PEMBIMBING
OLEH
Muzayyanatulhayat (013.06.0038)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 1
2.1 TUBERKULOSIS...................................................................................... 3
2.1.1 DEFINISI ........................................................................................ 3
2.1.2 PENYEBAB ................................................................................... 3
2.1.3 KLASIFIKASI ................................................................................ 4
2.1.4 PENULARAN ................................................................................. 5
2.1.5 GEJALA KLINIKS ........................................................................ 7
2.1.6 PENGOBATAN .............................................................................. 7
2.2 TUBERKULOSIS RESISTENSI OBAT ................................................... 8
2.2.1 DEFINISI ......................................................................................... 8
2.2.2 KRITERIA RESISTENSI OAT ..................................................... 8
2.2.3 PENYEBAB .................................................................................... 9
2.2.4 DIAGNOSIS .................................................................................... 10
2.2.5 PENGOBATAN .............................................................................. 12
2.26 PENCEGAHAN ............................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tuberkulosis
2.1.1 Definisi
2.1.2 Penyebab
Mycobacterium tuberculosis merupakan penyebab
utama TB di dunia, dan kadang-kadang oleh Mycobacterium
bovis dan Mycobacterium africanum (Tabrani,2010). Organisme
Mycobacterium tuberculosis juga disebut dengan Basil Tahan
Asam (BTA) yang merupakan bakteri gram positif, berukuran
1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm, dan hidup berkoloni. Selain
itu juga memiliki ciri khusus yaitu adanya lapisan lilin di
dinding selnya. Sebagian besar komponen yang terdapat pada
Mycobacterium tuberculosis adalah lemak sehingga kuman
3
mampu tahan terhadap asam . Sebagai bakteri aerob yang
menyukai daerah yang banyak oksigen, maka bakteri
Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bermanifes di paru-
paru karena kandungan oksigennya sangat tinggi.
Di luar tubuh manusia, Mycobacterium tuberculosis
hidup baik pada lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan
terhadap sinar matahari. Pada tempat yang lembab, sejuk, gelap
tanpa cahaya matahari Mycobacterium tuberculosis dapat
bertahan hidup sampai bertahun-tahun lamanya, akan tetapi jika
terkena cahaya matahari bakteri mati dalam waktu 2 jam. Basil
ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan,
sinar matahari, dan sinar ultraviolet.
2.1.3 Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB
berdasarkan pendapat Kementerian Kesehatan RI (2016)
diperlukan suatu defenisi kasus yang meliputi empat hal yaitu :
1. Berdasarkan organ tubuh yang diserang penyakit TB dibagi
dua yaitu TB paru dan TB ekstra paru ( pleura, selaput
otak, selaput jantung, selaput limfe, tulang, persendian,
kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dll).
4
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis penyakit
TB diklasifikasikan menjadi dua yaitu TB paru BTA positif
dan TB paru BTA negatif.
3. Berdasarkan tingkat keparahan klasifikasinya penyakit TB
dibagi dua yaitu TB berat dan TB ringan. Pada pasien TB
paru disebut TB berat bila gambaran foto toraks
memperlihatkan gambaran kerusakan yang luas pada organ
paru dan atau keadaan pasien yang buruk. Sedangkan TB
ringan jika foto toraks memperlihatkan gambaran
kerusakan yang sedikit pada paru dan keadaan pasien tidak
terlalu buruk. Jika pada pasien TB ekstra paru, biasanya TB
berat terjadi jika bakteri TB mengenai otak, tulang
belakang, usus, saluran kemih, pleuritis eksudativa bilateral
dan alat kelamin. Sedangkan TB ringan jika mengenai
tulang (kecuali tulang belakang), kelenjar limfe, kelenjar
adrenal dan pleuritis eksudativa unilateral.
4. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya klasifikasi
TB dibagi menjadi 6 tipe pasien yaitu kasus baru, kasus
kambuh (relaps), kasus putus berobat (default), kasus
gagal (failure), kasus pindahan (transfer in), dan kasus
lain.
2.1.4 Penularan
5
1. Melalui batuk langsung
Saat pasien batuk, kemungkinan terjadi
penyebaran bakteri dan dapat terhirup oleh anggota
keluarga maupun masyarakat disekitar penderita TB.
Penderita TB dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei,
sifat kuman ini dapat bertahan lama di tempat yang tidak
terkena sinar matahari dan tempat yang lembab.
