Anda di halaman 1dari 24

PRESENTASE KASUS DEMAM BERDARAH

DENGUE
ILMU PENYAKIT DALAM

Disusun oleh:
dr.Fraymun Arwam

Pebimbing:
dr. Alva S Djitmau. Sp.PD

Pendamping :
dr. Aturma Florentina Siregar

PROGRAM INTERNSIP STASE POLI – BANGSAL


PERIODE OKTOBER 2019 – FEBRUARI 2020
RSUD ABEPURA PAP
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny. ST
No. Rekam Medis : 50 – 84 – XX
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 01 - 08 – 1986 ( 36 tahun)
Alamat : Sarmi
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan Terakhir : Sarjana
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : PNS
Tanggal Masuk : 27 november 2019 pukul 17.40 WIT

II. Anamnesis (Autoanamnesa)


 Keluhan Utama
Demam
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan demam yang dirasakan sejak 4 hari SMRS.
Demam dirasakan hilang timbul. Demam tinggi di rasakan pada 3 hari pertama
lalu turun pada hari ke empat. Timbul gusi berdarah pada saat sikat gigi sebanyak
1 kali sejak 1 hari yang lalu, perdarahan sebanyak ± 1,5 cc. Muncul ruam
kemerahan pada kedua lengan sejak 2 hari, ruam semakin banyak. Pasien
mengeluh mengalami nyeri kepala yang dirasakan di seluruh bagian kepala sejak
4 hari SMRS, terasa seperti diikat. Nyeri pada sendi dirasakan sejak 3 hari SMRS.
Pasien juga mengeluh lemas dan pusing berputar sejak 3 hari SMRS, mual (+)
sejak 3 hari SMRS, muntah (+) 1 kali berisi air ¼ gelas aqua, nyeri ulu hati (+),
nafsu makan berkurang (+). Keluhan lain seperti mimisan (-), muntah darah (-),
BAB hitam/darah segar (-), BAB Dempul (-), BAK darah (-), sesak nafas (-),
pembesaran perut (-). Batuk/pilek (-), nyeri tenggorokan (-). Riwayat pingsan (-),
trauma (-). Riwayat Haid teratur, siklus 3-4 hari, 2-3 kali ganti pembalut/hari.
 Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat malaria 1 minggu lalu dan sudah mendapatkan pengobatan, darpleks
(tuntas) dan primakuin ( belum tuntas / 6 hari)
- riwayat penyakit jantung, paru, ginjal, alergi, asma, hipertensi ataupun diabetes
di sangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
 Riwayat alergi
Tidak ada
 Riwayat sosial
Pasien tidak merokok, alkohol, tidak ketergantungan dengan obat, pasien memiliki
riwayat kebiasaan makan atau jajan di warung,
 Riwayat pengobatan
DHP , Primaquin, Paracetamol

III. Pemeriksaan Fisik


 Tanda-tanda vital
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Pernapasan : 20 kali/menit
Nadi : 98 kali/menit
Suhu : 37.0oC
Sp02 : 98 %
Skala Nyeri : 0-3 ringan
 Status Generalis
Kepala : Normocephal, deformitas (-), bekas luka (-) rambut hitam, distribusi
merata
 Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
 Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-/-), hiperemis (-/-)
 Telinga : Bentuk normal di kedua telinga, serumen (-/-), sekret (-/-),
pendengaran kedua telinga normal
 Mulut : Mukosa normal, papil lidah atrofi (+), faring hiperemis (-), stomatitis
(-), karies (-), ginggiva hiperemis (+),
 Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
deviasi trakea (-)
 Axilla : Tidak teraba maupun terlihat benjolan ataupun terlihatnya kelenjar
getah bening.
A. Kardiovaskular
Inspeksi : ictus cordis (-)
Perkusi : pekak, batas jantung-paru dalam batas batas normal
Palpasi : Thrill (-)
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
B. Respirasi
Inspeksi : Simetris (+), jejas (-)
Perkusi : sonor/sonor
Palpasi : vocal fremitus D=S
Auskultasi : Suara Nafas Vesikuler / Vesikuler, Ronkhi (-) / (-), Wheezing (-)
C. Abdomen
Inspeksi : Supel, scar (-), striae (-), pelebaran vena (-)
Auskultasi : bising usus (+) dalam batas normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), organomegali (-)
D. Ekstrimitas
Nadi +/+ , nadi kuat, rumple leed test (+), Edema (-), ikterik (-), akral hangat, kedua
telapak tangan agak pucat

