Disusun Oleh:
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen Mata Kuliah Farmakologi 2 yang telah memberikan tugas ini kepada kami
sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk itu, kami mengharapkan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Wassalam...
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1............................................................................................................................................ 6
PENDAHULUAN......................................................................................................................... 6
Latar Belakang.............................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN............................................................................................................................7
Tuberculosis ( TBC).....................................................................................................................7
Pengertian Penyakit Tuberkulosis (TBC).................................................................................7
Perkembangan Penyakit Tuberkulosis (TBC)..........................................................................8
Penyebaran Penyakit Tuberkulosis........................................................................................10
Penyebab Penyakit (TBC)......................................................................................................13
Patogenesis atau Proses Terjadinya Penyakit TBC................................................................15
Cara Penularan Penyakit TBC................................................................................................16
Gejala Penyakit TBC..............................................................................................................18
Klasifikasi pasien TB.............................................................................................................19
Diagnosis TB..........................................................................................................................22
Terapi TBC.............................................................................................................................26
Prinsip Pengobatan.................................................................................................................27
Pengobatan TBC.....................................................................................................................28
Multi Drug Resisten Tuberkulosis ( TB-MDR )........................................................................34
Definisi...................................................................................................................................34
Epidemiologi..........................................................................................................................35
Faktor faktor terjadinya resistensi..........................................................................................35
Mekanisme terjadinya resistensi............................................................................................39
Diagnosis TB-MDR...............................................................................................................43
Tatalaksana.............................................................................................................................45
Beberapa strategi pengobatan TB-MDR................................................................................45
Prinsip pengobatan TB-MDR.................................................................................................46
Fase-fase Pengobatan TB-MDR.............................................................................................47
Pemantauan dan hasil pengobatan..........................................................................................48
BAB III........................................................................................................................................ 49
PENUTUP................................................................................................................................... 49
Kesimpulan................................................................................................................................49
Saran...........................................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................52
1.1 Rumusan Masalah
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikrobakterium Tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Tuberkulosis (TB)
merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan
Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia
telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis masih merupakan salah satu
masalah kesehatan yang utama di dunia Insiden TBC dilaporkan meningkat secara drastis
pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis
/TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka
kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan jumlah
penduduk yang ada di Indonesia, Indonesia menempati urutan ketiga India DAN China
dalam hal jmlah penderita diantara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada
tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global
Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita TBC baru pertahun
dengan 262.000 positif atau insiden rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian
akibat tuberkulosis diperkirakan meninmpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah
penderita TBC paru di Indonesia dari tahun ketahun terus meningkat. Kenyataan
mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus
waspada sejak dini dan mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.
BAB II
PEMBAHASAN
Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
TBC umumnya dikenal sebagai TB, adalah infeksi bakteri yang dapat menyebar
melalui kelenjar getah bening dan aliran darah ke organ dalam tubuh Anda. Hal ini
mengetahui gejalanya karena bakteri dapat hidup dalam bentuk tidak aktif di dalam
tubuh. Tetapi jika sistem kekebalan tubuh melemah, seperti pada orang dengan HIV
atau orang dewasa lanjut usia, bakteri TB dapat menjadi aktif. Dalam keadaan aktif
Tuberkulosis telah hadir pada manusia sejak jaman dahulu. Deteksi jelas awal
sekarang ini. Namun., Apakah berasal TBC pada sapi dan kemudian ditransfer ke
manusia, atau menyimpang dari satu nenek moyang, saat ini tidak jelas.
Menunjukkan sisa-sisa kerangka manusia prasejarah (4000 SM) telah TB, dan
penyakit paru-paru adalah istilah Yunani untuk konsumsi;. sekitar 460 SM,
Hippocrates diidentifikasi penyakit paru-paru sebagai penyakit yang paling luas kali
melibatkan batuk darah dan demam, yang hampir selalu fatal. Studi genetik
menunjukkan bahwa TB hadir di The Amerika dari sekitar tahun 100 Masehi.
sebagai vampir. Ketika salah satu anggota keluarga meninggal dari itu, anggota lain
bahwa ini disebabkan oleh korban asli menguras kehidupan dari anggota keluarga
lainnya. Selanjutnya, orang yang memiliki TB menunjukkan gejala mirip dengan apa
yang orang dianggap sifat vampir. Orang dengan TB seringkali memiliki gejala
seperti merah, mata bengkak (yang juga menciptakan kepekaan terhadap cahaya
terang), kulit pucat dan batuk darah, menunjukkan gagasan bahwa satu-satunya cara
untuk menderita untuk mengisi ini kehilangan darah adalah dengan menghisap
darah.