2. Melalui makanan
Makanan yang dimakan penderita TB kemudian
dimakan oleh anggota keluarga yang sehat dapat
menyebabkan penularan TB, selain itu makan secara
bersamaan juga dapat menyebabkan penularan penyakit
TB.
3. Melalui pemakaian barang bersama
Pemakaian barang bersama dengan penderita TB
terutama alat makan dan alat mandi dapat menyebabkan
penularan penyakit TB ke anggota keluarga.
4. Dahak pasien TB
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan
dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.
Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara
sinar matahari dapat membunuh bakteri. Dahak pasien
TB yang dibuang sembarangan dapat menyebabkan
penyebaran bakteri TB dan mengakibatkan penularan
penyakit yang semakin luas.
6
2.1.5 Gejala klinis
2.1.6 Pengobatan
7
Penyakit tuberkulosis diobati dengan obat
antituberculosis (OAT) dengan metode DOTS (Direcly
Observed Treatment Short course) (Depkes, 2008).
2.2.1 Definisi
8
Secara umum resistensi terhadap OAT dibagi menjadi
resistensi primer dan resistensi sekunder,
9
4) Obat untuk terapi yang sesuai tidak tersedia
10
2) Second Line–Line Probe Assay (SL-LPA)
SL-LPA merupakan tes cepat yang berbasis molekuler
untuk mendeteksi resistensi terhadap OAT lini kedua
yaitu golongan fluorokuinolon dan obat injeksi lini kedua.
Pemeriksaan SL-LPA digunakan sebagai triase awal untuk
mendeteksi resistensi terhadap fluorokuinolon dan obat
injeksi lini kedua untuk keperluan pengobatan TB RO
dengan paduan standar jangka pendek.
3) Uji biakan untuk identifikasi kuman M. Tuberculosis
Biakan dan identifikasi kuman M. tuberculosis dapat
dilakukan pada media padat (LJ) maupun media cair
(MGIT). Hasil biakan dapat digunakan oleh Tim Ahli
Klinis (TAK) dan dokter penanggung jawab di fasyankes
penyedia layanan TB RO sebagai acuan dalam
mendiagnosis dan menilai kemajuan pengobatan pasien
TB RO.
4) Uji kepekaan obat
11
2.2.5 Pengobatan TB resistensi obat
Farmakologi
1. Pengobatan Jangka Pendek
Pada tahun 2019, WHO mengeluarkan rekomendasi
terkait penggunaan paduan pengobatan TB resistan obat
tanpa injeksi, dimana obat injeksi kanamisin atau
kapreomisin digantikan dengan obat bedaquiline.
Penggunaan obat injeksi Km/Cm diketahui berkaitan
dengan hasil pengobatan yang buruk, sehingga kedua obat
injeksi ini tidak lagi dipakai dalam pengobatan TB resistan
obat. Pada paduan pengobatan TB RO jangka pendek,
kriteria pasien TB RR/ MDR yang bisa mendapatkan
paduan ini adalah:
• Tidak resistan terhadap fluorokuinolon
• Tidak ada kontak dengan pasien TB pre/XDR
• Tidak pernah mendapat OAT lini kedua selama ≥ 1
bulan
• Tidak ada resistansi atau dugaan tidak efektif terhadap
OAT pada paduan jangka pendek (kecuali resistan INH
dengan mutasi inhA atau katG).
• Tidak sedang hamil atau menyusui
• Bukan kasus TB paru berat
• Bukan kasus TB ekstraparu berat
• Pasien TB RO (paru ataupun ekstraparu) dengan HIV
• Anak usia lebih dari 6 tahun
12
Pasien TB RR/MDR yang tidak memenuhi kriteria di atas
akan mendapatkan pengobatan TB RO dengan paduan
jangka panjang (Data TB NTB, 2018).
13
2. Pengobatan Jangka Panjang
Pengobata TB RO dengan paduan jangka panjang
(18–24 bulan) diberikan pada pasien yang tidak bisa
mendapatkan paduan pengobatan jangka pendek. Berbeda
dengan paduan jangka pendek, paduan pengobatan TB RO
jangka panjang dapat dimodifikasi sesuai kondisi pasien
(individualized) sehingga disebut juga sebagai paduan
individual untuk dapat meningkatkan efektivitas dan
keamanan dari paduan ini dalam mengobati pasien TB (TB
ums, 2019).