IV. Pemeriksaan Penunjang


A. Pemeriksaan Darah Lengkap (27-11-2019)
 Hb 8.8 g/dL (11,0 – 16,5)
 Hematokrit 31,3 % (35 – 50)
 Eriytrosit 3.109 10^6/L (3,8 – 5,8)
 Leukosit 4,96 Sel/L (3,500 – 10.000)
 Eosinofil 0,04 % (1-3)
 Basofil 0,01 % (0-1)
 Netrofil batang 3,64 % (2-6)
 Netrofil segment 73,4 % (46,0-73,0)
 Limfosit 34 % (20-40)
 Monosit 7,7 % (4,0-10,0)
 Trombosit 5 10^3/L 150 – 500
 DDR Negatif
a. Kimia Darah
Glucose (HK) 112 0 – 200
Crea (enzymatic) 0,97 0,9 – 1,2
Ureum (GLDH) 18,68 10 – 50
SGOT – ASAT (IFCC – P5P) 74 0 – 50
SGPT – ALAT (IFCC – P5P) 64 0 - 50
b. Serologi (27-11-2019)
 IgM Anti Dengue Kualitatif positif Negatif
 IgG Anti Dengue Kualitatif positif Negatif
 Salmonella Typhi H - Negatif
 Salmonella Typhi O 1/80 Negatif
 Salmonella Paratyphi AH 1/80 Negatif
 Salmonella Paratyphi BH - Negatif
 Salmonella Paratyphi CH - Negatif
 Salmonella Paratyphi AO - Negatif
 Salmonella Paratyphi BO - Negatif
 Salmonella Paratyphi CO - Negatif
c. Pemeriksaan imunologi ( 02 Desember 2019 )
 Anti HAVT > 300 negatif : <15 µIU/ml
Borderline : 15 -19 µIU/ml
Positif : ≥ 20 µIU/ml
 HbsAg non reaktif
 HCV Antibody non reaktif
 VCT non reaktif
d. Elektrolit
 Natrium 140,5 135 - 145 mmol/L
 Kalium 3,5 3,5 - 5,5 mmol/L
 Chlorida 109 98 - 108 mmol/L
e. Morfologi Darah Tepi
Eritrosit : Dominasi normokrom, normositik, sel target, tidak ditemukan eritoblast
Leukosit : kesan jumlah cukup, dominasi netrofil segmen, netrofilia relatif, tidak
ditemukan blas.
Trombosit : kesan jumlah menurun, penyebaran merata
Kesan : Gambaran anemia normokrom normositik disertai trombositopenia.
Ditemukan “sel target”, mendukung adanya gangguan fungsi hati. Saran
pemeriksaan fungsi hati.
f. Urinalisa ( 02 desember 19)
Makroskopis
 Warna : kuning jernih
 PH : 8,0
 Berat Jenis : 1,005
 Protein : negatif
 Reduksi : negatif
 Bilirubin : negatif
 Urobilinogen : negatif
 Nitrit : negatif
 Keton : negatif
 Darah : negatif
Mikroskopis
 Leukosit : +1
 Eritrosit : +1
 Epitel : +1
 Silinder : tidak ditemukan
 Kristal : tidak ditemukan
 Bakteri : tidak ditemukan
 Jamur : tidak ditemukan

B. Ringkasan
Pasien Ny ST datang dengan keluhan demam sejak 7 hari SMRS. Demam
tinggi di rasakan pada 3 hari pertama lalu turun pada hari ke empat. Timbul gusi
berdarah (+),ruam kemerahan (+) dan semakin banyak. Pasien mengeluh mengalami
nyeri kepala yang dirasakan seperti diikat. Nyeri pada sendi dirasakan sejak 3 hari
SMRS. Pasien juga mengeluh lemas dan pusing berputar sejak 3 hari SMRS, mual
(+) sejak 3 hari SMRS, muntah (+) 1 kali berisi air ¼ gelas aqua, nyeri ulu hati (+),
nafsu makan berkurang (+). Riwayat sakit malaria 1 minggu yang lalu dan sudah
pengobatan, Pada pemeriksaan fisik didapatkan Tekanan darah 110/70 mmHg,
Pernapasan 20 kali per menit, Nadi 98 kali per menit, Suhu 38.5oC, dan Skala Nyeri
2. Congjungtiva anemis (+), atrofi papil lidah (+), nyeri tekan epigastrium (+),
telapak tangan pucat. Pemeriksaan laboratorium Hb 8,8 g/dl, Hct 31,3 , PLT 5.000,

C. Diagnosa kerja
 Observasi febris hari ke 7 e.c Demam berdarah dengue
 Thrombositopenia Berat
 Anemia
 Peningkatan Enzim Transaminase
D. Penatalaksanaan
Pasien masuk via IGD, konsul DPJD dr. Alva Sp.PD :
 IVFD RL 28 tpm makro
 Injeksi Omeprazole 40 mg vial / 12 jam (IV)
 Systenol tablet / 8 jam oral jika demam
 Biocurliv capsul / 8 jam oral
 Pro transfusi trombosit 6 kolf
 Tirah baring
 Observasi ku & ttv
 Pro MRS

Follow Up pasien di ruang perawatan

TANGGAL CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN DAN INSTRUKSI DOKTER

28/12/2019 S : Demam (+),mual (-), muntah (-), batuk (+), pilek (-), pusing (+), nyeri
09.00 kepala (+).
DPJP
O O : Keadaan umum/ kesadaran : Tampak sakit sedang / Compos Mentis

TeTD: 110 /70 mmHg , HR : 86 x per menit, RR : 20 x/menit, Suhu : 37.0°C


Pulmo : Ves +/+ , Rh -/-, Wh -/-
Cor : BJ 1-2 reg (+), murmur (-), gallop (-)
Kepala : SI (-/-) CA (-/-), pupil isokor
Abd : supel , BU (+) n, NT (-)
EXT : Akral hangat, nadi (+), tonus otot baik, rumple leed (+)
LAB/28nov  Hb 9,2 ; plt 4.000 ; IgG/M (+) ; K 3,23 ; OT/PT
A : DHF + Hipokalemia + Hipertransaminase + Anemia +
Trombositopenia Berat
P : IVFD RL 20 tpm
Inj. Omeprazole 2 x 40 mg
Inj. Asam Traneksamat 3 x 500 mg
Biocurliv 3 x 1 tab
Aspar K 1x1 tab
Psidii 3 x 1
Sistenol 3 x 1
Transfusi TC 6 Kolf / Hari
Cek lab : DL/hari ; tgl 30 cek DL di Lab Luar

S : Panas (+) pusing (+).


O O : Keadaan umum/ kesadaran : Tampak sakit sedang / Compos Mentis

Te Tekanan darah : 110 /70 mm Hg , HR : 80 x per menit, RR : 20x per menit,


Suhu : 37.1°C
Pulmo : Ves +/+ , Rh -/-, Wh -/-
Cor : BJ 1-2 reg (+), murmur (-), gallop (-)
Kepala : SI (-/-) CA (-/-), pupil isokor
Abd : supel , BU (+)n, NT (-)
EXT : Akral hangat, nadi (+), tonus otot baik
A : DHF
P : Terapi lanjut
DR/24 Jam

S : Keluhan (-)
O O : Keadaan umum/ kesadaran : Tampak sakit sedang / Compos Mentis

TeTekanan darah : 110 /90 mm Hg , HR : 90 x per menit, RR : 20x per menit,


Suhu : 37°C
Pulmo : Ves +/+ , Rh -/-, Wh -/-
Cor : BJ 1-2 reg (+), murmur (-), gallop (-)
Kepala : SI (-/-) CA (-/-), pupil isokor
Abd : supel , BU (+)n, NT (-)
EXT : Akral hangat, nadi (+), tonus otot baik
A : DHF
P : Rencana pulang jika trombosit meningkat.
Terapi pulang : vit B1, vit B6, vit B 12 (3X1)
Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam
BAB II

DASAR TEORI

A. Pendekatan Demam1
Demam adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal. Suhu tubuh normal berkisar
antara 36,5oC-37,2oC. Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang berasal dari mikroorganisme atau
suatu hasil reaksi imunologik. Demam pada mamalia dapat menjadi petunjuk bahwa pada
temperatur 39oC, produksi antibodi dan proliferasi sel limfosit-T meningkat 20 kali
dibandingkan dengan keadaan pada temperatur normal. Demam terjadi karena pengaturan
autonom yang menyebabkan vasokonstriksi perifer sehingga pengeluaran panas menurun
serta meningkatnya aktivitas metabolisme yang menyebabkan produksi panas bertambah.
Terdapat beberapa tipe demam yang dapat menunjukkan penyakit tertentu. Tipe
demam tersebut antara lain:

1. Demam septik. Pada demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ke suhu normal pada pagi hari. Demam ini sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat.
2. Demam remiten. Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu normal.
3. Demam intermiten. Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam terjadi setiap dua kali sehari disebut
tersiana, bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu. Pada tipe demam kontinyu, variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih
dari satu derajat.
5. Demam siklik. Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam terkadang dapat dihubungkan dengan suatu penyakit tertentu,
seperti tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam
mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti abses, pneumonia,
infeksi saluran kencing, atau malaria, tetapi terkadang sama sekali tidak dapat dihubungkan
dengan suatu sebab yang jelas. Bila demam disertai keadaan seperti nyeri otot, rasa lemas,
tidak nafsu makan, dan mungkin pilek, batuk, dan nyeri tenggorokan biasanya digolongkan
sebagai influenza atau common cold. Mayoritas pasien demam yang baru saja terjadi
merupakan penyakit yang self limiting oleh virus. Demam tersebut biasanya tiba-tiba tinggi.
Namun harus tetap dipikirkan penyebab lain berupa infeksi bakterial.
Selain infeksi, demam juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan,
reaksi terhadap pemakaian obat, atau gangguan pada pusat regulasi suhu sentral. Pada
perdarahan internal, saat terjadi reabsorpsi darah dapat juga terjadi peningkatan suhu.
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam ketelitian
pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik yang seteliti mungkin,
observasi perjalanan penyakit, dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang
lainnya secara tepat dan holistik. Beberapa hal yang secara khusus perlu diperhatikan pada
demam adalah cara timbul demam, lama demam, sifat harian demam, tinggi demam dan
keluhan serta gejala lain yang menyertai demam.

B. Demam Berdarah Dengue


Demam berdarah (DD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Pada demam berdarah dengue
(DBD) terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue
shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh syok.2

Transmisi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yaitu
virus RNA rantai tunggal yang termasuk ke dalam genus Flavivirus. Terdapat 4 serotipe
virus yaitu DEN 1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia
dengan DEN-3 sebagai serotipe terbanyak.
Berbagai serotipe virus dengue ditransmisikan kepada manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes yang terinfeksi, khususnya Ae. aegypti. Nyamuk Aedes merupakan spesies
tropis dan subtropis yang tersebar luas di seluruh dunia, Stadium imatur ditemukan pada
habitat berair seperti penampungan air. Kebanyakan nyamuk Ae. aegypti betina
menghabiskan masa hidupnya di dalam atau di sekitar rumah sehingga cepat memindahkan
virus ke manusia.2,3
Epidemiologi
Dengue merupakan penyakit virus yang disebarkan oleh nyamuk dan penyebarannya
paling cepat. Dalam 50 tahun angka kejadian DBD sudah meningkat 30 kali dan terjadi
perluasan penyebaran ke negara-negara baru. Diperkirakan terjadi 50 juta infeksi dengue
setiap tahun dan 2,5 milyar orang tinggal di negara endemik dengue. Indonesia merupakan
wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Pada tahun 2007 terdapat
150.000 kasus dengan 25.000 kasus dilaporkan dari Jakarta dan Jawa Barat. Case fatality rate
diperkirakan sekitar 1%. Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi
lingkungan yang kurang dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu
bejana berisi air jernih.3

Patogenesis3
Setelah inkubasi selama 4 hingga 10 hari, infeksi oleh salah satu serotipe virus dengue
dapat menghasilkan penyakit berspektrum luas meskipun infeksi dapat juga bersifat
asimptomatis atau subklinis. Infeksi primer diduga dapat menginduksi imunitas seumur hidup
terhadap serotipe yang menginfeksi. Faktor risiko individual menentukan keparahan penyakit
seperti infeksi sekunder, usia, etnis, dan penyakit kronis (asma bronchial, anemia sel sabit,
dan diabetes melitus). Anak lebih tidak dapat mengkompensasi kebocoran kapiler sehingga
lebih berisiko mengalami syok dengue.
Virus dengue masuk melalui kulit ketika nyamuk yang terinfeksi menghisap darah.
Selama fase akut penyakit, virus ada di dalam darah dan klirensnya bersamaan dengan
penurunan suhu tubuh hingga normal. Respons imun humoral dan selular diduga
berkontribusi terhadap klirens virus melalui pembuatan antibodi penetralisir dan aktivasi
limfosit T CD4 dan CD8. Selain itu, perlindungan pejamu inate dapat membatasi infeksi.
Setelah infeksi, antibodi spesifik serotipe dan cross-reactive dan sel T CD4 dan CD8 akan
bertahan selama beberapa tahun.
Kebocoran plasma, hemokonsentrasi, dan abnormalitas homeostasis menandai
terjadinya dengue berat. Mekanisme yang menyebabkan parahnya penyakit tidak diketahui,
namun diduga diperankan oleh respons imun, genetik dan karakteristik dari virus.
Data terakhir menyatakan bahwa aktivasi sel endothelial dapat memediasi kebocoran
plasma. Kebocoran plasma diduga berhubungan dengan gangguan fungsi sel endotel.
Aktivasi monosit dan sel T yang terinfeksi, sistem komplemen dan produksi mediator,
monokin, sitokin, dan reseptor yang terlarut juga berperan dalam disfungsi sel endotel.
Trombositopenia dapat dihubungkan dnegan perubahan dalam megakaryositopoiesis
oleh infeksi sel hematopoietik dan gangguan pertumbuhan sel progenitor yang menyebabkan
disfungsi platelet (aktivasi dan agregasi platelet), peningkatan destruksi atau konsumsi
(sekuestrasi perifer dan konsumsi). Perdarahan merupakan konsekuensi dari trombositopenia
dan disfungsi platetet atau koagulasi intravaskular diseminata.

Gambaran klinis
Infeksi dengue adalah penyakit sistemik dengan berbagai variasi gejala klinis.
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik, demam yang tidak khas,
demam dengue, demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue. Terdapat tiga fase dalam
penyakit ini setelah masa inkubasi, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase pemulihan.2,3,4

Gambar 1. Perjalanan penyakit infeksi dengue3

1. Fase demam
Pada fase demam, sebagian besar pasien mengalami demam yang tinggi dan biasanya
terjadi secara mendadak. Fase ini biasanya berlangsung selama 2 sampai 7 hari dan sering
disertai dengan gejala kemerahan pada wajah dan kulit, nyeri di seluruh badan, mialgia,
artralgia, dan sakit kepala. Terkadang muncul keluhan sakit tenggorokan, kemerahan pada
faring, dan injeksi konjungtiva. Mual, muntah dan nafsu makan turun sering terjadi. Fase
awal demam seringkali sulit dibedakan dengan demam yang disebabkan oleh penyebab lain.
Kemungkinan dengue dapat meningkat apabila ditemukan hasil yang positif pada tes
tourniquet. Pada fase ini, tidak dapat dibedakan gambaran klinis antara DBD parah dengan
DBD yang tidak parah. Oleh karena itu, monitoring tanda bahaya dan parameter klinis lain
penting dilakukan untuk mengenali progresi menuju fase kritis.

Gambar 2. Tanda bahaya infeksi dengue3


Manifestasi hemoragik ringan seperti petekie dan perdarahan mukosa dapat terjadi.
Perdarahan vagina masif pada wanita usia reproduksi dan perdarahan gastrointestinal dapat
terjadi namun jarang. Hati seringkali membesar dan lunak setelah beberapa hari demam.
Abnormalitas paling awal pada pemeriksaan darah perifer lengkap yaitu penurunan jumlah
leukosit.
2. Fase kritis
Saat terjadi penurunan suhu tubuh menjadi normal, yaitu sekitar 37,5-38oC atau
kurang dan bertahan di suhu tersebut yang umumnya terjadi pada hari ke-3 hinga 7, dapat
terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang diikuti oleh peningkatan kadar hematokrit. Hal
ini merupakan penanda dimulainya fase kritis. Periode kebocoran plasma yang signifikan
biasanya berlangsung selama 24-48 jam.
Leukopenia progresif yang diikuti oleh penurunan jumlah trombosit secara cepat
biasanya terjadi sebelum kebocoran plasma. Pada saat tersebut, pasien tanpa peningkatan
permeabilitas kapiler akan membaik, namun pasien dengan peningkatan permeabilitas kapiler
dapat memburuk karena berkurangnya volume plasma. Derajat kebocoran plasma yang
terjadi dapat sangat bervariasi. Efusi pleura dan asietes dapat terdeteksi tergantung pada
derajat kebocoran plasma dan volume terapi cairan. Jumlah peningkatan hematokrit
seringkali menunjukkan keparahan kebocoran plasma.
Syok terjadi ketika sejumlah besar plasma hilang karena kebocoran. Syok biasanya
diawali oleh tanda bahaya. Suhu tubuh biasanya subnormal ketika syok terjadi. Jika syok
lama terjadi, terjadi hipoperfusi organ yang dapat menyebabkan kerusakan organ progresif,
asidosis metabolik, dan koagulasi intravaskular diseminata. Hal ini menyebabkan perdarahan
yang lebih berat sehingga hematokrit turun. Selain itu leukosit juga dapat meningkat.
Gangguan organ yang berat seperti hepatitis, ensefalitis, atau miokarditis dan atau perdarahan
berat dapat juga terjadi tanpa syok atau kebocoran plasma yang terlihat.
Pasien yang membaik setelah penurunan suhu tubuh dikategorikan mengalami demam
dengue yang tidak parah. Beberapa pasien berprogres menjadi fase kritis tanpa penurunan
suhu sehingga harus diperhatikan perubahan profil darah perifer lengkap untuk menentukan
onset fase kritis dan kebocoran plasma. Pasien yang memburuk akan bermanifestasi dengan
tanda bahaya. Kasus dengue dengan tanda bahaya dapat pulih dengan rehidrasi intravena
segera. Namun, beberapa kasus dapat memburuk sehingga menjadi dengue berat.
3. Fase pemulihan
Jika pasien bertahan setelah fase kritis, akan terjadi reabsorbsi gradual dari cairan di
ekstravaskular yang berlangsung selama 48 hingga 72 jam. Kondisi umum membaik, nafsu
makan kembali normal, keluhan gastrointestinal berkurang, status hemodinamik stabil, dan
terjadi diuresi.
Hematokrit kembali normal atau turun karena efek dilusi carian yang direabsorbsi.
Leukosit mulai meningkat, jumlah trombosit juga meningkat namun lebih lambat.
Gangguan respirasi karena efusi pleura masif dan asites dapat terjadi jika cairan
intravena diberikan terlalu banyak. Selama fase kritis dan atau pemulihan, terapi cairan yang
berlebih berhubungan dengan edema pulmonary atau gagal jantung kongestif.
Derajat penyakit infeksi virus dengue terlihat pada tabel 1.
Diagnosis
Untuk mendiagnosis DD atau DBD, diperlukan anamnesis yang lengkap untuk
mendapat riwayat perjalanan penyakit seperti karakteristik demam, gangguan yang
menyertai, dan tanda bahaya. Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengonfirmasi
dan menemukan perubahan fisik yang terjadi seperti kesadaran, status hidrasi, status
hemodinamik, pernapasan, manifestasi perdarahan, dan tes tourniquet. Selain itu, untuk
menegakkan diagnosis diperlukan juga pemeriksaan penunjang.3 Pemeriksaan darah yang
rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam dengue adalah pemeriksaan darah
perifer lengkap. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (kultur sel) ataupun
deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik reverse transcriptase polymerase chain
reaction (RT-PCR) pada saat viremia (3-5 hari), namun karena sulit dilakukan, saat ini tes
serologis yang digunakan adalah deteksi antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi
total, IgM maupun IgG. IgM terdeteksi mulai hari ke-3 hingga 5, meningkat sampai minggu
ke-3 dan menghilang setelah 60-90 hari. IgG pada infeksi primer mulai terdeteksi pada hari
ke-14, sementara pada infeksi sekunder mulai terdeteksi pada hari ke-2.2,4
Setelah diagnosis ditegakkan, harus dilakukan penilaian pasien berada pada fase apa
dan keparahan penyakit. Oleh karena itu, pada beberapa kondisi perlu dilakukan pemeriksaan
hemostasis, elektrolit, fungsi ginjal dan hati, analisa gas darah, serta pemeriksaan radiologis
(foto toraks, USG abdomen).2,4

