Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN BPH


THIS MADE BY GROUP 10
POINT – POINT PEMBAHASAN
1. Pengertian BPH
2. Etiologi BPH
3. Klasifikasi BPH
4. Manifestasi klinis BPH
5. Patifisiologi dari BPH
6. Pemeriksaan Penunjang Pada Pasien BPH
7. Penatalaksanaan medis BPH
8. Komplikasi BPH
9. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan BPH
Apa Sih BPH itu ?
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau dalam
bahasa umumnya dinyatakan sebagai pembesaran
prostat jinak (PPJ), merupakan suatu penyakit yang
biasa terjadi pada rentan usia 40 tahun pada pria.
Ini di lihat dari frekuensi terjadinya BPH di dunia,
di Amerika secara umum dan di Indonesia secara
khususnya.

Di dunia, diperkirakan bilangan penderita BPH


adalah seramai 30 juta, bilangan ini hanya pada
kaum pria kerana wanita tidak mempunyai
kalenjar prostat, maka oleh sebab itu, BPH hanya
terjadi pada kaum pria (emedicine,2009).
Apa Itu Kelenjar Prostat ?
Kelenjar prostat adalah bagian sistem reproduksi pria yang berfungsi
memproduksi cairan yang memberi nutrisi dan mengangkut sperma.
Kelenjar prostat terletak tepat di bawah kandung kemih pria dan
mengelilingi bagian atas tabung yang mengalirkan urine dari
kandung kemih (uretra)
BPH MENURUT PARA AHLI

C. Long, 1996 :331


Sabiston, David C, 1994 BPH adalah pembesaran adenomatous dari
Hiperplasia prostat adalah pembesaran prostat yang jinak kelenjar prostat, lebih dari setengahnya dan orang
bervariasi berupa hiperplasia kelenjar atau hiperplasia yang usianya diatas 50 tahun dan 75 % pria yang
fibromuskular. Namun orang sering menyebutnya dengan usianya 70 tahun menderita pembesaran prostat
hipertropi prostat namun secara histologi yang dominan
adalah hyperplasia

Price&Wilson (2005)
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah
penyakit yang disebabkan oleh penuaan
Doenges, 1999 Brunner and Suddart, 2001
BPH adalah suatu keadaan dimana kelenjar
prostat mengalami pembesaran, memanjang
ke atas ke dalam kandung kemih dan
menyumbat aliran urine dengan menutupi
orifisium uretra
Hiperplasia prostat adalah pembesaran progresif dari
kelenjar prostat ( secara umum pada pria > 50 tahun)
yang menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretra
dan pembiasan aliran urinarius.
ETIOLOGI
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti etiologi/penyebab
terjadinya BPH, namun beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat
kaitanya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses
menua. Terdapat perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria
usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi
perubahan patologik anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun, dan angka
kejadiannya sekitar 50%, untuk usia 80 tahun angka kejadianya sekitar 80%,
dan usia 90 tahun sekitar 100% (Purnomo, 2011)
KLASIFIKASI BPH
Menurut Rumahorbo (2000)

1. Derajat Rektal
Derajat rektal di pergunakan sebagai ukuran dari pembesaran kelenjar prostat ke arah
rektum.
1. Derajat 0        : Ukuran pembesaran prostat 0-1 cm  
2. Derajat I       : Ukuran pembesaran prostat 1-2 cm
3. Derajat II          : Ukuran pembesaran prostat 2-3 cm  
4. Derajat III        : Ukuran pembesaran prostat 3-4 cm  
5. Derajat IV        : Ukuran pembesaran prostat lebih dari 4 cm
2. Derajat Klinik
Derajat klinik berdasarkan kepada residual urine yang terjadi. Klien disuruh BAK
sampai selesai dan puas, kemudian dilakukan katerisasi. Urine yang keluar dari
kateter disebut sisa urine atau residual urine.

1. Normal sisa urine adalah nol 


5. Derajat IV telah terjadi retensi total atau klien
2. Derajat I sisa urine 0-50 ml tidak dapat BAK sama sekali
3. Derajat II sisa urine 50-100 ml 6. Derajat Intra Vesikal ; Derajat ini dapat
ditentukan dengan mempergunakan foto rontgen
4. Derajat III sisa urine 100-150 ml atau cystogram, panendoscopy.

