Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MINOR ILLNESS

PINWORM INFECTION
( ENTEROBIASIS)

Disusun oleh :
Elva Asmiati

14/374164/FA/10192

Wistiani Tri Wardani

14/374185/FA/10211

Widya Haris Alhasany

14/374211/FA/10227

Yosephine Agnes Purba

14/374244/FA/10239

Khairunissa Irnanda

14/374551/FA/10253

Prisnu Tirtanirmala

14/375241/FA/10312

Anggit Yustitia
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014

I. PENDAHULUAN
A. Definisi
Pinworm infection merupakan infeksi yang disebabakan oleh cacing/parasit
berukuran sangat kecil. Infeksi kremi sering terjadi dan mudah menyebar, terutama
pada anak-anak. Infeksi ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan,
gizi, kecerdasan, dan produktivitas penderitanya karena menyebabkan kehilangan
nutrisi karbohidrat dan protein serta kehilangan darah. Oleh karena itu, diperlukan
treatment tertentu untuk menghilangkan parasit penginfeksi tersebut.
B. Etiologi
Pinworm infection disebabkan oleh parasit dengan nama ilmiah Enterobius
vermicularis, sehingga infeksi cacing kremi sering disebut enterobiasis.
Enterobius vermicularis merupakan parasit yang umumnya menginfeksi usus
manusia. Cacing jantan berukuran panjang 2-5 mm, mampu hidup selama 2
minggu dan hidup di sistem gastrointestinal bagian bawah (tidak bermigrasi).
Cacing betina berukuran dua kali lipat lebih panjang daripada cacing jantan, 8-13
mm, dan biasanya menyimpan 11.000 telur di dalam tubuhnya. Telur cacing
umumnya dewasa selama 1-2 bulan pada saluran gastrointestinal dan menjadi
cukup besar untuk bermigrasi. Cacing betina yang sedang mengandung telur
biasanya bermigrasi ke area rektal untuk bertelur seringnya pada malam hari.
Cacing betina biasanya akan mati setelah menyimpan telurnya. Cacing kremi akan
menyimpan telur mereka sepanjang perineum dan bahkan di vagina. Larva akan
menetas dari telur-telur tersebut setelah beberapajam dan mampu masuk kembali
ke dalam kolon melalui anus (retroinfeksi). Kira-kira 2 6 minggu setelah telur
masuk ke dalam tubuh seseorang, larva bisa menetas dan menjadi cacing dewasa.
Manusia merupakan host alami, cacing kremi tidak hidup pada kucing dan anjing.
Infeksi cacing kremi akan menyebabkan rasa gatal yang intens pada area
perianal. Menggaruk dengan kuat akan menghasilkan ruam pada kulit. Efek yang
tidak nyaman dari cacing kremi biasanya menyebabkan kurang tidur.

C. Prevalensi
Infeksi cacing kremi terjadi diseluruh dunia dan sering terjadi. Angka
kejadiannya cukup tinggi pada anak usia pra sekolah dan usia sekolah. Walaupun
infeksi pada orang dewasa sangat jarang terjadi, anak-anak dengan cacing kremi
sering menginfeksi orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Faktor yang menyebabkan peningkatan resiko infeksi antara lain: usia (5-10
tahun), adanya anak-anak lain pada area tempat tinggal atau di area institusi,
berbagi tempat tidur, dan tinggal pada lingkungan yang lembab.
D. Transmisi
Infeksi cacing kremi bisa menyebar dengan berbagai cara, paling umum
terjadi melalui kontak langsung dengan telur cacing.
1

Orang-orang dapat secara berkelanjutan terinfeksi kembali dengan dengan


cara menggaruk area perianal dan menyentuh mulut mereka atau
menyentuh objek yang selanjutnya dimakan atau ditempatkan didalam
mulut.

Cacing kremi juga tersebar melalui kontak tidak langsung ketika seseorang
menyentuh pakaian, pakaian dalam, atau tempat tidur yang mengandung
telur. Telur-telur ini selanjutnya dapat menyebar pada makanan, mainan,

atau objek lain yang sering dimasukkan anak-anak kedalam mulut mereka.
Telur juga dapat menyebar disekitar ruangan ketika benda yang
terkontaminasi digoyangkan, sehingga menyebabkan telur tersebar bersama
debu. Pada kondisi yang ideal, telur dapat hidup sampai 3 minggu pada
tempat tidur, pakaian, dan debu; namun setidaknya 1 dari 10 telur akan

hidup setelah 2 hari pada suhu ruangan.


