Anda di halaman 1dari 11

Irfan Fadilah

1610312073

I. TERMINOLOGI
1. Kecacingan : infeksi oleh satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari
golongan nematoda usus.
2. Askariasis : infeksi yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides atau biasa
disebut dengan cacing gelang. Cacing gelang adalah parasit yang hidup dan
berkembang biak di dalam usus dan cacing yang ditularkan melalui tanah (soil
transmitted helminths/STH) dimana siklus hidupnya memerlukan tanah yang
sesuai untuk berkembang menjadi bentuk infektif
3. Trikuriasis : : infeksi cacing cambuk, adalah infeksi yang diakibatkan cacing
parasit (Trichuris trichiura /cacing cambuk) yang ditularkan melalui tanah
(soil transmitted helminths/STH) dimana siklus hidupnya memerlukan tanah
yang sesuai untuk berkembang menjadi bentuk infektif
4. Infeksi Cacing tambang : Infeksi cacing tambang adalah penyakit yang
disebabkan oleh parasit cacing tambang di dalam usus kecil yang ditularkan
melalui tanah (soil transmitted helminths/STH) dimana siklus hidupnya
memerlukan tanah yang sesuai untuk berkembang menjadi bentuk infektif.
Ada dua jenis cacing tambang yang sering menyerang manusia, yaitu
Ancylostoma duodenale dan Necator americanus.
5. Imunisasi TT : Imunisasi Tetanus Toksoid ialah imunisasi untuk mencegah
penyakit tetanus
6. Tetanus : penyakit yang disebakan oleh tetanospasmin, yaitu
sejenis neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium tetani yang
Irfan Fadilah
1610312073

menginfeksi sistem urat saraf dan otot sehingga saraf dan otot menjadi kaku
(rigid)

Source = PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah ada hubungan antara penyuluhan kecacingan yang dilakukan
bersamaan dengan persmian UKS di sekolah?
2. Mengapa kejadian askariasis, trikuriasis dan infeksi cacing tambang bisa tinggi di
suatu daerah?
3. Bagaimana cara skrining untuk pemeriksaan askariasis, trikuriasis dan infeksi
cacing tambang?
4. Mengapa kejadian kecacingan masih tetap tinggi walaupun pengobatan
setiap 6 bulan telah dilakukan?
5. Kapan Kecacingan dan dikatakan memiliki insidensi tinggi?
6. Apa obat yang diberikan untuk kecacingan setiap 6 bulan?
7. Mengapa Faktor geografis dan perilaku masyarakat yang MCK di sungai dapat
memengaruhi kejadian cacingan?
8. Bagaimana pengaruh kontak dengan tanah dengan kejadian kecacingan?
9. Apa gejala anak kecacingan?
10. Apa akibat kecacingan pada tubuh?
11. Kapan jadwal imunisasi TT dilakukan? Bagiamana cara pemberiannya?
12. Apa bahaya penyakit tetanus?
13. Apa gejala tetanus?
14. Mengapa seseorang bisa terkena tetanus?

III. HIPOTESIS

1. Usia anak-anak merupakan kelompok berisiko terinfeksi kecacingan ini karena aktifitas bermain
anak-anak lebih banyak di tanah dan sungai. Kelompok umur terbanyak yang terinfeksi adalah pada
usia 6-12 tahun atau pada tahapan sekolah dasar

Selain itu,kurangnya pengetahuan dari orang tua atau orang dewasa mengenai manfaat keberhasihan
baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan yang menjadi salah satu penyebab timbulnya cacingan
pada anak khususnya balita. Dengan kurangnya pengetahuan ini, mereka tidak bisa.

Jadi dibutuhkan penyuluhan kecacingan di SD yang diperuntukkan bagi siswa SD dan orang
tuanya. dan penyuluhan kepada siswa dapat dilakukan di UKS.