7. Derajat Intra Uretral ; Derajat ini dapat ditentukan


dengan menggunakan panendoscopy untuk
melihat sampai seberapa jauh lobus lateralis
menonjol keluar lumen uretra. Pada stadium ini
telah terjadi retensio urine total.
Manifestasi Klinik
1. Keluhan
a. Gejalapada saluran
obstruksi kemih
meliputi bagianurin,
: Retensi bawahhesitansi
(sulit memulai miksi), pancaran, miksi lemah.
Intermiten dan miksi tidak puas

b. Gejala iritasi meliputi : Frekuensi, nokturia, urgensi


(perasaan ingin miksi yang sangat mendesak) dan
disuria (nyeri pada saat miksi)

2. ●Gejala pada saluran kemih bagian atas


Keluhan akibat hiperplasia prostat pada saluran kemih
bagian atas berupa adanya gejala obstruksi, seperti nyeri
pinggang, benjolan dipinggang atau demam yang
merupakan tanda infeksi

3. Gejala diluar saluran kemih


Center Center Center
Pasien datang diawali dengan keluhan
1 2 3 penyakit hernia inguinalis atau hemoroid.
PATOFISIOLOGI
Hiperplasia prostat adalah pertumbuhan nodul-nodul
fibroadenomatosa majemuk dalam prostat, pertumbuhan
tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai
proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan
kelenjar normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik
terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan
otot polos yang jumlahnya berbeda-beda. Proses
pembesaran prostad terjadi secara perlahan-lahan
sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi
secara perlahan-lahan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Purnomo (2011) dan Baradero dkk (2007)

1. Laboratorium
c. Pemeriksaan prostate specific
b. Pemeriksaan faal ginjal,
a. Analisi urin dan pemeriksaan antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar
untuk mengetahui kemungkinan
mikroskopik penentuan perlunya biopsy atau sebagai
adanya penyulit yang menegenai
deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA
saluran kemih bagian atas.
<4ng/ml tidak perlu dilakukan biopsy.
 
2. Radiologis/pencitraan

 
b. Pemeriksaan Pielografi c. Pemeriksaan USG transektal
a. Foto polos abdomen
intravena ( IVP )
PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Sjamsuhidjat (2005) dalam penatalaksanaan pasien dengan
BPH tergantung pada stadium-stadium dari gambaran klinis

Stadium I Stadium II
Pada stadium ini biasanya belum Pada stadium II merupakan indikasi
memerlukan tindakan bedah, untuk melakukan pembedahan
diberikan pengobatan konservatif, biasanya dianjurkan reseksi endoskopi
misalnya menghambat adrenresptor melalui uretra (trans uretra).
alfa seperti alfazosin dan terazosin

Stadium III Stadium IV


Pada stadium III reseksi endoskopi Pada stadium IV yang harus dilakukan
dapat dikerjakan dan apabila adalah membebaskan penderita dari
diperkirakan prostat sudah cukup besar, retensi urin total dengan memasang
Sebaiknya dilakukan pembedahan kateter atau sistotomi.
terbuka.
KOMPLIKASI
Menurut Sjamsuhidajat dan De Jong (2005)

1 Infeksi saluran kemih 3 Refluk kandung kemih

4
Retensi urin akut, terjadi 2 Involusi kontraksi kandung
kemih
apabila buli-buli menjadi
dekompensasi
KOMPLIKASI

5 6 
Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi Gagal ginjal bisa dipercepat
karena produksi urin terus berlanjut maka jika terjadi infeksi
pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi
menampung urin yang akan mengakibatkan
tekanan intravesika meningkat.