Gambar 3. Grafik antibodi terhadap dengue3


Diagnosis banding untuk infeksi dengue antara lain demam tifoid, campak, influenza,
chikungunya, dan leptospirosis.2
Tatalaksana
Hilangnya plasma dari kompartemen vaskular yang disebabkan peningkatan akut
permeabilitas vaskular merupakan patofisiologi abnormal paling utama dari DBD. Terdapat
tiga perubahan homeostasis pada DBD antara lain perubahan vaskular, trombositopenia, dan
kelainan koagulasi sehingga penggantian kehilangan plasma yang dini dan efektif dengan air
dan cairan elektrolit merupakan pilihan yang tebaik pada kebanyakan kasus sehingga dapat
bersifat reversible. Prognosis bergantung terutama pada deteksi awal dan penanggulangan
syok. Karena syok hanya terjadi pada sekitar sepertiga pasien saja, maka tidak semua pasien
DBD harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Timbulnya demam tinggi, anoreksia, dan muntah pada pasien merupakan penyebab
dari dehidrasi. Cairan elektrolit pengganti atau jus buah biasanya lebih disukai oleh pasien
daripada air putih. Antipiretik dapat diberikan untuk mengurangi demam.
Menurut WHO, tatalaksana pasien dengue dibagi menjadi 3 kategori yaitu grup A
(pasien yang dapat rawat jalan), grup B (pasien yang harus dirawat inap), dan grup C (pasien
yang memerlukan penanganan emergensi). Tatalaksana yang diberikan berdasarkan
kelompoknya terlihat pada tabel-tabel di bawah ini.
Sementara itu, pedoman tatalaksana menurut Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit
Dalam Indonesia dan Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan
Onkologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, protokol penatalaksanaan DBD
pada pasien dewasa dibagi menjadi 5 kategori yaitu: protokol 1 (penanganan tersangka DBD
dewasa tanpa syok), protokol 2 (pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang
rawat), protokol 3 (penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >20%), protokol 4
(penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa), dan protokol 5 (tatalaksana
sindrom syok dengue pada dewasa.

Anda mungkin juga menyukai