Transmisi juga dapat terjadi melalui cara retro-infection. Hal ini terjadi
ketika cacing kremi menginfeksi kembali host-nya dengan menetas
didaerah perianal kemudian kembali lagi kedalam rektum.

E. Epidemiologi
Penyebaran cacing kremi lebih luas daripada cacing lain. Penularan dapat
terjadi pada suatu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu
lingkungan yang sama. Penyebaran eneterobiasis biasanya terjadi di fasilitasfasilitas child care, rumah sakit, dan keluarga. Telur cacing dapat diisolasi dari
debu di ruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan mungkin ini menjadi sumber

infeksi bagi anak-anak di sekolah. Di berbagai rumah tangga dengan beberapa


anggota keluarga yang mengandung cacing kremi, telur cacing dapat ditemukan
(92%) di lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet seats), bak mandi,
alas kasur, pakaian, dan tilam. Suatu hasil penelitian menunjukkan angka
prevalensi pada berbagai golongan manusia 3%-8%. Kelompok usia terbanyak
menderita enterobiasis adalah kelompok usia 5 9 tahun.
Cacing kremi tidak dapat hidup di tanah, air maupun feses hewan, tetapi telur
inaktif dari cacing ini dapat menempel pada bulu hewan peliharaan. Frekuensi di
Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih banyak ditemukan pada golongan
ekonomi lemah.
Kebersihan perorangan penting untuk pencegahan. Kuku hendaknya selalu
dipotong pendek, tangan dicuci bersih sebelum makan. Anak yang mengandung
cacing kremi sebaiknya memakai celana panjang jika hendak tidur supaya alas
kasur tidak terkontaminasi dan tangan tidak dapat menggaruk daerah perianal.
Makanan hendaknya dihindarkan dari debu dan tangan yang mengandung parasit.
Pakaian dan alas kasur hendaknya dicuci bersih dan diganti setiap hari.
F. Diagnosis
Gatal pada area perianal dan perineal terutama pada malam hari, serta
insomnia merupakan keluhan utama dari infeksi cacing kremi. Namun, banyak
infeksi cacing kremi terjadi tanpa gejala.
Adanya cacing kremi dapat dikonfirmasi dengan 1-2 cara:
-

Pertama, observasi secara langsung cacing dewasa pada area sekitar anus,
perineum, atau jalur masuk kedalam vagina. setelah anak tidur atau bangun

pada pagi hari. Penggunaan senter akan membantu pencarian tersebut.


Kedua, observasi telur cacing yang memiliki ukuran sebesar kepala peniti
dibawah mikroskop. Selotip sepanjang 2 inchi ditempelkan ke daerah
perianal anak pada pagi hari sebelum anak bangun. Selotip tersebut
selanjutnya dipindahkan ke glass slide untuk diuji lebih lanjut.
Cacing kremi dapat diidentifikasi sekitar 50% setelah mengaplikasikan salah

satu dari 2 cara tersebut. Tes-tes tersebut seharusnya diulangi 3-5 kali berturutturut sebelum menghasilkan hasil negatif.

G. Gejala
Beberapa individu dengan infeksi cacing kremi mungkin tidak merasakan
gejala apapun. Namun, infeksi cacing kremi dapat diduga berdasarkan gejala
berikut.
1

Sering gatal pada daerah anal umumnya pada malam hari.

Tidur gelisah karena gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing
betina bergerak ke daerah anus dan meletakkan telurnya.

Nyeri, ruam, atau iritasi kulit lainnya di sekitar anus.

Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang, tetapi dapat


terjadi pada infeksi berat)

Adanya kehadiran cacing kremi di daerah anus.