7 8
Hematuri, terjadi karena selalu Hernia atau hemoroid lama-
terdapat sisa urin, sehingga dapat kelamaan dapat terjadi dikarenakan
terbentuk batu endapan dalam buli- pada waktu miksi pasien harus
buli, batu ini akan menambah keluhan mengedan.
iritasi.
ASUHAN
KEPERAWATAN
 

A. PENGKAJIAN Alamat : Desa Batu Mak Jage Kec.


1. Pengumpulan Data Tebas
a. Identitas pasien Pekerjaan : Petani
Nama : Tn “S” Tanggal masuk : 10 Juli 2014
Umur : 73 tahun Tanggal pengkajian : 14 Juli 2014
Jenis kelamin : Laki-laki Diagnosa medis : Benigna Prostat Hyperplasia (BPH)
Agama : Islam Dokter penanggung jawab : dr. Eka S. Sp.B
Suku : Melayu
Pendidikan : Sekolah b Identitas penanggung jawab
Dasar (SD)
Nama : Tn “M”
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien: Cucu
1. Riwayat Penyakit
a. Alasan masuk rumah sakit sakit
Klien mengeluh susah BAK ± 1 tahun.
Pasien berobat ke Puskesmas lalu dirujuk ke
RSUD Sambas.
b Keluhan saat dikaji
Pasien mengatakan nyeri pada bagian c Riwayat penyakit dahulu
bekas luka operasi. Pasien meringis kesakitan.
Pasien tidak pernah
P : saat ditekan dan beraktivitas mengalami penyakit kronis
Q : seperti ditusuk jarum sebelumnya.

R : dibagian abdomen bawah (kandung d Riwayat kesehatan


kemih) luka operasi keluarga

S : 5-6 Keluarga pasien tidak ada


yang menderita BPH.
T : intermitten
1. Data Biologis
a. Pola nutrisi
SMRS : Pasien makan 3x sehari dengan menu bervariasi.
MRS : Pasien makan 3x sehari, dengan porsi yang disediakan rumah sakit.
b Pola minum
SMRS : Pasien minum 1,5-2 liter/hari.
MRS : Pasien minum 1-1,5 liter/hari.
c Pola eliminasi
SMRS : Pasien BAB 1-2x/hari, BAK bisa lebih 10-15 x/hari dengan keluhan
urin keluar sedikit-sedikit.
MRS : Pasien BAB 1 kali setelah operasi, terpasang kateter triway no. 22
dengan karakteristik warna urin kuning jernih, 500 ml/hari, kadang-kadang terasa
nyeri saat BAK. Pasien terpasang irigasi 30 tpm.
d Pola istirahat/tidur
Waktu tidur
SMRS : Pasien tidur 7-8 jam/hari dan cemas terhadap penyakitnya.
MRS : Pasien tidur sekitar 6-8 jam/hari, dengan penerangan yang cukup.
 
a. Pola hygiene b. Pola aktifitas

- Mandi
SMRS : Pasien mandi 2 x sehari. SMRS : Pasien melakukan aktifitas
MRS : Pasien mandi 1 x sehari
dibantu oleh keluarga. sehari-hari dibantu oleh
- Cuci rambut orang lain.
SMRS : Pasien cuci rambut setap hari
saat mandi MRS : - Pasien melakukan
MRS : Pasien hanya membasahi aktifitas dibantu oleh orang
rambut.
- Gogok gigi lain.
SMRS : Pasien gosok gigi dua kali - Pasien mengatakan tidak bisa melakukan
sehari pagi dan malam.
MRS : Pasien tidak menggosok gigi aktifitas secara mandiri.
- Pasien tampak lemah.
- Pasien tampak kesakitan dalam melakukan
  3. Data Psikologis
2. Data Sosial a. Status emosi
a. Hubungan dengan keluarga Pasien dapat mengendalikan emosi dengan
Baik. baik.
b. Hubungan dengan tetangga b. Peran diri
Baik. Pasien tidak dapat mejalankan peran seagai
kepala keluarga yang baik karena dirawat di
c. Hubungan dengan pasien rumah sakit.
sekitar
Baik. c. Gaya komunikasi
d. Hubungan dengan keluarga Menggunakan bahasa verbal.
pasien lain
Baik. d. Pola Koping
Pertahan tubuh menurun karena proses
penyakit.
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : E4M6V5 (GCS = 15) Compos Mentis
TTV : TD = 120/80 mmHg
N = 80 x/menit
RR = 16 x/menit
S = 36,5 ºC
b. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, beruban, kulit kepala kering, tidak ada ketombe.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b Mata
Inspeksi : Sklera putih, dapat melihat dengan jelas, bola mata simetris, konjungtiva
merah muda, ada reaksi terhadap cahaya (miosis) tidak mengguakan alat
bantu penglihatan, fungsi penglihatan normal.
Palpasi : Tidak nyeri tekan.
c. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan dan pembengkakan.
d. Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada kelainan dikedua telinga, tidak ada lesi dan
serumen.
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
e. Mulut
Inspeksi : Gigi tampak hitam, lidah bersih, mukosa mulut lembab, bibir lembab.
Palpasi : Otot rahang kuat.
f. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri
tekan.
.
i. Thoraks (paru-paru)
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi, respirasi 16 x/m, ada batuk sedikit.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler.
Perkusi : Sonor.
j. Thoraks (jantung)
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : ictus cordis tidak teraba.
Auskultasi : S1 dan S2 reguler.
Perkusi : Batas jantung normal.
a. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, terdapat luka insisi bedah tanggal 11-07-
2014 di abdomen inguinalis kanan dengan karakteristik panjang
luka 8-10 cm jumlah hecting 7 jahitan tidak ada tanda-tanda
infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor). Terpasang drain dengan
produksi ± 50 cc warna merah muda.
Palpasi : ada nyeri tekan di sekitar luka post operatif di abdomen
inguinalis kanan, skala 5-6 (nyeri sedang), teraba hangat di daerah
sekitar luka.
Perkusi : timpani.
Auskultasi : bising usus 6 x/menit.
b. Genetalia
(pasien menolak untuk dikaji).
1. Data Penunjang

