Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS (TBC)


Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Keperawatan II

Dosen Pengampu :
Ade Mubarok

Disusun Oleh :
Amelia Putri 88214033
Chitra Siffa Gandara 88214019
Febriyanti 88212004
Fitrianingsih Yusuf 88214026
Hani Rachmani Agustini 88213004
Melki Septiani 88214023
Yuliana Ambarwati 88213025
Zahra Aulia Widianti 88213022

ARS UNIVERSITY
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Jl. Terusan Sekolah Internasional No. 1-2, Cicaheum, Kec. Kiaracondong, Kota Bandung,
Jawa Barat 40282
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang senantiasa
memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya bagi para hamba-Nya. Tak lupa sholawat serta
salam kita curah limpahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW,
sehingga kita dapat menyelesaikan penulisan makalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Sistem Informasi Keperawatan II . Selain itu makalah ini bertujuan untuk memberikan
tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi kami sebagai pembaca.

Kami selaku penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ade Mubarok
selaku dosen mata kuliah Sistem Informasi Keperawatan II .Tidak lupa bagi pihak-pihak lain
yang telah mendukung penyusunan makalah ini kami ucapkan terima kasih.

Kami menyadari segala keterbatasan dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dalam hal ini kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dalam
menyusun makalah yang baik dan dapat digunakan pada masa yang akan datang. Oleh karena
itu kami akan terima dengan senang hati.

Bandung, 21 Mei 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4

1.1Latar Belakang......................................................................................................................4

1.2Rumusan Masalah.................................................................................................................5

1.3Tujuan Masalah.....................................................................................................................6
BAB II...................................................................................................................................................7
KONSEP TEORI...................................................................................................................................7
2.1 Definisi.......................................................................................................................7
2.2 Etiologi.......................................................................................................................7
2.3 Klasifikasi...................................................................................................................8
2.4 Manifestasi Klinis.......................................................................................................9
2.5 Patofisiologi..............................................................................................................11
2.6 Pathway....................................................................................................................13
2.7 Penatalaksanaan Medis.............................................................................................13
2.8 Pemeriksaan Diagnostik............................................................................................15
2.9 Komplikasi................................................................................................................16
BAB III................................................................................................................................................18
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................................18
BAB IV................................................................................................................................................30
KASUS SEMU DAN PEMBAHASAN...............................................................................................30
BAB V.................................................................................................................................................47
PENUTUP...........................................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................48
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

TBC atau tuberkulosis adalah jenis penyakit menular yang umumnya menyerang sistem
pernapasan manusia. Selain sistem pernapasan, TBC juga bisa menyerang organ kelenjar
getah bening, tulang, otak, kulit. penderita penyakit TBC di Indonesia menempati peringkat
ketiga setelah India dan Cina. Terdapat 824.000 kasus dan 93.000 angka kematian per
tahunnya atau setara dengan 11 kematian per jam.TBC disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penularan penyakit ini terjadi ketika seseorang menghirup udara
yang terkontaminasi bakteri tersebut. Seseorang yang mengidap penyakit TBC dapat
menularkan bakteri ini melalui:bersin batuk berbicara Orang yang memiliki kekebalan tubuh
yang baik kemungkinan tidak akan mengalami gejala TBC, bahkan jika mereka tertular
bakteri tersebut. Hal ini dikenal sebagai infeksi TBC laten atau tidak aktif. TBC laten
merupakan salah satu jenis TBC yang tidak menular. Kendati demikian, TBC jenis ini dapat
menjadi aktif dan menular apabila tidak ditangani dengan baik.
TB terdapat di semua negara dan terjadi pada semua kelompok umur. Di tahun 2020,
negara-negara di Asia menjadi penyumbang kasus TB baru terbanyak di dunia. Indonesia
menjadi negara ketiga setelah India di uruan pertama dan China di urutan kedua. Secara
global, persentase kasus TB menurun sekitar 2% per tahun dan antara 2015 dan 2020
pengurangan kumulatif adalah 11%. Tentu dengan diagnosis dan pengobatan sedini mungkin,
risiko kematian akibat TB dapat dikurangi; diperkirakan 66 juta nyawa diselamatkan melalui
diagnosis dan pengobatan TB antara tahun 2000 dan 2020. Secara global, hampir satu dari
dua rumah tangga yang terkena dampak TB, harus menghadapi biaya yang lebih tinggi dari
20% pendapatan rumah tangga mereka, menurut data survei biaya pasien TB nasional terbaru.
Dan diperkirakan pada tahun 2022, US$ 13 miliar dibutuhkan setiap tahun untuk pencegahan,
diagnosis, pengobatan dan perawatan TB untuk mencapai target global yang disepakati pada
pertemuan tingkat tinggi PBB tentang TB pada tahun 2018.
TB Paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru.
Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk
waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. TB Paru ini
bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan
nekrosis jaringan. TB Paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan TB Paru
aktif pada paru batuk, bersin atau bicara (Werdhani, 2019). Sumber penularan penyakit TB
Paru adalah penderita Tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang
dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman
Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman Tuberkulosis
tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah,
saluran nafas, atau peny. Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,
radiologik, dan riwayat pengobatan sebelumnya. Gejala reaktivasi tuberkulosis berupa
demam menetap yang naik dan turun (hectic fever), berkeringat pada malam hari yang
menyebabkan basah kuyup (drenching night sweat), kaheksia, batuk kronik dan hemoptisis.
Setelah diagnosa TB ditegakkan, penderita akan mendapatkan pengobatan obat anti TB
(OAT) kombinasi selama beberapa bulan yang harus dilakukan secara rutin dan tidak boleh
terputus. Selain untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit, hal ini juga dilakukan
untuk mencegah penyakit berkembang menjadi TB kebal obat atau TB Multi Drugs
Resistance (TB MDR). Ketika penderita TB belum dinyatakan sembuh (gagal) maupun
mengalami kekambuhan padahal sudah menjalani pengobatan TB sesuai dengan resep dan
aturan minum obat yang benar, penderita tersebut dapat dicurigai menderita TB MDR yaitu
TB yang tidak mempan (kebal/ resisten) dengan berbagai macam obat. Penderita TB MDR ini
harus kembali menjalani pengobatan dari awal dengan kombinasi obat yang lebih banyak
dalam jangka waktu 18 - 24 bulan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun cakupan masalah yang akan penyusun kaji adalah sebagai berikut :
1. Apa definisi pada penyakit Tuberkolosis ?
2. Apa saja etiologi pada penyakit Tuberkolosis ?
3. Bagaimana pathway pada penyakit Tuberkolosis ?
4. Apa tanda dan gejala pada penyakit Tuberkolosis ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada penyakit Tuberkolosis ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis pada penyakit Tuberkolosis ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit Tuberkolosis ?
1.3 Tujuan Masalah

1. Tujuan Umum :
Dapat memahami penjabaran tentang penyakit Tuberkolosis (TBC).

2. Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui definisi penyakit Tuberkolosis
2. Untuk Megetahui etiologi penyakit Tuberkolosis
3. Untuk Mengetahui pathway penyakit Tuberkolosis
4. Untuk Mengetahui manifestasi klinis penyakit Tuberkolosis
5. Untuk Mengetahui Pemeriksaan penunjang pada penyakit Tuberkolosis
6. Untuk Mengetahui penatalaksanan medis penyakit Tuberkolosis
7. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan pada penyakit Tuberkolosis.
BAB II
KONSEP TEORI

3.1 Definisi
TB Paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru.
Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang
terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru.
TB Paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan. TB Paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang
dengan TB Paru aktif pada paru batuk, bersin atau bicara (Werdhani, 2019).

Pengertian TB Paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena
kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru,
akan tetapi kuman TB Paru juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya. TB Paru
adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB Paru (Mycobacterium
Tuberculosis) (Werdhani, 2019).

