Anda di halaman 1dari 8

Cacing dewasa hidup di sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan

dengan sekum. Mereka memakan isi usus penderitanya.Perkawinan (atau


persetubuhan) cacing jantan dan betina kemungkinan terjadi di sekum. Cacing
jantan mati setelah kawin dan cacing betina mati setelah bertelur. Cacing betina
yang mengandung 11.000-15.000 butir telur akan bermigrasi ke daerah sekitar
anal (perianal) untuk bertelur. Migrasi ini berlangsung 15 40 hari setelah
infeksi. Telur akan matang dalam waktu sekitar 6 jam setelah dikeluarkan, pada
suhu tubuh. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari.

Infeksi dan Penularan


Penularan dapat dipengaruhi oleh :
1. Penularan dari tangan ke mulut (hand to mouth), setelah anak anak menggaruk daerah
sekitar anus oleh karena rasa gatal, kemudian mereka memasukkan tangan atau jari jarinya
ke dalam mulut. Kerap juga terjadi, sesudah menggaruk daerah perianal mereka menyebarkan
telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-benda maupun
pakaian yang terkontaminasi. Telur Enterobius vermicularis menetas di daerah perianal
kemudian larva masuk lagi ke dalam tubuh (retrofeksi) melalui anus terus naik sampai sekum
dan tumbuh menjadi dewasa. Cara inilah yang kita kenal sebagai : autoinfeksi
2. Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga
telur yang ada di debu dapat tertelan.
3. Anjing dan kucing bukan mengandung cacing kremi tetapi
dapat menjadi sumber infeksi oleh karena telur dapat menempel pada bulunya.
Parasit ini kosmopolit tetapi lebih banyak ditemukan di daerah dingin daripada di daerah
panas. Hal ini mungkin disebabkan karena pada umumnya orang di daerah dingin jarang
mandi dan mengganti baju dalam. Penyebaran cacing ini juga ditunjang oleh eratnya
hubungan antara manusia satu dengan lainnya serta lingkungan yang sesuai.
Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih banyak ditemukan pada
golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit putih lebih tinggi daripada orang negro.
Penyebaran cacing kremi lebih luas dari cacing lain. Penularan dapat terjadi pada suatu
keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama seperti
asrama atau rumah piatu. Telur cacing dapat diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau
kafetaria sekolah dan mungkin ini menjadi sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Di
berbagai rumah tangga dengan beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing kremi,
telur cacing dapat ditemukan (92%) di lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet
seats), bak mandi, alas kasur, pakaian. Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi pada
berbagai golongan manusia 3-80%. Penelitian di daerah Jakarta Timur melaporkan bahwa
kelompok usia terbanyak yang menderita entrobiasis adalah kelompok usia antara 5-9 tahun
yaitu terdapat 46 anak (54,1%) dari 85 anak yang diperiksa.

A. PENGERTIAN CACING KREMI


Cacing kremi atau Oxyuris vermicularis merupakan cacing parasit yang banyak menginfeksi
anak-anak maupun dewasa dan ditandai dengan gejala khas berupa rasa gatal di sekitar anus.
Cacing dewasa dalam jumlah banyak kadang-kadang bisa ditemukan pada feses atau tinja
orang yang terinfeksi.
Cacing Kremi (Oksiuriasis, Enterobiasis) adalah suatu infeksi parasit yang terutama biasanya

menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius vermicularis (cacing kremi) tumbuh dan
berkembangbiak di dalam usus. Penyakit cacingan biasanya melanda orang-orang miskin
yang sehari hari sulit mendapat makanan dan kadang hanya bisa mengais sampah di jalanjalan dan menelan sisa makanan basi di tengah kerumunan lalat. Penyakit cacing yang
disebabkan karena makanan yang tidak bersih inilah yang disebut penyakit cacing kremi.
Cacing ini biasanya berkembang biak di perut dan terbuang bersama kotoran, jika bersarang
di dubur akan menimbulkan lubang dubur tersa gatal karena biasanya cacing betina
meninggalkan telurnya di lubang dubur tersebut.
Cacing kremi ini adalah salah satu jenis hewan yang biasa menjadi parasit bagi manusia. Dan
yang paling sering di jangkiti oleh hewan parasit ini. Cacing kremi ini bentuknya bulat halus
seperti benang dengan warna keputihan Cacing kremi betina berukuran 8-13 mm x 0,44 mm
dengan ekor panjang dan runcing sedangkan cacing kremi jantan berukuran 2-5 mm dengan
ekor melingkar (Bayangkan saja seperti parutan kelapa). Cacing ini biasa hidup didalam usus
dan paling sering ditemukan pada pangkal usus bagian bawah (anus).
Enterobius vermicularis telah diketahui sejak dahulu dan telah banyak dilakukan penelitian
mengenai biologi, epidemiologi dan gejala klinisnya. Parasit ini kosmopolit tetapi lebih
banyak ditemukan di daerah dingin daripada di daerah panas. Hal ini mungkin disebabkan
karena pada umumnya orang di daerah dingin jarang mandi dan mengganti baju dalam.
Penyebaran cacing ini juga ditunjang oleh eratnya hubungan antara manusia satu dengan
lainnya serta lingkungan yang sesuai.
Transmisi cacing ini seperti halnya cacing perut masuk langsung melalui mulut baik dengan
perantara makanan maupun dimasukan secara tidak sengaja oleh penderita yang habis
menggaruk lubang anusnya yang gatal. Sehingga pada anak anak sering terjadi reinfeksi
akibat tindakan itu.
Gatal-gatal akibat infeksi cacing kremi tidak hanya bisa dirasakan di daerah dubur. Pada
wanita, cacing tersebut bisa juga menyerang daerah sekitar alat kelamin termasuk vagina dan
saluran telur sehingga mengganggu sistem reproduksi.
Gejala umum terjangkiti oleh cacing kremi biasanya pada bagian dubur terasa gatal, berat
badan penderita menurun, terkadang juga mengalami diare. Apabila gejala gejala tersebut
sudah nampak jangan menggaruk dubur yang gatal dengan jari karena bila lecet dapat
mengakibatkan infeksi. Hindari makan makanan berlemak, kemudian olesi pada sekitar
dubur dengan minyak zaitun atau air garam.
Gejalanya, selain rasa gatal, juga adanya lendir keruh dan kental berwarna sedikit kekuningan
seperti susu, terkadang berbusa. Keputihan ini biasanya juga diderita anak-anak perempuan
(balita sampai anak besar). Terjadi akibat spora yang menempel pada makanan atau barang
lain yang terkontaminasi. Sebab itu kalau ada anak perempuan mengeluh di daerah vagina
terasa gatal dan mengeluarkan lendir kekuningan, segeralah periksakan ke dokter. Mungkin
penyebabnya cacing kremi .
Penyakit akibat cacing kremi dikenal dengan Enterobiasis sebagaimana nama latin cacing
kremi yaitu Enterobious vermicularis. Penyebaran cacing kremi lebih banyak terjadi pada
daerah dengan hawa dingin.
Cacing kremi juga dapat menimbulkan komplikasi diantaranya salpingitis (peradangan
saluran indung telur), vaginitis (peradangan vagina, dan infeksi ulang.

B. PERJALANAN PENYAKIT CACING KREMI


Cacing Enterobius vermicularis menyebabkan infeksi cacing kremi yang disebut juga
enterobiasis atau oksiuriasis. Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Pertama, telur cacing
pindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, seprei atau mainan. Kemudian melalui
jari-jari tangan, telur cacing pindah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya tertelan. Telur
cacing juga dapat terhirup dari udara kemudian tertelan. Setelah telur cacing tertelan, lalu
larvanya menetas di dalam usus kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus besar
(proses pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina bergerak ke
daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan telurnya di dalam
lipatan kulit anus penderita. Telur tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan
gerakan dari cacing betina inilah yang menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat bertahan hidup
diluar tubuh manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi telur bisa
menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk kembali ke dalam rektum dan usus bagian
bawah.
Dalam siklus hidupnya di dalam tubuh manusia, cacing kremi selalu berpindah-pindah. Sejak
berbentuk telur hingga menetas, cacing ini tinggal di usus 12 jari kemudian setelah berubah
menjadi larva akan berpindah ke usus tengah yang merupakan bagian atas sistem penyerapan
nutrisi.
Setelah dewasa, cacing ini akan bermigrasi ke bagian anus kemudian bergerombol dan
menyebabkan rasa gatal di bagian tersebut. Sebagian di antaranya juga akan keluar bersama
feses atau tinja dan umumnya bisa diamati dengan mata telanjang, berupa cacing putih yang
bergerak-gerak.
Dalam pengembaraannya menuju anus inilah, cacing dewasa sering tersesat lalu bersarang di
bagian-bagian yang tidak seharusnya kemudian bersarang di sana untuk bertelur. Salah
satunya adalah vagina, yang sering menjadi tempat bersarang cacing kremi dewasa
khususnya yang betina.
Di vagina, cacing kremi bisa menyebabkan gatal atau bahkan radang yang pada tingkat
keparahan tertentu bisa disertai koreng. Infeksinya bahkan bisa lebih jauh lagi, cacing-cacing
itu kadang menyebar hingga saluran telur sehingga bisa mengganggu sistem reproduksi.
Daur hidup cacing ini bekisar antara 2 minggu sampai 2 bulan. Cacing dewasa dari usus halus
pergi ke usus besar kemudian ke anus karena telur telur cacing itu hanya menetas kalau ada
OKSIGEN, sehingga diberi nama Oxyuris OK. Di malam hari cacing kremi yang mendekam
di usus penderita, biasanya turun ke kawasan dubur untuk bertelur.
Penyebaran cacing kremi lebih luas dari cacing lain. Penularan dapat terjadi pada suatu
keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama seperti
asrama, rumah piatu. Telur cacing dapat diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau kafetaria
sekolah dan mungkin ini menjadi sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Di berbagai rumah
tangga dengan beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing kremi, telur cacing dapat
ditemuka. (92%) di lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet seats), bak mandi,
alas kasur, pakaian. Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi pada berbagai golongan
manusia 3-80%. Penelitian di daerah Jakarta Timur melaporkan bahwa kelompok usia
terbanyak yang menderita entrobiasis adalah kelompok usia antara 5-9 tahun yaitu terdapat
46 anak (54,1%) dari 85 anak yang diperiksa.

Gambar 1. Siklus Hidup Cacing Kremi


Habitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum usus besar dan diusu halus yang berdekatan
dengan rongga sekum. Makanannya adalah isi dari usus. Cacing betina yang gravid
mengandung 11.000 15.000 butir telur, bermigrasi kedaerah perianal untuk bertelur dengan
cara kontraksi uterus dan vaginanya. Telur-telur jarang dikeluarkan diusus, sehingga jarang
ditemukan di dalam tinja. Telur menjadi matang dalam waktu kira-kira 6 jam setelah
dikeluarkan, pada suhu badan. Telur resisten terhadap desinfektan dan udara dingin. Dalam
keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari.
Kopulasi cacing jantan dan betina mungkin terjadi di sekum. Cacing jantan mati setelah
kopulasi dan cacing betina mati setelah bertelur. Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan
telur matang, atau bila larva dari telur yang menetas didaerah perianal bermigrasi kembali
keusus besar. Bila telur matang yang tertelan, telur menetas di duedenum dan larva
rabditiform berubah dua kali sebelum menjadi dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum.
Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur matang sampai
menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke dareha perianal, berlangsung kira-kira 2
minggu sampai 2 bulan. Mungkin hanya berlangsung selama 1 bulan karena telur-telur cacing
dapat ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan.
Infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri (self limited). Bila tidak ada reinfeksi, tanpa
pengobatan infeksi dapat berakhir.
C. GEJALA CACING KREMI
Entrobiasis relatif tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi yang berarti. Gejala klinis yang
menonjol disebabkan iritasi disekitar anus, perineum dan vagina oleh cacing betina gravid
yang bermigrasi kedaerah anus dan vagina sehingga menyebabkan pruritus lokal.. Oleh
karena cacing bermigrasi kedaerah anus dan menyebaban pruritus ani maka penderita
menggaruk daerah sekitar anus sehingga timbul luka garuk disekitar anus.
Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari hingga penderita terganggu tidurnya dan
menjadi lemah. Kadang-kadang cacign dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian
proksimal sampai ke lambung, esofagus dan hidung sehingga menyebabkan gangguan
didaerah tersebut. Cacing betina gravid mengembara dan dapat bersarang di vagina dan di
tuba falopi sehingga menyebabkan radang disaluran telur. Cacing sering ditemukan
diapendiks tetapi jarang menyebabkan appendisitis.
Beberapa gejala karena infeksi cacing Enterobiasis vermicularis dikemukakan oleh beberapa
penyelidik yaitu kurang nafsu makan, berat badan turun, aktifitas meninggi, enuresis, cepat
marah, gigi menggeretak, insomnia dan masturbasi, tetapi kadang sukar untuk membuktikan
hubungan sebab dengan cacing kremi.
Infeksi cacing kremi ringandengan hanya sejumlah kecil cacing dewasa dalam tubuhtidak
ada gejala. Gejala-gejala muncul dengan moderat atau infeksi berat. Beberapa minggu setelah
menelan telur cacing kremi, cacing betina dewasa bermigrasi dari usus ke daerah sekitar
anus, di mana mereka bertelur. Migrasi biasanya terjadi pada malam hari. Migrasi ini
menyebabkan:
Gatal-gatal di daerah anal atau vaginal
Insomnia, lekas marah dan gelisah

Gejala saluran pencernaan yang samar-samar, seperti sebentar-sebentar sakit perut dan
mual
Gejala umum terjangkiti oleh cacing kremi biasanya pada bagian dubur terasa gatal, berat
badan penderita menurun, terkadang juga mengalami diare. Apabila gejala gejala tersebut
sudah nampak jangan menggaruk dubur yang gatal dengan jari karena bila lecet dapat
mengakibatkan infeksi. Hindari makan makanan berlemak, kemudian olesi pada sekitar
dubur dengan minyak zaitun atau air garam.
Gejala lainnya berupa:
Rasa gatal hebat di sekitar anus
Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu)
Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing betina
dewasa bergerak ke daerah anus dan menyimpan telurnya disana)
Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa terjadi pada
infeksi yang berat)
Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk ke dalam
vagina)
Kulit di sekitar anus menjadi lecet atau kasar atau terjadi infeksi (akibat penggarukan).
D. DIAGNOSIS CACING KREMI
Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita, terutama dalam waktu
1-2 jam setelah anak tertidu pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis
rambut, mereka aktif bergerak.
Telur maupun cacingnya bisa didapat dengan cara menempelkan selotip di lipatan kulit di
sekitar anus, pada pagi hari sebelum anak terbangun. Kemudian selotip tersebut ditempelkan
pada kaca objek dan diperiksa dengan mikroskop.
Infeksi cacing sering diduga pada anak yang menunjukkan rasa gatal di sekitar anus pada
waktu malam hari. Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan cacing dewasa. Telur
cacing dapat diambil dengan mudah dengan alat anal swab yang ditempelkan di sekitar anus
pada waktu pagi hari sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat (cebok).
Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya
dilekatkan Scotch adhesive tape. Bila adhesive tape ini ditempelkan di daerah sekitar anus,
telur cacing akan menempel pada perekatnya. Kemudian adhesive tape diratakan pada kaca
benda dan dibubuhi sedikit toluol untuk pemeriksaan mikroskopik. Sebaiknya pemeriksaan
dilakukan 3 hari berturut-turut.
E. CARA PENULARAN CACING KREMI
Sebagian besar jenis cacing parasit termasuk cacing kremi merupakan soil transmited
infection yang penularannya harus diperantarai oleh tanah. Telur cacing parasit baru akan
menjadi bentuk infektif (bisa menginfeksi) jika sudah berada di tanah, kemudian masuk lewat
saluran pencernaan.
Penularan cacing harus melalui tanah, terutama tanah liat. Bahkan tinja sekalipun kalau
langsung dijilat tidak akan menularkan cacing. Telur cacing yang terbang ke udara juga hanya
akan menular jika hinggap di makanan, jadi tidak menular lewat pernapasan

Penyakit ini sama seperti penyakit kulit yang bisa menular. Penularan cacing kremi terjadi
autoinfeksi . karena telurnya bisa nempel dimana aja, di pakaian, sprei or debu , sehingga
akibat tidak hygienisnya tangan / kuku sehingga bersama makanan masuk ke mulut dari
tangannya yang penuh telur/debu. Penyakit kremian ini sering pula disebut penyakit
enterobiasis /oksiuriasis penyakit yang sangat sering ditemukan terutama pada anak-anak.
Infeksi ini dapat terjadi akibat tertelannya telur cacing enterobius vermicularis (oxyuris
vermicularis). Setelah telur cacing tertelan, larvanya akan menetas di usus duabelas jari
(duodenum) dan tumbuh menjadi bentuk dewasa di usus besar. Cacing betina yang hamil
(dapat mengandung 11.000-15.000 telur) akan berpindah ke daerah sekitar anus (perianal)
untuk mengeluarkan telur-telurnya disekitar anus.
Proses berpindahnya cacing ini akan menimbulkan sensasi gatal pada daerah sekitar anus
penderita. Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari sehingga penderita sering
terganggu tidurnya dan menjadi lemah. Selain gatal-gatal Gejala lain yang dapat dirasakan
oleh penderita infeksi cacing kremi adalah : Kurang nafsu makan, Berat badan menurun,
Aktivitas meningkat, Sering mengompol, Cepat marah, Sulit tidur, dll.
Penularan cacing kremi dapat terjadi pada satu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup
di lingkungan yang sama, seperti asrama, rumah piatu, dll. Proses penularannya dapat terjadi
melalui :
Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk darerah sekitar anus
Penularan dari tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain karena memegang
benda-benda lain yang terkontaminasi telur cacing ini
Telur cacing dapat ditemukan di debu ruangan sekolah, asrama, kavetaria, dan lainnya.
Telur cacing di debu ini akan mudah diterbangkan oleh angin dan dapat tertelan
Telur yang telah menetas di sekitar anus dapat berjalan kembali ke usus besar melalui anus.
Gambar 2. Cara Penularan Cacing Kremi
Penularan dapat dipengaruhi oleh :
1. Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal (autoinfeksi) atau
tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena
memegang benda-benda maupun pakaian yang terkontaminasi.
2. Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga
telur melalui debu dapat tertelan.
3. Retrofeksi melalui anus : larva dari telur yang menetas di sekitar anus kembali masuk ke
usus.
Anjing dan kucing bukan mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi sumber infeksi oleh
karena telur dapat menempel pada bulunya. Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada
anak dan lebih banyak ditemukan pada golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit
putih lebih tinggi darpada orang negro. Kebersihan perorangan penting untuk pencegahan.
Kuku hendaknya selain dipotong pendek, tangan dicuci sebelum makan. Anak yang
mengandung cacing kremi sebaiknya memakai celana panjang jika hendak tidur supaya alat
kasur tidak terkontaminasi dan tangan tidak menggaruk daerah perianal. Makanan hendaknya

dihindarkan dari debu dan tangan yang mengandung parasit. Pakaian dan als kasur
hendaknya dicuci bersih dan diganti setiap hari.
F. PENCEGAHAN & PENGOBATAN CACING KREMI
Infeksi keremi ringan atau mereka yang tanpa gejala tidak membutuhkan pengobatan. Jika
seseorang memiliki gejala, perlu obat anti-parasit. Untuk gejala infeksi, obat-obatan hampir
selalu efektif dalam menghilangkan parasit. Karena anak-anak begitu mudah menyebar
cacing kremi kepada keluarga mereka, dokter akan meresepkan obat untuk seluruh anggota
keluarga mencegah agar terhindar dari infeksi dan reinfeksi.
Cara terbaik untuk menghindari penyakit cacingan adalah dengan upaya pencegahan berupa
melaksanakan pola hidup bersih dan sehat, karena walau bagaimanapun upaya pencegahan
lebih baik daripada pengobatan.
Menjaga kebersihan perorangan berperan penting untuk pencegahan penyakit ini, antara lain
dengan :
Kuku hendaknya selalu dipotong pendek
Tangan hendaknya selalu dicuci sebelum makan
Makanan sebaiknya dihindarkan dari debu dan tangan yang mengandung parasit
Pakaian dan alas kasur hendaknya dicuci bersih dan diganti setiap hari.
Jika salah satu anggota keluarga terinfeksi cacing kremi, sebaiknya pengobatan diberikan
kepada seluruh keluarga, agar penyebaran cacing ini dapat dihentikan secara menyeluruh.
Seluruh anggota keluarga sebaiknya diberi pengobatan bila ditemukan salah seorang anggota
mengandung cacing kremi. Obat piperazin dosis tunggal 3-4 gram (dewasa) atau 25 mg/kg
berat badan (anak-anak), sangat efektif bial diberikan pagi hari diikuti minum segelas air
sehingga obat sampai ke sekum dan kolon. Efek samping yang mungkin terjadi adalah mual
dan muntah. Obat lain yang juga efektif adalah pirantel pamoat dosis 10 mg/kg berat badan
atau mebendazol dosis tunggal 100 mg atau albendazol dosis tunggal 400 mg. Mebendazol
efektif terhadap semua stadium perkembangan cacing kremi, sedangkan pirantel dan
pipreazin dosis tunggal tidak efektif terhadap stadium muda. Pengobatan sebaiknyadiulang 23 minggu kemudian. Pengobatan secara periodik memberikan prognosis yang baik.
Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal obat anti-parasit
mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Seluruh anggota keluarga dalam satu rumah
harus meminum obat tersebut karena infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang kepada
yang lainnya.
Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar anus
sebanyak 2-3 kali/hari.
Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup terus
dibuang ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan. Pakaian, seprei dan mainan
anak sebaiknya sering dicuci untuk memusnahkan telur cacing yang tersisa.
Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi cacing kremi
adalah:
Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku

Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu


Mencuci jamban setiap hari
Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan dan setiap
benda yang dipegang/disentuhnya
Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut.

Anda mungkin juga menyukai