LABORATORIUM
14 Juli 2014 Hasil Nilai Normal

Hb 10.0 Lk = 14-16 gr%, Pr = 12-14 gr%


Leucocyt 6.600 5.000-10.000 mm3/drh
Hematokryt 31 % Lk = 47-54 %, Pr = 42-46 %

Eritrocyt 3.71 4,6-6 Jt mm3/drh

RONTGEN
Dari hasil rontgen tanggal 12 Juli 2014 menunjukkan adanya pembesaran
prostat.
1. Pengobatan
 Tramadol 2 x 100 ml (IV)

 Ranitidine 2 x 50 ml (IV)

 As. Tranexamat 3 x 500 mg (IV)

 Cefoprazone 2 x 1 gr (IV).

 NaCl/RL 20 Tpm.
ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O
.
1 DS: Proses pembedahan Nyeri akut
.
- Ps mengatakan nyeri dibagian bekas luka  
 
P : saat ditekan dan beraktivitas
 
Q : seperti ditusuk jarum
Luka insisi pembedahan
R : dibagian abdomen bawah
(kandung kemih) luka operasi  
 
S : 5-6
 
T : intermitten Nyeri
DO:  

- Ps tampak meringis kesakitan


2
.
DS: BPH
DO:    Resiko
- Terdapat luka post operasi pada abdomen bawah. infeksi
- Tampak luka insisi post operasi 11-07-2014 Tindakkan pembedahan 
- Panjang luka 8-10cm  
- Jumlah heating 7 jahitan
- Tidak terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor)
- Terpasang drain Proses inflamasi
TTV  
TD : 120/80 mmHg
Terpapar organisme
RR : 16x/menit
N : 80x/menit
S : 36,7oC
Resiko infeksi
- Leukosit 6.600mm3/drh
 
.
3
DS: Tindakkan Intoleransi
- Ps mengatakan tidak bisa melakukan pembedahan aktifitas
aktifitas secara mandiri  
- Ps mengatakan luka terasa nyeri saat  
melakukan aktifitas
DO: Nyeri
- Ps tampak lemah.  
- Ps tampak kesakitan jika melakukan  
aktivitas.
- Ps terpasang kateter triway no. 22 Susah beraktifitas
- Ps terpasang infus RL 20 tpm.  
 
Intoleransi aktifitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL MASALAH PARAF

DITEMUKAN TERATASI
14 Juli 2014
1. Nyeri akut b/d luka post operasi.