Tuberkulosis Paru atau biasa disingkat dengan TB Paru adalah penyakit kronis yang
disebtabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui
dahak (droplet) dari penderita TB Paru kepada individu lain yang rentan (Ginanjar, 2020).

3.2 Etiologi
Sumber penularan penyakit TB Paru adalah penderita Tuberkulosis BTA positif pada
waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu
kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke
dalam saluran pernafasan. Setelah kuman Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia
melalui pernafasan, kuman Tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian
tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke
bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh
banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang
terinfeksi Tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut (Ginanjar, 2020).

Menurut Smeltzer & Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk tertular virus
tuberculosis adalah:

a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.


b. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang
dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan HIV).
c. Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.
d. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan; etnik
dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan dewasa muda
antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).
e. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes, gagal
ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi).
f. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.
g. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas yang
beresiko tinggi.

3.3 Klasifikasi
Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik, dan
riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu
faktor determinan untuk menentukan strategi terapi. TB paru diklasifikasikan menurut
Wahid & Imam tahun 2013 halaman 161 yaitu:

a. Pembagian secara patologis


1) Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)
2) Tuberculosis post primer (adult tuberculosis).
b. Pembagian secara aktivitas radiologis TB paru (koch pulmonum) aktif, non aktif
dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh).
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
1) Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua paru,
tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
2) Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan
halus tidak lebih dari 1 bagian paru.Bila bayangan kasar tidak lebih dari
sepertiga bagian 1 paru.
3) Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately advanced
tuberkulosis.

Sesuai dengan program Gerdunas-TB (Gerakan Terpadu Nasional Penanggulan


Tuberkulosis) klasifikasi TB paru dibagi sebagai berikut:

a. TB Paru BTA Positif, dengan kriteria:


1) Dengan atau tanpa gejala klinik
2) BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong
biakan positif satu kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
3) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
b. TB Paru BTA Negatif, dengan kriteria:
1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.
2) BTA negatif, biakan negatif tapi radiologik positif.
c. Bekas TB Paru, dengan kriteria:
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto
yang tidak berubah.
4) Ada riwayat pengobatan OAT yang lebih adekuat (lebih mendukung).

3.4 Manifestasi Klinis


Arif Mutaqqin (2012), menyatakan secara umum gejala klinik TB paru primer dengan
TB paru DO sama. Gejala klinik TB Paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
respiratorik (atau gejala organ yang terlibat ) dan gejala sistematik.
1) Gejala respratorik
a) Batuk Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan.
b) Batuk darah Keluhan batuk darah pada klien TB Paru selalu menjadi alasan utama
klien untuk meminta pertolongan kesehatan.
c) Sesak nafas Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia,
dan lain-lain.
d) Nyeri dada Nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik ringan.Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB.
2) Gejala sistematis
a) Demam. Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam
hari mirip demam atau influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin
panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.
b) Keluhan sistemis lain. Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual
muncul dalam beberapa minggusampai bulan.Akan tetapi penampilan akut dengan
batuk, panas, dan sesak nafas.

Gejala reaktivasi tuberkulosis berupa demam menetap yang naik dan turun (hectic
fever), berkeringat pada malam hari yang menyebabkan basah kuyup (drenching night
sweat), kaheksia, batuk kronik dan hemoptisis.Pemeriksaan fisik sangat tidak sensitif dan
sangat non spesifik terutama pada fase awal penyakit.Pada fase lanjut diagnosis lebih
mudah ditegakkan melalui pemeriksaan fisik, terdapat demam penurunan berat badan,
crackle, mengi, dan suara bronkial. (Darmanto, 2009).

Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe infeksinya.Pada tipe infeksi yang
primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat berupa gejala neumonia, yakni
batuk dan panas ringan. Gejala TB, primer dapat juga terdapat dalam bentuk pleuritis
dengan efusi pleura atau dalam bentuk yang lebih berat lagi, yakni berupa nyeri pleura dan
sesak napas. Tanpa pengobatan tipe infeksi primer dapat sembuh dengan sendirinya, hanya
saja tingkat kesembuhannya 50%. TB postprimer terdapat gejala penurunan berat badan,
keringat dingin pada malam hari, tempratur subfebris, batuk berdahak lebih dari dua
minggu, sesak napas, hemoptisis akibat dari terlukanya pembuluh darah disekitar bronkus,
sehingga menyebabkan bercak-bercak darah pada sputum, sampai ke batuk darah yang
masif, TB postprimer dapat menyebar ke berbagai organ sehingga menimbulkan gejala-
gejala seperti meningitis, tuberlosis miliar, peritonitis dengan fenoma papan catur,
tuberkulosis ginjal, sendi, dan tuberkulosis pada kelenjar limfe dileher, yakni berupa
skrofuloderma. (Tabrani Rab, 2016).
3.5 Patofisiologi
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TB
Paru) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi (Kowalak, 2019).
TB Paru adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan melakukan
reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel yang mencapai
permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai
tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang
besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus,
basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut.
Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut (Kowalak, 2019). Pneumonia
seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau
proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembangbiak di dalam
sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini
membutuhkan waktu 10 – 20 hari (Kowalak, 2019).
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju,
isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi primer. Daerah
yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel
epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi
lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberculosis (Kowalak, 2019).
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar
getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain yang dapat
terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkhus
dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan
masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian
lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi
primer menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair
keluarbersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura
tuberkulosa (Kowalak, 2019).
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit dan
tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan
perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung
sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang
tidak terlepas. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk
lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif (Kowalak, 2019).
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang
lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang
kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini
dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran
hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan Tuberkulosis
milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh. Komplikasi
yang dapat timbul akibat TB Paru terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem
pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi
pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan Tuberkulosis usus,
Meningitis serosa, dan Tuberkulosis milier (Kowalak, 2019).
Tanda dan gejala yang timbul pada penyakit TB paru yaitu batuk, batuk darah, sesak
napas, nyeri dada, demam, keluar keringat pada malam hari, anoreksia dan penurunan
berat badan serta malaise (gejala malaise sering ditemukan berupa tidak nafsu makan, sakit
kepala, meriang, dan nyeri otot) (Wahid, 2020).
Adapun akibat dari gejala anoreksia dapat menyebabkan kecenderungan penururnan
berat badan yag menyebabkan status gizi kurang (IMT˂18,5). Kondisi ini dapat
mengakibatkan terjadinya status gizi buruk apabila tidak diimbangi dengan diet yang tepat.
Malnutrisi yang terjadi akan memperberat penyakit infeksinya, sehingga status gizi
menjadi penyebab utama terjadinya kegagalan konversi pengobbatan pada pasien TB paru
(Amalia, 2019).
3.6 Pathway

3.7 Penatalaksanaan Medis


Menurut Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga
bagian; pengobatan, pencegahan, dan penemuan penderita (active case finding).
1) Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis dan
radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks
diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG
vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan
kemoprofilaksis.
2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompokkelompok populasi
tertentu misalnya:
a) Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan.
b) Penghuni rumah tahanan.
3) Vaksinasi BCG Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang
berumur kurang dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna
pada tes tuberkulin. Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang
dicurigai menderita tuberkulosis, yakni:
a) Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif dan pernah
berkontak dengan pasien yang mempunyai sputum positif harus diawasi.
b) Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heafnya positif dan
pernah berkontak dengan pasien penyakit paru.
c) Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai kemungkinan terkena.
d) Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah 8 minggu dan
ila tetap negatif maka dilakukan vaksinasi BCG. Apabila tuberkulin sudah
mengalami konversi, maka pengobatan harus diberikan.
4) Kemoprofilaksis dengan mengggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan
tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit.
Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusu pada ibu
dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok
berikut:
a) Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena resiko
timbulnya TB milier dan meningitis TB,
b) Anak dan remaja dibawah dibawah 20 tahun dengan hasil tuberkulin positif yang
bergaul erat dengan penderita TB yang menular,
c) Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif menjadi
positif,
d) Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat immunosupresif jangka
panjang,
e) Penderita diabetes melitus.
5) Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis kepada
masyarakat di tingkat puskesmas maupun ditingkat rumah sakit oleh petugas
pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan Pemberantasan
Tuberkulosis Paru Indonesia-PPTI). (Mutaqqin Arif, 2012).
Menurut Bachrudin tahun 2016 pengobatan TBC membutuhkan waktu 6-8 bulan
dengan tujuan agar tidak terjadi resistensi terhadap obat, mencegah relaps, mengurangi
penularan ke orang lain, mencegah kematian dan menyembuhkan pasien. Terdapat 2 cara
pengobatan. Fase intensif terjadi selama 2-3 bulan, tujuan pengobatan membunuh kuman
dengan cepat saat pasien terinfeksi selama 2 minggu menjadi tidak infeksi dan gejala
klinis membaik selama 2 bulan dengan BTA positif menjadi negatif. Fase lanjutan
selama 4-6 bulan dengan tujuan membunuh kuman persisten dan mencegah relaps.
Pengobatan ini membutuh pengawas minum obat (PMO), terdapat fase I dan II fase intial
atau fase intensif selama 2 bulan dengan obat yang harus diminum setiap hari INH,
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Fase lanjutan selama 4 bulan dengan obat yang
diminum 3 kali sehari obat INH dan rifampisin.

3.8 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB Paru adalah :
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA
diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3
kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan
kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA
positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang
kembali.Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan
mikroskopik BTA negatif.
c. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika diketemukan bakteri
taham asam.
d. Skin test (PPD, Mantoux)
Hasil tes mantaoux dibagi menjadi :
1) Indurasi 0-5 mm (diameternya ) maka mantoux negative atau hasil
negative
2) Indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan
3) Indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif
4) Indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat
5) Reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen intrakutan berupa
indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara
antibody dan antigen tuberculin
e. Rontgen dada
Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan kalsium
dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan
perkembangan TB Paru meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.
f. Pemeriksaan histology / kultur jaringan Positif bila terdapat Mikobakterium
Tuberkulosis.
g. Biopsi jaringan paru
Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan terjadinya
nekrosis.
h. Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi.
i. Analisa gas darah (AGD)
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan jaringan
paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya rasio residu
udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat
infiltrasi parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat
dari tuberkulosis kronis)

3.9 Komplikasi
Menurut Pratiwi tahun 2020 komplikasi tuberculosis dibagi menjadi 2 bagian :
1) Komplikasi ringan
Laryngitis, efusi pleura, pleurutis, empyema merupakan golongan komplikasi
ringan.
2) Komplikasi berat
Sedangkan pada komplikasi berat terdapat obstruksi jalan nafas sampai ke sindrom
gagal nafas dewasa (ARDS), kerusakan berat pada parenkim, kor pulmunoal, ca
paru, sindrom pasca tuberculosis, fibrosis paru.

Awal terjadinya komplikasi dini karena peradangan pada selaput dada menjadikan
pleura tersebut robek dan masuk melalui kelenjar limfe, kemudian melewati sel
mesotelial masuk ke rongga pleura dan juga bisa masuk ke pembuluh limfe. Saat
peradangan terjadi karena adanya bakteri piogenik akan membentuk pus/nanah
menyebabkan empyema. Hematoraks terjadi karena terkenanya pembuluh darah di
sekitar pleura. Efusi pleura tersebut tampak seperti transudate, karena bukan berasal dari
primer paru menyebabkan terjadi sirosis, sindrom nefrotik, gagal jantung kongestif.
Eksudat karena inflamasi menyebabkan meningkatnya integritas pembuluh darah kapiler
pleura, kemudian menyebabkan perubahan pada sel mesotelial membentuk kuboid atau
bulat, akhirnya menyebabkan keluarnya cairan ke rongga pleura.

Sedangkan komplikasi lanjut terjadi karena adanya peradangan pada sel-sel otot jalan
nafas. Dari peradangan kronis itu mengakibatkan paralisis silia dan terjadi statis mukus
karena adanya infeksi kuman. Proses terjadinya infeksi peradangan menyebabkan
bronkospasme mengakibatkan obstruksi jalan nafas yang reversible. Bisa juga dari proses
peradangan menyebabkan hipertrofi karena produksi mukus berlebihan terjadi erosi
epitel, fibrosis, metaplasia skuamosa dan penebalan lapisan mukosa sehingga terjadi
obstruksi jalan nafas irreversible. Dari obstruksi tersebut mengakibatkan gagal nafas.
Komplikasi Ca paru terjadi karena imunitas penderita rendah dan kuman tersebut
menyebar ke seluruh tubuh. Ketidakseimbangan fungsi onkogen dan gen tumor
suppressor dalam proses berkembang akan mengakibatkan mutasi gen. Ca paru tidak
dapat terkendali karena hilangnya fungsi gen suppressor menyebabkan sel berkembang
tidak beraturan (Safithri, 2017).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.10 Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (Irman Somantri,
p.68 2009).
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa
dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini
biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal didaerah dengan tingkat
kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari kedalam rumah sangat minim.
TB paru pada anak dapat terjadi pada usia berapapun, namun usia paling umum adalah
antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB diluar paru-paru
(extrapulmonary) disbanding TB paru dengan perbandingan 3:1. TB diluar paru-paru
adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia <3 tahun. Angka kejadia
(pravelensi) TB paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah
usia remaja dimana TB paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai
lubang/kavitas pada paru-paru).
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering sampai
dengan batuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian dada pasien
tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong kesisi yang sakit. Pada
foto toraks, pada sisi yang sakit nampak bayangan hitam dan diagfragma
menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit
infeksi menular.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat putus OAT.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB paru. Biasanya ada
keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti Hipertensi, Diabetes Melitus,
jantung dan lainnya.
e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya
2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
f. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan bebas,
menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang mampu, masalah berhubungan
dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang
banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan
putus harapan.
g. Faktor Pendukung :
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur,
kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Biasanya keadaan umum sedang atau memburuk.
2) Tekanan Darah : Normal (Kadang rendah karena kurang istirahat).
3) Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat.
4) Pernafasan : Biasanya nafas klien meningkat (Normal:16-24x/m)
5) Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhu
mungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam.
6) Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a) Rambut dan Kepala
Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis, mukosa bibir kering,
biasanya adanya pergeseran trakea kulit wajah teraba hangat/panas.
b) Mata
Bentuk bola mata simetris, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, tidak ada
nyeri tekan.
c) Hidung
Bentuk hidung simetris, hidung tidak sianosis.
d) Telinga
Bentuk simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada lesi.
e) Thorak
Bentuk dada simetris, Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding
dada, biasanya pasien kesulitan saat inspirasi, Fremitus paru yang terinfeksi
biasanya lemah, Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak, Biasanya terdapat
bronki.
f) Abdomen
Bentuk abdomen biasanya tampak simetris, biasanya tidak ada pembesaran hepar,
biasanya terdapat suara tympani, biasanya bising usus pasien tidak terdengar.
g) Ekremitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema.
h) Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema.
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum : Mikrobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin : Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi
48-72 jam).
3) Poto torak : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas
bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat
dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi : Untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru karena
TB
paru.
5) Darah : Peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri : Penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
j. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas pendek),
sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Obyektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak(tahap, lanjut;
infiltrasi radang sampai setengah paru), demamsubfebris (40-41oC) hilang timbul.
2) Pola Nutrisi
Subyektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Obyektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak subkutan.
3) Respirasi
Subyektif : Batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.
Obyektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau / purulent,
mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi
ronkhi basah, kasar didaerah apeksparu, takipneu (penyakit luas atau fibrosis
parenkim paru dan pleural), sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris
(effusi pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi
trakeal (penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif : nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Obyektif : berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah,nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
5) Integritas Ego
Subyektif : faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
Obyektif : menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah
tersinggung.

3.11 Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif : M. Tuberculosis Bersihan jalan nafas
Klien mengeluh sesak ↓ tidak efektif
nafas. Masuk keparu (Alveoli)
Data Objektif : ↓
a. Frekuensi nafas klien Proses peradangan
↑ ↓
b. Suara nafas abnormal Produksi sekret ↑
(ronchi/rales, ↓
wheezing) Sekret sukar dikeluarkan
c. Dispnea ↓
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
2. Data Subjektif : M. Tuberculosis Gangguan pertukaran
Klien mengeluh sesak ↓ gas
dan nyeri saat bernafas Masuk keparu (Alveoli)
Data Objektif : ↓
a. Klien tampak gelisah Proses peradangan
b. Frekuensi nadi ↓
meningkat Infeksi primer

Pengkejuan

Mengganggu perfusi dan
difusi O2

Suplai O2 ↓

Gangguan pertukaran gas
3. Data Subjektif : M. Tuberculosis Gangguan nutrisi
Klien mengeluh tidak ↓ kurang dari
nafsu makan disertai TB Primer, meluas kebutuhan tubuh
mual dan muntah. ↓
Data Objektif : Hematogen
a. Adanya sisa makanan ↓
dalam tempat makan Bakterimia
klien (Makan < porsi ↓
yang dianjurkan) Peritonium
b. Lemas ↓
c. Adanya penurunan Asam lambung↑
berat badan (tidak ↓
selalu muncul) Mual, muntah, anoreksia

Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
4. Data Subjektif : M. Tuberculosis Gangguan rasa
Pasien mengeluh nyeri ↓ nyaman nyeri
dibagian dada TB Primer, meluas
Data Objektif : ↓
a. Klien tampak Hematogen
meringis dan ↓
memegang bagian Bakterimia
dada ↓
b. Nadi ↑ Pleura, Pleuritis

Nyeri dada

Gangguan rasa nyaman
nyeri
5. Data Subjektif : M. Tuberculosis Hipertermi
Klien mengeluh ↓
badannya panas Masuk keparu (Alveoli)
Data Objektif : ↓
a. Suhu tubuh >38oC Proses peradangan
b. Klien tampak gelisah ↓
c. Wajah klien teraba Panas
hangat ↓
d. Mukosa bibir kering. Hipertermi
6. Data Subjektif : M. Tuberculosis Resiko syok
a. Klien mengatakan ↓ hipovolemik
pada kulitnya terlihat TB Primer, meluas
bercak darah. ↓
b. Klien mengatakan Hematogen
batuk berdarah ↓
Data Objektif : Bakterimia
a. Pada klien ditemukan ↓
sputum mengandung Menghancurkan jar.
darah Sekitar neukrosis
b. Pada klien terlihat ↓
perubahan tingkat Pengkejuan
kesadaran ↓
c. Terjadi penurunan Aneurisma arteri
TTV pulmonalis
d. Akral dingin ↓
Resiko syok hipovolemik
3.12 Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental
atau sekret darah.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler-
kapiler.
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah dan anoreksia.
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan.
e. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi.
f. Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan adanya batuk berdarah.

3.13 Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan Setelah 1.oberservasi fungsi respirasi 1.Penurunan bunyi napas
nafas tidak dilakukan antara lain suara, jumlah, dapat menunjukkan
efektif tindakan irama, dan kedalaman nafas atelektasis. Ronki, mengi
berhubungan keperawatan serta catatan pula mengenai menunjukkan akumulasi
dengan selama 2x24 penggunaan otot nafas sekret.
akumulasi jam bersihan tambahan.
sekret kental jalan nafas 2.Catat kemampuan untuk 2.Pengeluaran sulit, bila
atau sekret kembali efektif mengeluarkanmukosa/batuke sekret sangat tebal (mis.
darah. dengan Kriteria fektif; catatkarakter, jumlah Efek infeksi dan/atau
Hasil : sputum, adanyahemoptisis. tidak adekuat hidrasi).
1. RR dalam 3. Berikan posisi semi atau 3.Posisi membantu
batas normal fowler tinggi. Bantu klien memaksimalkan ekspansi
(16 – untuk batuk dan paru dan menurunkan
20x/mnt) latihannapasdalam. upaya pernapasan.
2. Suara nafas 4.Bersihkan secret dan mulut 4.Mencegah obstruksi
normal dan trakea; /aspirasi. Penghisapan
3. Klien penghisapansesuaikeperluan. dapat diperlukan bila
mengatakan pasien tak mampu
sesak mengeluarkan sekret.
nafasnya 5.Pemasukkan tinggi
berkurang. 5.Pertahankan masukan cairan membanu untuk
cairan sedikitnya 2500 mengencerkan sekret,
ml/hari kecuali membuatnya mudah
kontraindikasi. dikeluarkan.
6.Mencegah pengeringan
6.Lembabkanudara/ membrane mukosa;
oksigeninspirasi. membantu pengenceran
sekret.
2. Gangguan Setelah 1. Posisikan klien untuk 1. Melancarkan
pertukaran gas diberikan memaksimalkan ventilasi pernapasan klien
berhubungan asuhan udara
dengan keperawatan 2. Lakukan terapi fisik dada, 2. Merilekskan dada
kerusakan 2x24 jam, sesuai kebutuhan untukmemperlancarpe
membran diharapkan rnapasanklien
alveoler- kerusakan 3. Keluarkan secret dengan 3. Mengeluarkan secret
kapiler. pertukaran gas melakukan batukefektif yang
teratasi, dengan atau dengan melakukan menghambatjalanpern
kriteria hasil: suctioning apasan
1. Klien 4. Catat dan monitor pelan,
tampak dalamnya pernapasan dan 4. Mengetahui factor
tenang batuk penyebab batuk dan
2. Takikardi 5. Berikan treatment aerosol, gangguan pernapasan
tidak ada sesuaikebutuhan 5. Memperlancarsaluran
3. Klien 6. Berikan terapi oksigen, pernapasan
mengataka sesuaikeebutuhan 6. Memenuhi kebutuha
n tidak 7. Regulasi intake cairan noksigen dalam tubuh
sesak. untuk mencapai 7. Menyeimbangkan
keseimbangan cairan cairan dalam tubuh
8. Monitor status respiratory
dan oksigenasi 8. Mengetahui status
respirasi klien lancer
ataukah ada gangguan
3. Gangguan Setelah 1. Observasi keluhan mual 1. Untuk membantu
nutrisi kurang dilakukan dan muntah klien menetapkan cara
dari kebutuhan tindakan 1x24 mengatasinya
tubuh jam kebutuhan 2. Berikan klien makanan 2. Untuk menghindari
berhubungan nutrisi pasien dalam porsi kecil dan mual dan muntah
dengan mual, terpenuhi dalam frekuensi sering
muntah, dan dengan kriteria 3. Jelaskan manfaat nutrisi 3. Meningkatkan
anoreksia. hasil : bagi klien terutama saat pengetahuan klien
1. Perasaan klien sakit tentang nutrisi
mual sehingga memotivasi
hilang/berku klien untuk makan
rang 4. Berikan klien makanan meningkat
2. Klien yang mudah ditelan seperti 4. Membantu mengurangi
mengatakan bubur dan dihidangkan saat kelelahan klien dan
nafsu makan masih hangat meningkatkan asupan
meningkat 5. Ukur BB klien tiap hari makanan
3. Berat badan 5. Untuk mngetahui
klien tidak 6. Kolaborasi pemberian status gizi klien
mengalami antiemetik sesuai dosis 6. Untuk mengurangi
penurunan dokter. mual.
drastis dan
cenderung
stabil
4. Klien terlihat
dapat
menghabiska
n porsi
makan yang
disediakan.
4. Gangguan rasa Setelah 1. observasi tingkat nyeri 1. Untuk mengetahui
nyaman nyeri dilakukan yang dialami klien, berat nyeri yang
berhubungan tindakan tetapkan tipe nyeri yang dirasakan klien
dengan keperawatan dialami klien
peradangan. selama 1x24 2. Dengan mengetahui
jam diharapkan 2. observasi faktor-faktor faktor-faktor tersebut
nyeri yang yang mempengaruhi reaksi maka perawat dapat
dirasakan klien melakukan intervensi
berkurang. pasien terhadap nyeri yang sesuai dengan
Kriteria hasil : masalah klien
1. Nadi normal 3. Untuk mengurangi
(80-100x/meni rasa nyeri
t) 3. Berikan posisi yang
2. Ekspresi tidak nyaman, usahakan situasi 4. Dengan melakukan
meringis ruang yang terang aktivitas lain, klien
3. Rasa nyaman 4. Berikan suasana gembira dapat sedikit
pasien bagi klien, alihkan melupakan
terpenuhi perhatian pasien dari rasa perhatiannya
4. Klien nyeri terhadap nyeri yang
mengatakan dirasakan.
nyeri
berkurang.
5. Hipertemia Setelah 1. Observasi keadaan umum 1. Mengetahui
berhubungan dilakukan klien perkembangan
dengan proses tindakan keadaan umum dari
inflamasi. keperawatan klien
selama 2x24 2. Observasi tanda-tanda 2. Mengetahui
jam diharapkan vital perubahan tanda-
suhu klien tanda vital klien
kembali normal. 3. Anjurkan klien untuk 3. Mencegah terjadinya
Kriteria Hasil : banyak minum dehidrasi sewaktu
1. Suhu tubuh panas
normal (36- 4. Anjurkan klien untuk 4. Meminimalisir
37,5oC) banyak istirahat produksi panas yang
2. Menunjukka diproduksi oleh tubuh
n penurunan 5. Anjurkan klien untuk 5. Membantu
suhu tubuh memakai pakaian yang mempermudah
3. Kulit wajah tipis penguapan panas
pasien tidak 6. Beri kompreshangat di 6. Mempercepatdalamp
teraba beberapabagian enurunanproduksipan
hangat/panas as
4. Pasien 7. Beri Health Education 7. Meningkatkan
tampak kepasien dan keluarganya pengetahuan dan
tenang mengenai pengertian, pemahaman dari
penanganan, dan terapi klien dan
5. Mukosa yang diberikan tentang keluarganya
bibir penyakitnya
lembab. 8. Kolaborasi/delegatif 8. Membantu dalam
dalam pemberian obat Penurunan panas
sesuai indikasi,
contohnya: paracetamol
6. Resiko Syok Setelah 1. Anjurkan pasien untuk 1. Peningkatan intake
hipovolemik dilakukan lebih banyak minum cairan dapat
berhubungan tindakan meningkatkan volume
dengan adanya keperawatan intrvaskuler yang
batuk selama 2x24 dapat meningkatkan
berdarah. jam diharapkan perfusi jaringan
tidak terjadi 2. Observasi TTV tiap 4 2. Perubahan TTV dapat
syok jam merupakan indikator
hipovolemik terjadinya dehidrasi
dengan kriteria secara dini
hasil: 3. Observasi terhadap 3. Dehidrasi merupakan
1. Tidak terjadi tanda-tanda dehidras awal terjadinya syock
penurunan bila dehidrasi tidak
kesadaran. ditangan secara baik
2. TTV dalam 4. Observasi intake cairan 4. Intake cairan yang
batas normal. dan output adekuat dapat
3. Turgor kulit mengimbangi
baik. pengeluaran cairan
4. Perfusi perifer yang berlebihan.
baik (akral 5. Kolaborasi pemberian 5. Menambah intake
hangat, kering cairan IV cairan
dan merah).
5. Cairan dalam
tubuh balance.
3.14 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan yang berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat, dan bukan atas
petunjuk data petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan
keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama seperti dokter atau
petugas kesehatan lain.

3.15 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, evaluasi
merupakan kegiatan yang disengaja dan terus menrus yang melibatkan klien, perawat
dan tim kesehatan lain. Evaluasi juga hanya menunjuk masalah mana yang sudah
dipecahkan yang perlu dikaji ulang, rencana kembali dilaksanakan dan rencana
evaluasi kembali.
BAB IV
KASUS SEMU DAN PEMBAHASAN

Nama Pasien : Tn. T


Ruangan : Mawar

Umur : 45 tahun No Medrec :280471.32

4.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama lengkap : Tn. T
Tempat/tanggal lahir : Bandung
/ 20 April 1978 Jenis kelamin :
Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswata
Suku/bangsa : Sunda
Alamat : Jln.
Cikutra
Tanggal masuk RS :
Senin, 15 Mei 2023 Tanggal
pengkajian :
Senin, 15 Mei 2023 Golongan
darah : AB
Diagnosa Medis : Tuberkulosis

B. Identitas
Penanggung
Jawab
Nama lengkap
Umur : 48 tahun
Alamat : Jln. Cikutra
Hub. dengan klien : Istri
C. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Keluhan Utama

Klien megeluh sesak nafas


2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang kerumah sakit pada hari Senin tanggal 15 April 2023 pukul 08.30
WIB, klien mengeluh sesak nafas, batuk berdahak, terdapat sputum berwarna
kekuningan, nyeri dada, dan nafsu makan pasien menurun . Setelah dilakukan
pengkajian didapatkan TD: 120/90 mmHg, N: 105x/m, RR: 30x/m, S: 37.5 ℃,.
klien mengatakan Nyeri dada bertambah ketika batuk dan berkurang ketika
istirahat, dengan Skala nyeri 3 (0-5),,
3. Riwayat Kesehatan Klien Dahulu
Keluarga mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya,
tidak ada riwayat alergi dan operasi. Pasien tidak pernah minum alkohol dan
obat, pasien perokok aktif sejak lulus SMA dan sudah berhenti semenjak
dinyatakan positif TB, pasien sering berolahraga.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang tinggal serumah yang pernah
menderita penyakit TB paru.
1. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran Umum : Posisi pasien saat dikaji fowler, pasien tampak meringis dan
memegang bagian ketika batuk, alat medis yang terpasang yaitu IVFD RL 20tpm dan
Nasal Kanul 3lpm.
Kesadaran pasien Compos Mentis dengan GCS 15
Eye 4
Verbal 5
Motori 6
k

Tanda-tanda Vital :

TD: 120/90 TB: 165 cm


mmHg,

N: 105x/menit, BB: 48 kg

RR: 30x/menit, IMT: 17,6 (BB Kurang)


Suhu: 37,5℃

a. Kepala

Rambut berwarna hitam dan terdapat banyak uban, penyebaran merata, rambut pasien
tidak mudah patah, tidak bercabang, tidak kusam, dan tidak ada kelainan.
b.Mata
Sklera berwarna putih, konjungtiva berwarna merah muda, tidak ada edema di
palpebra, kornea jernih, pupil isokor.
c. Hidung
Tidak ada pernapasan cuping hidung, letak posisi septum nasal ditengah, lubang
hidung bersih, pasien dapat membedakan bau minyak kayu putih, tidak ada kelainan.
d. Mulut
Bibir berwarna pink kecoklatan, lidah berwarna merah muda, tidak ada lesi dan jamur.
e. Telinga
Daun telinga sama antara kiri dan kanan, kanalis telinga bersih, tidak ada lesi dan jamur.
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, dan tiroid
g. Paru-paru
a Inspeksi

Pada saat melakukan inspeksi, bentuk dada simetris dengan frekuensi napas 30x/mnt,
irama nafas tidak teratur, pola napas takipneu, tidak ada pernapasan cuping hidung,
tidak ada otot bantu pernapasan, terpasang nasal kanul 3lpm
b Palpasi

Pada saat melakukan palpasi, vocal premitus sama antara kiri dan kanan, ekpansi paru
simetris antara kiri dan kanan
c Perkusi

Pada saat melakukan perkusi, suara perkusi jaringan paru pasien adalah redup

d . Auskultrasi
Pada saat melakukanauskultasi, suara nafas pasien adalah ronchi
h. Jantung

a. Inspeksi

Pada saat melakukan inspeksi, tidak ada pulsasi, CRT <2 detik, tidak ada sianosis,
ujung jari tidak tabuh

b. Palpasi

Pada saat melakukan palpasi, ictus cordis tidak tampak dan akral teraba hangat

c. Perkusi

Perkusi batas jantung berada di ICS II line sternal kiri-ICS II line sternal kanan,
pinggang jantung berada di ICS IV line sterna kanan dan apeks jantung berada diCS
IV line sterna kanan.

d. Auskultasi
Saat melakukan auskultasi, bunyi jantung I bunyi tunggal, irama regular, terdengar
keras (lub) dan bunyi jantung II: saat didengar/ auskultasi terdengar bunyi tunggal,
irama regular, terdengar keras (dub), tidak ada bunyi jantung tambahan
i. Abdomen
a. Inspeksi
Pada saat melakukan inspeksi, bentuk simetris, tidak ada bayangan vena, tidak ada
benjolan / massa, tidak ada luka operasi
b. Auskultasi
Peristaltik usus 8x/mnt
c. Palpasi
Pada saat melakukan palpasi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada
pembesaran hepar, lien, ginjal
d. Perkusi
Pada saat melakukan perkusi, tidak ada nyeri ketuk dibagian ginjal

j. Muskuloskeletal dan Integumen


Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan ekstremitas, tulang belakang, tidak ada
fraktur, tidak ada terpasang fraksi / spalk / gips, turgor kulit baik, kulit ikterik, tidak
ada luka
k. Genitalia dan Anus
Genetalia dan anus bersih tidak terdapat keluar cairan, tidak terdapat hemmoroid dan
tidak ada nyeri tekan.
E. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

N ADL SEBELUM SAKIT SESUDAH SAKIT


O
1. NUTRISI
- Asupan - Peroral - Peroral

- Jenis/frekuensi - 3x/hari - 2x/hari

- Makanan kesukaan - Sayur sayuran dan ayam - Sayur sayuran dan ayam

- Makanan pantangan - Tidak ada pantangan - Tidak ada pantangan

- Nafsu makan - Meningkat - Berkurang


- Cara makan - Sendiri - dibantu dengan keluarga klien
- Minum - Air putih - Air putih

- Frekuensi - 1 liter/hari - 1 liter/hari

- Jumlah/input (cc) - 1500 cc - 1500 cc


- Cara minum - Sendiri - Sendiri

frekuensi makan menurun,


Masalah :
tidak ada nafsu makan berkurang dan cara
makan dibantu dengan keluarga
klien
2. ELIMINASI
- Normal - Normal
1. BAB
- 1x/hari -1x/ 2hari
- Frekuensi
- Tidak menggunakan - Tidak menggunakan
- Penggunaan pencahar
pencahar pencahar

- Kecoklatan - Kecoklatan
- Warna

- Tidak berbau, tidak ada -Tidak berbau, tidak ada


- Bau, darah, lender
darah dan lendir darah dan lendir
- Konsistensi - Lunak
- Lunak
- Kolostomi - Tidak memakai kolostomi
- Obstipasi - Tidak memakai kolostomi
- Tidak obstipasi
- Diare - Tidak diare - Tidak obstipasi
- Cara/proses - Sendiri - Tidak diare
mengeluarkan
- Sendiri

2. BAK - Normal
- Normal
- Frekuensi - 5x/hari
- 5x/hari
- Warna - Kuning muda
- Bau, darah, lender - kuning muda
-Tidak berbau, tidak ada
- Tidak berbau, tidak ada
darah dan lendir
darah dan lendir
- Kesulitan - Tidak mengalami kesulitan
- Tidak mengalami keulitan
- Tidak Inkontinensia
- Tidak Inkontinensia
- Inkotinensia - Tidak hematuria
- Tidak hematuria
- Hematuria - Tidak mengguunakan
- Tidak menggunakan kateter
- Penggunaan kateter kateter
- Cara/proses Sendiri Sendiri
mengeluarkan

Masalah : tidak ada


3. ISTIRAHAT & TIDUR
- Tidur siang : tidak tidur - Tidur siang : tidak tidur
- Waktu tidur
- Tidur malam : 7 jam/hari - Tidur malam : 3 jam/hari
- Lamanya
- Tidak ada - Tidak ada
- Kebiasaan penghantar
tidur - Tidak ada
tidak nyaman karena sesak nafas
Masalah dan terbangun karna batuk.
4. KEBERSIHAN DIRI
- Pemeliharaan - 2x/hari - 1x/hari pakai air hangat
badan (mandi)
- Pemeliharaan mulut
- 2x/hari - 1x/hari
(gigi)
- Seminggu sekali - Tidak pernah
- Pemeliharaan kuku
- 1x/ 3hari - 1x/minggu
- Pemeliharaan rambut
- 2x/hari - 1x/hari
- Mengganti pakaian
- Cara melakukan : - Sendiri - Dibantu keluarga
Masalah
Tidak ada Tidak ada
5. AKTIVITAS/
LATIHAN - Seminggu sekali - Tidak pernah
- Olahraga - Berkebun - Menonton televisi
- Sendiri - Sendiri
- Kegiatan diwaktu
luang - Tidak ada Tidak ada
- Cara melakukan
Masalah

F. STATUS PSIKOLOGIS
Persepsi pasien terhadap penyakitya adalah cobaan tuhan, ekspresi pasien terhadap penyakitnya adalah
gelisah, reaksi saat interaksi cukup kooperatif, dan tidak ada gangguan konsep diri
G. SPIRITUAL
Pasien selalalu beribadah dan berdoa untuk kessembuhannya.

H. Data Penunjang

Hasil Lab Tanggal 04-08-2022


Leukosit :10.44 10^3/µL
Eritrosit : 4.19 10^6/µL
Hb : 12.2 g/dL
Ht : 37.1 %

I. Terapi atau Pengobatan


Oral.Ranitidine 300 mg/2hari tablet.

Oral.phyrazinmide 1 x 1 tablet.

Oral.Isoniazid 900 mg/hari tablet sebelum makan.

Oral.Rifampisin 1 x 1 tablet sebelum makan.

Oral.Antasida 3 x 500 mg/hari

Inj.Streptomisin 1 x 1 Amp.
IVFD RL 20 tpm
Terapi O2/ Nasal Kanul 31 pm
J. Analisa Data
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH

M. Tuberculosis
Data Subjektif :
- Klien mengatakan sesak ↓
nafas Masuk keparu (Alveoli)
- Klien mengatakan batuk
berdahak ↓
- terdapat sputum berwarna Proses peradangan
kekuningan
1. ↓
Bersihan jalan nafas
Data Objektif : Produksi sekret ↑ tidak efektif
- RR : 30x/mnt

- Pola nafas : takipneu
- Suara paru ronchi Sekret sukar dikeluarkan
- Terpasang nasal kanul ↓
31pm
Bersihan jalan nafas tidak efektif

M. Tuberculosis

TB Primer, meluas

Data Subjektif :
- Klien mengatakan tidak Hematogen
nafsu makan ↓

Data Objektif : Bakterimia


- porsi makan menurun ↓
2.
3x/hari menjadi 2x/hari
- berat badan menurun dari Peritonium
60 kg menjadi 48 kg ↓ Gangguan nutrisi kurang
- IMT tubuh menurun dari dari kebutuhan tubuh
Asam lambung↑
22 (BB normal) menjadi
17,6 (BB kurang) ↓
Mual, muntah, anoreksia

Gangguan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Data Subjektif : M. Tuberculosis

Pasien mengeluh nyeri ↓

dibagian dada TB Primer, meluas

klien mengatakan Nyeri dada ↓

bertambah ketika batuk Hematogen

dan berkurang ketika ↓ Gangguan rasa nyaman

3 istirahat Bakterimia nyeri

Data Objektif : ↓

a. Klien tampak meringis dan Pleura, Pleuritis

memegang bagian dada ↓

b. Skala nyeri 3 (0-5) Nyeri dada

c. Nadi ↑ ↓
4.2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental.
Ditandai dengan:
Data Subjektif :
- Klien mengatakan sesak nafas
- Klien mengatakan batuk berdahak
- terdapat sputum berwarna kekuningan

Data Objektif :
- RR : 30x/mnt
- Pola nafas : takipneu
- Suara paru ronchi
- Terpasang nasal kanul 31pm

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
dan anoreksia. Ditandai dengan:
Data Subjektif :
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
Data Objektif :
- porsi makan menurun 3x/hari menjadi 2x/hari
- berat badan menurun dari 60 kg menjadi 48 kg
- IMT tubuh menurun dari 22 (BB normal) menjadi 17,6 (BB kurang)

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan. Ditandai dengan:


Data Subjektif :
- Pasien mengeluh nyeri dibagian dada
- klien mengatakan Nyeri dada bertambah ketika batuk dan berkurang ketika istirahat
Data Objektif :
- Klien tampak meringis dan memegang bagian dada
- Skala nyeri 3 (0-5)
- Nadi ↑
4.3 Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Perencanaan
Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan 15 April 2023 15 April 2023 15 April 2023
tidak efektif tindakan (09.00 WIB) (10.00 WIB) (13.00 WIB)
berhubungan dengan keperawatan 1. Observasi 1.Penurunan bunyi 1. Mengobservasi fungsi S:
akumulasi sekret selama 2x24 jam fungsi respirasi napas dapat respirasi antara lain suara, - Klien masih
kental. Ditandai bersihan jalan antara lain suara, menunjukkan jumlah, dan kedalaman mengatakan sesak nafas
dengan: nafas kembali jumlah, , dan atelektasis. Ronki, nafas serta catatan pula
Data Subjektif : efektif dengan kedalaman nafas mengi mengenai penggunaan otot O:
- Klien Kriteria Hasil : serta catatan pula menunjukkan nafas tambahan. - RR : 27 x/mnt
mengatakan 1. RR dalam batas mengenai akumulasi sekret. R/ RR:27x/m, suara ronchi - pola nafas : takipneu
sesak nafas normal (16 – penggunaan otot pasien masih ada, pasien - Suara napas ronchi
- Klien 20x/mnt) nafas tambahan. nafas tidak menggunakan sudah tidak terdengar
mengatakan 2. Suara nafas otot nafas tambahan - terpasang nasal kanul
batuk berdahak normal TTD 31 pm
terdapat sputum 3. Klien (Nama Perawat) - masih terdapat sputum
berwarna mengatakan berwarna kekuningan
kekuningan sesak nafasnya
berkurang. (10.05 WIB) A:
Data Objektif : 2. Edukasi 2.Membebaskan 2. Mengajarkan teknik - masalah belum
- RR : 30x/mnt Ajarkan teknik jalan nafas. batuk efektif teratasi
batuk efektif. R/ Pasien melakukan batuk
- Pola nafas : takipneu
efektif sesuai intruksi, P:
- Suara paru
karakter sputum - lanjutkan intervensi
ronchi
kekuningan, jumlah sputum Tanggal 16 April 2023
- Terpasang nasal
lebih dari normal. 1. Observasi fungsi
kanul 31pm
respirasi antara
TTD lain suara,
(Nama Perawat) jumlah, , dan
kedalaman nafas
serta catatan pula
mengenai
penggunaan otot
nafas tambahan.
3.Terapeutik 3.Mencegah (10.10 WIB) 2. Catat kemampuan
Lakukan obstruksi/aspirasi. 3. Melakukan penghisapan untuk
penghisapan lendir Penghisapan dapat lendir kurang dari 15 detik. mengeluarkan
kurang dari 15 diperlukan bila R/Pasien enggan melakukan mukosa/batuk
detik. pasien tidak penghisapan secret karena efektif; catat
mampu merasa cukup dengan terapi karakter, jumlah
mengeluarkan batuk efektif. sputum, adanya
sekret. hemoptisis
TTD
(Nama Perawat)

(10.15 WIB )
4. Kolaborasi 4. Berkolaborasi pemberian
Kolaborasi 4.Mengurangi/ bronkodilator, ekspektoran,
pemberian mencegah mukolitik.
bronkodilator, pembentukan R/
ekspektoran, sumbatan mukus
mukolitik jika yang kental di
perlu. bronkiolus TTD
4. (Nama Perawat)

(10.05 WIB)
2.Catat 2.Pengeluaran sulit, 2.Mencatat kemampuan
kemampuan untuk bila sekret sangat untuk mengeluarkan
mengeluarkanmuk tebal (mis. Efek mukosa/batuk efektif; catat
osa/batukefektif; infeksi dan/atau karakter, jumlah sputum,
catatkarakter, tidak adekuat adanya hemoptisis.
jumlah sputum, hidrasi). R/ pasien melakukan batuk
adanyahemoptisis. efektif sesuai intruksi,
karakter sputum
kekuningan, jumlah sputum
lebih dari normal, tidak ada
hemopsitis
TTD
(Nama Perawat)

3. Berikan posisi 3.Posisi membantu (10.10 WIB)


semi atau fowler memaksimalkan 3. Memberikan posisi semi
tinggi. Bantu ekspansi paru dan atau fowler tinggi. Bantu
klienuntukbatuk menurunkan upaya klien untuk batuk dan
dan pernapasan. latihannapasdalam.
latihannapasdalam R/ Pasien nyaman dengan
. posisi semi fowler dan mau
diberikan latihan nafas
dalam

TTD
(Nama Perawat)
(10.15 WIB)
4.Bersihkan secret 4.Mencegah 4.Membersihkan secret dan
dan mulut dan obstruksi /aspirasi. mulut dan trakea;
trakea; Penghisapan dapat penghisapan sesuai
penghisapan diperlukan bila keperluan.
sesuai keperluan. pasien tak mampu R/ Pasien enggan untuk
mengeluarkan dilakukan penghisapan
sekret. secret karna merasa cukup
dengan terapi batuk efektif

TTD
(Nama Perawat)
TTD TTD
(Nama Perawat) (Nama Perawat)
2 Gangguan nutrisi Setelah dilakukan 15 April 2023 15 April 2023 15 April 2023
kurang dari tindakan 1x24 jam (09.05 WIB) (10.20 WIB) (13.05 WIB)
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi 1. Observasi 1. Untuk membantu 1.Mengobservasi keluhan S:
berhubungan dengan pasien terpenuhi keluhan mual dan menetapkan cara mual dan muntah klien. - Klien mengatakan
mual, muntah dan dengan kriteria muntah klien mengatasinya R/ Mual muntah disebabkan nafsu makan
anoreksia. Ditandai hasil : oleh asam lambung bertambah
dengan: 1. Perasaan mual 2. mningkat. - Klien mengatakan
Data Subjektif : hilang/berkura mual muntah
- Klien mengatakan ng TTD berkurang
tidak nafsu 2. Klien terlihat (Nama Perawat) O:
makan dapat 2. Berikan 2. Untuk (10.25 WIB) - Klien dapat
Data Objektif : menghabiskan makanan dalam menghindari mual 2. Memberikan makanan menghabiskan porsi
- porsi makan porsi makan porsi kecil dan dan muntah dalam porsi kecil dan dalam makan yang
menurun yang dalam frekuensi frekuensi sering disediakan
3x/hari menjadi disediakan sering R/ Klien menghabiskan - BB klien 48 kg
2x/hari 3. Klien makan sesuai porsi kecil - IMT 17,6 kg/m³
- berat badan mengatakan dan sering ( normal nya 18-24
menurun dari 60 kg nafsu makan kg/m³)
menjadi 48 kg meningkat TTD A:
- IMT tubuh menurun 4. Berat badan (Nama Perawat) - Masalah teratasi
dari 22 (BB normal) klien tidak 3. Jelaskan 3. Meningkatkan (10.30 WIB) sebagian
menjadi 17,6 (BB mengalami manfaat nutrisi pengetahuan klien 3. Menjelaskan manfaat P:
kurang) penurunan bagi klien tentang nutrisi nutrisi bagi klien Intervensi dilanjutkan
drastis dan terutama saat klien sehingga terutama saat klien sakit tanggal 16 April 2023
cenderung sakit memotivasi klien R/ Pasien dapat
1. Observasi keluhan
stabil untuk makan menjelaskan ulang apa
mual dan muntah
yang telah diedukasikan
klien
2. Berikan makanan
TTD
yang mudah ditelan
(Nama Perawat)
seperti bubur dan
4. Berikan 5. Membantu (10.35 WIB)
dihidangkan saat
makanan yang mengurang 4. Memberikan makanan
masih hangat
mudah ditelan i kelelahan yang mudah ditelan
3. Ukur BB klien tiap
seperti bubur dan klien dan seperti bubur dan
hari
dihidangkan saat meningkatk dihidangkan saat masih
masih hangat an asupan hangat
makanan R/ Pasien mau diberikan
makanan yang mudah
ditelan dan hangat

