Dosen Pengampu :
Bahrul Ulumi, S.Kep., Ns
Disusun Oleh :
Amelia Putri 88214033
Chitra Siffa Gandara 88214019
Febriyanti 88212004
Fitrianingsih Yusuf 88214026
Hani Rachmani Agustini 88213004
Melki Septiani 88214023
Yuliana Ambarwati 88213025
Zahra Aulia Widianti 88213022
ARS UNIVERSITY
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Jl. Terusan Sekolah Internasional No. 1-2, Cicaheum, Kec. Kiaracondong, Kota Bandung,
Jawa Barat 40282
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang senantiasa
memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya bagi para hamba-Nya. Tak lupa sholawat serta
salam kita curah limpahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW,
sehingga kita dapat menyelesaikan penulisan makalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Sistem Informasi Keperawatan II . Selain itu makalah ini bertujuan untuk memberikan
tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi kami sebagai pembaca.
Kami selaku penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bahrul Ulumi,
S.Kep., Ns selaku dosen mata kuliah Sistem Informasi Keperawatan II .Tidak lupa bagi
pihak-pihak lain yang telah mendukung penyusunan makalah ini kami ucapkan terima kasih.
Kami menyadari segala keterbatasan dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dalam hal ini kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dalam
menyusun makalah yang baik dan dapat digunakan pada masa yang akan datang. Oleh karena
itu kami akan terima dengan senang hati.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1Latar Belakang......................................................................................................................4
1.2Rumusan Masalah.................................................................................................................5
1.3Tujuan Masalah.....................................................................................................................6
BAB II...................................................................................................................................................7
KONSEP TEORI...................................................................................................................................7
2.1 Definisi.......................................................................................................................7
2.2 Etiologi.......................................................................................................................7
2.3 Klasifikasi...................................................................................................................8
2.4 Manifestasi Klinis.......................................................................................................9
2.5 Patofisiologi..............................................................................................................11
2.6 Pathway....................................................................................................................13
2.7 Penatalaksanaan Medis.............................................................................................13
2.8 Pemeriksaan Diagnostik............................................................................................15
2.9 Komplikasi................................................................................................................16
BAB III................................................................................................................................................18
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................................18
BAB IV................................................................................................................................................30
KASUS SEMU DAN PEMBAHASAN...............................................................................................30
BAB V.................................................................................................................................................47
PENUTUP...........................................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................48
BAB I
PENDAHULUAN
TBC atau tuberkulosis adalah jenis penyakit menular yang umumnya menyerang sistem
pernapasan manusia. Selain sistem pernapasan, TBC juga bisa menyerang organ kelenjar
getah bening, tulang, otak, kulit. penderita penyakit TBC di Indonesia menempati peringkat
ketiga setelah India dan Cina. Terdapat 824.000 kasus dan 93.000 angka kematian per
tahunnya atau setara dengan 11 kematian per jam.TBC disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penularan penyakit ini terjadi ketika seseorang menghirup udara
yang terkontaminasi bakteri tersebut. Seseorang yang mengidap penyakit TBC dapat
menularkan bakteri ini melalui:bersin batuk berbicara Orang yang memiliki kekebalan tubuh
yang baik kemungkinan tidak akan mengalami gejala TBC, bahkan jika mereka tertular
bakteri tersebut. Hal ini dikenal sebagai infeksi TBC laten atau tidak aktif. TBC laten
merupakan salah satu jenis TBC yang tidak menular. Kendati demikian, TBC jenis ini dapat
menjadi aktif dan menular apabila tidak ditangani dengan baik.
TB terdapat di semua negara dan terjadi pada semua kelompok umur. Di tahun 2020,
negara-negara di Asia menjadi penyumbang kasus TB baru terbanyak di dunia. Indonesia
menjadi negara ketiga setelah India di uruan pertama dan China di urutan kedua. Secara
global, persentase kasus TB menurun sekitar 2% per tahun dan antara 2015 dan 2020
pengurangan kumulatif adalah 11%. Tentu dengan diagnosis dan pengobatan sedini mungkin,
risiko kematian akibat TB dapat dikurangi; diperkirakan 66 juta nyawa diselamatkan melalui
diagnosis dan pengobatan TB antara tahun 2000 dan 2020. Secara global, hampir satu dari
dua rumah tangga yang terkena dampak TB, harus menghadapi biaya yang lebih tinggi dari
20% pendapatan rumah tangga mereka, menurut data survei biaya pasien TB nasional terbaru.
Dan diperkirakan pada tahun 2022, US$ 13 miliar dibutuhkan setiap tahun untuk pencegahan,
diagnosis, pengobatan dan perawatan TB untuk mencapai target global yang disepakati pada
pertemuan tingkat tinggi PBB tentang TB pada tahun 2018.
TB Paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru.
Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk
waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. TB Paru ini
bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan
nekrosis jaringan. TB Paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan TB Paru
aktif pada paru batuk, bersin atau bicara (Werdhani, 2019). Sumber penularan penyakit TB
Paru adalah penderita Tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang
dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman
Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman Tuberkulosis
tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah,
saluran nafas, atau peny. Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,
radiologik, dan riwayat pengobatan sebelumnya. Gejala reaktivasi tuberkulosis berupa
demam menetap yang naik dan turun (hectic fever), berkeringat pada malam hari yang
menyebabkan basah kuyup (drenching night sweat), kaheksia, batuk kronik dan hemoptisis.
Setelah diagnosa TB ditegakkan, penderita akan mendapatkan pengobatan obat anti TB
(OAT) kombinasi selama beberapa bulan yang harus dilakukan secara rutin dan tidak boleh
terputus. Selain untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit, hal ini juga dilakukan
untuk mencegah penyakit berkembang menjadi TB kebal obat atau TB Multi Drugs
Resistance (TB MDR). Ketika penderita TB belum dinyatakan sembuh (gagal) maupun
mengalami kekambuhan padahal sudah menjalani pengobatan TB sesuai dengan resep dan
aturan minum obat yang benar, penderita tersebut dapat dicurigai menderita TB MDR yaitu
TB yang tidak mempan (kebal/ resisten) dengan berbagai macam obat. Penderita TB MDR ini
harus kembali menjalani pengobatan dari awal dengan kombinasi obat yang lebih banyak
dalam jangka waktu 18 - 24 bulan.
Adapun cakupan masalah yang akan penyusun kaji adalah sebagai berikut :
1. Apa definisi pada penyakit Tuberkolosis ?
2. Apa saja etiologi pada penyakit Tuberkolosis ?
3. Bagaimana pathway pada penyakit Tuberkolosis ?
4. Apa tanda dan gejala pada penyakit Tuberkolosis ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada penyakit Tuberkolosis ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis pada penyakit Tuberkolosis ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit Tuberkolosis ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum :
Dapat memahami penjabaran tentang penyakit Tuberkolosis (TBC).
2. Tujuan Khusus :
1) Untuk mengetahui definisi penyakit Tuberkolosis
2) Untuk Megetahui etiologi penyakit Tuberkolosis
3) Untuk Mengetahui pathway penyakit Tuberkolosis
4) Untuk Mengetahui manifestasi klinis penyakit Tuberkolosis
5) Untuk Mengetahui Pemeriksaan penunjang pada penyakit Tuberkolosis
6) Untuk Mengetahui penatalaksanan medis penyakit Tuberkolosis
7) Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan pada penyakit Tuberkolosis.
BAB II
KONSEP TEORI
3.1 Definisi
TB Paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru.
Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang
terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru.
TB Paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan. TB Paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang
dengan TB Paru aktif pada paru batuk, bersin atau bicara (Werdhani, 2019).
Pengertian TB Paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena
kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru,
akan tetapi kuman TB Paru juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya. TB Paru
adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB Paru (Mycobacterium
Tuberculosis) (Werdhani, 2019).
Tuberkulosis Paru atau biasa disingkat dengan TB Paru adalah penyakit kronis yang
disebtabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui
dahak (droplet) dari penderita TB Paru kepada individu lain yang rentan (Ginanjar, 2020).
3.2 Etiologi
Sumber penularan penyakit TB Paru adalah penderita Tuberkulosis BTA positif pada
waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu
kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke
dalam saluran pernafasan. Setelah kuman Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia
melalui pernafasan, kuman Tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian
tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke
bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh
banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang
terinfeksi Tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut (Ginanjar, 2020).
Menurut Smeltzer & Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk tertular virus
tuberculosis adalah:
3.3 Klasifikasi
Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik, dan
riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu
faktor determinan untuk menentukan strategi terapi. TB paru diklasifikasikan menurut
Wahid & Imam tahun 2013 halaman 161 yaitu:
Gejala reaktivasi tuberkulosis berupa demam menetap yang naik dan turun (hectic
fever), berkeringat pada malam hari yang menyebabkan basah kuyup (drenching night
sweat), kaheksia, batuk kronik dan hemoptisis.Pemeriksaan fisik sangat tidak sensitif dan
sangat non spesifik terutama pada fase awal penyakit.Pada fase lanjut diagnosis lebih
mudah ditegakkan melalui pemeriksaan fisik, terdapat demam penurunan berat badan,
crackle, mengi, dan suara bronkial. (Darmanto, 2009).
Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe infeksinya.Pada tipe infeksi yang
primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat berupa gejala neumonia, yakni
batuk dan panas ringan. Gejala TB, primer dapat juga terdapat dalam bentuk pleuritis
dengan efusi pleura atau dalam bentuk yang lebih berat lagi, yakni berupa nyeri pleura dan
sesak napas. Tanpa pengobatan tipe infeksi primer dapat sembuh dengan sendirinya, hanya
saja tingkat kesembuhannya 50%. TB postprimer terdapat gejala penurunan berat badan,
keringat dingin pada malam hari, tempratur subfebris, batuk berdahak lebih dari dua
minggu, sesak napas, hemoptisis akibat dari terlukanya pembuluh darah disekitar bronkus,
sehingga menyebabkan bercak-bercak darah pada sputum, sampai ke batuk darah yang
masif, TB postprimer dapat menyebar ke berbagai organ sehingga menimbulkan gejala-
gejala seperti meningitis, tuberlosis miliar, peritonitis dengan fenoma papan catur,
tuberkulosis ginjal, sendi, dan tuberkulosis pada kelenjar limfe dileher, yakni berupa
skrofuloderma. (Tabrani Rab, 2016).
3.5 Patofisiologi
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TB
Paru) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi (Kowalak, 2019).
TB Paru adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan melakukan
reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel yang mencapai
permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai
tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang
besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus,
basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut.
Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut (Kowalak, 2019). Pneumonia
seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau
proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembangbiak di dalam
sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini
membutuhkan waktu 10 – 20 hari (Kowalak, 2019).
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju,
isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi primer. Daerah
yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel
epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi
lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberculosis (Kowalak, 2019).
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar
getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain yang dapat
terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkhus
dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan
masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian
lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi
primer menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair
keluarbersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura
tuberkulosa (Kowalak, 2019).
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit dan
tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan
perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung
sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang
tidak terlepas. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk
lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif (Kowalak, 2019).
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang
lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang
kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini
dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran
hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan Tuberkulosis
milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh. Komplikasi
yang dapat timbul akibat TB Paru terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem
pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi
pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan Tuberkulosis usus,
Meningitis serosa, dan Tuberkulosis milier (Kowalak, 2019).
Tanda dan gejala yang timbul pada penyakit TB paru yaitu batuk, batuk darah, sesak
napas, nyeri dada, demam, keluar keringat pada malam hari, anoreksia dan penurunan
berat badan serta malaise (gejala malaise sering ditemukan berupa tidak nafsu makan, sakit
kepala, meriang, dan nyeri otot) (Wahid, 2020).
Adapun akibat dari gejala anoreksia dapat menyebabkan kecenderungan penururnan
berat badan yag menyebabkan status gizi kurang (IMT˂18,5). Kondisi ini dapat
mengakibatkan terjadinya status gizi buruk apabila tidak diimbangi dengan diet yang tepat.
Malnutrisi yang terjadi akan memperberat penyakit infeksinya, sehingga status gizi
menjadi penyebab utama terjadinya kegagalan konversi pengobbatan pada pasien TB paru
(Amalia, 2019).
3.6 Pathway
3.9 Komplikasi
Menurut Pratiwi tahun 2020 komplikasi tuberculosis dibagi menjadi 2 bagian :
1) Komplikasi ringan
Laryngitis, efusi pleura, pleurutis, empyema merupakan golongan komplikasi
ringan.
2) Komplikasi berat
Sedangkan pada komplikasi berat terdapat obstruksi jalan nafas sampai ke sindrom
gagal nafas dewasa (ARDS), kerusakan berat pada parenkim, kor pulmunoal, ca
paru, sindrom pasca tuberculosis, fibrosis paru.
Awal terjadinya komplikasi dini karena peradangan pada selaput dada menjadikan
pleura tersebut robek dan masuk melalui kelenjar limfe, kemudian melewati sel
mesotelial masuk ke rongga pleura dan juga bisa masuk ke pembuluh limfe. Saat
peradangan terjadi karena adanya bakteri piogenik akan membentuk pus/nanah
menyebabkan empyema. Hematoraks terjadi karena terkenanya pembuluh darah di
sekitar pleura. Efusi pleura tersebut tampak seperti transudate, karena bukan berasal dari
primer paru menyebabkan terjadi sirosis, sindrom nefrotik, gagal jantung kongestif.
Eksudat karena inflamasi menyebabkan meningkatnya integritas pembuluh darah kapiler
pleura, kemudian menyebabkan perubahan pada sel mesotelial membentuk kuboid atau
bulat, akhirnya menyebabkan keluarnya cairan ke rongga pleura.
Sedangkan komplikasi lanjut terjadi karena adanya peradangan pada sel-sel otot jalan
nafas. Dari peradangan kronis itu mengakibatkan paralisis silia dan terjadi statis mukus
karena adanya infeksi kuman. Proses terjadinya infeksi peradangan menyebabkan
bronkospasme mengakibatkan obstruksi jalan nafas yang reversible. Bisa juga dari proses
peradangan menyebabkan hipertrofi karena produksi mukus berlebihan terjadi erosi
epitel, fibrosis, metaplasia skuamosa dan penebalan lapisan mukosa sehingga terjadi
obstruksi jalan nafas irreversible. Dari obstruksi tersebut mengakibatkan gagal nafas.
Komplikasi Ca paru terjadi karena imunitas penderita rendah dan kuman tersebut
menyebar ke seluruh tubuh. Ketidakseimbangan fungsi onkogen dan gen tumor
suppressor dalam proses berkembang akan mengakibatkan mutasi gen. Ca paru tidak
dapat terkendali karena hilangnya fungsi gen suppressor menyebabkan sel berkembang
tidak beraturan (Safithri, 2017).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.10 Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (Irman Somantri,
p.68 2009).
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa
dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini
biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal didaerah dengan tingkat
kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari kedalam rumah sangat minim.
TB paru pada anak dapat terjadi pada usia berapapun, namun usia paling umum adalah
antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB diluar paru-paru
(extrapulmonary) disbanding TB paru dengan perbandingan 3:1. TB diluar paru-paru
adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia <3 tahun. Angka kejadia
(pravelensi) TB paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah
usia remaja dimana TB paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai
lubang/kavitas pada paru-paru).
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering sampai
dengan batuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian dada pasien
tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong kesisi yang sakit. Pada
foto toraks, pada sisi yang sakit nampak bayangan hitam dan diagfragma
menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit
infeksi menular.
3.13 Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan Setelah 1.oberservasi fungsi respirasi 1.Penurunan bunyi napas
nafas tidak dilakukan antara lain suara, jumlah, dapat menunjukkan
efektif tindakan irama, dan kedalaman nafas atelektasis. Ronki, mengi
berhubungan keperawatan serta catatan pula mengenai menunjukkan akumulasi
dengan selama 2x24 penggunaan otot nafas sekret.
akumulasi jam bersihan tambahan.
sekret kental jalan nafas 2.Catat kemampuan untuk 2.Pengeluaran sulit, bila
atau sekret kembali efektif mengeluarkanmukosa/batuke sekret sangat tebal (mis.
darah. dengan Kriteria fektif; catatkarakter, jumlah Efek infeksi dan/atau
Hasil : sputum, adanyahemoptisis. tidak adekuat hidrasi).
1. RR dalam 3. Berikan posisi semi atau 3.Posisi membantu
batas normal fowler tinggi. Bantu klien memaksimalkan ekspansi
(16 – untuk batuk dan paru dan menurunkan
20x/mnt) latihannapasdalam. upaya pernapasan.
2. Suara nafas 4.Bersihkan secret dan mulut 4.Mencegah obstruksi
normal dan trakea; /aspirasi. Penghisapan
3. Klien penghisapansesuaikeperluan. dapat diperlukan bila
mengatakan pasien tak mampu
sesak mengeluarkan sekret.
nafasnya 5.Pemasukkan tinggi
berkurang. 5.Pertahankan masukan cairan membanu untuk
cairan sedikitnya 2500 mengencerkan sekret,
ml/hari kecuali membuatnya mudah
kontraindikasi. dikeluarkan.
6.Mencegah pengeringan
6.Lembabkanudara/ membrane mukosa;
oksigeninspirasi. membantu pengenceran
sekret.
2. Gangguan Setelah 1. Posisikan klien untuk 1. Melancarkan
pertukaran gas diberikan memaksimalkan ventilasi pernapasan klien
berhubungan asuhan udara
dengan keperawatan 2. Lakukan terapi fisik dada, 2. Merilekskan dada
kerusakan 2x24 jam, sesuai kebutuhan untukmemperlancarpe
membran diharapkan rnapasanklien
alveoler- kerusakan 3. Keluarkan secret dengan 3. Mengeluarkan secret
kapiler. pertukaran gas melakukan batukefektif yang
teratasi, dengan atau dengan melakukan menghambatjalanpern
kriteria hasil: suctioning apasan
1. Klien 4. Catat dan monitor pelan,
tampak dalamnya pernapasan dan 4. Mengetahui factor
tenang batuk penyebab batuk dan
2. Takikardi 5. Berikan treatment aerosol, gangguan pernapasan
tidak ada sesuaikebutuhan 5. Memperlancarsaluran
3. Klien 6. Berikan terapi oksigen, pernapasan
mengataka sesuaikeebutuhan 6. Memenuhi kebutuha
n tidak 7. Regulasi intake cairan noksigen dalam tubuh
sesak. untuk mencapai 7. Menyeimbangkan
keseimbangan cairan cairan dalam tubuh
8. Monitor status respiratory
dan oksigenasi 8. Mengetahui status
respirasi klien lancer
ataukah ada gangguan
3. Defisit nutrisi Setelah 1. Observasi keluhan mual 1. Untuk membantu
berhubungan dilakukan dan muntah klien menetapkan cara
dengan mual, tindakan 1x24 mengatasinya
muntah, dan jam kebutuhan 2. Berikan klien makanan 2. Untuk menghindari
anoreksia. nutrisi pasien dalam porsi kecil dan mual dan muntah
terpenuhi dalam frekuensi sering
dengan kriteria 3. Jelaskan manfaat nutrisi 3. Meningkatkan
hasil : bagi klien terutama saat pengetahuan klien
1. Perasaan klien sakit tentang nutrisi
mual sehingga memotivasi
hilang/berku klien untuk makan
rang 4. Berikan klien makanan meningkat
2. Klien yang mudah ditelan seperti 4. Membantu mengurangi
mengatakan bubur dan dihidangkan saat kelelahan klien dan
nafsu makan masih hangat meningkatkan asupan
meningkat 5. Ukur BB klien tiap hari makanan
3. Berat badan 5. Untuk mngetahui
klien tidak 6. Kolaborasi pemberian status gizi klien
mengalami antiemetik sesuai dosis 6. Untuk mengurangi
penurunan dokter. mual.
drastis dan
cenderung
stabil
4. Klien terlihat
dapat
menghabiska
n porsi
makan yang
disediakan.
4. Nyeri Setelah 1. observasi tingkat nyeri 1. Untuk mengetahui
berhubungan dilakukan yang dialami klien, berat nyeri yang
dengan tindakan tetapkan tipe nyeri yang dirasakan klien
peradangan. keperawatan dialami klien
selama 1x24 2. Dengan mengetahui
jam diharapkan 2. observasi faktor-faktor faktor-faktor tersebut
nyeri yang yang mempengaruhi reaksi maka perawat dapat
dirasakan klien melakukan intervensi
berkurang. pasien terhadap nyeri yang sesuai dengan
Kriteria hasil : masalah klien
1. Nadi normal 3. Untuk mengurangi
(80-100x/meni rasa nyeri
t) 3. Berikan posisi yang
2. Ekspresi tidak nyaman, usahakan situasi 4. Dengan melakukan
meringis ruang yang terang aktivitas lain, klien
3. Rasa nyaman 4. Berikan suasana gembira dapat sedikit
pasien bagi klien, alihkan melupakan
terpenuhi perhatian pasien dari rasa perhatiannya
4. Klien nyeri terhadap nyeri yang
mengatakan dirasakan.
nyeri
berkurang.
5. Hipertemia Setelah 1. Observasi keadaan umum 1. Mengetahui
berhubungan dilakukan klien perkembangan
dengan proses tindakan keadaan umum dari
inflamasi. keperawatan klien
selama 2x24 2. Observasi tanda-tanda 2. Mengetahui
jam diharapkan vital perubahan tanda-
suhu klien tanda vital klien
kembali normal. 3. Anjurkan klien untuk 3. Mencegah terjadinya
Kriteria Hasil : banyak minum dehidrasi sewaktu
1. Suhu tubuh panas
normal (36- 4. Anjurkan klien untuk 4. Meminimalisir
37,5oC) banyak istirahat produksi panas yang
2. Menunjukka diproduksi oleh tubuh
n penurunan 5. Anjurkan klien untuk 5. Membantu
suhu tubuh memakai pakaian yang mempermudah
3. Kulit wajah tipis penguapan panas
pasien tidak 6. Beri kompreshangat di 6. Mempercepatdalamp
teraba beberapabagian enurunanproduksipan
hangat/panas as
4. Pasien 7. Beri Health Education 7. Meningkatkan
tampak kepasien dan keluarganya pengetahuan dan
tenang mengenai pengertian, pemahaman dari
penanganan, dan terapi klien dan
5. Mukosa yang diberikan tentang keluarganya
bibir penyakitnya
lembab. 8. Kolaborasi/delegatif 8. Membantu dalam
dalam pemberian obat Penurunan panas
sesuai indikasi,
contohnya: paracetamol
6. Resiko Syok Setelah 1. Anjurkan pasien untuk 1. Peningkatan intake
hipovolemik dilakukan lebih banyak minum cairan dapat
berhubungan tindakan meningkatkan volume
dengan adanya keperawatan intrvaskuler yang
batuk selama 2x24 dapat meningkatkan
berdarah. jam diharapkan perfusi jaringan
tidak terjadi 2. Observasi TTV tiap 4 2. Perubahan TTV dapat
syok jam merupakan indikator
hipovolemik terjadinya dehidrasi
dengan kriteria secara dini
hasil: 3. Observasi terhadap 3. Dehidrasi merupakan
1. Tidak terjadi tanda-tanda dehidras awal terjadinya syock
penurunan bila dehidrasi tidak
kesadaran. ditangan secara baik
2. TTV dalam 4. Observasi intake cairan 4. Intake cairan yang
batas normal. dan output adekuat dapat
3. Turgor kulit mengimbangi
baik. pengeluaran cairan
4. Perfusi perifer yang berlebihan.
baik (akral 5. Kolaborasi pemberian 5. Menambah intake
hangat, kering cairan IV cairan
dan merah).
5. Cairan dalam
tubuh balance.
3.14 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan yang berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat, dan bukan atas
petunjuk data petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan
keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama seperti dokter atau
petugas kesehatan lain.
3.15 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, evaluasi
merupakan kegiatan yang disengaja dan terus menrus yang melibatkan klien, perawat
dan tim kesehatan lain. Evaluasi juga hanya menunjuk masalah mana yang sudah
dipecahkan yang perlu dikaji ulang, rencana kembali dilaksanakan dan rencana
evaluasi kembali.
BAB IV
KASUS SEMU DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama lengkap : Tn. T
Tempat/tanggal lahir : Bandung/ 20 April 1978
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswata
Suku/bangsa : Sunda
Alamat : Jln.
Cikutra
Tanggal masuk RS :
Senin, 15 Mei 2023 Tanggal
pengkajian :
Senin, 15 Mei 2023 Golongan
darah : AB
Diagnosa Medis : Tuberkulosis
B. Identitas
Penanggung
Jawab
Nama lengkap
Umur : 48 tahun
Alamat : Jln. Cikutra
Hub. dengan klien : Istri
C. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Keluhan Utama
Tanda-tanda Vital :
N: 105x/menit, BB: 48 kg
a. Kepala
Rambut berwarna hitam dan terdapat banyak uban, penyebaran merata, rambut pasien
tidak mudah patah, tidak bercabang, tidak kusam, dan tidak ada kelainan.
b.Mata
Sklera berwarna putih, konjungtiva berwarna merah muda, tidak ada edema di
palpebra, kornea jernih, pupil isokor.
c. Hidung
Tidak ada pernapasan cuping hidung, letak posisi septum nasal ditengah, lubang
hidung bersih, pasien dapat membedakan bau minyak kayu putih, tidak ada kelainan.
d. Mulut
Bibir berwarna pink kecoklatan, lidah berwarna merah muda, tidak ada lesi dan jamur.
e. Telinga
Daun telinga sama antara kiri dan kanan, kanalis telinga bersih, tidak ada lesi dan jamur.
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, dan tiroid
g. Paru-paru
a Inspeksi
Pada saat melakukan inspeksi, bentuk dada simetris dengan frekuensi napas 30x/mnt,
irama nafas tidak teratur, pola napas takipneu, tidak ada pernapasan cuping hidung,
tidak ada otot bantu pernapasan, terpasang nasal kanul 3lpm
b Palpasi
Pada saat melakukan palpasi, vocal premitus sama antara kiri dan kanan, ekpansi paru
simetris antara kiri dan kanan
c Perkusi
Pada saat melakukan perkusi, suara perkusi jaringan paru pasien adalah redup
d . Auskultrasi
Pada saat melakukanauskultasi, suara nafas pasien adalah ronchi
h. Jantung
a. Inspeksi
Pada saat melakukan inspeksi, tidak ada pulsasi, CRT <2 detik, tidak ada sianosis,
ujung jari tidak tabuh
b. Palpasi
Pada saat melakukan palpasi, ictus cordis tidak tampak dan akral teraba hangat
c. Perkusi
Perkusi batas jantung berada di ICS II line sternal kiri-ICS II line sternal kanan,
pinggang jantung berada di ICS IV line sterna kanan dan apeks jantung berada diCS
IV line sterna kanan.
d. Auskultasi
Saat melakukan auskultasi, bunyi jantung I bunyi tunggal, irama regular, terdengar
keras (lub) dan bunyi jantung II: saat didengar/ auskultasi terdengar bunyi tunggal,
irama regular, terdengar keras (dub), tidak ada bunyi jantung tambahan
i. Abdomen
a. Inspeksi
Pada saat melakukan inspeksi, bentuk simetris, tidak ada bayangan vena, tidak ada
benjolan / massa, tidak ada luka operasi
b. Auskultasi
Peristaltik usus 8x/mnt
c. Palpasi
Pada saat melakukan palpasi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada
pembesaran hepar, lien, ginjal
d. Perkusi
Pada saat melakukan perkusi, tidak ada nyeri ketuk dibagian ginjal
- Makanan kesukaan - Sayur sayuran dan ayam - Sayur sayuran dan ayam
- Kecoklatan - Kecoklatan
- Warna
2. BAK - Normal
- Normal
- Frekuensi - 5x/hari
- 5x/hari
- Warna - Kuning muda
- Bau, darah, lender - kuning muda
-Tidak berbau, tidak ada
- Tidak berbau, tidak ada
darah dan lendir
darah dan lendir
- Kesulitan - Tidak mengalami kesulitan
- Tidak mengalami keulitan
- Tidak Inkontinensia
- Tidak Inkontinensia
- Inkotinensia - Tidak hematuria
- Tidak hematuria
- Hematuria - Tidak mengguunakan
- Tidak menggunakan kateter
- Penggunaan kateter kateter
- Cara/proses Sendiri Sendiri
mengeluarkan
F. STATUS PSIKOLOGIS
Persepsi pasien terhadap penyakitya adalah cobaan tuhan, ekspresi pasien terhadap penyakitnya adalah
gelisah, reaksi saat interaksi cukup kooperatif, dan tidak ada gangguan konsep diri
G. SPIRITUAL
Pasien selalalu beribadah dan berdoa untuk kessembuhannya.
H. Data Penunjang
Oral.phyrazinmide 1 x 1 tablet.
Inj.Streptomisin 1 x 1 Amp.
IVFD RL 20 tpm
Terapi O2/ Nasal Kanul 31 pm
J. Analisa Data
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
M. Tuberculosis
Data Subjektif :
- Klien mengatakan sesak ↓
nafas Masuk keparu (Alveoli)
- Klien mengatakan batuk
berdahak ↓
- terdapat sputum berwarna Proses peradangan
kekuningan
1. ↓
Bersihan jalan nafas
Data Objektif : Produksi sekret ↑ tidak efektif
- RR : 30x/mnt
↓
- Pola nafas : takipneu
- Suara paru ronchi Sekret sukar dikeluarkan
- Terpasang nasal kanul ↓
31pm
Bersihan jalan nafas tidak efektif
M. Tuberculosis
↓
TB Primer, meluas
↓
Data Subjektif :
- Klien mengatakan tidak Hematogen
nafsu makan ↓
M. Tuberculosis
Data Subjektif :
↓
- Pasien mengeluh nyeri TB Primer, meluas
dibagian dada
↓
- klien mengatakan Nyeri dada Hematogen
bertambah ketika batuk dan ↓
berkurang ketika istirahat Nyeri Akut
3 Bakterimia
Data Objektif : ↓
a. Klien tampak meringis dan Pleura, Pleuritis
memegang bagian dada ↓
b. Skala nyeri 3 (0-5) Nyeri dada
c. Nadi ↑ ↓
4.2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental.
Ditandai dengan:
Data Subjektif :
- Klien mengatakan sesak nafas
- Klien mengatakan batuk berdahak
- terdapat sputum berwarna kekuningan
Data Objektif :
- RR : 30x/mnt
- Pola nafas : takipneu
- Suara paru ronchi
- Terpasang nasal kanul 31pm
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual, muntah dan anoreksia. Ditandai dengan:
Data Subjektif :
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
Data Objektif :
- Porsi makan menurun 3x/hari menjadi 2x/hari
- Berat badan menurun dari 60 kg menjadi 48 kg
- IMT tubuh menurun dari 22 (BB normal) menjadi 17,6 (BB kurang)
No Diagnosa Perencanaan
Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan 15 April 2023 15 April 2023 15 April 2023
tidak efektif tindakan (09.00 WIB) (10.00 WIB) (13.00 WIB)
berhubungan dengan keperawatan Observasi
akumulasi sekret selama 2x24 jam - Observasi fungsi - Penurunan bunyi Mengobservasi fungsi S:
kental. Ditandai bersihan jalan respirasi antara napas dapat respirasi antara lain suara, - Klien masih
dengan: nafas kembali lain suara, menunjukkan jumlah, dan kedalaman mengatakan sesak nafas
Data Subjektif : efektif dengan jumlah, , dan atelektasis. Ronki, nafas serta catatan pula
- Klien Kriteria Hasil : kedalaman nafas mengi mengenai penggunaan otot O:
mengatakan 1. RR dalam batas serta catatan pula menunjukkan nafas tambahan. - RR : 27 x/mnt
sesak nafas normal (16 – mengenai akumulasi sekret. R/ RR:27x/m, suara ronchi - pola nafas : takipneu
- Klien 20x/mnt) penggunaan otot pasien masih ada, pasien - Suara napas ronchi
mengatakan 2. Suara nafas nafas tambahan. nafas tidak menggunakan sudah tidak terdengar
batuk berdahak normal otot nafas tambahan - terpasang nasal kanul
- Terdapat sputum 3. Klien 31 pm
berwarna mengatakan TTD - masih terdapat sputum
kekuningan sesak nafasnya (Nama Perawat) berwarna kekuningan
berkurang. (10.05 WIB)
Data Objektif : Edukasi A:
- RR : 30x/mnt - Ajarkan teknik - Membebaskan - Mengajarkan teknik batuk - masalah belum
batuk efektif. jalan nafas. efektif teratasi
- Pola nafas : takipneu
R/ Pasien melakukan batuk
- Suara paru
efektif sesuai intruksi, P:
ronchi
karakter sputum - lanjutkan intervensi
- Terpasang nasal
kekuningan, jumlah sputum Tanggal 16 April 2023
kanul 31pm
lebih dari normal. 1. Observasi fungsi
respirasi antara
TTD lain suara,
(Nama Perawat) jumlah, , dan
kedalaman nafas
serta catatan pula
- mengenai
Terapeutik (10.10 WIB) penggunaan otot
- Lakukan - Mencegah - Melakukan penghisapan nafas tambahan.
penghisapan obstruksi/aspirasi. lendir kurang dari 15 2. Catat kemampuan
lendir kurang Penghisapan dapat detik. untuk
dari 15 detik.. diperlukan bila R/Pasien enggan melakukan mengeluarkan
pasien tidak penghisapan secret karena mukosa/batuk
mampu merasa cukup dengan terapi efektif; catat
mengeluarkan batuk efektif. karakter, jumlah
sekret. sputum, adanya
TTD hemoptisis
(Nama Perawat)
(10.15 WIB)
Kolaborasi
- Kolaborasi - Mengurangi/ - Berkolaborasi pemberian
pemberian mencegah bronkodilator,
bronkodilator, pembentukan ekspektoran, mukolitik.
ekspektoran, sumbatan mukus R/ pasien bersedia
mukolitik jika yang kental di dilakukan pemberian
perlu. bronkiolus bronkodilator,ekspektoran,
mukolitik
TTD
(Nama Perawat)
TTD TTD
(Nama Perawat) (Nama Perawat)
2 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan 15 April 2023 15 April 2023 15 April 2023
berhubungan dengan tindakan 1x24 jam (09.05 WIB) (10.20 WIB) (13.05 WIB)
mual, muntah dan kebutuhan nutrisi Observasi S:
anoreksia. Ditandai pasien terpenuhi - Observasi - Untuk membantu - Mengobservasi keluhan - Klien mengatakan
dengan: dengan kriteria keluhan mual dan menetapkan cara mual dan muntah klien. nafsu makan
Data Subjektif : hasil : muntah klien mengatasinya R/ Mual muntah disebabkan bertambah
- Klien mengatakan 1. Perasaan mual oleh asam lambung - Klien mengatakan
tidak nafsu hilang/berkura meningkat. mual muntah
makan ng berkurang
2. Klien terlihat - Monitor berat - Untuk mngetahui O:
Data Objektif : dapat badan pasien status gizi klien - Mengukur BB klien - Klien dapat
- Porsi makan menghabiskan R/ BB: 48 Kg menghabiskan porsi
menurun porsi makan makan yang
3x/hari menjadi yang TTD disediakan
2x/hari disediakan (Nama Perawat) - BB klien 48 kg
- Berat badan 3. Klien Terapeutik (10.25 WIB) - IMT 17,6 kg/m³
menurun dari 60 mengatakan - Berikan makanan - Untuk - Memberikan makanan ( normal nya 18-24
kg menjadi 48 kg nafsu makan dalam porsi kecil menghindari mual dalam porsi kecil dan dalam kg/m³)
- IMT tubuh menurun meningkat dan dalam dan muntah frekuensi sering A:
dari 22 (BB normal) 4. Berat badan frekuensi sering R/ Klien menghabiskan - Masalah teratasi
menjadi 17,6 (BB klien tidak makan sesuai porsi kecil sebagian
kurang) mengalami dan sering P:
penurunan Intervensi dilanjutkan
drastis dan TTD tanggal 16 April 2023
cenderung (Nama Perawat) 1. Observasi keluhan
stabil Edukasi (10.30 WIB) mual dan muntah
- Jelaskan manfaat - Meningkatkan - Menjelaskan manfaat klien
nutrisi bagi klien pengetahuan klien nutrisi bagi klien terutama 2. Berikan makanan
terutama saat tentang nutrisi saat klien sakit yang mudah ditelan
klien sakit. sehingga R/ Pasien dapat seperti bubur dan
memotivasi klien menjelaskan ulang apa yang dihidangkan saat
untuk makan telah diedukasikan masih hangat
3. Ukur BB klien tiap
TTD
hari
(Nama Perawat)
Kolaborasi (10.35 WIB)
- Kolaborasi - Untuk - Berkolaborasi dengan ahli
dengan ahli gizi menentukan gizi untuk menentukan
untuk kebutuhan diet jumlah kalori dan jenis
menentukan yang tepat bagi nutrien yang dibutuhkan.
jumlah kalori dan klien. R/ Pasien mau diberikan
jenis nutrien nutrisi sesuai kebutuhan
yang dibutuhkan diet yang sudah ditentukan
ahli gizi.
TTD
(Nama Perawat)
3 Nyeri akut Setelah dilakukan 15 April 2023 15 April 2023 15 April 2023
berhubungan dengan tindakan (09.10 WIB) (10.55 WIB) (13.10 WIB)
peradangan. Ditandai keperawatan Observasi S:
dengan: selama 1x24 jam - Identifikasi - Untuk mengetahui - Menentukan skala nyeri - Klien mengatakan
Data Subjektif : diharapkan nyeri skala nyeri yang berat nyeri yang yang dialami klien, nyeri dada
- Pasien mengeluh yang dirasakan dialami klien, dirasakan klien tetapkan tipe nyeri yang berkurang
nyeri dibagian dada klien berkurang. tetapkan tipe dialami klien O:
- Klien mengatakan Kriteria hasil : nyeri yang R/ S: 2 (0-5), nyeri yang - Skala nyeri 2(0-5)
Nyeri dada bertambah 1. Nadi normal dialami klien dialami pasien yaitu nyeri - Meringis klien
ketika batuk dan (80-100x/menit) akut tampak berkurang
berkurang ketika 2. Ekspresi tidak - nadi klien normal
istirahat meringis TTD A:
Data Objektif : 3. Rasa nyaman (Nama Perawat) Masalah sudah teratasi
- Klien tampak pasien terpenuhi Terapeutik (11.00 WIB) sebagian
meringis dan Klien mengatakan - Berikan teknik - Mengurangi -Memberikan terapi teknik P:
memegang bagian nyeri berkurang. non farmakologis ketegangan otot non farmakologis (Imajinasi Intervensi dilanjutkan
dada untuk yang mampu terbimbing, Teknik tanggal 16 April 2023
- Skala nyeri 3 (0-5) meringankan menurunkan relaksasi nafas dalam) 1. Tentukan skala nyeri
- Nadi ↑ nyeri (Imajinasi rangsangan nyeri. R/ pasien merasakan nyeri yang dialami klien,
terbimbing, berkurang setelah dilakukan tetapkan tipe nyeri yang
Teknik relaksasi teknik non farmakologis. dialami klien
nafas dalam) 2. Observasi faktor-
TTD
(Nama Perawat) faktor yang
(11.05 WIB) mempengaruhi reaksi
Edukasi pasien terhadap nyeri
- Jelaskan -Memberikan -Menjelaskan penyebab, 3.Berikan posisi yang
penyebab, informasi terkait periode dan pemicu nyeri nyaman, usahakan
periode dan nyeri yang R/ pasien mampu situasi ruang yang
pemicu nyeri. dirasakan pasien memahami penjelasan terang
mengenai penyebab,
periode dan pemicu nyeri.
1.
TTD 2.
(Nama Perawat)
(11.10 WIB)
Kolaborasi
-Kolaborasi - Mengurangi/ - Berkolaborasi pemberian
pemberian menghilangkan analgetik sesuai dosis
analgetik sesuai rasa nyeri yang dokter.
dosis dokter dirasakan pasien. R/ diberikan terapi oral
analgetik 3x 500mg/hari
sesuai advis dokter.
TTD
(Nama Perawat)
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan pada klien TBC, penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian yang di dapatkan dari pasien ditemukan keluhan sesak nafas, Biasanya
batuk lebih dari tiga minggu dengan dahak berwarna kuning yang bisa bercampur dengan
darah. Berkeringat di malam hari yang dimulai dengan demam dan akhirnya menyebabkan
keringat berlimpah diikuti oleh menggigil.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan rasa nyaman nyeri.
3. Hasil yang diperoleh dari intervensi yang dilakukan oleh penulis, bersihan jalan nafas tidak
efektif yaitu Observasi fungsi respirasi antara lain suara, jumlah, , dan kedalaman nafas
serta catatan pula mengenai penggunaan otot nafas tambahan. Catat kemampuan untuk
mengeluarkan mukosa/batuk efektif catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis,
Berikan posisi semi atau fowler tinggi, Bantu klien untuk batuk dan latihan nafas dalam,
Bersihkan secret dan mulut dan trakea penghisapan sesuai keperluan. Hal ini bertujuan
untuk mengatasi terjadinya masalah pernafasan pada klien. Diagnosa kedua adalah
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu Observasi keluhan mual dan muntah
klien, Berikan makanan dalam porsi kecil dan dalam frekuensi sering, Jelaskan manfaat
nutrisi bagi klien terutama saat klien sakit, Berikan makanan yang mudah ditelan seperti
bubur dan dihidangkan saat masih hangat, Ukur BB klien tiap hari, Kolaborasi pemberian
antiemetik sesuai dosis dokter. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai
dengan kebutuhan. Diagnosa ketiga adalah gangguan rasa nyaman nyeri yaitu Tentukan
skala nyeri yang dialami klien, tetapkan tipe nyeri yang dialami klien, Observasi faktor-
faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri, Berikan posisi yang nyaman,
usahakan situasi ruang yang terang. Berikan suasana gembira bagi klien, alihkan perhatian
pasien dari rasa nyeri.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah penulis susun.
Dalam proses implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana yang dibuat, dan
penulis tidak menemukan adanya perbedaan antara intervensi yang dibuat dengan
implementasi yang dilakukan .
5. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada ketiga kasus dilakukan selama 1 hari
perawatan. Hasil evaluasi pada pasien mengalami perubahan, pada diagnosa pertama bersihan
jalan napas teratasi sebagian, pada diagnosa kedua kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
teratasi sebagian, pada diagnosa ketiga gangguan rasa nyaman nyeri teratasi sebagian.
5.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami mendapatkan pengetahuan yang sangat
berharga mengenai Penyakit TBC . Kami harap, semoga dengan adanya makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca sehingga dapat menambah wawasan mengenai penyakit
TBC.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Huda Nuratif Amin, Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediaction Jogja.
Tambayong, J. 2003. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
https://id.scribd.com/document/403505895/Makalah-Penyakit-Tuberkulosis-TBC
https://prodiaohi.co.id/tuberkulosis-dalam-skala-global-dan-indonesia
https://www.detik.com/tag/tbc
REFERENSI
PPNI (2016). Standar
Diagnosis Keperawatan
Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.