DS:

- Ps mengatakan nyeri dibagian bekas


luka

P : saat ditekan dan beraktivitas

Q : seperti ditusuk jarum

R : dibagian abdomen bawah (kandung


kemih) luka operasi

S : 5-6

T : intermitten

DO:

- Ps tampak meringis kesakitan


2 Resiko infeksi b/d kerusakan jaringan 14 Juli 2014

efek sekunder dari prosedur


pembedahan.

DS:

DO:

- Terdapat luka post operasi pada


abdomen bawah.

- Tampak luka insisi post operasi 11-07-


2014

- Panjang luka 8-10cm

- Jumlah heating 7 jahitan

- Tidak terdapat tanda infeksi (rubor,


dolor, kalor, tumor)

- Terpasang drain

TTV

TD : 120/80 mmHg

RR : 16x/menit

N : 80x/menit

S : 36,7oC

- Leukosit 6.600mm3/drh
14 Juli 2014
3 Intoleran aktivitas b/d nyeri akibat
luka bekas operasi.

DS:

- Ps mengatakan tidak bisa melakukan


aktifitas secara mandiri

- Ps mengatakan luka terasa nyeri saat


melakukan aktifitas

DO:

- Ps tampak lemah.

- Ps tampak kesakitan jika melakukan


aktivitas.

- Ps terpasang kateter triway no. 22

- Ps terpasang infus RL 20 tpm.


INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC RASIONAL
Guidance :  
1. Nyeri akut b/d luka post operasi, Setalah dilakukan tindakan
ditandai dengan: keperawatan 3x24 jam - Kaji skala nyeri 1. Mengetahui skala nyeri
diharapkan nyeri dapat - Kaji TTV setiap 4 jam
 
DS: berkurang atau hilang dengan Support :
kriteria hasil : 2. Mengetahui keadaan
- Ps mengatakan nyeri dibagian bekas - Berikan posisi yang nyaman umum pasien.
- Ds : pasien mengatakan untuk klien.
luka nyeri berkurang dengan  
skala 1-3 Teaching : 3 Memberikan rasa
P : saat ditekan dan - Do : pasien tampak nyamann bagi pasien.
beraktivitas tenang, - Ajarkan manajemen nyeri
TTV dalam batas normal (teknik relaksasi napas dalam  
Q : seperti ditusuk jarum dan teknik distraksi).
  4. Mengalihkan perhatian
Dev. Env : nyeri.
R : dibagian abdomen bawah (kandung
kemih) luka operasi. - Ciptakan lingkungan yang  
nyaman dan tenang
5. Memberi suasana
S : 5-6 Collaboration : nyaman bagi pasien.
T : intermitten - Berikan analgetik sesuai  
instruksi dokter (Tramadol 2 x
100 ml) 6. Analgetik mengurangi
DO: rasa nyeri.
 
- Ps tampak meringis  
kesakitan
 
 
 
Resiko infeksi b/d kerusakan jaringan Setelah dilakukan Guidance :  
2. efek sekunder dari prosedur
pembedahan ditandai dengan :DS: tindakan keperawatan - Kaji tanda tanda infeksi 1. Mengetahui adanya tanda
- Observasi TTV setiap 6 jam. infeksi
DO: 3x24 jam
diharapkaninfeksi tidak Support : 2. Mengetahui keadaan
- Terdapat luka post operasi pada
umum
abdomen bawah. terjadi dengan kriteria - Ganti balutan setiap hari
dengan teknik aseptik dan
- Tampak luka insisi post operasi hasil : steril
 
11-07-2014 3. Mencegah adanya infeksi
Do : tidak tampak Teaching :
- Panjang luka 8-10cm adanya tanda tanda - Ajarkan pasien dalam 4 Mengajarkan pasien untuk
mempertahankan kondisi
- Jumlah heating 7 jahitan infeksi (rubor, dolor, menjaga kebersihan pada
daerah luka post op. balutan luka.
kalor, tumor)
- Tidak terdapat tanda infeksi Dev. Env :  
(rubor, dolor, kalor, tumor) Leukosit normal - Ciptakan lingkungan yang 5 Mencegah terjadnya
- Terpasang drain 4.000-11.000 bersih. infeksi
Collaboration :  
TTV S : 36,7 -37,5 0C
- Berikan antibiotik sesuai 6. Mempercepat
TD : 120/80 mmHg anjuran dokter. penyembuhan luka
- Kolaborasikan dengan ahli  
RR : 16x/menit gizi dalam pemberian diit
7. Protein mempercepat
TKTP.
N : 80x/menit proses penyembuhan luka.
 