Meskipun didirikan bahwa bentuk paru dikaitkan dengan “tuberkel ‘oleh Dr
sebagai penyakit tunggal hingga 1820-an dan tidak bernama ‘TBC’ sampai 1839
oleh Schönlein JL. Selama tahun 1838-1845, Dr John Croghan, pemilik Mammoth
penyembuhan penyakit dengan suhu konstan dan kemurnian udara gua: mereka
meninggal dalam setahun Yang sanatorium TB pertama kali dibuka pada 1859 di
tanggal 24 Maret 1882 oleh Robert Koch. Ia menerima Penghargaan Nobel dalam
Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1905 untuk penemuan ini Koch tidak percaya
bahwa bovine (sapi) dan TB manusia adalah serupa, yang menunda pengakuan susu
yang terinfeksi sebagai sumber infeksi.. Kemudian, sumber ini telah dieliminasi oleh
sebagai “obat” untuk TB pada tahun 1890, menyebutnya “tuberkulin”. Itu tidak
efektif, tetapi kemudian diadaptasi sebagai tes untuk pre-gejala TB.Keberhasilan asli
oleh Albert Calmette TB dan Camille Guerin pada tahun 1906. Itu disebut ‘BCG’
(Bacillus Calmette dan Guerin dari). Vaksin BCG pertama kali digunakan pada
manusia pada tahun 1921 di Perancis, tetapi tidak sampai setelah Perang Dunia II
yang BCG menerima penerimaan luas di Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman.
Tuberkulosis disebabkan perhatian publik yang paling luas di abad ke-20 ke-19
dan awal sebagai penyakit endemis masyarakat miskin perkotaan. Pada tahun 1815,
satu dari empat kematian di Inggris konsumsi; oleh 1918 satu dari enam kematian di
Prancis masih disebabkan oleh TB. Setelah berdirinya di tahun 1880-an bahwa
kampanye untuk berhenti meludah di tempat umum, dan kaum miskin terinfeksi
“didorong” untuk masuk sanatorium yang mirip penjara, sedangkan santoria untuk
kelas menengah dan atas menawarkan perawatan yang sangat baik dan perhatian
medis konstan. Apapun manfaat yang diklaim sebagai udara segar dan tenaga kerja
di sanatorium, bahkan di bawah kondisi terbaik, 50% dari mereka yang memasuki
dunia. Menurut WHO pada tahun 2014, 9,6 juta jiwa terjangkit penyakit
Tuberkulosis dan 1,5 juta diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut. Hampir
namun juga pada anak-anak. Bersumber yang sama dari WHO, sekitar 1 juta anak-
690.000 pada tahun 2011, dan perkiraan jumlah kematian akibat TB adalah sebanyak
64.000 kematian per tahun. TB merupakan penyebab tersering kematian pada
seseorang dengan HIV positif. Pada tahun 2015, di dunia 1 dari 3 pasien dengan HIV
meninggal akibat TB. Dan kasus yang lebih serius saat ini adalah kasus Multidrug-
resistant TB (MDR TB). Secara global di seluruh dunia, kasus MDR TB mencapai
480.000 orang.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 terdapat 9
juta penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB (WHO, 2014). Pada tahun 2014
terdapat 9,6 juta penduduk dunia terinfeksi kuman TB (WHO, 2015). Pada tahun
2014, jumlah kasus TB paru terbanyak berada pada wilayah Afrika (37%), wilayah
Asia Tenggara (28%), dan wilayah Mediterania Timur (17%) (WHO, 2015). Di
Sumatera (33%), wilayah Jawa dan Bali (23%), serta wilayah Indonesia Bagian
nomor tiga setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan pada semua kelompok
usia serta nomor satu untuk golongan penyakit infeksi. Korban meninggal akibat TB
paru di Indonesia diperkirakan sebanyak 61.000 kematian tiap tahunnya (Depkes RI,
Berdasarkan data yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun
2013, angka kejadian TB paru di Sumatera Barat adalah 0,2 %. Angka kejadian TB
paru di Sumatera Barat terus mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu pada
tahun 2007 sebanyak 3660 kasus, tahun 2008 sebanyak 3896 kasus, tahun 2009
sebanyak 3914 kasus, dan pada tahun 2010 ditemukan sebanyak 3926 kasus yang
tersebar dalam 19 kabupaten/kota dalam Propinsi Sumatera Barat termasuk Kota
Padang. Kota Padang sebagai ibu kota provinsi Sumatera Barat merupakan salah
satu kabupaten/kota yang menyumbang angka kejadian TB paru yang cukup tinggi.
