Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

NEMATODA USUS “ Trichuris trichiura.”


Dosen Pengampuh : Nurlaela Alydrus,S.Si.,M.Kes

OLEH :
KELOMPOK 3
2022 C
Indah Mutia Latukau (B1D122135)
Rosari Rosa D.Galla’ (B1D122105)
Siti Fadillah (B1D122127)
Fatimah Azzahrah (B1D122108)
Peri Tabuni (B1D122121)
Putri Nurul ( B1D122144)

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga makalah dengan judul “Nematoda Usus Trichuris trichiura” ini dapat
tersusun hingga selesai. Kami juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberiksan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam salah satu mata
kuliah. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan
dan wawasan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengarapkan
kritik dan saran yang membangun dari membaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 15 september 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Isi
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 4
A. Pengertian Trichuris trichiura ................................................................................................... 4
B. Morfologi Trichuris trichiura .................................................................................................... 4
C. Siklus hidup Trichuris trichiura ................................................................................................ 6
D. Patogenesis Trichuris trichiura ................................................................................................. 8
E. Gejala klinis Trichuris trichiura ................................................................................................ 8
F. Metode pemeriksaan Trichuris trichiura .................................................................................. 8
G. Pencegahan Penyakit akibat Trichuris trichuria..................................................................... 9
H. Epidemiologi Trichuris trichiura............................................................................................ 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 11
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 11
B. SARAN .......................................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trichuris trichiura atau cacing cambuk adalah parasit dari jenis cacing pipih
yang menyerang saluran pencernaan manusia.Trichuris trichiura merupakan jenis
cacing soil-transmitted helminth (STH) yang dapat berkembang biak dengan baik di
iklim tropis seperti Indonesia. Prevalensi kecacingan di Indonesia masing cukup
tinggi dan angkanya bervariasi di tiap wilayah, berkisar antara 2,5 – 62 %. Parasit
ini hidup di usus besar manusia, memakan darah, dan nutrisi dari inangnya serta
biasanya bermanifestasi dengan eosinofilia dalam hitung darah lengkap(Evita
jodjana & Eshter,2017).

Infeksi soil transmitted helminthes (STH) atau cacing yang ditularkan melalui
tanah masih merupakan endemik di banyak daerah di dunia, terutama negara yang
sedang berkembang dengan sanitasi lingkungan dan kebersihan diri yang sangat
kurang. Jumlah infeksi STH sangat banyak di Asia Tenggara termasuk Indonesia
yang beriklim tropis, sesuai untuk perkembangan parasit. Telur Nematoda usus
senang pada daerah yang lingkungannya kumuh, terdapat sampah-sampah dan salah
satu tempat yang merupakan lokasi tersebut adalah Tempat Pembuangan Akhir
(TPA). Banyak masyarakat yang beraktifitas dalam mengumpulkan sisa sampah
yang dapat di daur ulang. Sampah sebagai hasil sampingan dari berbagai aktivitas
dalam kehidupan manusia maupun sebagai hasil dari proses alamiah, seringkali
menimbulkan permasalahan diperkotaan. Semakin berkembang suatu kota akibat
pertambahan jumlah penduduk serta peningkatan aktivitas hidupnya menyebabkan
masalah yang ditimbulkan oleh sampah semakin besar dan kompleks Kondisi tanah
yang lembab dengan bertumpuknya banyak sampah merupakan habitat yang tepat
untuk nematoda hidup dan berkembang biak. Tekstur tanah yang sangat bervariasi
yang terdiri dari tanah pasir, debudan tanah liat sangat memungkinkan hidup dan
berkembang biak telur-telur cacing Soil Transmitted Helminths (STH) hingga
menjadi cacing yang infektif yang dapat menularkan penyakit kecacingan (Evita
jodjana & Eshter,2017).

1
Salah satu penyakit yang sering di alami oleh masyarakat Indonesia yang
berhubungan dengan perilaku dan sanitasi lingkungan yaitu penyakit
kecacingan.Penyakit kecacingan ini pada dasarnya berkaitan dengan beberapa jenis
spesies cacing yang bersifat parasit yang menjadikan manusia sebagai tempat
hospesnya diantaranya jenis spesies cacing yang penularannya melalui tanah atau
disebut dengan Soil Transmitted Helminths. Infeksi yang ditularkan melalui tanah
Soil Transmitted Helmints (STH) adalah salah satu infeksi yang ditularkan melalui
telur yang ada di kotoran manusia yang mencemari tanah pada lingkungan dengan
sanitasi yang buruk. Salah satu spesies yang banyak menginfeksi manusia adalah
cacing cambuk (Suamiti bedah & Adelina.2018).

Cacing yang ditularkan melalui tanah (STH), Trichuris trichiura, menghuni


usus besar manusia dan dapat mengubah respons inflamasi, yang efeknya mungkin
dimediasi melalui perubahan mikrobiota usus. Kami berhipotesis bahwa infeksi T.
trichiura yang paten akan dikaitkan dengan perubahan mikrobiota feses dan bahwa
pengobatan anthelmintik akan menginduksi mikrobiota yang lebih mirip dengan
yang diamati pada individu yang tidak terinfeksi (Suamiti bedah & Adelina.2018).

Trichuris trichiura menyebabkan penyakit yang disebut trikuriasis. Penderita


yang terinfeksi dapat mengalami diare yang diselingi disentri atau kolitis kronis,
menimbulkan peradangan dan perdarahan. Gejala akibat kecacingan berhubungan
dengan jumlah cacing yang menginfeksi tubuh. Infeksi yang ringan belum
menimbulkan gejala, sedangkan pada infeksi yang lebih berat dapat menimbulkan
beberapa gejala berupa diare, sakit perut, lesu, kelemahan, gangguan kognitif dan
perkembangan fisik. Anak-anak usia sekolah dan remaja cenderung menderita
trikuriasis dalam jumlah besar, sebagai hasilnya mereka akan mengalami hambatan
pertumbuhan, penurunan kebugaran tubuh, gangguan memori dan kemampuan
kognitif yang akhirnya akan mengarah kepada penurunan
kemampuan belajar(Suamiti bedah & Adelina.2018).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Trichuris trichiura ?
2. Bagaimana Morfologi dari Trichuris trichiura ?
3. Bagaimana siklus hidup dari Trichuris trichiura ?
4. Bagaimana pathogenesis dari Trichuris trichiura ?

2
5. Bagaimana Gejalah Klinis dari Trichuris trichiura ?
6. Bagaimana Metode Pemeriksaan Trichuris trichiura ?
7. Bagaimana cara pencegahan penyakit dari Trichuris trichiura ?
8. Bagaimana Epidemiologi Trichuris trichiura ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Trichuris trichiura
2. Untuk mengetahui morfologi dari Trichuris trichiura
3. Untuk mengetahui siklus hidup dari Trichuris trichiura
4. Untuk mengetahui pathogenesis Trichuris trichiura
5. Untuk mengetahui bagaimana gejala klinis Trichuris trichiura
6. Untuk mengetahui metode pemeriksaan Trichuris trichiura
7. Untuk mengetahui Cara pencegahan penyakit dari Trichuris trichiura
8. Untuk mengetahui Epidemiologi Trichuris trichiura

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Trichuris trichiura


Trichuris trichiura adalah nematoda usus atau cacing usus yang ditularkan
melalui tanah (soil transmitted helminth) yang dapat meyebabkan penyakit
trichuriasis, cacing ini disebut juga Trichocephalus dispar, Whip worm,
Trichocephalus hominis, dan cacing cambuk karena bentuknya yang menyerupai
cambuk. Infeksi dengan cacing cambuk (trichuriasis) lebih sering terjadi di daerah
panas, lembab dan sering bersama-sama dengan infeksi. Sampai saat ini dikenal
lebih dari 20 spesies Trichuris spp, namun yang menginfeksi manusia hanya
Trichuris trichiura dan Trichuris vulpis. Trichuris trichiura atau cacing cambuk
adalah parasit dari jenis cacing yang menyerang saluran pencernaan
manusia.Trichuris trichiura merupakan jenis cacing soil-transmitted helminth.
(Putra.dkk.2022)
Cacing ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada saluran pencernaan Bila
menginfeksi dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan gejala Apabila
jumlahnya sedikit, pasien biasanya tidak akan terpengaruh dengan adanya cacing ini.
Penyakit yang disebabkan cacing ini dinamakan trichuriasis atau trichocephaliasis.
Penyakit ini terutama terjadi di daerah subtropis dan tropis, dimana kebersihan
lingkungannya buruk serta iklim yang hangat dan lembab memungkinkan telur dari
parasit ini mengeram di dalam tanah (Sumiati & Adelina,2018).

B. Morfologi Trichuris trichiura


Stadium perkembangan dari Trichuris trichiura adalah telur, larva dan cacing
dewasa ( jantan & betina) yang mempunyai ciri-ciri yang berbeda, yaitu:

a) Telur cacing Trichuris trichiura


Telur berukuran 50x25 mikron, memilik bentuk seperti tempayan, pada kedua
tutupnya terdapat operculum yaitu semacam penutup yang jernih dan
menonjol. Dinding telur terdiri atas dua lapis, bagian dalam berwama jernih
bagian luar berwama kecoklatan ( Elfred, dkk.2017).

4
Gambar 1. Telur Trichuris trichiura
Sumber : Jurnal Biosains pascasarjana ( Elfred,dkk.2017)
b) Larva
Telur Trichuris trichiura yang sudah matang di dalamnya terdapat larva yang
telah di bentuk setelah 3 minggu dan menetas di dalam usus halus
(Elfred,dkk.2017)

Gambar 2. Larva Trichuris trichiura


Sumber : Jurnal Biosains pascasarjana (Elfred,dkk.2017)

c) Cacing Dewasa Trichuris trichiuria


• Cacing jantan, memiliki Panjang 3-4cm, bagian anterior halus seperti
cambuk, Bagian ekor melingkar dan mengandung sebuah spicule.
• Cacing betina, memiliki Panjang 4-5cm, bagian anterior halus seperti
cambuk, bagian ekor lurus berujung tumpul, vulva terdapat di bagian
tubuh yang mulai membesar sedangkan anusnya terletak di bagian
posterior

5
Gambar 3. Morfologi cacing betina (gambar kiri) dan
Morfologi cacing jantan (gambar kanan)
Sumber : Jurnal Biosains pascasarjana (Elfred,dkk.2017)

• Cacing dewasa berwarna mearh muda, melekat pada dinding sekum dan
pada dinding apendiks, kolon atau bagian posterior ileum dan menyerupai
cambuk (Elfred,dkk.2017).

Gambar 4. Morfologi cacing Trichuris trichiura


Sumber : Jurnal Biosains pascasarjana (Elfred,dkk.2017)
C. Siklus hidup Trichuris trichiura
Telur keluar bersama tinja dalam lingkungan (tanah), selanjutnya mengalami
pematangan dalam tanah. Proses pematangan telur ini membutuhkan waktu 3–5
minggu. Telur yang sudah matang ini bersifat infektif. Telur yang 11 infektif akan
meninfeksi manusia melalui vektor mekanik atau benda–benda lain yang
terkontaminasi, misalnya tanah yang terkontaminasi dengan tinja manusia yang
mengandung telur atau sayuran yang disemprot menggunakan faeces. Infeksi
langsung terjadi apabila secara kebetulan hospes menelan telur matang. Telur yang

6
tertelan oleh manusia akan masuk dalam usus dan menetas didalamnya. Larva keluar
melalui dinding telur dan masuk ke usus halus. Selanjutnya akan menjadi dewasa.
Setelah dewasa, cacing bagian distal usus dan selanjutnya menuju ke daerah colon.
Cacing ini tidak mempunyai siklus paru. Masa pertumbuhan mulai dari telur sampai
cacing dewasa kurang lebih selama 30–90 hari. Cacing dewasa jantan dan betina
mengadakan kopulasi, sehingga cacing betina menjadi gravid. Pada saatnya cacing
betina akan bertelur yang akan bercampur dengan faeces dalam usus besar. Telur
cacing akan keluar bersama faeces pada saat manusia melakukan aktifitas buang air
besar. Selanjutnya telur akan mengalami pematangan dalam waktu 6 minggu.
Pematangan ini akan berjalan dalam lingkungan yang sesuai yaitu pada tanah yang
lembab dan tempat yang teduh, Cacing dewasa akan hidup selama 1 sampsi 5 tahun
dan cacing betina dewasa akan menghasilkan 3.000 sampai 20.000 telur setiap
harinya (Sumanto dan wartomo.2016).

Gambar 5. Siklus Hidup Trichuris trichiura


Sumber : Buku Parasitologi ( Sumanto & wartomo, 2016 )

7
D. Patogenesis Trichuris trichiura
Cacing ini didapat melalui penularan fecal-oral. Jika manusia mengonsumsi telur
yang terinfeksi, biasanya saat makan dan minum makanan atau udara yang
terkontaminasi. Setelah telur berembrio tertelan, larva menetas di usus kecil. Dari
sana mereka bermigrasi ke usus besar, di mana ujung anteriornya menempel di
mukosa. Hal ini menyebabkan kerusakan sel dan aktivasi sistem kekebalan tubuh,
perekrutan eosinofil, limfosit, dan sel plasma. Hal ini menyebabkan gejala khas
perdarahan dubur dan sakit perut. Parasit ini biasanya tinggal di ileum terminal dan
sekum. Pada beberapa pasien, seluruh usus besar dan rektum mungkin terisi cacing.
Cacing ini dapat hidup antara 1-4 tahun tanpa pengobatan.Telur dikeluarkan melalui
kotoran dalam keadaan tidak berembrio ( Evita & Eshter,2017)
E. Gejala klinis Trichuris trichiura
Infeksi ringan tidak menyebabkan gejala klinis yang khas. Pada infeksi berat dan
menahun menyebabkan disentri, apendesitis, anemia berat, mual dan muntah.
Disentri yang terjadi dapat menyerupai amebiasis. Infeksi pada umumnya ringan
sampai sedang dengan sedikit/tanpa gejala. Perkembangan larva Trichuris di dalam
usus biasanya tidak memberikan gejala klinik yang bcrarti walaupun dalam sebagian
masa perkembangannya larva memasuki mukosa intestinurn tenue. Proses yang
bcrperan dalam menimbulkan gejala yaitu trauma oleh cacing dan dampak toksik.
Trauma pada dinding usus terjadi karena cacing ini membenarnkan kepalanya pada
dinding usus. Cacing ini biasanya menetap pada sekum. Pada infcksi yang ringan
kcrusakan dinding mucosa usus hanya sedikit dan Pada infeksi yang berat, cacing
dapat pula ditemukan pada ileum, appendix, bahkan seluruh usus besar
(Putra,dkk.2022).

F. Metode pemeriksaan Trichuris trichiura


Metode pemeriksaan Trichuris trichiura dapat di lakukan dengan dua metode
yaitu metode pemeriksaan kualitatif dan metode pemeriksaan kuantitafif.

1. Metode Kualitatif
a) Metode apung (flotasi)
Metode flotasi (pengapungan) adalah metode yang menggunakan larutan
NaCl jenuh yang didasarkan atas berat jenis telur sehingga akan mengapung
ke permukaan tabung dan ditutup dengan cover gelas,sehingga telur cacing
naik ke permukaan larutan. Cover gelas tersebut dipindahkan ke objek glass

8
yang bersih dan kering di bawah mikroskop. Dalam metode ini telur cacing
tidak langsung dibuat sediaan tetapi sebelum dibuat sediaan sampel
diperlakukan sedemikian rupa sehingga telur cacing diharapkan
dapat terkumpul (Ridwan,dkk.2021).
b) Metode sedimentasi
Metode ini cocok untuk pemeriksaan tinja yang telah diambil
beberapa hari sebelumnya, misalnya kiriman dari daerah yang jauh dan
tidak memiliki sarana laboratorium Prinsip dari metode ini adalah gaya
sentrifugal dapat memisahkan supernatan dan suspense sehingga telur
cacing dapat terendapkan. Metode sedimentasi kurang efisien dalam
mencari macam telur cacing bila dibandingkan dengan metode flotasi
(Ridwan,dkk.2021).
2. Metode kuantitatif
a) Metode Kato katz
Pemeriksaan dilakukan dengan menghitung jumlah telur cacing yang
terdapat dalam feses yang dikeluarkan seseorang dalam sehari.
Pemeriksaan ini untuk (Soil Transmitted Helmint) STH. Jumlah telur yang
didapat kemudian dicocokkan dengan skala pembagian berat ringannya
penyakit kecacingan yang diderita.Pemeriksaan metode kato katz adalah
suatu pemeriksaan sediaan tinja ditutup dan diratakan dibawah “cellophane
tape” yang telah direndam dalam larutan malactite green. Dari hasil
perhitungansecara kuantitatif telur cacing dapat ditentukan klasifikasi
intensitas innfeksi (ringan, sedang, atau berat). Menurut jenis cacing yang
menginfeksi dalam satuan EPG (Eggs Per Gram), sehngga dapat
menggambarkan keadaan infeksi kecacingan pada daerah
tersebut,Pemeriksaan kuantitatif kecacingan menggunakan metode Kato
katz, lapangan pandang yang dihasilkan berwarna hijau malachite sehingga
pemeriksaan ini lebih efisien untuk pemeriksaan dengan jumlah sampel
yang banyak dan mempermudah dalam perhitungan telur cacing
(Ridwan,dkk.2021).

G. Pencegahan Penyakit akibat Trichuris trichuria


Penyakit yang di sebabkan oleh Trichuris trichuria, dapat di cegah dengan
mebendazol atau albendazole, dan pemberian kombinasi obat cacing.Dosis

9
mebendazol yang disarankan adalah 100 mg dua kali sehari selama 3 hari atau
albendazol adalah 200 hingga 400 mg dua kali sehari selama 3 hari. Mebendazol
terbukti lebih efektif dan dianggap sebagai pengobatan dini pertama. Dan Cara
terbaik untuk mencegah trikuriasis adalah dengan meningkatkan kebersihan diri,
mencuci semua buah dan sayuran, serta mendidik pasien dan keluarga tentang
pentingnya mencuci tangan. Inisiatif global telah dimulai yang fokus pada
peningkatan sanitasi, pengentasan kemiskinan, dan pencegahan kemoterapi secara
berkala. Kemoterapi preventif untuk infeksi STH direkomendasikan oleh WHO dan
sering diberikan sebagai pemberian obat massal (MDA) kepada anak-anak sekolah
(Sari pediatri, 2013).

H. Epidemiologi Trichuris trichiura


Trichuris trichiura adalah cacing yang ditularkan melalui tanah yang ditemukan
di daerah yang lembab, tropis dan subtropis dan daerah dengan sanitasi yang buruk
Faktor terpenting untuk penyebaran penyakit ini adalah kontaminasi tanah dengan
tinja. Telur dapat tumbuh di tanah liat, lembab dan teduh dengan suhu optimum
30ºC. Infeksi cacing ini lebih banyak erdapat di negara-negara berkembang,
Insidensi penyakit trichuriasis biasanya tinggi tetapi intensitas infeksinya ringan.
Pada negara tropis rata-rata insidensi 80% sedangkan di Amerika Serikat hanya 0,05
– 10%. Anak-anak lebih sering terkena infeksi daripada orang dewasa, di Indonesia
salah satunya di daerah kabupaten deli Serdang terhadap 31 anak yang menjadi
subjek penelitian terdapat 5 anak (16%) yang positif Tichuris trichuria dengan usia
paling banyak 5 tahun (40%), Usia 6 tahun (40%) dan usia 7 tahun (20%). (Rahma
sari 2022).

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Trichuris trichiura atau cacing cambuk adalah parasit dari jenis cacing yang
menyerang saluran pencernaan manusia.Trichuris trichiura merupakan jenis cacing
soil-transmitted helminth (STH) yang dapat berkembang biak dengan baik di iklim
tropis seperti Indonesia. Dan dapat menyebabkan penyakit Trichiuriasis.
Penderita yang terinfeksi dapat mengalami diare yang diselingi disentri atau kolitis
kronis, menimbulkan peradangan dan perdarahan.Metode pemeriksaan Trichuris
tricuria dapat di lakukan dengan metode apung, sedimentasi dan kato katz. Infeksi
soil transmitted helminthes (STH) atau cacing yang ditularkan melalui tanah masih
merupakan endemik di banyak daerah di dunia, terutama negara yang sedang
berkembang dengan sanitasi lingkungan dan kebersihan diri yang sangat kurang.
Jumlah infeksi STH sangat banyak di Asia Tenggara termasuk Indonesia yang
beriklim tropis, sesuai untuk perkembangan parasit. Telur Nematoda usus senang
pada daerah yang lingkungannya kumuh, terdapat sampah-sampah dan salah satu
tempat yang merupakan lokasi tersebut adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

B. Saran

Di harapkan pada anak-anak untuk tetap rutin mengkomsumsi obat cacing,


menjaga kebersihan kukui, mencuci tangan sebelum makan, dan menggunakan alas
kaki saat bermain dan di rutin melakukan pemeriksaan kesehatan serta
mengkomsumsi obat cacing. Dan untuk melakukan pemeriksaan Trichuris
trichuria dapat di lakukan dengan pemeriksaan metode sedimetasi dan kato katz.
dan jika terinfeksi cacing cambuk dapat di tangani dengan melakukan terapi STH.

11
DAFTAR PUSTAKA

Suamiti bedah & Adelina.2018, Infeksi anak kecacingan pada anak usia 8-14
tahun di Rw 007 tanjung lengkong kelurahan bidaracina. Jurnal ilmiah
Kesehatan, Vol. 10. No.1. Universitas MH Tamhrin
Elfred,dkk. 2017. Gambaran basophil,TNF-a, dan IL-9 pada petani terinfeksi STH
di kabupaten kediri. Jurnal Biosains pascasarjana, Vol,8. No.3.Universitas
Airlangga
Evita jodjana & Eshter,2017. Gambaran infeksi cacing Trichuris trichiura pada
anak di SDN 01 PG. Jurnal kedokteran Meditek. Vol.23, No.61. Universitas
Kristen Krida
Putra,cahyadi.dkk.2022. Non-eosinofilia pada infeksi Trichuris trichiura sebuah
laporan kasus.Jurnal intasari medis sains, Vol,13. No.2. Universitas Udayana
Ridwan,dkk,2021.Identifikasi STH pada anak usia 7-10 tahun Menggunakan
sampel feses dengan menggunakan metode natif di wilayah TPA
Bulukumba.Jurnal biologi makassar. Vol.6, No.1, Stikes panritahusada
Rahma sari.2022. Skripsi Identifikasi telur cacing Trichuris trichiura pada tinja
anak usia 5-8 tahun di jalan utama bakaran batu kecamatan batang kuis
kabupaten seli Serdang. Universitas Medan Area
Sari Pediatri,2013.Pengaruh infeksi cacing usus yang di tularkan melalui tanah
pada pertumbuhan fisik anak. Jurnal Biomedis. Vol.8, No.2. Fakultas
kedokteran, Sumatra utara
Sumanto didik & Wartomo,2016. Parasitologi Kesehatan masyarakat, semarang,
Yoga pratama

12

Anda mungkin juga menyukai