Non farmakologi
14
Semua obat harus diminum sesuai jadwal dan
instruksi, tidak boleh ada dosis terlewat maupun
pengehentian pengobatan lebih awal. Selain itu, pasien
penerima pengobatan TB harus pengobatan lebih awal.
Selain itu, pasien penerima pengobatan TB harus
memberitahu dokter jika mereka mengalami kesulitan
dalam meminum obat atau adanya efek samping yang
dialami.
15
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
• Nama : Tn. Bukhari
• Jenis Kelamin : Laki-Laki
• Usia : 38 Tahun
• Alamat : Montong gamang
• Tgl. Kunjungan : 06-10-2021
II. Subjektif
• Anamnesis : Autoanamnesis
• Keluhan Utama : Batuk-batuk
• Riwayat Penyakit Sekarang : Tn. Bukhairi, 38 tahun,
seorang guru disalah satu madrasah tsanawiah di Kopang
didiagnosis dengan TB-Ro mengatakan batuk di dirasakan
sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengatakan batuk
timbul pada saat malam hari disertai dahak dan darah sedikit.
Pasien juga mengatakan adanya demam, keringat malam,
penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang
awalnya 50 kg menjadi 47 kg dalam satu bulan. Pasien
mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang
dahak sembarangan, tidak memakai masker pada saat batuk,
kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh pasien,
dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien, dan keadaan
rumah pasien yang lembab. Pasien juga mempunyai riwayat
kontak dengan penderita TB yaitu tetangganya yang sudah
meninggal dunia. Pada saat keluhan muncul pasien sempat
datang kontrol ke RS dan dirawat 3 hari, pasien sempat di
infus karna pasien merasa lemas tidak ada tenaga, dan di RS
pasien telah dilakukan pemeriksaan Test Cepat Molekuler
dan didapatkan hasil Positif TB-Ro. Setelah dilakukan TCM,
pasien datang ke Puskesmas untuk pengambilan Obat. Pasien
sering merasakan mual dan muntah setelah minum obat
tersebut. Untuk saat ini pasien mengeluhkan diare dan lemas
• Riwayat penyakit sebelumnya :
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal, Riwayat
Hipertensi (-) Riwayat Diabetes Melitus (-) Riwayat
Penyakit Jantung (-) Riwayat Merokok (-)
• Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan serupa
dengan pasien. Riwayat keluarga HT (-), DM (-), penyakit
jantung (-), penyakit ginjal (-)
• Riwayat Pengobatan
Pasien sempat dibawa ke Rumah sakit dan Puskesmas.
Disana dia sempat diberikan obat TB, sekarang pasien
sedang menjalani pengobatan TB RO Sejak 1 bulan berupa
piridoxin 3x1, etambutol 400mg 1x3, pirazinamid 500 mg
1x3,isoniazid 300mg 1x2 tablet, etionamid 250mg 1x3,
clorazimin 1x1, levofloxacin 250mg 1x4, bedaquilin 2x2,
namun pasien sempat berhenti minum obat karena pasien
merasa mual muntah setelah minum obat tersebut.
• Riwayat social ekonomi
Pasien merupakan kepala rumah tangga yang bekerja
sebagai guru disalah satu madrasah tsanawiah di Kopang.
Tinggal Bersama istri dan kedua anaknya. Kondisi rumah
pasien bersih, penerangan cahaya pada rumah cukup baik,
dengan adanya ventilasi dan sering membuka jendela.
III. PEMERIKSAAN FISIK
KU : Lemah
Kes : Compos Mentis
17
GCS : E4V5M6
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 89 x / menit, regular
Suhu : 37’ C
RR : 19 x/ menit
SpO2 : 96 %
Berat Badan : Awal : 50Kg
Sekarang : 47Kg
Tinggi Badan : 163 cm
IMT : 18,0 (underweight)
Status Generalisata
Kepala Normosefal
IV. RESUME
Tn. Bukhairi, 38 tahun, seorang guru disalah satu
madrasah tsanawiah di Kopang didiagnosis dengan TB-Ro
mengatakan batuk di dirasakan sejak 3 bulan yang lalu.