Jumlah kasus TB paru di kota Padang pada tahun 2008 sebanyak 699 kasus (52%),
tahun 2009 sebanyak 748 kasus (56,6%), tahun 2010 sebanyak 853 kasus (62%),
tahun 2011 sebanyak 942 kasus, tahun 2012 sebanyak 628 kasus ditambah dengan
kasus lama (kambuh) 8 kasus, dan tahun 2013 jumlah kasus baru sebanyak 927
kasus dengan jumlah seluruh kasus TB paru adalah 1.288 kasus (Riskesdas, 2013).
Tingginya angka kejadian TB paru di seluruh dunia sering terjadi karena kepatuhan
minum obat adalah sebesar 50% sedangkan untuk negara berkembang persentase
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Kuman ini cepat mati
jika terkena sinar matahari lansung dan akan tetap bertahan hidup beberapa jam pada
Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret
1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.
Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum
(KP).
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan risiko seseorang terkena
penyekit TBC :
TBC sangat berisiko tertular. Sebagai contoh, orang yang tinggal satu
setiap hari akan lebih berisiko terkena TBC dibandingkan orang yang
lingkungan tinggal yang lembap, sempit, dan tidak terpapar sinar matahari.
Ruang tinggal dengan ventilasi udara yang buruk atau bahkan tidak terdapat
paru aktif. Hal ini dikarenakan bakteri yang dikeluarkan saat penderita batuk
terhirup.
4. Jenis kelamin
Secara klinis, TB dapat terjadi melalui infeksi primer dan infeksi pasca primer.
Infeksi primer terjadi pada saat seseorang terkena kuman TB untuk pertama kalinya.
Setelah terjadi infeksi melalui saluran pernafasan, didalam alveoli (gelembung paru)
akan terjadi peradangan. Hal ini disebabkan oleh kuman TB yang berkembang biak
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk
dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler) yang dapat menghentikan
pengikat. Ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant,
sehingga daya tahan tubuh tidak dapat menghentikan perkembang biakan kuman,
infeksi primer biasanya menjadi abses (terselubung) dan berlangsung tanpa gejala
dan hanya terjadi batuk dan nafas berbunyi. Tetapi pada orang- orang yang
mempunyai sistem imun lemah dapat timbul radang paru hebat dengan ciri- ciri yaitu
Infeksi Pasca Primer terjadi setelah beberapa bulan atau tahun dari infeksi primer.
Ciri TB pasca primer adalah kerusakan pada paru- paru yang luas dengan terjadinya
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan
pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang
biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah),
dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab
itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru,
otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain,
meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya
melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat
melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme
pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan
bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap
bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam
paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak).
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas
terutama p ada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara
klinik.
bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paruparu), dapat disertai deng
an
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya,
d. Pada anak–anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
H. Klasifikasi pasien TB
adanya lesi pada jaringan paru. Pasien yang menderita TB paru dan
TB paru
b. Tuberculosis ekstra paru: Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru,
selaput otak dan tulang. Linfadenitis TB di rongga dada (hilus dan atau
mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang
menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (>dari 28 dosis) Pasien ini
lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid (H) dan
golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua
pasien TB dengan:
ART, atau
Catatan :
Apabila pada pemeriksaan selanjutnya dapat diperoleh hasil tes HIV
I. Diagnosis TB
a. Diagnosis TB Paru
keluhan pasien
2. Pemeriksaan klinis
dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan dan berat badan
hati tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari sebulan. Pada
pada orang dengan faktor resiko, seperti: kontak erat dengan pasien
3. Pemeriksaan Laboratorium
pengobatan.
d. Pemeriksaan Biakan
Indicator Tube).
f. Pemeriksaan penunjang lainnya meliputi : Pemeriksaan foto
TB ekstra paru.
1. Gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena, misalnya kaku
klinis, bakteriologis, dan atau hispatologis dari contoh uji yang diambil dari
kemungkinan TB paru.
Biopsy/ FNAB) pada pasien dengan kecurigaan TB kelenjar, dan contoh uji
Gejala klinis pada anak berupa gejala umum/sistemik atau sesuai organ
terkait. Gejala klinis pada anak tidak terlalu khas karena gejala serupa juga dapat
disebabkan oleh berbagai penyakit selain TB. Gejala khas TB sebagai berikut:
1. Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya
2. Demam ≥ 2 minggu
4. Batuk ≥ 2 minggu
Gejala klinis pada ODHA seringkali tidak spesifik. Gejala klinis yang
sering ditemukan adalah demam dan penurunan berat badan yang signifikan
(sekitar 10% atau lebih) dan gejala ekstra paru sesuai organ yang terkena
J. Terapi TBC
kesehatan yang mengacu pada diagnosis (pemeriksaan), juga bisa diartikan sebagai
sebagai tindakan perawatan pemulihan atas penyakit apapun yang bertujuan untuk
penularan.
utama adalah memberikan obat anti TB yang benar dan cukup, serta dipakai dengan
lingkungan, antara lain dengan pengaturan rumah agar memperoleh cahaya matahari,
K. Prinsip Pengobatan
maka ada beberapa prinsip yang harus diterapkan kepada seorang pasien TB
diantaranya adalah :
1. Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti Tuberculosis (OAT)
diberkan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, yang dalam
mengkonsumsinya harus dengan jumlah yang cukup dan dosis yang tepat
a. Tahap Intensif
Pada tahap intensif (awal) pengobatan diberikan setiap hari yang bertujuan
untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh
b. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk
membunuh sisa- sisa kuman khususnya kuman persister (dormant)
L. Pengobatan TBC
Penggunaan obat anti TB yang dipakai dalam pengobatan TB adalah antibiotik dan
didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktifitas membunuh bakteri, aktifitas sterilisasi,
dan mencegah resistensi. Obat yang umum dipakai adalah Isoniazid, Etambutol,
Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin. Kelompok obat ini disebut sebagai obat
primer. Isoniazid adalah obat TB yang paling paten dalam hal membunuh kuman
1. Isoniazid (H)
Mekanisme kerja belum diketahui, namun ada pendapat bahwa efek utamanya
tepi, kesemutan dan nyeri otot atau gangguan kesadaran. Efek ini dapat
Efek samping berat dari INH berupa hepatitis yang dapat timbul pada
kurang lebih 0,5% penderita. Bila terjadi ikterus, hentikan pengobatan sampai
2. Rifampisin (R)
samping ringan sering terjadi pada saat penberian berkala dan dapat
Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air
mata, dan air liur. Hasil ini harus diberitahukan kepada penderita agar
tidak khawatir, warna merah tersebut terjadi karena peroses metabolisme
anemia haemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah satu dari
gejala ini terjadi, Rifampisin harus segera dihentikan dan jangan diberikan
UPK spesialistik.
3. Pirazinamid (Z)
berada dalam sel dengan suasana asam. Mekanisme kerja obat ini belum
berat badan.
4. Etambutol (E)
dosis yang dipakai. Efek samping jarang terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg
sulit dideteksi pada anak-anak, maka sebaiknya tidak diberikan pada anak
5. Streptomisin (S)
diberikan pada wanita hamil sebab dapat merusak saraf pendengaran janin.
Pengobatan TB dengan paduan OAT lini 1 dapat diberikan dengan dosis harian
maupun dosis intermitten (diberikan 3 kali perminggu) dengan mengacu pada dosis
Panduan OAT kategori 1 dan 2 disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi
dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT-KDT (kombinasi dosis terapi) ini terdiri dari
kombinasi 2 dan 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat
Paket kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniazid (H),
Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), dan Etambutol (E) yang dikemas dalam bentuk
blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk pasien yang tidak bisa
menggunakan OAT-KDT.
Panduan OAT ketegori anak disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis
tetap OAT-KDT. Tablet OAT-KDT ini terdiri dari kombinasi 3 jenis obat dalam 1
tablet dan dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas
dalam satu paket untuk satu pasien untuk satu (1) masa pengobatan.