2. Parasit cacing yang paling banyak menginfeksi adalah Ascaris lumbricoides, cacing
tambang (hookworm) dan Trichuris trichiura.(Soil transmited helminth)

Cara penularan cacingan antara lain melalui :

 Individu
 Makanan yang terkontaminasi
Irfan Fadilah
1610312073

 Tidak mencuci tangan setlah buang air dan sebelum makan.


 kaki yang langsung berhubungan dengan tanah yang mengandung vektor cacing,
karena tidak mengenakan alas kaki.
 kebersihan kuku kurang
 kebiasaan bermain di tanah
 status sosial dan pengetahuan rendah.

 Lingkungan
 Kebiasaan buang air besar (BAB) di sembarang tempat juga bisa menularkan cacing.
(sanitasi)
 Tidak ada jamban jamban,
 lantai rumah dari tanah
 ketersediaan air bersih kurang

a. Makanan yang terkontaminasi

Cacing bisa berkembang biak akibat telur yang terus menetas. Ada kalanya, telur tersebut hadir
melalui media makanan, dan air. Salah satu makanan yang bisa saja terkontaminasi telur cacing
adalah daging. Saat ini, banyak lembaga pengawas makanan yang melakukan sidak ke pasar daging
dan kemudian menemukan penjual yang nakal dengan menjual daging sapi terkontaminasi cacing. Itu
sebabnya, Anda harus lebih jeli memilih makanan yang disajikan untuk si kecil agar mencegah
terinfeksi penyakit cacingan.

b. Jari yang kotor

Anak-anak suka sekali bermain di tanah. Nah biasanya anak akan mudah terinfeksi cacing setalah
bermain kotor-kotoran di tanah basah dan lembab yang di dalamnya terdapat telur atau cacing. Oleh
karena itu, Anda harus selalu mengawasi si kecil terutama ketika mereka sedang bermain, karena
salah satu penyebab cacingan pada anak adalah jari yang kotor.

Dengan jari yang kotor serta belum dicuci bersih, maka cacing dan telurnya bisa saja masih tertinggal
di jari mereka. Kemudian, masuk ke mulut di saat anak makan. Itu sebabnya, amat diajurkan
melakukan pembersihan secara teratur terhadap tangan anak, dan kemudian memotong kuku anak
Anda minimal seminggu sekali.

c. Proses memasak yang kurang baik

Jika memasak, maka masaklah makanan hingga matang. Karena, dengan makanan yang masih relatif
mentah atau setengah matang, kemungkinan cacing belum mati dan masih bisa berkembang biak
dengan bebas. Juga, sebelum Anda memutuskan untuk memasak suatu bahan makanan, pastikan Anda
telah mencucinya dengan sangat bersih terutama untuk kategori sayuran serta daging.

d. Tidak menjaga kebersihan anus

Jika anak terkena cacingan, khususnya cacing kremi, umumnya gejala yang ditimbulkan adalah gatal
di daerah anus yang sangat mengganggu. Nah bila si kecil menggaruk anusnya yang gatal, telur
cacing akan pecah dan larva nantinya akan masuk ke dalam dubur. Saat digaruk, telur-telur ini
bersembunyi di jari dan kuku, sebagian lagi menempel di sprei, bantal atau pakaian. Lewat kontak
langsung, telur cacing menular ke orang lain. Lalu siklus cacing dimulai lagi.
Irfan Fadilah
1610312073

Itu sebabnya, selain menjaga kebersihan kuku, Anda juga harus membantu menjaga kebersihan
daerah genital si kecil dengan cara mengajari anak untuk membersihkan organ vitalnya seperti anus
dan vagina dengan baik dan benar.

3. Pemeriksaan infeksi kecacingan dapat dilakukan secara pemeriksaan kualitatif dan


kuantitatif.
 Pemeriksaan kualitatif yang lebih sering digunakan adalah teknik apusan langsung
(direct slide), karena ini lebih sederhana dan mudah untuk dilakukan serta tidak perlu
menentukan derajat infeksi kecacingan. (skrining)
Metode langsung (direct slide) mempunyai kelemahan yaitu jika bahan untuk
membuat sediaan secara langsung terlalu banyak, maka preparat menjadi tebal
sehingga telur menjadi tertutup oleh unsur lain. Metode direct slide cepat dan baik
untuk infeksi berat, tetapi untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya.

 pemeriksaan kuantitatif yang paling sering digunakan adalah metode Kato Katz.
Metode ini dilakukan untuk menentukan 3 derajat infeksi kecacingan. Metode Kato
katz menunjukkan sensitifitas yang lebih baik untuk mendeteksi infeksi A.lumbricoides
dan T.trichiura dan pada cacing tambang menunjukkan sensitifitas yang lebih rendah.
Metode Kato Katz memiliki kapasitas yang rendah untuk mendiagnosis cacing
tambang, tetapi memiliki sensitifitas yang tinggi mendeteksi Schistosoma mansoni,
A.lumbricoides dan T.trichiura.

4. Efek dari obat ini (Lihat nomor 5) adalah melumpuhkan cacing, sehingga akhirnya cacing
akan ikut kelaur saat buang air besar, sehingga ada kemungkinan akan menempukan cacing
masih dalam kondisi hidup sebab cacing hanya dilumpuhkan saja.Cacinng yang keluar
sebenarnya adalah cacing yang sudah di lumpuhkan oleh obat yang diberikan yang keluar
saat buang air besar, sehingga ada kemungkinan memang cacing dalam kondisi tetap hidup.

Mengapa kejadian kecacingan masih tetap tinggi walaupun pengobatan setiap 6 bulan telah
dilakukan

 Kebersihan tubuh, lingkungan, dan jenis makanan yang dikonsumsi belum benar-
benar terjaga dengan baik, sehingga meskipun cacing dialam tubuh sudah dibasmi
dengan obat, namun apabila ternyata secara tidak sengaja menelan makanan yang
sudah terkontaminasi telur cacing, maka tidak menutup kemungkinan anak akan
kembali terkena cacingan
 Dosis yang diberikan tidak sesuai, pemberian obat pada anak jauh lebih rumit
dibandingkan orang dewasa, pemberian obat dosis terlalu tinggi dapat menimbulkan
berbagai efek samping namun pemberian dosis rendah dapat menimbulkan resistensi
maupun tidak adanya manfaat yang didapatkan dari pengobatan tersebut
 Pemberian obat tidak sesuai dengan indikasi, seperti yang sudah disampaikan diatas,
pyrantel pamoat dapat membantu untuk mengatasi penyakit cacing kremi, cacing
gelang, cacing tambang, namun apabila ternyata jenis cacing yang menginfeksi anak
Anda bukan yang termasuk dalam indikasi pyrantel pamoat maka cacing tersebut bisa
saja tidak terpengaruh oleh obat tersebut.
Irfan Fadilah
1610312073

Promosi kesehatan

Diarahkan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat guna memelihara
kesehatan dan mencegah Cacingan. Perilaku hidup bersih dan sehat dilakukan
melalui:

1. cuci tangan pakai sabun;


2. menggunakan air bersih untuk keperluan rumah tangga;
3. menjaga kebersihandan keamanan makanan;
4. menggunakan jamban sehat; dan
5. mengupayakan kondisi lingkungan yang sehat

Promosi kesehatan dapat diberikan melalui Program Usaha Kesehatan Sekolah,


posyandu, media cetak maupun media elektronik dan penyuluhan langsung,
konsultasi, bimbingan dan konseling, intervensi perubahan perilaku, dan pelatihan.