Sumber : http://www.medicinenet.com/pinworm_infection/page2.htm
H. Terapi
1. Sasaran Terapi
Kecacingan adalah kondisi keberadaan cacing di dalam tubuh manusia.
Sasaran terapi dalam pengobatan kecacingan adalah dengan menghilangkan
keberadaan cacing serta mencegah terjadinya reinfeksi pada penderita dengan
cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan penderita.
2. Tatalaksana Terapi
Terapi Non Farmakologi
a) Saat infeksi terdeteksi pada anggota keluarga, seluruh anggota keluarga
sebaiknya diberikan anthelmintik karena kemungkinan terdapat/terjadi
tahap awal infeksi yang tidak memperlihatkan gejala.
b) Infeksi mudah terjadi/menular karena kontak sehingga kebersihan harus
diperhatikan/dijaga. Semua anggota keluarga sebaiknya mencuci tangan
dengan sabun/air hangat sebelum mempersiapkan, menangani atau
memakan makanan. Telur dapat tinggal pada kuku tangan, kuku sebaiknya

dijaga agar tetap pendek dan digosok dengan sikat kuku saat mencuci
tangan. Hilangkan atau kurangi kebiasaan menggigit-gigit kuku.
c) Anak-anak yang terinfeksi sebaiknya menggunakan pakaian dalam sebelum
menggunakan pakaian tidurnya untuk menghindari perpindahan telur ke
tangan/jari mereka saat menggaruk saat tidur. Tidak menggaruk-garuk
bagian yang gatal di sekitar anal saat tidur.
d) Individu yang terinfeksi sebaiknya mandi setiap bangun pagi untuk
membersihkan telur-telur yang ada pada malam hari. Diutamakan mandi
dengan shower/pancuran untuk menghindari telur-telur pinworm masuk ke
dalam bak mandi.
e) Pakaian, mainan, sprei dan handuk hendaknya diganti/dicuci secara rutin
dengan air hangat untuk menghancurkan telur-telurnya.
f) Membuka gorden/tirai/jendela setiap hari karena cacing tersebut sensitif
terhadap cahaya.

g) Terapi Farmakologi
h) KET
m) Indikas
i

s) Mekani
sme

i) PIPERAZIN
n) Askariasis,

j) PIRANTEL
PAMOAT
o) Askariasis,

k) MEBENDAZOL
p) Askariasis,

l) ALBENDAZOL
r) Trikuriasis,

oksiuriasis,

oksiuriasis,

enterobiasis,

askariasis,

enterobiasis

enterobiasis,

ankilostomiasis, dan

enterobiasis

ankilostomiasis, dan

trikhuriasis.

t) Blokade respon

nekatoriasis
u) Pirantel merupakan

q)
v) Menghambat kerusakan

w) Menghambat

cacing terhadap

depolarizing

struktur subselular,

transport glukosa

asetilkolin

neuromuscular

menghambat sekresi

pada cacing,

(neuromuscular

agent yang dapat

asetilkolin-esterase, dan

menghambat

block leading ),

melumpuhkan

menghambat ambilan

sintesis protein dan

cacing

cacing dewasa

glukosa secara

energi sehingga

mengalami

sehingga akan lepas

irreversible sehingga

menghambat

paralisis,

dari usus dan

terjadi deplesi glukosa

sintesa ATP yang

sehingga mudah

dikeluarkan dari

pada cacing. Memiliki

membuat cacing

dikeluarkan oleh

tubuh bersama

khasiat obat kecacingan

tidak menjadi

peristaltik usus.

kotoran. Pirantel

yang mempunyai

parasit pada

diabsorbsi secara

jangkauan luas

manusia.

lemah dan

terhadap cacing-cacing

diekskresikan dalam

parasit.

bentuk yang tak


berubah di feses
(Goad dan Mallari,
2009).
z) Penderita penyakit

x) Kontrai

y) Epilepsi, alergi,

ndikasi

kelainan fungsi

hati. Tidak boleh

leukopenia, akpesia,

kehamilan

ginjal atau hati

diberikan pada anak

dan balita.

