PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
disebabkan oleh iklim tropis dan kelembaban udara yang tinggi di Indonesia.
Lokasi yang tidak higienis dan sanitasi yang rendah menjadi lingkungan yang
kasus infeksi cacing yang kronik banyak ditemukan di daerah pedalaman yang
Infeksi cacing ini Apabila dicermati lebih lanjut pengaruhnya bisa sangat
yang terlihat secara nyata maupun yang tidak terlihat. Kasus infeksi yang sedang
sampai berat bisa mengakhibatkan adanya gangguan penyerapan pada usus dan
gangguan beberapa fungsi organ dalam. Gangguan yan ditimbulkan mulai dari
yang ringan tanpa gejala hingga sampai yang berat bahkan sampai mengancam
jiwa. Secara umum gangguan nutrisi atau anmeia dapat terjadi pada penderita. Hal
ini secara tidak langsung akan mengakibatkan gangguan kecerdasan pada anak.
Karena itu, cacingan masih menjadi masalah kesehatan mendasar di negeri
ini. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan suatu upaya bersama dan juga
antihelmintik atau obat anti cacing yang merupakan salah satu upaya
satu macam jenis cacing, sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum
indikasi tertentu. Untuk mengobati cacingan, banyak obat anti cacing diberikan
yang bertujuan untuk mengeluarkan cacing segera bersama tinja hanya dalam
dosis sekali minum. Obat anti-cacing yang dipilih harus diperhatikan benar karena
Pemberian obat anti cacing tanpa dasar justru akan merugikan penderita
yang mana akan memperberat kerja hati. Diagnosis harus dilakukan dengan
menemukan telur/larva dalam tinja, urin, sputum dan darah atau keluarnya cacing
dewasa melalui anus,mulut atau lainnya. Maka dari itu penggunaan antihelmintik
sangat diperlukan dalam memberantas dan mengurangi cacing dalam organ atau
jaringan tubuh.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut
C. TUJUAN
D. MANFAAT
1. Data dan informasi obat anti cacing dapat menjadi masukan bagi
TINJAUAN PUSTAKA
1. PENGERTIAN CACINGAN
paling umum. Siapa saja bisa mengalami cacingan akibat terinfeksi parasit cacing
ini. Meski begitu, penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak yang tinggal di
Ascaris lumbricoides adalah nama latin dari cacing gelang yang hidup di
usus manusia. Cacing ini merupakan penyebab penyakit ascariasis alias cacingan
jenis roundworms. Cacing ini seringnya berada pada lingkungan yang tidak bersih
manusia bisa lebih dari 30 cm. Itu sebabnya, cacing gelang besar ini dapat dilihat
Menurut estimasi CDC, sekitar lebih dari 1 juta orang di dunia terinfeksi
merupakan kelompok STH yang paling banyak ditemukan di dunia dan Indonesia.
sekolah usia sekolah dan pra sekolah di semua daerah endemis pada tahun 2020.
Gejala dari infeksi askariasis bermacam-macam, mulai dari asimptomatis,
simptomatis, hingga terjadi komplikasi. Gejala asimptomatis terjadi pada saat fase
migrasi larva dan jumlah cacing dewasa di dalam saluran pencernaan belum
(keluarnya cacing dari anus, mulut, atau hidung). Komplikasi dari peningkatan
jumlah cacing dan migrasi cacing dewasa berupa obstruksi saluran pencernaan
yang menimbulkan gejala akut abdomen dan konsekuensi dari obstruksi itu
sendiri (perforasi, sepsis) serta komplikasi yang bersifat kronis seperti gangguan
2. PATOFISIOLOGI CACINGAN
saluran cerna manusia. Telur yang telah terfertilisasi akan menjadi bentuk infektif setelah
18 hari atau beberapa minggu jika didukung oleh lingkungan yang mendukung seperti
kelembapan yang tinggi, suhu yang hangat, dan tanah ditempat teduh. Telur infektif jika
secara tidak sengaja tertelan oleh manusia akan masuk ke saluran pencernaan, telur
menetas di duodenum akibat stimulasi dari asam gaster dan menghasilkan larva
pembuluh darah vena, vena portal dan kemudian liver. Larva bermigrasi lewat
pembuluh darah vena atau sistem limfatik untuk mencapai jantung dan paru-paru.
pencernaan bagian atas larva sudah menjadi cacing dewasa (2-3 bulan). Cacing
dewasa kemudian diam di jejenum berkopulasi dan bertelur dengan masa hidup 6-
langsung, adanya respon imun host terhadap tempat infeksi, obstruksi orifisium
atau lumen traktus gastrointestinal, dan sekuele nutrisi yang disebabkan oleh
adanya infeksi.
1. Golongan piperazin
Piperazin bekerja sebagai agonis GABA pada otot cacing. Cara kerja
(cacing kremi).
2. Golongan benzimidazol
Benzimidazol merupakan antelmintik berspektrum luas dengan mekanisme
a. Tiabendazol
b. Mebendazol
dan trikuris.
Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah pirantel pamoat dan
morantel.
spastis.
dilihat pada :
a. Avermektin
paralisis.
b. Ivermektin
paralisis otot dengan mengganggu pertukaran ion kalsium dan kalium pada
otot cacing.
4. INDIKASI
Kehamilan Kategori C
sirup kering 125 gr/5 ml & 250 mg/5 ml, tablet 125 mg dan
Sediaan
250 mg
Obat cacing ini dapat digunakan untuk mengatasi salah satu dari jenis
5. KONTRAINDIKASI
Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui
memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan: Orang yang memiliki
riwayat hipersensitivitas atau alergi terhadap kandungan obat ini.
6. MEKANISME KERJA
Cara kerja obat cacing dapat dicermati dari kandungan bahan aktifnya yang
berupa pirantel pamoat. Senyawa obat ini merupakan bentuk garam dari pirantel
dengan kombinasi 34,7 % basis pirantel dengan asam pamoat. Dengan sifat yang
menjadikannya lumpuh atau mati dan kemudian melepaskan diri dari saluran
cerna.
7. DOSIS DAN CARA PENGGUNAAN
Tersedia dalam bentuk sediaan suspensi (sirup kering) dan tablet dengan
Suspensi: dosis 125 mg/5 ml dan dosis 250 mg/5 ml (satu sendok
takar).
ringannya penyakit, berat badan, usia, dan lain-lain. Atau berdasarkan dosis yang
Dosis dewasa: 1 kali sehari sebelum atau setelah makan 3 - 4 sendok takar
(satu sendok takar 5 ml) sekali minum.
Dosis anak-anak:
Petunjuk Penggunaan:
1. Gunakanlah obat ini sebelum atau setelah makan. Penuhi kebutuhan air
setelahnya dan tidak perlu ada pantangan makan.
2. Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera pada
kemasan sebelum mulai mengonsumsinya.
3. Tidak perlu menggunakan pencahar untuk membantu mempercepat
pengeluaran feses.
8. EFEK SAMPING
Obat cacing umumnya ditoleransi dengan baik. Namun demikian, ada efek
Mual
Muntah
Sakit kepala
Mengantuk
Ruam kulit
Pruritus
Urtikaria
Efek Overdosis
Belum ada data yang menunjukkan adanya efek overdosis penggunaan obat
menunjukkan LD50 pada tikus dengan dosis 535 mg/kg. Mengacu pada fakta tadi,
kemungkinan overdosis dapat terjadi jika obat ini dikonsumsi dalam jumlah yang
sangat banyak dan gejala yang ditimbulkan dapat berupa mual, muntah, diare,
sakit kepala dan ruam kulit. Segera bawa ke unit kesehatan terdekat jika kondisi
ini terjadi.
3.
4.
5.