Awalnya pasien mengatakan batuk timbul pada saat malam
hari. Pasien juga mengatakan adanya demam, keringat
malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan
yang awalnya 50 kg menjadi 47 kg dalam satu bulan. Pasien
mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang
dahak sembarangan, tidak memakai masker pada saat batuk,
19
kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh pasien, dukungan
keluarga yang kurang terhadap pasien, dan keadaan rumah pasien yang
lembab. Pasien juga mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB yaitu
tetangganya yang sudah meninggal dunia. Pada saat keluhan muncul
pasien dibawa oleh keluarganya ke RS kemudian dibawa ke Puskesmas
untuk mendapatkan pengobatan. Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan
kepada pasien didapatkan hasil berat badan pasien 47 kg, tinggi badan 163
cm, IMT 18,0 (underweight), terlihat sakit ringan. Tekanan darah 100/60
mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 18 x/menit, suhu tubuh 37C.
Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam
batas normal. Tenggorokan, jantung, dan abdomen dalam batas normal.
Pada pemeriksaan paru, inspeksi dalam batas normal, palpasi dalam batas
normal, perkusi dalam batas normal, auskultasi pulmo normal dekstra dan
sinistra. Ekstremitas superior dan inferior dalam batas normal,tidak
sianosis, tidak oedem, dan akral hangat. Di RS pasien telah dilakukan
pemeriksaan Test Cepat Molekuler dan didapatkan hasil Positif TB Ro.
Setelah dilakukan TCM, pasien datang ke Puskesmas untuk pengambilan
Obat. Pasien diberikan obat paket berupa piridoxin 3x1, etambutol 400
1x3, pirazinamid 500 1x3,isoniazid 300 1x2 tablet, etionamid 250 1x3,
clorazimin 1x1, levofloxacin 250 1x4, bedaquilin 2x2. Pasien sudah
mendapatkan pengobatan selama 1 bulan. Pasien sering merasakan mual
dan muntah setelah minum obat tersebut.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Sputum
2) Rotgent Thoraks
3) TCM
20
VI. DIAGNOSIS KERJA
Tuberkulosis Resistensi Obat (TB RO)
b) Non-medikamentosa
- Sering berjemur di pagi hari
- Melakukan olahraga atau aktivitas fisik lainnya
- Mengkonsumsi makanan yang bergizi
- Bila ada keluhan, segera disampaikan ke dokter atau
mengunjungi fasilitas Kesehatan
VIII. KIE
- Rajin mengkonsumsi obat dan mengikuti instruksi
dari dokter
- Rajin control setiap bulannya
- Selalu menggunakan masker
- Sering mencuci tangan
- Tidak meludah sembarang tempat
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Seorang laki-laki berusisiaa 38 tahun, mengeluh batuk
yang di dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien
mengatakan batuk timbul pada saat malam hari. Pasien juga
mengatakan adanya demam, keringat malam, penurunan nafsu
makan, dan penurunan berat badan yang awalnya 50 kg menjadi
47 kg dalam satu bulan. Pasien mempunyai kebiasaan yang tidak
baik seperti membuang dahak sembarangan, tidak memakai
masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan penyakit yang
diderita oleh pasien, dukungan keluarga yang kurang terhadap
pasien, dan keadaan rumah pasien yang lembab. Pasien juga
mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB yaitu
tetangganya yang sudah meninggal dunia. Pada saat keluhan
muncul pasien dibawa oleh keluarganya ke RS kemudian dibawa
ke Puskesmas untuk mendapatkan pengobatan. Saat ini pasien
mengeluhkan diare, lemas dan mual muntah setelah minum obat.
Dari hasil Pemeriksaan fisik pasien terlihat sakit ringan.
Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas
18 x/menit, suhu tubuh 37C. dan didapatkan adanya penurunan
berat badan dalam 1 bulan terakhir yang awalnya dari 50 kg
menjadi 47 kg, tinggi badan 163 cm, IMT 18,0 (underweight)
Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung
dalam batas normal. Tenggorokan, jantung, dan abdomen dalam
batas normal. Pada pemeriksaan paru, inspeksi dalam batas
normal, palpasi dalam batas normal, perkusi dalam batas normal,
auskultasi pulmo normal dekstra dan sinistra.
22
Ekstremitas superior dan inferior dalam batas normal,tidak
sianosis, tidak oedem, dan akral hangat. Pada pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan pemeriksaan Test Cepat
Molekuler dan didapatkan hasil Positif TB Ro. Setelah dilakukan
TCM, pasien diberikan terapi medikamentosa dan non
medikamentosa.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
26
27