trimester pertama

di bawah 2 tahun,

aa) Ibu hamil, alergi,

ac) Anak < 6 bulan,

ab)

atau yang berat


badan < 12,5 kg.
Kategori pada
wanita hamil
termasuk obat
golongan C. Ibu
menyusui,
kehamilan trimester
ad) Efek
sampin
g

ae) Mual, muntah,


diare, alergi

pertama.
af) Tidak nafsu makan,

ag) Nyeri perut, diare, sakit

ah) Gangguan saluran

mual, muntah, nyeri

kepala, demam, gatal-

cerna, sakit kepala,

perut, diare, sakit

gatal, dan ruam kulit.

pusing

kepala, keram,
lemas.

ai) Bentuk
sediaan

aj) Sirup piperazin


sitrat 1 g/5 ml

ak) Tablet 125 mg dan


250 mg

al) Tablet 100 mg


am)

an) Tablet

(kemasan sirup
15 ml). Sirup
piperazin
heksahidrat 1 g/5
ml (kemasan
ao) Dewas
a dan
anakanak

sirup 15 ml)
ap) tunggal 3-4 gram,
anak-anak 25
mg/kg BB

aq) Tablet 125 mg


ar) - 1 5 tahun : 1
tablet
as) - 5 9 tahun : 2
tablet
at) - 10 15 tahun : 3
tablet
au) - diatas 15 tahun dan
dewasa : 4 tablet
av) Tablet 250 mg
aw)
-15
tahun : tablet
ax) - 5 9 tahun : 1
tablet
ay) - 10 15 tahun : 1
tablet

ba)

Anak > 6 bulan

bb)

Anak > 6

dan dewasa, dosis

bulan dan dewasa,

tunggal 100 mg. Anak

dosis tunggal 400

> 6 bulan dengan BB <

mg.
bc)

10 Kg 50 dosis tunggal
50 mg.Dosis kedua
setelah 2-4 minggu

Anak > 6

bulan dengan BB
bd)
< 10 Kg
dosis tunggal 200
mg.
be)

Dosis

kedua setelah 2-4


minggu

az) - diatas 15 tahun dan


bf) Sumber

bg) Anonim, 2011

dewasa : 2 tablet
bh) Sukandar, dkk, 2011
bi) Depkes, 2006

bj)

Depkes, 2006

bk) Sukandar, dkk,


2011
bl)

bm)
bn)Algoritma Terapi Enterobiasis (Goad dan Mallari, 2009)
bo)
Pasien denganbp)
keluhan nyeri perianal atau perineal
bq)
br)

bs)
entang kemungkinan hipersensitivitas terhadap pirantel pamoat
bt)
bu)
bv)

bw)
kah termasuk pengecualian
untuk pengobatan
diri sendiri
Ya
Periksa ke dokter
bx)
by)

Tidak

bz) tape swab atau inspeksi visual pada malam hari


dibuktikan dengan
Periksa ke dokter untuk menentukan penyebab atau gelaja yang lain
ca)
Tidak
cb)
cc)

Ya
cd)
ecualian untuk pengobatan
sendiri. Instruksikan pasien dan keluarganya dalam penggunaan obat. F
ce)
cf)

Periksa ke dokter untuk evaluasi lebih lanjut dan mem


Tidak
Gejala dapat diselesaikan

Ya

Nasehati pasien dengan treatment yang tidak lama digunakan untuk reinfeksi yang terjad

3. EVALUASI PRODUK
cg) PROD

ch) SE

UK

ci) KOMPOSISI

cj) EVA

DI

LUA

AA

SI

N
ck) TUNG
GAL
1. Aficitrin
cr) Ascaro

cl)

cm)

cn)

co) Sir

cp) Piperazin sitrat 1,25 g/5mL

cq) Efekti

up
cs) Sir

ct) Piperazin sitrat 1 g/5mL

cu) Efekti

cx) Piperazin sitrat 1,25 g/5mL

f
cy) Efekti

n
cv) Combic

up
cw)

etrine
cz) Degezi

Sirup
da) Sir

db) Piperazin sitrat 1,25 g/5mL

f
dc) Efekti

ne
dd) Erlixon

up
de) Sir

df) Piperazin sitrat 1 g/5mL

dg) Efekti

dh) Imarcit

up
di) Sir

dj) Piperazin sitrat 1 g/5mL

dk) Efekti

rin
dl) Itrazine

up
dm)