5. Spesimen harus segera diperiksa pada hari yang sama, sebab jika tidak telur cacing
tambang akan rusak atau menetas menjadi larva. Jika tidak memungkinkan tinja harus
diberi formalin 5 – 10% sampai terendam. Prevalensi Cacingan diperoleh dengan
membagi jumlah feses yang positif mengandung telur cacing STH dibagi dengan
jumlah sample feses yang diperiksa. Hasil dari survei dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan tingkat endemisitas suatu daerah, sebagai berikut :(kategori
prevalensi WHO).
Irfan Fadilah
1610312073

6. Obat cacing

ALBENDAZOL
Merupakan obat cacing berspektrum luas. Obat bekerja dengan menghambat
pembentukan energi cacing sehingga mati. Albendazol juga memiliki efek larvisida terhadap
cacing gelang (A. lumbricoides) dan cacing tambang serta memiliki efek ovisida terhadap
cacing gelang (A.lumbricoides), cacing tambang (A.duodenale) dan cacing cambuk
(T.trichiura).
Pada pasien dewasa dan anak usia 2 tahun diberikan dosis tunggal 400 mg per oral.
Untuk askariasis berat dapat diberikan selama 2 – 3 hari. WHO merekomendasikan dosis
200 mg untuk anak usia antara 12 – 24 bulan. Penggunaan yang tidak lebih dari 3 hari,
hampir bebas dari efek samping. Efek samping biasanya ringan dan berlangsung sekilas yaitu
rasa tidak nyaman di lambung,
Albendazol tidak boleh diberikan pada Penderita yang memiliki riwayat
hipersensitivitas terhadap obat golongan benzimidazol dan penderita sirosis. Pada askariasis
berat, dapat terjadi erratic migration yaitu hiperaktivitas A. lumbricoides yang bermigrasi ke
tempat lain dan menimbulkan komplikasi serius seperti sumbatan saluran empedu,
apendisitis, obstruksi usus dan perforasi intestinal yang disertai peritonitis. Pada pasien
dengan demam serta wanita hamil trimester satu. Pengobatan dapat ditunda bila terdapat
salah satu kontra indikasi di atas.

MEBENDAZOL
Mebendazol memiliki mekanisme kerja yang sama dengan albendazol. Setelah
pemberian oral, kurang dari 10% obat akan diabsorpsi kemudian diubah menjadi metabolit
yang tidak aktif dengan waktu paruh 2 – 6 jam. Ekskresi terutama melalui urin dan sebagian
kecil melalui empedu. Absorpsi akan meningkat bila diberikan bersama makanan berlemak.
Dosis untuk dewasa dan anak usia lebih dari 2 tahun adalah 2 X 100 mg/hari, selama
3 hari berturut-turut untuk askariasis, cacing tambang dan trikuriasis. Sebelum ditelan
sebaiknya tablet dikunyah lebih dulu. Pemberian jangka pendek hampir bebas dari efek
samping yaitu mual, muntah, diare dan nyeri perut yang bersifat ringan. Pada dosis tinggi
Irfan Fadilah
1610312073

sehingga ada efek sistemik dapat terjadi agranulositosis, alopesia, peningkatan enzim hati dan
hipersensitivitas. Kontraindikasi untuk ibu hamil karena ditemukan efek teratogenik pada
hewan coba. Pada anak usia dibawah 2 tahun, perlu berhati hati karena data penggunaan
masih terbatas dan ada laporan terjadi kejang ,Seperti pada albendazol erratic migration dapat
terjadi pada askariasis berat.

PIRANTEL PAMOAT
Pirantel pamoat efektif untuk askariasis dan cacing tambang. Obat tersebut bekerja
sebagai neuromuscular blocking agent yang menyebabkan pelepasan asetilkolin dan
penghambatan kokinesterase sehingga menghasilkan paralisis spastik. Dosis yang dianjurkan
10 mg-11 mg/kg BB per oral, maksimum 1 gram, tidak dipengaruhi oleh makanan. Efek
sampingnya jarang, ringan dan berlangsung sekilas antara lain mual, muntah, diare, kram
perut, pusing, mengantuk, nyeri kepala, susah tidur, demam, lelah. Hati-hati pada penderita
gangguan fungsi hati, karena dapat meningkatkan serum amino transferase pada sejumlah
kecil Penderita yang memperoleh pirantel. Data penggunaan obat pada ibu hamil dan anak
usia dibawah 1 tahun masih terbatas, oleh karena itu penggunaan untuk kelompok tersebut
tidak dianjurkan

List Nama Dagang : Combantrin

7. Faktor Risiko Ascariasis


Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan parasit ini, di antaranya:
 Iklim yang hangat. Ascariasis tumbuh di wilayah dengan suhu yang hangat sepanjang
tahun.
 Kondisi lingkungan. Ascariasis banyak berkembang di tempat yang kebersihannya
tidak terjaga, terutama di daerah yang memanfaatkan feses manusia sebagai pupuk.
Selain itu, ascariasis juga umum terjadi pada wilayah dengan tingkat kemiskinan yang
tinggi, padat penduduk, minim akses kebersihan, dan wilayah dengan populasi anak di
bawah usia 5 tahun yang tinggi.
 Usia. Pasien usia 10 tahun ke bawah lebih rentan terserang ascariasis.
 Mck di sungai  telur cacing dan cacing dewasa ikut keluar bersama dengan BAB 
mencemari lingkungan dan air sungai air sungai dikonsumsi kembali infeksi
pada orang lain dan diri orang yang meminum dan makan air yang terkontaminasi

8. Pengaruh kontak tanah :


 Siklus hidup cacing yang menyebabkan cacingan (soil transmitted helminth)
 Tanah terkontaminasi dari telur dan larva cacing lalu masuk ke tubuh manusia melalui
telapak kaki (ex :cacing tambang, terselip kuku lalu termakan (ex: ascaris),
menggaruk garuk anus, lalu termakan lagi(ascaris), tanah tempat tumbuh tanaman
terkontaminasi tumbuhan termakan cacing tumbuh di tubuh manusia)
Irfan Fadilah
1610312073

9. Gejala Infeksi Cacing Tambang


Infeksi cacing tambang ditandai dengan kemunculan beberapa gejala berikut ini:
 Alergi berupa rasa gatal dan ruam.
 Sakit perut, mual, dan kram usus.
 Demam dan kehilangan nafsu makan.
 Diare dan terdapat darah bercampur dengan feses.
 Batuk-batuk dan pernapasan terganggu.
 Berat badan menurun.

10. Komplikasi Infeksi Cacing Tambang


Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, infeksi cacing tambang bisa
memicu masalah kesehatan lainnya, seperti:
 Anemia.
 Malanutrisi.
 Kelahiran prematur.
 Bayi kekurangan berat badan.
 Pertumbuhan anak terhambat.

11. Jadwal imunisasi TT:


Untuk bayi dan anak sekolah.

Imunisasi tetanus direkomendasikan untuk diberikan ulang pada anak sekolah kelas 2
dan 3 SD. Sebab imunisasi tetanus yang didapatkan ketika berusia 18-24 bulan hanya akan
memberikan perlindungan hingga sang anak berusia 6-7 tahun saja atau saat ia duduk di
bangku kelas 2 SD.
Irfan Fadilah
1610312073

Pemberian ulang imunisasi tetanus ini akan memperpanjang kekelaban tubuh anak
hingga 10 tahun ke depan. Ketika diberikan kembali setahun berikutnya –yaitu saat anak
duduk di kelas 3 SD– kekebalannya akan bertambah lama hingga 20 tahun kemudian.

Untuk wanita usia subur

Untuk perempuan, imunisasi TT (tetanus toksoid) sebaiknya diberikan 1 kali saat sebelum menikah
dan 1 kali pada saat hamil. Tujuan imunisasi ini adalah untuk mencegah tetanus pada bayi yang
baru lahir. Terutama dari proses persalinan

Cara pemerian : intramuscular di m. Deltoid

12. Komplikasi Tetanus dan Alasan Kenapa Tetanus Mematikan

 Pneumonia Aspirasi
Otot yang kaku akibat infeksi tetanus membuat kamu sulit mengunyah dan batuk. Ini
berpotensi memicu pneumonia aspirasi, yaitu kondisi ketika saluran paru-paru mengalami
infeksi akibat adanya makanan, saliva, atau minuman yang masuk. Jika tidak segera
ditangani, komplikasi lanjutan, seperti abses paru dan bronkiektasis bisa terjadi. Bahkan,
saluran pernapasan bisa gagal berfungsi hingga menyebabkan gagal napas.
 Laryngospasm
Laryngospasm adalah kondisi ketika laring (organ yang melindungi trakea dan berperan
dalam proses produksi suara) mengalami kejang selama 30-60 detik. Infeksi tetanus yang
berefek ke leher juga bisa menyebar ke laring, sehingga menyebabkan laryngospasm.
Akibatnya, jalan udara menuju paru-paru menjadi terhambat dan kita bisa kesulitan bernapas.
Pada kasus yang parah, laryngospasm bisa menyebabkan asfiksia atau gagal napas.
 Kejang-Kejang Akibat Tetanus
Irfan Fadilah
1610312073

Infeksi tetanus yang sangat parah bisa menyebar sampai ke ujung saraf otak, dan ini bisa
menyebabkan pengidapnya mengalami kejang yang mirip seperti kejang pada pengidap
epilepsi. Sampai saat ini belum ada obat yang bisa melepaskan racun tetanus dari ujung saraf.
Karena itulah pencegahan tetanus sangat penting.
 Gagal Ginjal Akut
Kejang otot yang parah akibat infeksi tetanus juga bisa memicu kondisi yang dikenal dengan
nama rhabdomyolysis. Ini adalah kondisi ketika otot tulang hancur dengan cepat, lalu
menyisakan myoglobin atau protein otot yang masuk ke urine. Rhabdomyolysis sangat
berbahaya dan bisa menyebabkan gagal ginjal, bahkan hingga kematian.

13. Gejala Tetanus


Tetanus merupakan penyakit yang berbahaya dan gejalanya muncul dalam 4-21 hari setelah
terkena kuman tetanus. Segera temui dokter jika Anda mengalami luka dan tidak mendapat
antiracun tetanus, terutama jika muncul beberapa gejala seperti:
 demam,
 pusing,
 berkeringat berlebihan,
 jantung berdebar.

Terlebih lagi sudah muncul gejala yang khas untuk tetanus, antara lain:
 Tegang dan kaku pada otot rahang (trismus).
 Otot leher atau otot perut terasa kaku.
 Sulit menelan.
 Episode kaku seluruh tubuh seperti kejang selama beberapa menit, yang dipicu oleh
suara bising, sentuhan, atau cahaya.
 Sulit bernapas.

14. Cara masuknya tetani

Bakteri tetanus bisa ditemukan di setiap tempat. Spora bakteri C. tetani ada di mana saja di
siktar kita. Yang paling banyak ada di tanah dan feses hewan.

Bakteri bisa masuk ke tubuh melalui luka terbuka atau terkena tusukan benda tajam yang
terkontaminasi, misalnya tertusuk paku.

Bakteri tetanus akan masuk ke dalam tubuh, dan spora berkembang biak menjadi bakteri baru
dan mengumpul dalam luka. Kumpulan bakteri tersebut akan menghasilkan racun yang
menyerang saraf motorik Anda dan langsung menyebabkan gejala tetanus.

Selain itu, cara umum lain penularan tetanus antara lain:

 Luka yang terkontaminasi dengan air liur atau kotoran


 Luka yang disebabkan oleh benda menusuk kulit seperti paku, serpihan kaca, jarum
 Luka bakar
 Luka yang dipencet
 Cedera dengan jaringan yang mati

Cara penularan tetanus yang jarang, antara lain:


Irfan Fadilah
1610312073

 Prosedur operasi
 Luka dangkal (misalnya goresan)
 Gigitan serangga
 Penggunaan obat infus
 Suntikan ke otot
 Infeksi gigi

Anda mungkin juga menyukai