S : 36,7 C
o
 
- Leukosit 6.600mm3/drh
Intoleran aktivitas b/d Setelah dilakukan Guidance : 1. Mengetahui keadaan umum
3. nyeri akibat luka bekas pasien
operasi, ditandai dengan: tindakan 3x24 jam - Kaji tanda tanda infeksi
diharapkan intoleran - Kaji tingkat aktifitas
2. Mengetahui tingkat
DS: aktivitas dengan Support : ketergantungan pasien
- Ps mengatakan tidak
criteria hasil : - berikan posisi senyaman 3. Memberikan kenyamanan pada
bisa melakukan aktifitas mungkin pasien
secara mandiri
- Pasien - dekatkan barang yang
mengatakan bisa diperlukan pasien 4. Memberikan kenyamanan pada
- Ps mengatakan luka beraktivitas Teaching : pasien.
terasa nyeri saat - ajarkan pasien untuk
melakukan aktifitas
secara mandiri latihan aktif dan pasif 5. Mencegah kelemahan otot dan
dan secara sesuai kondisi merangsang mobilisasi.
DO: perlahan Dev. Env : 6. Memberikan kenyamanan pada
- Ps tampak lemah. - Pasien biisa - Ciptakan lingkungan pasien.
yang tenang
melakukan secara Collaboration : 7. Memberikan terapi yang tepat
- Ps tampak kesakitan
jika melakukan
mandiri - Kolaborasi dengan untuk pasien
aktivitas. dokter dalam pemberian
obat yang sesuai
- Ps terpasang kateter
triway no. 22
Ps terpasang infus RL 20
tpm.
CATATAN PERKEMBANGAN

DAN EVALUASI
NO. TANGGAL CATATAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN PARAF

DX DAN EVALUASI
DX 14 Juli 2014 1. Mengkaji TTV S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian  

1. 07.30 H/ TD : 120/80, N : 80 x/m, RR: 16 x/m, bekas luka operasi dengan skala 5-6
(nyeri sedang).
  S : 36,7oC
2. Mengkaji skala nyeri O : Pasien terlihat meringis kesakitan
08.10
R/ ketika bagian abdomen ditekan.
 
  P : saat ditekan dan beraktivitas A : Masalah belum teratasi.
  P : Intervensi 1, 2 dan 4 dilanjutkan.
Q : seperti ditusuk jarum
 
  R : dibagian abdomen bawah (kandung kemih)
luka operasi
 
08.20 S : 5-6
 
T : intermitten
08.30
3. Megajarkan teknik relaksasi napas
  dalam.
  R/ Pasien mengikuti dengan baik.
4. Memberi terapi injeksi sesuai instruksi
dokter.
R/ Tramadol 1 amp IV.

 
DX 14 Juli 1. Mengkaji tanda-tanda infeksi. S : Pasien mengatakan tidak ada  

2. 2014 H/ Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, rasa gatal, panas, dan sakit.

09.00 dolor, kalor, tumor.


O : Tidak tampak adanya tanda-
10.00 2. Memberikan penkes kepada pasien tanda infeksi.Pasien terlihat
  dalam menjaga kebersihan luka bekas tenang
operasi.
  A : Masalah masih resiko.
R/ pasien dan keluarga
 
mendengarkan dengan baik. P : Intervensi 1 dan 3
11.00 dilanjutkan.
3. Memberikan terapi injeksi .

R/ Cifrofloxacin 500 mg IV.  


DX 14 Juli 2014 1. Mengkaji tingkat aktifitas pasien. S : Pasien mengatakan belum bisa  

3. 13.00 H/ pasien hanya beraktifitas di tempat tidur. beraktifitas secara mandiri.

   2. Mengajarkan latihan fisik aktif dan pasif. O : Pasien tampak lemah.


13.30 R/ pasien mengikuti dengan baik. A : Masalah belum teratasi .
  P : Intervensi 1 dan 2 dilanjutkan.
 

DX 15 Juli 2014 1. Mengkaji TTV S : Pasien mengatakan nyeri sedikit  

1. 07.30 H/ TD : 150/80, N : 82 x/m, RR: 16 x/m, S : berkurang.


36,5oC O : Pasien tampak lebih tenang.
 
 
2. Mengkaji skala nyeri  
08.10 A : Masalah teratasi
R/
  P : Intervensi 1, 2 dan 3 dilanjutkan.
P = Saat ditekan dan saat beraktifitas.
 
Q = Seperti ditusuk-tusuk.
 
  R = Di bagian abdomen (luka operasi).
S = 4-5 nyeri sedang.
 
T = intermiten (kadang-kadang).
 
08.30 3. Memberi terapi injeksi sesuai dengan resep dokter.

  R/ Tramadol 1 amp IV.


4. Memberikan posisi nyaman bagi pasien.
H/ Pasien tampak nyaman.
DX 2. 15 Juli 2014 1. Memberikan terapi injeksi . S : Pasien mengatakan tidak ada rasa gatal,
panas dan sakit.
09.00 R/ Cifrofloxacin 500 mg IV.
O : Tidak ada tanda-tanda infeksi.
11.00  2. Melakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan steril.
A : Masalah masih resiko.
08.00 H/ perban tambak bersih, tidak terdapat tanda-tanda
infeksi. P : Intervensi 1,2 dan 3 dilanjutkan.
DX 3. 15 Juli 2014 1. Mengkaji tingkat aktifitas pasien. S : Pasien mengatakan sebagian aktifitas
sudah bisa dilakukan sendiri.
13.00 H/ sebagian aktifitas pasien sudah dapat dilakukan sendiri
O : Pasien tampak lebih bersemangat dalam
   2. Mengajarkan latihan fisik aktif dan pasif.
melakukan aktifitas.
13.30 R/ pasien mengikuti dengan baik A : Masalah teratasi
P : Intervensi 1 dan 2 dilanjutkan.
DX 1. 16 Juli 2014 1. Mengkaji TTV S : Pasien mengatakan nyeri sudah
berkurang.
07.30 H/ TD : 120/80, N : 80 x/m, RR: 16 x/m, S : 36,5oC
O : Pasien tampak lebih tenang.
  2. Mengkaji skala nyeri
08.10 P = Saat ditekan dan saat beraktifitas. A : Masalah teratasi.
P : Intervensi 1, 2 dan 3 dilanjutkan.
  Q = Seperti ditusuk-tusuk.
  R = Di bagian abdomen (luka operasi).
08.30 S = 1-3 nyeri ringan.
  T = intermiten (kadang-kadang).
3. Memberi terapi injeksi sesuai dengan resep dokter.
R/ Tramadol 1 amp IV.
DX 16 Juli 1. Mengkaji tanda-tanda infeksi. S : Pasien mengatakan tidak ada  
2. 2014 H/ Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, rasa gatal, panas dan sakit.
 
09.00 dolor, kalor, tumor). O : Tidak terlihat ada tanda-tanda
11.00 2. Memberikan terapi injeksi sesuai infeksi.
  dengan anjuran dokter. A : Masalah masih resiko.
  R/ Cifrofloxacin 500 mg IV. P : Intervensi dihentikan.
08.00 2. Melakukan perawatan luka dengan
- Delegasikan rencana
teknik aseptik dan steril.
intervensi kepada teman
H/ perban tambak bersih, tidak sejawat.
terdapat tanda-tanda infeksi.

DX 16 Juli 1. Mengkaji tingkat aktifitas pasien. S : Pasien mengatakan sebagian  


3. 2014 H/ sebagian aktifitas pasien sudah aktifitas sudah bisa dilakukan
sendiri.  
09.00 bisa dilakukan secara mandiri.
  2. Mengajarkan latihan fisik aktif dan O : Pasien tampak lebih
pasif. bersemangat dalam melakukan
  aktifitas.
R/ pasien mengikuti dengan baik.
13.30 A : Masalah teratasi
 
P : Intervensi 1 dilanjutkan.
"Janganlah
Memelihara kebiasaan buruk sambil berdoa meminta
kesehatan dan umur panjang". - Mario Teguh
Terimakasih!

Anda mungkin juga menyukai