dn) Piperazin sitrat 1 g/5mL

f
do) Efekti

dp) Neo

Sirup
dq) Sir

dr) Piperazin sitrat 1 g/5mL

f
ds) Efekti

f
f

Ultraxo

up

n
dt) Upixon

du) Sir

dv) Piperazin sitrat 1 g/5mL

dw) Efekti

dx) Vascoxi

up
dy) Sir

dz) Piperazin sitrat 1 g/5mL

ea) Efekti

n
eb) Ascomi

up
ec) Sir

ed) Piperazin heksahidrat 1 g

ee) Efekti

n
ef) Combat

up
eg) Sir

eh) Pirantel pamoat 50 mg/mL

f
ei) Efekti

rin
ej)

up
ek) Tab

el) Pirantel pamoat 125, 250 mg

f
em) Efekti

en) Compy

let
eo) Tab

ep) Pirantel pamoat 125, 250 mg

eq) Efekti

rantel
er) Konver

let
es) Tab

et) Pirantel pamoat 125, 250 mg

eu) Efekti

ex) Pirantel pamoat 50 mg/mL

f
ey) Efekti

mex
ev)

f
f

f
f

let
ew)

ez) Medico

Sirup
fa) Tab

mtrin
fd) Pantrin

let
fe) Tab

fh) Worme
trin
fl)

fb) Pirantel pamoat 125, 250 mg

f
fc) Efekti

ff) Pirantel pamoat 125, 250 mg

f
fg) Efekti

let
fi) Sir

fj) Pirantel pamoat 50 mg/mL

f
fk) Efekti

up
fm)Tab

fn) Pirantel pamoat 125, 250 mg

fo) Efekti

fr)

f
fs) Efekti

fu) Tab

fv) Pirantel pamoat 150 mg dan

f
fw) Efekti

let
fy) Sir

Oksantel pamoat 150 mg


fz) Pirantel pamoat 100 mg/5mL

f
ga) Efekti

let
fp) KOMB
INASI
ft) Quantr
el
fx)

fq)

up
f
gb)
gc)
gd)
ge)
gf)
4. Produk Pilihan
Mebendazole merupakan treatment of choice untuk infeksi cacing. Cocok untuk
pasien berumur lebih dari 2 tahun, dengan dosis tunggal yang sama untuk semua

umur. Hampir tidak mempunyai efek samping dan aman untuk ibu hamil.
Mebendazole tidak dianjurkan untuk diberikan tanpa resep pada anak kurang dari
2 tahun. Sedangkan piperazine dapat digunakan untuk anak mulai umur 1 tahun.

Anak di bawah 1 tahun harus menggunakan resep dokter.


Mebendazole dan piperazine harus diberikan dengan resep dokter pada wanita

hamil.
Piperazine boleh diberikan tanpa resep dokter untuk kasus roundworms, namun

harus jelas diagnosisnya.


Untuk mencegah terjandinya re-infeksi dan transmisi cacing kremi, harus
menjaga kebersihan diri dan lingkungan secara ketat.

gg)

II.

PEMBAHASAN
gh)

A Kasus
gi)

Pada suatu hari di apotek X datang seorang ibu beserta anaknya yang

berumur 4 tahun. Ibu itu menanyakan obat yang cocok buat anaknya. Saat ditanya

oleh apoteker ibu itu kemudian menceritakan bahwa anaknya akhir-akhir ini terlihat
lebih lemas, kurang aktif dan kurang nafsu makan, lalu hampir setiap malam pada 5
hari terakhir terasa gatal pada bagian anus. Saat diperiksa ternyata ada sesuatu
berwarna putih dari duburnya. Awalnya sang ibu mengira benda putih tersebut
merupakan parutan kelapa yang dikonsumsi anaknya pada siang harinya. Ibu tersebut
sudah mulai melarang anaknya untuk makan parutan kelapa. Namun pada malam hari
si anak masih merasa gatal pada anusnya. Akhirnya sang ibu mengetahui bahwa
sesuatu yang berwarna putih itu adalah cacing kremi setelah menceritakan kejadian
tersebut kepada temannya, sehingga ibu tersebut pergi ke apotek untuk membeli obat.
gj)
A. Analisa Kasus
W : Who is it for? (Siapa yang sakit?)
gk)
Nama pasien: Sandra
gl)
Usia : 4 tahun
gm)
Berat badan : 25 Kg
W : What arre the symtoms ? (Apa gejalanya?)
gn) Gejalanya : lemas, kurang aktif dan kurang nafsu makan, lalu hampir setiap

malam pada 5 hari terakhir terasa gatal pada bagian anus


H : How long have the symtoms? (Berapa lama gejala diderita?)
go) Sejak 5 hari yang lalu
A : Actions taken so far? (Tindakan apa yang sudah dilakukan?)
gp) Mengurangi konsumsi parutan kelapa
M : Medication they are taking? (Obat apa yang sudah dilakukan?)
gq) Belum mengonsumsi obat
gr)
gs)
Setelah sesi bertanya dilakukan maka farmasis perlu melakukan
penyelesaian kasus. Dalam hal ini farmasis dapat menggunakan metode SOAP dalam
menyelesaikan kasus yang ada :
S : Subjective
-

gatal disekitar anus


tidak bisa tidur
gelisah
Terlihat seperti parutan kelapa berwarna putih
Usia : 4 tahun
Berat badan : 15 kg

O : Objective
A : Assessment
gt) Dari keluhannya pasien yang mengalami infeksi cacing. Berdasarkan tandatanda yang disebutkan pasien tersebut terkena infeksi cacing kremi.
P : Plan
gu)
Menghilangkan keberadaan cacing
gv)

B. Rekomendasi produk
gw)

Pasien mengalami pinworm infection atau yang biasa disebut

terinfeksi cacing kremi berdasarkan gejala yang yang dijelaskan oleh sang ibu, bahwa
pasien mengalami gatal dimalam hari dan ditemukan beberapa cacing putih pada
bagian dubur yang menyebabkan gatal. Obat antihelmintik yaitu mebendazole dan
piperazin. Pada kasus pinworm infection obat yang dapat diberikan adalah
mebendazole. Mebendazole efektif untuk mengobati pinworm dan roundworm,
namun hanya pada kasus pinworm infection dapat diberikan tanpa resep dokter.
Sebaiknya dilakukan konseling pada pasien untuk membiasakan cuci tangan sebelum
makan, tidak menggaruk dubur saat gatal dan minum obat secara teratur. Obat-obat
yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:
a)

b)

Nama Obat

g)
h)

Dagang
Bentuk Sediaan
Mebendazole i)
Vermo j)
Tablet
(OWA maks 6
k)
500mg
x 500

No
f)

c)

Nama

Dosis dan

d)

e)

Harga/tab

gx)

Rp

gy)

let
l)

14.400

tablet)
Albendazole
p)
(OWA 200mg
n
maks
6
tablert,

m) n)
o)

t)

400mg maks 3 tablet)


u)
Pyrantel
w)
pamoat
v)

Helbe

Tablet
200mg

Tablet
125mg

&

s)

Rp 3000

ab)

125mg =

400mg
Comb

antrin,
(OTC)

q)
r)

Compyrantel

x)
y)

250mg

ac)

z) Sirup 25

mg/ml rasa
aa)

Rp 650
250mg =

Rp 700
ad)
Sirup :
Rp

jeruk

ae)
af)

Sirup

50 8.200,00

mg/ml rasa caramel


ag) ah)

Alasan Merekomendasikan:
1. Pyrantel pamoat juga dapat digunakan untuk infeksi enterobius

vermicularis yang merupakan golongan OTC dan harganya lebih murah


2. First line terapi dari Guideline Handbook of Non Prescription Drug.
3. Terapi yang efektif untuk penanganan infeksi E. vermicularis (Margono,

2006)
4. Anak berumur 4 tahun belum bisa minum tablet sehingga pemberian

sediaan sirup lebih tepat.

gz)
ha)
hb)
hc)
hd)
he)
hf)
hg)
hh)
hi)
hj)
hk)
hl)
hm)
hn)
ho)
hp)
hq)
hr)
hs)
ht)
hu) Obat yang dipilih oleh pasien:
hv)
hw)
hx)

Combantrin Syrup
Komposisi
:
Indikasi
:
lumbricoides,

Pirantel Pamoat 25 mg/ml


Enterobius
vermicularis,
Ancylostoma

duodenale,

Ascaris
Necator

americanus, Trichostrongylus colubriformis dan orientalis,


hy)
hz)

sebagai infeksi tunggal atau ganda.


