PG dapat dilihat sebagai berikut:
Positif 0 0%
Negatif 90 100%
Total 90 100%
Postif 1 1,1%
Negatif 89 98,9%
Total 90 100%
Postif 4 4,4%
Negatif 86 95,6 %
Total 90 100%
Pada tabel 4.5 di dapatkan ada 4 orang anak (4,4%) yang positif infeksi
protozoa. Dimana terdapat 1 positif E.Coli (sampel no 18), 1 anak positif Giardia
lambia (sampel no 55), 1 anak dengan positif Blastocysis hominis (sampel nomor
60), dan 1 anak dengan positif campuran antara Giardia lamblia dan Blastocysis
hominis (sampel nomor 19). Penemuan protozoa ini juga disertai dengan
penemuan adanya jamur dalam bentuk blastospora yang dicurigai Candida.
Namun, penemuan jamur ini masih membutuhkan pemeriksaan lagi yang lebih
lanjut.
1 Ya 28 31,1 %
2 Tidak 62 68,9 %
Total 90 100 %
1 Ya 84 93,3 %
2 Tidak 6 6,7 %
Total 90 100 %
1 Ya 18 20 %
2 Tidak 72 80 %
Total 90 100 %
1 1 x dalam 1 81 90 %
minggu
2 1 x dalam 2 9 10 %
minggu
Total 90 100 %
1 Ya 71 78,9 %
2 Tidak 19 21,1 %
Total 90 100 %
4.5 Pembahasan
Gambaran infeksi Trichuris trichiura pada anak SD 01 Jakbar adalah
0%. Hasil ini tentu sangat berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Djarismawati pada tahun 2008. Oleh Djarismawati prevalensi anak di daerah
Jakarta Barat yang terinfeksi oleh cacing Trichuris trichiura adalah 25%. Pada
anak SD 01 Jakarta Barat tidak ditemukan adanya infeksi cacing Trichuris
trichiura, namun ditemukannya telur cacing Ascaris lumbricoides, protozoa dan
jamur.
Cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura termasuk dalam
kelas yang sama yaitu nematoda. Cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris
trichiura merupakan Soil Transmitted Helminthes (STH) dimana membutuhkan
media tanah sebagai habitat dan siklus hidupnya.10 Oleh karena itu, pada
penelitian ini ditemukan adanya telur Ascaris lumbricoides (Tabel 4.4). Selain
itu pada sampel anak yang ditemukan telur Ascaris lumbricoides dari hasil
kuesioner menunjukkan bahwa anak tersebut tidak memiliki kebiasaan bermain
tanah dan memiliki perilaku kebersihan diri yang baik. Hal ini sangat berbeda
dengan teori mengenai penularan cacing Ascaris lumbricoides,dimana penularan
cacing tersebut lewat tanah. Akan tetapi pada hasil kuesioner menunjukkan anak
penelitian ini, ternyata pada sekolah tersebut memiliki lingkungan yang bersih
(Lampiran 4) serta perilaku yang baik, oleh karena itu gambaran infeksi cacing
Trichuris trichiura pada anak adalah 0%.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa gambaran
infeksi cacing Trichuris trichiura pada anak SDN 01 PG Jakarta Barat
adalah 0 %. Akan tetapi ditemukan juga 1 anak yang positif (1,1 %)
infeksi cacing Ascaris lumbricoides dan 4 anak positif (4,4 %) ditemukann
adanya protozoa dan jamur. Tidak ditemukannya infeksi cacing Trichuris
trichiura dikarenakan lingkungan sekolah yang bersih dan anak-anak di
sekolah tersebut memiliki perilaku kebersihan diri sendiri yang baik.
5.2 Saran
Saran untuk penelitian ini :
a. Anak yang positif terinfeksi oleh cacing perlu diberikan pengobatan.
b. Walaupun anak yang positif ditemukan protozoa dan jamur tidak
menunjukkan gejala klinis, harus diberikan edukasi untuk
mengkonsumsi makanan dan minuman yang bersih. Dikarenakan bila
protozoa bertambah banyak atau imunitas anak menurun akan
menimbulkan gejala klinis pada anak tersebut misalnya diare.
c. Dikarenakan lingkungan yang bersih sehingga tidak ditemukannya
infeksi oleh cacing Trichuris trichiura, maka perlu penelitian yang
lebih lanjut pada tempat sekolah dengan lingkungan yang buruk di
daerah Jakarta Barat.
DAFTAR PUSTAKA
10. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S. Buku ajar parasitologi
kedokteran. Edisi ke-4.Jakarta:FK UI;2008.h.6,16-8
11. Prianto J, Darwanto. Atlas parasitologi kedokteran.Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum;2008.h.22-3
12. Siregar CD. Pengaruh infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah pada
pertumbuhan fisik anak usia sekolah dasar. Sari Pediatri.2006;6(2): 112-7
13. Puspita A. Prevalensi cacing Ascaris lumbricoides, cacing tambang, dan
Trichuris trichiura setelah lima tahun program eliminasi filariasis di desa
mainang, Alor, Nusa Tenggara Timur. Diunduh dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123360-s09090fk-Prevalensi%20cacing-
literatur.pdf, 20 Oktober 2016
14. Yang HF, Wang CC, Hu CF, Hsieh CC, Lee HS, Chen SJ. Importance of
considering Trichuris trichiura infection in infant presenting with acute and
substantial bloody diarrhea: a case report and literature review. 2012.
Diunduh dari http://oldjms.ndmctsgh.edu.tw/db/File/3206309.pdf, 20 Oktober
2016
15. Palgunadi BU. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kecacingan yang
disebabkan oleh soil trasnmitted helminthes di Indonesia. Diunduh dari
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol%20Edisi%20Khusus%20D
esember%202010/FAKTOR%20YANG%20MEMPENGRUHI%20KEJADI
AN%20KECACINGAN.pdf, 20 Oktober 2016
16. Henderson R. Trichuriasis (whipworm). Diunduh dari
http://patient.info/doctor/trichuriasis-whipworm, 20 Oktober 2016
17. Hairani B, Waris L, Juhairiyah. Prevalensi soil transmitted helminth pada
anak sekolah dasar di Kecamatan Malinau Kota Kabupaten Malinau Provinsi
Kalimantan Timur. Vol 5, No.1. Juni 2014.
18. Tefera T. Parasitic contamination of fruits and vegetables collected from
selected local markets of Jimma town, Southwes Ethiopia. Diunduh dari 6
Januari 2016
19. Nurhayati.2010. Gambaran infeksi protozoa intestional pada anak binaan
rumah singgah amanah kota Padang. Majalah Kedokteran Andalas. Vol
34:60-9