ARITMIA
Disusun Oleh :
Dokter Pendamping :
dr. Resmanto
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Pada hari ini tanggal 26 Juli 2016 di Wahana RS PT SRI PAMELA MEDIKA
NUSANTARA telah dipresentasikan portofolio oleh :
Nama : dr. Steven Chandra
Kasus : Aritmia
Topik : Kardiologi
Nama Pendamping : dr. Resmanto
Nama Wahana : RS PT SRI PAMELA MEDIKA NUSANTARA
No Nama Peserta Tanda tangan
1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Mengetahui,
Dokter Internship Dokter Pendamping
Hasil Pembelajaran :
a. Definisi Aritmia
b. Etiologi Aritmia
c. Klasifikasi Aritmia
d. Pathogenesis Aritmia
e. Gambaran Klinis Aritmia
f. Diagnosis Aritmia
g. Penatalaksanaan Aritmia
Etiologi Aritmia
Etiologi disritmia dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh: (Price & Wilson, 2006)
3. Karena obat (intoksikasi antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti aritmia
lainnya.
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung.
11. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis system konduksi
jantung).
Penyebab dari aritmia jantung biasanya satu atau gabungan dari kelainan berikut ini
dalam sistem irama-konduksi jantung : (Noer Sjaifoellah, 1996)
2) Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.
5) Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hamper semua bagian jantung.
Klasifikasi Aritmia
1. Disritmia nodus sinus, terdiri dari: (Noer Sjaifoellah, 1996)
a) Bradikardi sinus
b) Penurunan laju depolarisasi atrium. Bila frekuensi jantung yang lambat
mengakibatkan perubahan hemodinamika yang bermakna, sehingga menimbulkan
sinkop (pingsan), angina, atau disritmia ektopik, maka penatalaksanaan ditujukan
untuk meningkatkan frekuensi jantung.Bila penurunan frekuensi jantung diakibatkan
oleh stimulasi vagal (stimulasi saraf vagul) seperti jongkok saat buang air besar atau
buang air kecil, penatalaksanaan harus diusahakan untuk mencegah stimulasi vagal
lebih lanjut.
c) Takikardi sinus
d) Meningkatnya aktivitas nodus sinus. Begitu frekuensi jantung meningkat, maka waktu
pengisian diastolic menurun, mengakibatkan penurunan curah jantung dan kemudian
timbul gejala sinkop dan tekanan darah rendah. Bila frekwensi tetap tinggi dan
jantung tidak mampu mengkompensasi dengan menurunkan pengisian ventrikel,
pasien dapat mengalami edema paru akut.
Gangguan irama jantung secara elektrofisiologi dapat disebabkan oleh: (Price & Wilson,
2006)
Gangguan ini dapat terjadi secara aktif atau pasif. Bila gangguan rangsang terbentuk secara
aktif di luar urutan yang jaras hantaran normal, seringkali menimbulkan gangguan irama
ektopik, dan bila terbentuk secara pasif sering menimbulkan escape rhythm (irama
pengganti).
۩ Irama ektopik timbul karena pembentukan rangsang ektopik secara aktif dan fenomena
reentry.
۩ Escape beat (denyut pengganti) ditimbulkan bila rangsang normal tidak atau belum sampai
pada waktu tertentu dari irama normal, sehingga bagian jantung yang belum atau tidak
mendapat rangsang itu bekerja secara otomatis untuk mengeluarkan rangsangan intrisik yang
memacu jantung berkontraksi. Kontraksi inilah yang dikenal sebagai denyut pengganti
(escape beat).
۩ Active ectopic firing terjadi pada keadaan dimana terdapat kenaikan kecepatan automasi
pembentukan rangsang pada sebagian otot jantung yang melebihi keadaan normal, atau
mengatasi irama normal.
۩ Reentry terjadi bila pada sebagian otot jantung terjadi blockade indirectional (blockade
terhadap rangsang dalam arah antegrad), dimana rangsang dari arah lain dapat masuk kembali
secara retrograde melalui bagian yang mengalami blockade tadi. Setelah masa refrakternya
dilampaui. Keadaan ini menimbulkan rangsang baru secara ektopik. Bila reentry terjadi
secara cepat dan berulang-ulang atau tidak teratur (pada beberapa tempat), maka dapat
menimbulkan keadaan takikardi ektopik atau fibrilasi.
Kelainan irama jantung dapat disebabkan oleh hambatan pada hantaran (konduksi) aliran
rangsang yang disebut blockade. Hambatan tersebut mengkibatkan tidak adanya aliran
rangsang yang sampai ke bagian miokard yang seharusnya menerima rangsang untuk dimulai
kontraksi. Blockade ini dapat terjadi pada tiap bagian system hantaran rangsang mulai dari
sinus SA, sinus AV, berkas his, dan serabut purkinjedalam miokard.
Gangguan irama jantung dapat terjadi sebagai akibat gangguan pembentukan rangsang
bersama gangguan hantaran rangsang.
1. Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi), nadi mungkin tidak teratur, defisit nadi, bunyi
jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, kulit pucat, sianosis, berkeringat,
edema; keluaran urine menurun bila curah jantung menurun berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat anti angina, gelisah.
Diagnosis Aritmia
Pemeriksaan penunjang pada gangguan irama jantung yaitu : (American Heart Association,
1999)
Penatalaksanaan Aritmia
Pada prinsipnya tujuan terapi aritmia adalah : (American Heart Association, 1999)
Ada beberapa jenis obat yang tersedia untuk mengendalikan aritmia. Pemilihan obat harus
dilakukan dengan hati-hati karena mereka pun memiliki efek samping. Beberapa di antaranya
justru menyebabkan aritimia bertambah parah. Evaluasi terhadap efektivitas obat dapat
dikerjkan melalui pemeriksaan EKG (pemeriksaan listrik jantung). (American Heart
Association, 1999)
Kelas 1 A
- Quinidin : adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah
berulangnya atrial fibrilasi atau flukter.
- Procainamide : untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmia yang menyertai
anestesi.
- Dyspiramide : untuk SVT akut dan berulang.
Kelas 1 B
- Lignocain : untuk aritmia ventrikel akibat iskemia iskemia ventrikel takikardia.
- Mexiletine : untuk aritmia ventrikel dan VT.
Kelas 1 C
- Flecainide : untuk ventrikel ektopik dan takikardi. 2.
Atenol, Metroprolol, Propanolol : indikasi aritmia jantung, angina pektoris dan hipertensi.
b. Terapi Mekanis
1. Kardioversi
Mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki
kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif. Kardioversi mencakup
pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks QRS,
biasanya merupakan prosedur elektif. Pasien dalam keadaan sadar dan diminta
persetujuannya.
2. Defibrilasi
Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi ventrikel apabila tidak ada irama jantung
yang terorganisasi. Defibrilasi akan mendepolarisasi secara lengkap semua sel
miokard sekaligus, sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali
fungsinya sebagai pacemaker.
3. Defibrilator Kardioverter Implantabel
suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang
mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4. Terapi Pacemaker
Alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk
mengontrol frekuensi jantung.
5. Pembedahan Hantaran Jantung
4. Plan
Diagnosis : berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien
ini didiagnosis aritmia.
Pengobatan : pengobatan dengan IVFD RL 20 gtt/i mikro, Inj. Ranitidin 1 Amp / 12 jam,
Persiapan Kardioversi : Inj. Miloz 5 cc (5 mg), Kardioversi sync 100 J - 150 J
Pendidikan : diberikan pemahaman pada pasien dan keluarganya bahwa penyakit ini perlu
ditangani secara menyeluruh oleh dokter ahli.
Konsultasi : perlunya konsultasi dengan dokter spesialis kardiologi dalam untuk upaya
penanganan kuratif.
Rujukan : direncakan jika proses berlanjut atau timbul komplikasi dan memerlukan tindakan
segera, dapat dirujuk ke RS yang lebih memadai dan memiliki dokter spesialis kardiologi.