Kontraindikasi :
Efek Samping :
Tidak ada nafsu makan, kejang perut,
mual muntah, diare, sakit kepala, pusing, rasa mengantuk,

sukar tidur.
ia)
Dosis :
10 mg/Kg BB x 15 Kg = 150 mg 6 ml
ib)
Frekuensi
:
1 kali, dapat diulang 2 minggu kemudian.
ic)
Biaya
: Rp 8.200,id)
C. Monitoring dan Follow-Up

Monitoring gejala yang dialami oleh pasien apakah mengalami perbaikan


atau tidak ? Jika tidak, pasien disarankan untuk periksa ke dokter.

Monitoring efek samping dari obat yang digunakan (combantrin) yaitu


anoreksia (nafsu makan hilang), mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing,
mengantuk, merah-merah pada kulit, keringat dingin, berkeringat, pruritus,
urtikaria.

ie)
E. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE)
1. Edukasi gejala dan tanda-tanda cacingan
2. Edukasi penyebab cacingan
3. Edukasi pencegahan terjadinya reinfeksi
4. Dosis yang digunakan untuk anak dibawah 5 tahun 250 mg dan frekuensi
penggunaan adalah dalam dosis tunggal
5. Cara penggunaan obat. 1 jam setelah makan
6. Minum kembali obat setelah 2 minggu kemudian untuk membunuh parasit
yang belum terbunuh sebelumnya karena masih dalam bentuk telur
7. Semua keluarga diharapkan juga meminum obat cacing ini karena ada
kemungkinan tertular
8. Penyimpanan produk. Produk disimpan pada tempat kering dan terlindung
if)
ig)
ih)
ii)

III

dari cahaya

KESIMPULAN
ij)

Sandra (4 tahun) terinfeksi cacing kremi. Obat yang digunakan adalah

Combantrin sirup, dengan zat aktif pirantel pamoat 25mg/ml. Dosis penggunaan 6 ml.
Obat dikonsumsi kembali setelah 2 minggu untuk membunuh cacing yang tersisa.
Kebersihan diri dan lingkungan pasien harus dijaga agar tidak terjadi re-infeksi.
ik)

IV

DAFTAR PUSTAKA

il)
im)

Anonim, 2006, Parasitologi Kedokteran, edisi 3, Balai Penerbit Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

in)

Anonim, 2008, Epidemiology and Disease Control Programs: Pinworm


Fact Sheet, Maryland Department of Health and Mental Hygiene: UK.

io)

Anonim, 2008, McKinley Health Center: Pinworm Infection, The Board


of Trustees of the University of Illinois: US.

ip)

Anonim, 2011, MIMS Petunjuk Konsultasi, edisi 11, InfoMaster,


Jakarta.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
424/Menkes/SK/VI/2006 tentang Pedoman Pengendalian Cacingan

iq)

Departemen Kesehatan, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan


Bebas Terbatas, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.

ir)

Goad J.A dan Mallari, Joycellin. 2009. Handbook of Nonprescription


Drugs An Interactive Approach to Self Care 16th Edition.American
Pharmacist Association

is)

http://www.bhchp.org/BHCHP
%20Manual/pdf_files/Part1_PDF/Pinworm.pdf

it)

http://www.impcna.com/intranet/Nelson
%20Pediatric/Infections/PinwormInfection%5B1%5D.pdf

iu)

Margono, Sri S., 2006, Epidemiologi Soil Transmitted Helmints, dalam


buku Parasitologi Kedokteran Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

iv)

Nathan, A., 2010, Non-Prescription Medicines, Ed. 4, Pharmaceutical


Press: UK.

iw)

OConnell, J. J., 2004, The Health Care of Homeless Persons: A Manual


of Communicable Diseases and Common Problems in Shelters and on the
Streets, Boston Health Care for the Homeless Program: US.

ix)

Sukandar, dkk, 2011, ISO Farmakoterapi 2, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai