Anda di halaman 1dari 16

SWAMEDIKASI KECACINGAN

Berbagai masalah Kesehatan masih banyak terjadi di Indonesia. Beberapa masalah penyakit
yang menular maupun yang tidak menular. Salah satu masalah Kesehatan yang masih
mengintai adalah kecacingan. Kecacingan mayoritas mengenai anak-anak, namun juga bisa
mengenai orang dewasa. Kecacingan merupaka masalah Kesehatan yang perlu ditangani
secara serius terutama untuk negara dengan daerah tropis seperti Indonesia. Kecacingan bisa
menyebabkan masalah serius, seperti menurunnya daya tahan tubuh, mengganggu tumbuh
kembang anak, menyebabkan kekurangan gizi dan zat besi yang memicu munculnya masalah
lain yaitu anemia. Mari kita pelajari lebih lanjut mengenai penyakit kecacingan.

I. DEFINISI
Kecacingan bisa didefinisikan sebagai kondisi seseorang mempunyai cacing dalam
system pencernaan utamanya pada ususnya dan menimbulkan gejala ataupun tanpa
gejala.

II. GEJALA UMUM DAN GEJALA SPESIFIK


Gejala-gajala yang umum muncul pada kasus kecacingan adalah sebagai berikut.
a. Mengeluarkan cacing saat BAB atau muntah
b. Badan pasien menjadi kurus dan perut buncit
c. Kehilangan nafsu makan, lemas,Lelah, pusing, nyeri kepala, dan gelisah serta
sukar tidur
d. Gatal-gatal di sekitar dubur, terutama pada malam hari (cacing kremi)
e. Pada jenis cacing yang menghisap darah (cacing pita, cacing tambang, cacing
cambuk) dapat terjadi anemia.

Gejala spesifik untuk tiap jenis cacing adalah


a. Gejala penderita cacing kremi (Oxyuris/Entrobius vermicularis) adalah rasa
gatal sekitar anus terutama malam hari, gelisah dan sukar tidur.
b. Gejala penderita cacing gelang (Askariasis) adalah gangguan lambung, kejang
perut diselingi diare, kehilangan berat badan dan demam
c. Gejala penderita cacing tambang (Nekatoriasis/Ankilostomiasis) adalah
gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare dan nyeri ulu hati), pusing nyeri
kepala, lemah dan lelah, anemia, gatal di daerah masuknya cacing.
III. PENYEBAB
a. Cacing gelang ( Ascaris lumbricoides )

SUMBER : https://medlab.id/ascaris-lumbricoides/

BER : https://medlab.id/ascaris-lumbricoides/
Penyakit yang ditimbulkan dari cacing jenis ini adalah Ascariasis. Cacing
gelang adalah parasit yang hidup dan berkembang biak di dalam usus manusia.
Ascariasis dapat ditemukan di mana saja, tetapi lebih sering terjadi di wilayah
dengan fasilitas kebersihan yang kurang memadai. Menurut data World Health
Organization (WHO), lebih dari 10 persen populasi dunia terinfeksi cacing, dan
paling banyak disebabkan oleh cacing gelang. Data WHO juga menyebutkan,
angka kematian akibat ascariasis berat diperkirakan mencapai 60 ribu orang tiap
tahun. Dari jumlah tersebut, kebanyakan adalah anak-anak.
Saat seseorang mengalami infeksi cacing gelang awalnya mungkin ia tidak
merasakan gejala apa pun. Namun ketika infeksi telah memasuki waktu satu
pekan, larva masuk ke jaringan otot dan menyebabkan bermacam gejala. Saat
cacing gelang masih di dalam usus, gejalanya antara lain kram perut, lemas,
muntah, diare

b. Cacing cambuk ( Trichuris trichiura)

Sumber : https://medlab.id/trichuris-trichiura/
Sumber : https://medlab.id/trichuris-trichiura/

Trichuris trichiura adalah nematoda usus atau cacing usus yang ditularkan
melalui tanah (soil transmitted helminth) yang dapat meyebabkan penyakit
trichuriasis, cacing ini disebut juga Trichocephalus dispar, Whip worm,
Trichocephalus hominis, dan cacing cambuk karena bentuknya yang menyerupai
cambuk.
Cacing dewasa hidup di sekum (cecum) tapi pada infeksi yang berat dapat
dijumpai dibagian bawah ileum sampai rectum. Telur keluar bersama tinja, telur
mengandung larva / menjadi infektif dalam waktu 2 – 4 minggu. Apabila telur
tertelan manusia, telur akan menetas menjadi larva di istestinum tenue
kemudian larva menembus villi-villi usus dan tinggal didalamnya selama 3 – 10
hari. Setelah larva tumbuh , kemudian larva turun sampai sekum kemudian
menjadi cacing dewasa. Waktu yang diperlukan sejak tertelannya telur sampai
menjadi cacing dewasa yang siap bertelur kira-kira 90 hari.
Insidensi penyakit trichuriasis biasanya tinggi tetapi intensitas infeksinya ringan.
Pada negara tropis rata-rata insidensi 80% sedangkan di Amerika Serikat hanya
0,05 – 10%. Anak-anak lebih sering terkena infeksi daripada orang dewasa.
c. Cacing kremi ( E. vermicularis)

SUMBER: https://medlab.id/oxyuris-vermicularis/

SUMBER: https://medlab.id/oxyuris-vermicularis/

Cacing kremi adalah jenis cacing yang bersifat parasit dan menyerang atau
menjangkiti usus besar manusia. Parasit ini memiliki karakteristik fisik yang
sekilas terlihat seperti benang dan berwarna putih. Cacing kremi memiliki nama
latin Enterobius vermicularis, dan memiliki rata-rata panhang tubuh 5–13
milimeter. Selain itu, parasit ini bisa dilihat pada tinja (feses) atau sekitar lubang
anus si pengidap cacing kremi. Karena cacing ini menaruh telur-telurnya pada
lipatan di sekeliling anus saat pengidap tertidur.
Umumnya, infeksi yang ditimbulkan oleh cacing kremi tidak akan menimbulkan
kondisi medis yang serius. Namun, cacing kremi bisa naik ke area anal menuju ke
vagina, uterus, tuba falopi, dan sekitar organ pada pinggul. Meskipun jarang
terjadi, komplikasi seperti peradangan lapisan dinding dalam uterus
(endometris) dan peradangan vagina (vaginitis) mengancam si pengidap.
Seseorang bisa terjangkit parasit cacing kremi jika menelan telur dari cacing
kremi. Telur tersebut juga bisa tertelan setelah terhirup lebih dahulu. Ketika
bertelur, seekor cacing kremi betina bisa meletakan ribuan telur di sekitar vagina
atau anus. Saat proses bertelur, rasa gatal yang diidap oleh pengidap disebabkan
karena cacing kremi betina mengeluarkan lendir yang menyebabkan rasa gatal.
Rasa gatal akan memancing pengidap untuk menggaruk atau mengelap anus atau
vagina. Saat menggaruk atau mengelap itulah, telur-telur cacing bisa menempel
pada ujung jari atau di bawah kuku pengidap.
Telur cacing kremi bisa bertahan hidup selama dua minggu. Telur-telur cacing
kremi pada tangan pengidap bisa berpindah pada benda apa pun yang
disentuhnya seperti perabotan rumah, bantal, sarung, sikat gigi.
Cacing kremi kebanyakan diidap oleh anak-anak karena masih belum bisa
menjaga kebersihan tangannya dengan baik. Selain anak-anak, seseorang yang
sering melakukan kontak langsung dengan pengidap cacing kremi dan yang hidup
di lingkungan padat penduduk juga berisiko lebih tinggi untuk terkena penyakit
ini.
Dalam penyebaran infeksi Oxyuris vermicularis tinja tidak penting dalam
penyebaran infeksi, tetapi yang penting dalam penyebaran infeksi adalah tangan,
pakaian dan debu (udara). Infeksi cacing kremi sering terjadi pada keluarga atau
diantara anak-anak dalam satu sekolah atau asrama. Orang yang paling sering
terinfeksi cacing kremi adalah anak-anak dibawah usia 18 tahun dan orang
dewasa yang merawat anak-anak yang terinfeksi. Dalam kelompok ini prevalensi
bisa mencapai 50%. Manusia merupakan satu-satunya hosper Oxyuris
vermicularis, hewan peliharaan seperti anjing dan kucing tidak dapat terinfeksi
cacing ini.

d. Cacing tambang ( Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)

SUMBER : https://medlab.id/cacing-tambang-hook-worm/

SUMBER : https://medlab.id/cacing-tambang-hook-worm/
Penyakit cacing tambang masih menjadi masalah utama di beberapa negara. Di
Indonesia, angka kejadian penyakit ini masih sangat tinggi, yaitu hingga 62% di
daerah tertentu.
Ada beberapa jenis cacing yang dapat menyebabkan penyakit cacing tambang. Di
antaranya adalah Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Larva cacing
yang berada di tanah dapat menginfeksi manusia melalui kulit yang tidak
terlindungi.
Larva yang masuk ke dalam kulit akan terbawa oleh aliran darah dan masuk ke
paru-paru, lalu berpindah ke kerongkongan. Larva cacing kemudian bisa tertelan
dan akhirnya masuk ke dalam usus halus, lalu hidup dan tumbuh menjadi cacing
dewasa dengan mengisap darah dari dinding usus.
Beraktivitas di daerah yang sanitasinya kurang baik tanpa menggunakan alas kaki
berisiko tinggi menyebabkan seseorang terkena penyakit cacing tambang. Orang
yang kurang menjaga kebersihan dan malas mencuci tangan juga bisa terinfeksi
cacing tambang.
Gejala penyakit cacing tambang bisa muncul mulai dari larva memasuki kulit
hingga saat cacing sudah di dalam usus. Saat larva cacing tambang masuk ke kulit,
area tersebut bisa mengalami reaksi alergi yang menyebabkan ruam dan gatal.
Selain itu, larva cacing pada paru-paru juga dapat menyebabkan batuk, demam,
hingga sesak napas.
Gejala yang tampak paling jelas biasanya adalah gejala akibat infeksi cacing pada
saluran pencernaan. Hal ini karena cacing bisa tumbuh besar dan berkembang
biak menjadi banyak di dalam usus. Semakin banyak cacing di usus, semakin
banyak pula darah yang diambil. Selain itu, cacing juga bisa menyebabkan
peradangan pada usus.
e. Cacing pita ( Taenia sp)
Cacing pita dapat masuk ke dalam tubuh siapa saja dan menyebabkan infeksi.
Infeksi cacing pita lebih berisiko terjadi pada kondisi di mana sanitasi lingkungan
buruk, dan mengonsumsi makanan yang tidak diolah dengan baik.
1. CACING PITA BABI (Taenia solium)
Taenia solium merupakan parasit yang termasuk dalam kelas cestoda yang
hidup dalam usus manusia dan dapat menyebabkan penyakit Taeniasis
solium dan larvanya menyebabkan penyakit cysticercosis cellulosae. Taenia
solium disebut juga dengan the pork tapeworm atau cacing pita babi. Hospes
definitifnya adalah manusia sedangkan hospes intermediernya adalah babi
atau beruang hutan.

SUMBER: https://medlab.id/taenia-solium/

SUMBER: https://medlab.id/taenia-solium/
Cacing dewasa biasanya hanya menyebabkan peradangan setempat pada
mukosa usus, kerusakan yang lebih berat ditimbulkan oleh bentuk larvanya
(cysticercus cellulosae). Penderita taeniasis solium mungkin hanya mengeluh
tentang gangguan pencernaan yang sifatnya ringan tetapi menahun, misalnya
rasa sakit perut yang tidak begitu nyata, diare, konstipasi bergantian, serta dapat
terjadi eosinofilia mencapai 28%. Pada cysticercosis gejala yang terjadi
tergantung pada lokasi cysticercus cellulosae. Cysticercus cellulosae bisa
terdapat di kulit, otot, otak dan mata, sering kali bersifat multiple dan tempat
yang paling sering dihinggapi adalah otot bergaris dan otak. Kista yang sedang
tumbuh menimbulkan reaksi peradangan dan akhirnya fibrosis atau perkapuran.
Pada stadium infasi tidak ada gejala prodormal atau sakit otot ringan dan suhu
sedikit meninggi. Terjadi pembentukan kapsul dengan perubahan vaskuler.
Kadang-kadang parasit ini diserap atau diganti jaringan ikat. Keadaan ini dapat
menyebabkan adanya suatu fokus epilepsi. Mungkin juga terjadi perkapuran dan
penyerapan sebagai parasit. Gejala dini yang mungkin terjadi adalah adanya
tanda oleh karena adanya proses desak ruang atau adanya sumbatan dari cairan
otak. Gejala lambat yang menonjol adalah epilepsi tipe Jackson. Cysticercosis di
berbagai bagian otak menimbulkan berbagai macam gejala tergantung letak
cysticercus cellulosae.

Taenia solium dapat dijumpai di seluruh dunia terutama di daerah yang banyak
mengkonsumsi daging babi dan mempunyai sanitasi yang buruk.

2. CACING PITA SAPI (Taenia Saginata)


Taenia saginata merupakan parasit yang termasuk dalam kelas cestoda yang
hidup dalam usus manusia dan dapat menyebabkan penyakit Taeniasis
saginata. Cacing ini disebut juga dengan Taeniarhynchus saginata dan cacing
pita sapi. Hospes definitif dari parasit ini adalah manusia sedangkan hospes
intermediernya adalah sapi.
SUMBER : https://medlab.id/taenia-saginata/

SUMBER : https://medlab.id/taenia-saginata/

Cacing dewasa jarang menimbulkan gejala yang nyata, keluhan yang mungkin
dijumpai adalah rasa sakit di epigastrium. diare, rasa tidak enak di perut yang tidak
nyata. Proglotid dapat bergerak aktif, kadang dapat ditemukan pada pakaian
dalam atau tempat tidur dan ini dapat menimbulkan gangguan misalnya rasa
bingung, jijik dan lain-lain. Kemungkinan cysticercosis sangat kecil dan prognosa
taeniasis adalah baik.
Cacing ini dapat dijumpai di seluruh dunia terutama di daerah yang banyak
mengkonsumsi daging sapi dan mempunyai sanitasi yang buruk.
f. Trematoda
Trematoda adalah kelas parasit yang termasuk dalam filum Platyhelminthes.
Berdasarkan jenis kelamin kelas trematoda dapat dibedakan menjadi 2 golongan
yaitu :
1. Golongan hermaprodit (berkelamin ganda) Contoh : Fasciola hepatica,
Clonorchis sinensis, Paragonimus westermani, Fasciolopsis buski.
2. Golongan anhermaprodit (organ genital terpisah) Contoh : Schistosoma
japonicum, Schistosoma mansoni, Schistosoma haematobium.
Trematoda yang terdapat pada manusia termasuk dalam kelompok Digenia.
Digenia adalah kelompok dimana reproduksinya terdiri daei 2 fase, yaitu fase
seksual pada hospes definitif dan fase aseksual pada hospes intermedier / hospes
perantara. Golongan hermaprodit mempunyai 2 hospes intermedier sedangkan
golongan anhermaprodit tidak.
Pembagian trematoda berdasarkan habitat :
1. Trematoda usus : Fasciolopsis buski, Heterophydae, Echinostoma
ilocanum
2. Trematoda hati : Fasciola hepatica, Opistorchis felineus, Clonorchis
sinensis, Opisthorchis viverini
3. Trematoda paru-paru : Paragonimus westermani
4. Trematoda darah : Schistosoma japonicum, Schistosoma
mansoni, Schistosoma haematobium
SUMBER : https://medlab.id/trematoda/

IV. HAL YANG DAPAT DILAKUKAN


Secara umum ada beberapa Tindakan yang bisa kita lakukan adalah sebagai berikut
:
a. Menjaga kebersihan diri dengan memotong kuku, ,menggunakan sabun pada
waktu mencuci tangan sebelum makan, setalh uang air besar dan pada waktu
mandi.
b. Menghindari makanan yang telah dihinggapi lalat dan cuci bersih bahan-bahan
makanan untuk mencegah atau menghindari telur cacing yang mungkin masis
ada .
c. Dalam hal mengolah makanan dan minuman untuk selalu dlaha atau dimasak
dengan benar, hal ini untuk mencegah ikutnya tertelannya telur cacing.
d. Menggunakan karbol di kamar mandi, untuk membunuh larva cacing.
e. Menggunakan alas kaki untuk menghindari kontak atau menyentuh langsung
permukaan tanah saat bekerja di halaman, kebun, lahan pertanian dan terutama
daerah pertambangan.

V. PENGOBATAN
1. Pirantel Pamoat
a. Kegunaan Obat
• Pengobatan askariasis, oksiuriasis, ankilostomiasis dan nekatoriasis.
b. Hal yang harus diperhatikan
• Aturan pakai harus dibaca dan dipatuhi
c. Kontra Indikasi
• Penderita gangguan fungsi hati
• Anak di bawah umur 2 tahun
• Ibu hamil
d. Efek Samping
• Nafsu makan hilang (anoreksia), mual, muntah, diare, kram lambung,
meningkatkan SGOT, sakit kepala, pusing, mengantuk, ruam kulit
e. Bentuk sediaan
• Tablet 125 mg
• Tablet 250 mg
f. Aturan pemakaian
• Tablet 125 mg

o 1 – 5 tahun : 1 tablet
o 5 – 9 tahun : 2 tablet
o 10 – 15 tahun : 3 tablet
o diatas 15 tahun dan dewasa : 4 tablet

• Tablet 250 mg
o 1 – 5 tahun :½ tablet
o 5 – 9 tahun : 1 tablet
o 10 – 15 tahun : 1½ tablet
o diatas 15 tahun dan dewasa : 2 tablet

2. Mebendazol
a. Kegunaan Obat
• Pengobatan askariasis, trikuriasis, enterobiasis, ankilostomiasis,
nekatoriasis dan infeksi campuran.
b. Hal yang harus diperhatikan
• Konsultasikan ke dokter atau Apoteker untuk penderita diabet dan ibu
menyusui.
• Penggunaan jangka panjang dengan dosis besar dapat
menimbulkan penurunan sel darah putih (neutropenia) kembali normal
bila obat dihentikan.
c. Kontra Indikasi
• Anak balita dan ibu hamil akan mengakibatkan pembentukan sel yang
tidak normal (teratogenik)
d. Efek Samping
• Nyeri pada lambung, diare
e. Bentuk Sediaan
• Tablet 100 mg
f. Aturan pemakaian
• Untuk cacing kremi, 1 tablet sehari
• Untuk cacing cambuk, 1 tablet setiap pagi dan 1 tablet setiap malam
selama 3 hari berturut-turut.
• Untuk cacing gelang, 1 tablet setiap pagi dan 1 tablet setiap malam
selama 3 hari berturut-turut.

3. Piperazin
a. Kegunaan Obat
• Pengobatan askariasis, oksiuriasis atau enterobiasis
b. Hal yang harus diperhatikan
• aturan pakai harus dibaca dan dipatuhi
c. Kontraindikasi
• Penderita epilepsi
• Alergi terhadap piperasin
• Gangguan fungsi hati atau ginjal
d. Efek Samping
• Mual, muntah, gangguan pada fokus mata, dermatitis, diare dan reaksi
alergi.
e. Bentuk Sediaan
• Sirup piperazin sitrat 1 g/5 ml (kemasan sirup 15 ml)
• Sirup piperazin heksahidrat 1 g/5 ml (kemasan sirup 15 ml)
f. Aturan pemakaian untuk :
• Askariasis (cacing gelang) Dosis tunggal :
Diminum selama 2 hari berturut-turut.
o Bayi : 2,5 ml
o 1 – 2 tahun : 5 ml
o 3 – 5 tahun :10 ml
o diatas 6 tahun dan dewasa : 15 ml

• Oksiurasis
Diminum setelah makan, selama 4 hari berturut-turut.
o Bayi : 1 kali sehari, 2,5 ml
o 1 – 2 tahun : 2 kali sehari, 2 – 5 ml
o 3 – 5 tahun : 2 kali sehari, 5 ml
o Diatas 6 tahun dan dewasa : 3 kali sehari, 5 ml

VI. SUMBER PUSTAKA


Depkes RI. (2007). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta
: Departemen Kesehatan RI
Qiyaam, Nurul, M. Farm. Klin., Apt dan Baiq Leny Nopitasari, M. Farm., Apt. 2018.
Swamedikasi. Yogyakarta : Penerbit Deepublish
https://www.alodokter.com/ascariasis
https://www.halodoc.com/inilah-yang-terjadi-pada-tubuh-saat-terinfeksi-cacing-
gelang
https://medlab.id/trichuris-trichiura/
CDC. Trichuriasis (also known as Whipworm Infection).
http://www.cdc.gov/parasites/whipworm/ Medscape. Trichuris Trichiura
(Whipworm) Infection (Trichuriasis).
http://emedicine.medscape.com/article/788570-overview
https://medlab.id/cacing-tambang-hook-worm/
https://medlab.id/trichuris-trichiura/
https://medlab.id/oxyuris-vermicularis/
https://medlab.id/ascaris-lumbricoides/
https://medlab.id/taenia-solium/
https://medlab.id/taenia-saginata/
https://medlab.id/trematoda/
https://www.halodoc.com/kesehatan/cacing-kremi
https://www.alodokter.com/cacing-kremi
https://www.alodokter.com/memahami-penyebab-gejala-dan-cara-mengatasi-
penyakit-cacing-tambang
https://www.alodokter.com/memahami-penyebab-gejala-dan-cara-mengatasi-
penyakit-cacing-tambang

Anda mungkin juga menyukai