TTD
(Nama Perawat)
5. Ukur BB klien 6. Untuk (10.40 WIB)
tiap hari mngetahui 5. Mengukur BB klien
status gizi R/ BB: 48 Kg
klien
TTD
(Nama Perawat)
6. Kolaborasi 6. Untuk (10.50 WIB)
pemberian mengurangi mual. 6. Berkolaborasi pemberian
antiemetik sesuai antiemetik sesuai dosis
dosis dokter. dokter.
R/ Diberikan Terapi oral
Antasida 3 x 500 mg/hari
sesuai advis dokter

TTD TTD TTD


(Nama Perawat) (Nama Perawat) (Nama Perawat)
3 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan 15 April 2023 15 April 2023 15 April 2023
nyeri berhubungan tindakan (09.10 WIB) (10.55 WIB) (13.10 WIB)
dengan peradangan. keperawatan 1. Tentukan skala 1. Untuk 1. Menentukan skala nyeri S:
Ditandai dengan: selama 1x24 jam nyeri yang mengetahui yang dialami klien, tetapkan- Klien mengatakan
Data Subjektif : diharapkan nyeri dialami klien, berat nyeri yang tipe nyeri yang dialami nyeri dada
- Pasien yang dirasakan tetapkan tipe dirasakan klien klien berkurang
mengeluh nyeri klien berkurang. nyeri yang R/ S: 2 (0-5), nyeri yang O:
dibagian dada Kriteria hasil : dialami klien dialami pasien yaitu nyeri - Skala nyeri 2(0-5)
- klien 1. Nadi normal akut - Meringis klien
mengatakan Nyeri (80-100x/menit) tampak berkurang
dada bertambah ketika 2. Ekspresi tidak TTD - nadi klien normal
batuk dan berkurang meringis (Nama Perawat) A:
ketika istirahat 3. Rasa nyaman (11.00 WIB) Masalah sudah teratasi
Data Objektif : pasien terpenuhi 2. Observasi 2. Dengan 3. Mengobservasi sebagian
- Klien tampak Klien mengatakan faktor-faktor mengetahui faktor- faktor-faktor yang P:
meringis dan nyeri berkurang. yang faktor tersebut mempengaruhi Intervensi dilanjutkan
memegang bagian dada mempengaruhi maka perawat dapat reaksi pasien tanggal 16 April 2023
- Skala nyeri 3 reaksi pasien melakukan terhadap nyeri 1. Tentukan skala nyeri
(0-5) terhadap nyeri intervensi yang R/ pasien merasakan nyeri yang dialami klien,
sesuai dengan ketika batuk
- Nadi ↑ masalah klien tetapkan tipe nyeri yang
TTD dialami klien
(Nama Perawat) 2. Observasi faktor-
3. Berikan posisi 3. Untuk (11.05 WIB) faktor yang
yang nyaman, mengurangi rasa 3. Memberikan posisi yang mempengaruhi reaksi
usahakan situasi nyeri nyaman, dengan pasien terhadap nyeri
ruang yang terang memberikan situasi ruang 3.Berikan posisi yang
yang terang nyaman, usahakan
R/ pasien mengatakan situasi ruang yang
posisinya sudah nyaman terang
dan dalam keadaan tenang

TTD 1.
(Nama Perawat) 2.
4.Berikan suasana 4. Dengan (11.10 WIB)
gembira bagi melakukan 4. Memberikan suasana
klien, alihkan aktivitas lain, klien gembira bagi klien, alihkan
perhatian pasien dapat sedikit perhatian pasien dari rasa
dari rasa nyeri melupakan nyeri
perhatiannya R/ pasien merasa gembira
terhadap nyeri yang dan nyerinya teralihkan
dirasakan. ketika ada anaknya
TTD TTD TTD
(Nama Perawat) (Nama Perawat) (Nama Perawat)
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan pada klien TBC, penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian yang di dapatkan dari pasien ditemukan keluhan sesak nafas, Biasanya
batuk lebih dari tiga minggu dengan dahak berwarna kuning yang bisa bercampur dengan
darah. Berkeringat di malam hari yang dimulai dengan demam dan akhirnya menyebabkan
keringat berlimpah diikuti oleh menggigil.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan rasa nyaman nyeri.
3. Hasil yang diperoleh dari intervensi yang dilakukan oleh penulis, bersihan jalan nafas tidak
efektif yaitu Observasi fungsi respirasi antara lain suara, jumlah, , dan kedalaman nafas
serta catatan pula mengenai penggunaan otot nafas tambahan. Catat kemampuan untuk
mengeluarkan mukosa/batuk efektif catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis,
Berikan posisi semi atau fowler tinggi, Bantu klien untuk batuk dan latihan nafas dalam,
Bersihkan secret dan mulut dan trakea penghisapan sesuai keperluan. Hal ini bertujuan
untuk mengatasi terjadinya masalah pernafasan pada klien. Diagnosa kedua adalah
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu Observasi keluhan mual dan muntah
klien, Berikan makanan dalam porsi kecil dan dalam frekuensi sering, Jelaskan manfaat
nutrisi bagi klien terutama saat klien sakit, Berikan makanan yang mudah ditelan seperti
bubur dan dihidangkan saat masih hangat, Ukur BB klien tiap hari, Kolaborasi pemberian
antiemetik sesuai dosis dokter. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai
dengan kebutuhan. Diagnosa ketiga adalah gangguan rasa nyaman nyeri yaitu Tentukan
skala nyeri yang dialami klien, tetapkan tipe nyeri yang dialami klien, Observasi faktor-
faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri, Berikan posisi yang nyaman,
usahakan situasi ruang yang terang. Berikan suasana gembira bagi klien, alihkan perhatian
pasien dari rasa nyeri.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah penulis susun.
Dalam proses implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana yang dibuat, dan
penulis tidak menemukan adanya perbedaan antara intervensi yang dibuat dengan
implementasi yang dilakukan .
5. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada ketiga kasus dilakukan selama 1 hari
perawatan. Hasil evaluasi pada pasien mengalami perubahan, pada diagnosa pertama bersihan
jalan napas teratasi sebagian, pada diagnosa kedua kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
teratasi sebagian, pada diagnosa ketiga gangguan rasa nyaman nyeri teratasi sebagian.

5.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami mendapatkan pengetahuan yang sangat
berharga mengenai Penyakit TBC . Kami harap, semoga dengan adanya makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca sehingga dapat menambah wawasan mengenai penyakit
TBC.
DAFTAR PUSTAKA

Huda Nuratif Amin, Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediaction Jogja.
Tambayong, J. 2003. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta : Prima Medika.
https://id.scribd.com/document/403505895/Makalah-Penyakit-Tuberkulosis-TBC
https://prodiaohi.co.id/tuberkulosis-dalam-skala-global-dan-indonesia
https://www.detik.com/tag/tbc

Anda mungkin juga menyukai