Paduan OAT disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk memudahkan
selesai. Satu (1) paket satu (1) pasien untuk satu (1) masa pengobatan. Obat paket
Tuberkulosis ini disediakan secara gratis melalui institusi pelayanan kesehatan milik
Umum dan Dokter Praktek Swasta yang telah bekerja sama dengan Direktorat
A. Definisi
resistensi terhadap dua agen anti-TB lini pertama yang paling poten yaitu
ketika mendapatkan pengobatan yang tidak akurat. Hal ini dapat terjadi karena
pengobatan, persediaan obat habis atau langka, atau pasien lupa minum obat.
Awalnya resistensi ini muncul sebagai akibat dari ketidak patuhan pengobatan.
primer. Tuberkulosis paru dengan resistensi dicurigai kuat jika kultur Basil Tahan
Asam (BTA) tetap positif setelah terapi 3 bulan atau kultur kembali positif setelah
B. Epidemiologi
resisitensi ganda kini menyebar dengan amat cepat di berbagai belahan dunia.
Lebih dari 50 juta orang mungkin telah terinfeksi oleh kuman tuberkulosis yang
INH, serta kemungkinan pula ditambah obat lainnya. Pada tahun 2010 WHO
menyatakan insidens TB-MDR meningkat secara bertahap merata 2% pertahun.
bebantinggi dan prioritas kegiatan untuk MDR. Beban TB-MDR di 27 negara ini
dalam daftar ini minimal diperkirakan terdapat 4000 kasus TB-MDR atau
6.427. Angka tersebut merujuk pada perkiraan angka TB-MDR sebesar 2% dari
Kegagalan ini bukan hanya merugikan pasien tetapi juga meningkatkan penularan
pada masyarakat. TB resistensi obat anti TB (OAT) pada dasarnya adalah suatu
fenomena buatan manusia, sebagai akibat dari pengobatan pasien TB yang tidak
lain / masyarakat.
1. Faktor mikrobiologik
2. Faktor klinik
a. Penyelenggara kesehatan
Keterlambatan diagnosis
pada satu paduan yang telah gagal. Bila kegagalan ini terjadi
b. Obat
membosankan pasien
Obat toksik menyebabkan efek samping sehingga pengobatan
c. Pasien
Masalah sosial
3. Faktor program
b. Amplifier effect
4. Faktor AIDS–HIV
a. Kemungkinan terjadi TB-MDR lebih besar
b. Gangguan penyerapan
5. Faktor kuman
a. Sangat virulen
Sedangkan menurut Aditama dkk ada beberapa hal penyebab terjadinya resistensi
2. Penggunaan paduan obat yang tidak adekuat, yaitu jenis obatnya yang
3. Pemberian obat yang tidak teratur, misalnya hanya dimakan dua atau
bepindah dokter mendapat obat kembali selama dua atau tiga bulan
Secara mikrobiologi resistensi disebabkan oleh mutasi genetic, dan hal ini
membuat obat tidak efektif melawan basil. Mutasi terjadi spontan dan berdiri
wild type tidak terpajan. Diantara populasi M. Tb wild type ditemukan sebagian
kecil mutasi resisten OAT. Resisten lebih dari satu OAT jarang disebabkan
genetik dan biasanya merupakan hasil penggunaan obat yang tidak adekuat.
Populasi galur M. Tb resisten mutan dalam jumlah kecil dapat dengan mudah
resistensi obat menyebabkan galur lebih resisten terhadap obat yang digunakan
resisten obat pada populasi juga merupakan sumber kasus resistensi obat baru.
larut air sehingga mudah untuk masuk ke dalam sel. Mekanisme kerja
obat ini dengan menghambat sintesis dinding sel asam mikolik
peroksidase.
DNA.
Rifampisin berperan aktif invitro pada kokus gram positif dan gram
gen untuk beta subunit dari RNA polymerase dengan akibat terjadinya
asam pada fagosit atau granuloma kaseosa. Obat tersebut akan diubah
menyandikan pyrazinamidase.
4. Mekanisme Resistensi Terhadap Ethambutol
dinding sel.
dengan mutasi missense pada gen embB yang menjadi sandi untuk
yang resisten dan keterlibatan pengganti asam amino pada posisi 306
telah diidentifikasi oleh karena adanya mutasi pada satu dari dua target
yaitu pada gen 16S rRNA (rrs) atau gen yang menyandikan protein
resistensi mutan terjadi pada 1 dari 105 sampai 107 organisme. Strain
E. Diagnosis TB-MDR
pemeriksaan biakan dan uji kepekaan. Jika hasil uji kepekaaan terdapat
M.tuberculosis yang rrsisten minmal terhadap rifampisi dan INH maka dapat
adalah :
kategori 1
8. Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien TB-
TB-MDR
9. TB-HIV
spesimen yang adekuat dan harus dilakukan sebelum terapi diberikan. Jika pasien
tidak dapat mengeluarkan sputum dilakukan induksi sputum dan jika tetap tidak
bisa, dilakukan bronkoskopi. Tes sensitivitas terhadap obat lini pertama dan kedua
Beberapa metode telah digunakan untuk deteksi resistensi obat pada TB.
Deteksi resistensi obat di masa lalu yang disebut dengan metode konvensional
metode ini dan membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasilnya,
ini adalah metode fenotipik dan genotipik. Pada banyak kasus, metode genotipik
khususnya telah mendeteksi resistensi rifampisin, sejak saat itu metode ini
F. Tatalaksana
Idealnya regimen pengobatan kasus TB dengan resistensi obat disusun
berdasarkan hasil in vitro drug susceptibility (DST) yang dilakukan pada masing-
masing pasien. Namun yang menjadi kendala adalah hasil pemeriksaan ini baru
dapat diperoleh dalam 1-2 bulan. Oleh karena itu pada beberapa kondisi berikut
ini antara lain pasien dengan riwayat gagal pengobatan sebelumnya, pasien yang
sebelumnya pernah mendapat terapi OAT, pasien yang ada kontak dengan kasus
TB resisten OAT dan pasien yang lahir dan tinggal pada daerah endemis TB,
resistensi obat harus di antisipasi dan terapi harus dimulai tanpa menunggu hasil
DST.
kepekaan
Streptomycin (S)
kedua (Cm)
Floroquinolone (Lfx)
Cycloserine (Cs)
efektif.
silang (cross-resistance)
5. Paduan pengobatan ini diberikan dalam dua tahap yaitu tahap awal
biakan.
kader kesehatan.
1. Fase-fase Pengobatan TB-MDR
Selama fase intensif baik obat injeksi dan obat minum diberikan oleh
Pada fase rawat jalan ini obat oral ditelan di rumah pasien hanya
dan biakan. Hasil uji kepekaan TB MDR dapat diperoleh setelah 2 bulan.
Pemeriksaan dahak dan biakan dilakukan setiap bulan pada fase intensif dan
setiap 2 bulan pada fase lanjutan. Evaluasi pada pasien TB MDR adalah:
3. Pemeriksaan dahak setiap bulan pada fase intensif dan setiap 2 bulan pada
fase lanjutan
4. Pemeriksaan biakan setiap bulan pada fase intensif sampai konversi biakan
5. Uji kepekaan obat sebelum pengobatan dan pada kasus kecurigaan akan
kegagalan pengobatan
hipotiroid
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
humanus. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi
1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan pada
1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
2) Kalau ada cairan dirongga pleura dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
3) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara
4) Pada anak-anak dapat mengenai otak dan disebut sebagai meningitis gejalanya
tanda TBC.
5. Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan
pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang
biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang
rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
Pengobatan ini dilakukan selama 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih.
Penyakit tbc dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin
tidak adekuat dan penularan dari pasien TB-MDR. Oleh karena itu pada setiap
Selanjutnya terapi empiris harus segera diberikan pada pasien dengan resiko tinggi
resistensi OAT, terutama pada pasien dengan keadaan penyakit yang berat.
dan TB-TDR.
Terapi yang dianjurkan dengan memberikan 4 sampai 6 macam obat. Pilihan obat
yang diberikan yaitu obat lini pertama yang masih sensitif disertai obat lini kedua
dipertimbangkan bila setelah 3 bulan terapi OAT tidak terjadi konversi negatif
satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat penderita dan menaggulangi
3.2 Saran
Kepada para pembaca kami ucapakan selamat belajar dan manfaatkanlah makalah
ini dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu
ditingkatkan mutunya, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun