Anda di halaman 1dari 19

JOURNAL READING

PATOFISIOLOGI BENIGN PROSTAT


HIPERPLASIA
Disusun Oleh:
Laili Isro’ Hartami (014.06.0047)

Pembimbing:
dr. Ida Bagus Pramana, Sp.B

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA SMF


BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DERAH BANGLI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM TAHUN 2021
ABSTRAK
• Benign Prostat Hiperplasia, terjadi anatomi yang abnormal yaitu adenoma
prostat atau adenomata, yang mengakibatkan berbagai derajat obstruksi benign
prostat (BPO) dan dapat menyebabkan kerusakan pada kandung kemih atau
BPH ginjal.

• USG transabdominal non-invasif (TAUS).


DIAGNOSIS

• Tingkat keparahan penyakit BPH secara klinis dapat diklasifikasikan ke dalam


stadium I hingga IV untuk manajemen penatalaksanaan lebih lanjut.
KLASIFIKASI

Kata kunci: patofisiologi, benign prostat hiperplasia (BPH), tingkatan (grade), stadium, definisi, keterkaitan klinis.
PENDAHULUAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa adenoma prostat adalah penyebab
klinis BPH, mengakibatkan berbagai tingkat obstruksi dengan atau
tanpa gejala. Jika obstruksi berat, bisa membahayakan kandung kemih
dan ginjal. Oleh karena itu, intervensi diperlukan untuk mencegah hal
ini.

Kebutuhan intervensi tergantung pada kondisi penyakit: mengancam


nyawa, mempengaruhi fungsi organ, mempengaruhi kualitas hidup
pasien (QoL)
DEFINISI BPH
• BPH adalah hiperplasia nodular, yang mempengaruhi zona transitional dan periuretral pada
prostat. Bergabung membentuk adenomata. Adenomata dari zona transitional membentuk lobus
lateral sedangkan adenomata dari zona periurethral membentuk lobus tengah. BPH
menimbulkan obstruksi akibat kompresi serta distorsi saluran keluar kandung kemih.
• Faktor ketiga yang dapat berperan dalam obstruksi saluran keluar kandung kemih (BOO) adalah
penurunan elastisitas serat dan kolagen pada uretra prostat.
Gambar 2 Gambaran adenoma prostat secara sagital

Gambar 1 Obstruksi saluran keluar kandung kemih


tergantung pada lokasi adenoma di prostat.
DIAGNOSIS KLINIS BPH

• BPH dapat dicurigai pada pemeriksaan rektal jika prostat lebarnya lebih dari 2 jari dan memiliki
konsistensi yang halus, dan pasien memiliki laju aliran urin rata-rata yang buruk.
Gambar. 3 USG transabdominal (TAUS) mengukur
volume prostat (PV) dan tonjolan prostat intravesika (IPP).

• PV diukur dalam (g) dengan menelusuri


area prostat pada tampilan melintang untuk
mendapatkan perkiraan ukuran prostat
menggunakan rumus ellipsoid: Grade a,
≤20 g; b, >20-40 g; c, >40 g.
• Tampilan sagital, IPP diukur dalam (mm)
dari ujung paling dalam dari adenoma
prostat sampai ke dasar prostat dilingkar
kandung kemih: Grade 1, ≤5 mm; 2, >5-10
mm; 3, >10 mm

Tampak melintang Tampak sagital


FENOTIPE KLINIS BPH UNTUK PROGNOSTIKASI
• Adenoma prostat dapat difenotipe menurut IPP dan PV. Telah dibuktikan dan divalidasi bahwa
semakin besar IPP, maka semakin besar obstruksi.
• IPP meningkat dengan PV tetapi terdapat pengecualian penting, yaitu prostat kecil yang hanya
timbul dari zona periuretra. Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan prostat grade 3a
(IPP tinggi tetapi PV kecil) kemungkinan besar akan mengalami obstruksi (82%), obstruksi
didefinisikan sebagai laju aliran puncak <10 mL/s. Pasien dengan prostat grade 1a
kemungkinannya paling kecil mengalami obstruksi yaitu 21% sedangkan 64% pasien dengan
prostat grade 3c mengalami obstruksi. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk prostat (IPP) lebih
penting dari pada PV, karena distorsi oleh IPP menyebabkan lebih banyak obstruksi dari pada
kompresi oleh lobus lateral prostat yang besar.
KLASIFIKASI KEPARAHAN BPH
• Stadium I: Pasien tidak memiliki obstruksi yang berarti dan tidak ada gejala yang mengganggu.
Dapat diobservasi dan diberi KIE.
• Stadium II: Pasien tidak mengalami obstruksi signifikan tetapi memiliki gejala yang
mengganggu. Dapat diobati sesuai gejalanya dengan obat-obatan (α blokers).
• Stadium III: Pasien mengalami obstruksi signifikan terlepas dari gejalanya. Membutuhkan
perawatan yang lebih agresif (5-α reductase inhibitor), ditawarkan pilihan untuk pembedahan.
• Stadium IV: Pasien mengalami komplikasi klinis BPH seperti retensi urin (akut atau kronis),
batu kandung kemih, perdarahan berulang atau infeksi saluran kemih berulang. Membutuhkan
intervensi bedah
KETERKAITAN KLINIS

• Menggunakan sistem tingkatan atau grade dan stase untuk menentukan fenotipe dan klasifikasi
keparahan klinis BPH, sebagian besar pasien (59%) yaitu 408 pasien diawasi dan diberi
konseling, 32% diterapi secara medis sementara 9% diperlukan intervensi bedah. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 1981, tentang riwayat prostatisme (istilah lama
untuk LUTS/BPH) yang menunjukkan bahwa dari 107 pasien yang di follow up selama 5
tahun, 32% membaik, 52% tetap stabil dan 16% memburuk, 9% membutuhkan operasi.
• Pengukuran IPP memungkinkan kita untuk memprediksi dengan lebih akurat pada evaluasi
awal, kondisi pasien mana yang akan menurun dan mana yang mungkin akan stabil/membaik.
• Patologi klinis BPH pada dasarnya adalah PA yang
menyebabkan perubahan fisiologis yaitu variasi derajat
obstruksi saluran keluar kandung kemih dengan atau
tanpa LUTS. BPH secara klinis dapat dibedakan dari
KESIMPULAN penyebab lain LUTS pria dengan menggunakan TAUS
non-invasif dan uroflowmetri di klinik. Dengan IPP,
PVRU dan IPSS/QoL, penyakit ini dapat difenotipe dan
diklasifikasikan menurut tingkat keparahannya untuk
manajemen tatalaksana yang lebih hemat biaya.

KONFLIK • Penulis menyatakan bahwa tidak ada konflik


KEPENTINAGN kepentingan.
UCAPAN TERIMAKASIH

• Penulis mengucapkan terima kasih kepada National Medical Research Council


of Singapore, Goh Foundation dan Lee Foundation atas bantuan keuangan
mereka, dan terima kasih kepada Ibu Mei Ying Ng dan Dr Hong Hong Huang
atas dukungan editorialnya.
TELAAH JURNAL
ANALISIS PICO
Jurnal ini membahas mengenai patofisiologi BPH dengan masalah utama apakah
P kelainan anatomi (patologi) yang menyebabkan fungsi abnormal pada BPH dan pada
akhirnya dapat membahayakan pasien?

Ini adalah sebuah jurnal yang membahas mengenai patofisiologi BPH dan didukung
I dengan beberapa hasil laporan kasus pasien, sehingga tidak ada pemberian intervensi
langsung kepada pasien.

Pada jurnal ini tidak ada pembanding (grup kontrol) yang terdiri dari kasus pasien
C tanpa klinis BPH dalam satu waktu.
CONT…
Pada jurnal ini menghasilkan kesimpulan yaitu patologi klinis BPH pada dasarnya
adalah PA yang menyebabkan perubahan fisiologis seperti variasi derajat obstruksi
O saluran keluar kandung kemih dengan atau tanpa LUTS. BPH secara klinis dapat
dibedakan dari penyebab lain LUTS pria dengan menggunakan TAUS non-invasif dan
uroflowmetri di klinik. Dengan IPP, PVRU dan IPSS/QoL, penyakit ini dapat difenotipe
dan diklasifikasikan menurut tingkat keparahannya untuk manajemen tatalaksana yang
lebih hemat biaya.
KELEBIHAN JURNAL
• Ini merupakan jurnal yang membahas mengenai patofisiologi BPH, metode
diagnosisnya, dan disertai dengan beberapa hasil penelitian sebagai
penunjangnya sehingga ilmu yang disajikan sangat bermanfaat bagi para tenaga
medis.

KEKURANGAN JURNAL
• Penulisan di dalam jurnal banyak menggunakan singkatan sehingga perlu
memahami kepanjangannya terlebih dahulu agar lebih mempermudah dalam
memahami isi jurnal ini.

Anda mungkin juga menyukai