Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Penting bagi kita untuk mengetahui penyakit Benigna Prostat

Hiperplasia (BPH), karena hampir setiap laki-laki dengan usia rata 50 tahun

mengalami penyakit ini. Benigna Prostat Hiperplasia adalah suatu penyakit

perbesaran atau hipertrofi dari prostate. Kata-kata hipertrofi sering kali

menimbulkan kontroversi di kalangan klinik karena sering rancu dengan

hiperplasia. Hipertrofi bermakna bahwa dari segi kualitas terjadi pembesaran

sel, namun tidak diikuti oleh jumlah (kualitas). Namun, hiperplasia

merupakan pembesaran ukuran sel (kualitas) dan diikuti oleh penambahan

jumlah sel (kuantitas). BPH sering menyebabkan gangguan dalam eliminasi

urin karena pembesaran prostat yang cenderung kearah depan atau menekan

vesika urinaria (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 130)

Oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan perawat mempunyai peran

yang penting dalam pencegahan dan pengobatan BPH.Pencegahan BPH itu

sendiri diterapkan dengan membudidayakan pola hidup sehat serta

melakukan pemeriksaan secara berkala. Tidak semua pasien yang mengalami

BPH harus menjalani operasi. Sebagai perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien BPH dalam upaya kuratif yaitu pemberian

obat,pemberian antikolinergik mengurangi spasme kandung kemih. Dalam

memenuhi kebutuhan seperti gangguan eliminasi dengan cara pemantauan

1
dalam pemasangan kateter. Dan sangat diperlukan pula peran serta keluarga

dalam pemberian asuhan keperawatan klien dengan post prostatektomi baik

dirumah sakit maupun rumah rena ini merupakan peran perawat sebagai

Edukator. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 136)

II. Batasan Masalah

Apa saja yang mengenai dari Benigna Prostat Hiperplasia (BPH),mulai dari

pengertian sampai denagan diagnosa, asuhan keperawatan, beserta intervensi

yang dilakukan pada penyakit BPH.

III. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari Benigna Prostat Hiperpla ?

b. Apa Etiologi dari Benigna Prostat Hiperplasia ?

c. Apa Manifestasi klinis dari Benigna Prostat Hiperplasia ?

d. Bagaimana patofisiologi atau mengapa Benibna Prostat Hiperplasia

dapat terjadi ?

e. Apa klasifikasi dari Benigna Prosta Hiperplasia ?

f. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi akibat Benigna Prostat

Hiperplasia ?

g. Apa saja Diagnosa keperawatan dari Benigna Prostat Hiperplasia ?

IV. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan dan menerapkan tentang

asuhan keperawatan pada Benigna Prostat Hiperplasia.

2
2. Tujuan Kusus

Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawaatan serta :

a. Melakukan penkajian pada klient.

b. Menganalisa data untuk merumuskan diagnosa keperawatan yang

ditemukan pada Benigna Prostat Hiperplasia.

c. Mengetahui intervensi dari Benigna Prostat Hiperplasia.

BAB II
KONSEP BPH

3
I.Pengertian
Hiperplasia prostat jinak (benign prostatic hyperplasia) adalah pembesaran
kelenjar periurethral yang mendesak jaringan prostat keperifer dan menjadi
simpai bedah (pseudokapsul). BPH merupakan kelainan kedua tersering
yang dijumpai pada lebih dari 50% pria berusia diatas 60 tahun.

II. Etiologi
Ada beberapa teori yang mengemukakan penyebab terjadinya hipertropi
prostat antar lain :
1. Teori sel Stem ( Isaacs 1984,1987 )
Berdasarkan teori ini jaringan prostat pada orang dewasa berada
pada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan sel yang
mati.Keadaan ini disebut Steady State. Pada jaringan prostat terdapat
sel stem yang dapat berproli serasi lebih cepat sehingga terjadi
hiperplasia kelenjar penuretral.
2. Teori Mc Neal ( 1987 )
Menurut Mc Neal pembesaran prostat jinak dimulai dari zona
transisi yang letaknya sebelah proksimal dan spinater eksternal pada
kedua sisi verumen tatum di zona periuretral.
3. Teori Di Hidro Testosteron ( DHT )
Testosteron yang diohasilkan oleh sel leyding jumlah testosteron
yang dihasilkan oleh testis kira-kira 90 % dari seluruh produksi
testosteron. Sedang yang 10 % dihasilkan oleh kelenjar adrenal.
Sebagian besar testosteron dalam keadaan terikat dengan protein
dalam bentuk serum.
Bendung hormon ( SBH ) sekitar 20 % testosteron berada dalam
keadaan bebas dan testosteron bebas inilah yang memegang peranan
peranan dalam proses terjadinya pembesaran prostat testosteron
bebas dapat masuk ke dalam sel prostat dengan menembus membran
sel ke dalam sitoplasma sel prostat sehingga membentuk DHT

4
heseplar kompleks yang akan mempengaruhi asam RNA yang
menyebabkan terjadinya sintyesis protein sehingga dapat terjadi
profilikasi sel.

III. Manifestasi Klinik


Gejala klinik dapat berupa :
o Frekuensi berkemih bertambah
o Nocturia
o Kesulitan dalam memulai (hesitency) dan mengakhiri berkemih
o Miksi terputus (hermittency)
o Urine masih tetap menetes setelah selesai berkemih (terminal
dribbling)
o Pancaran miksi menjadi lemah (poor stream)
o Rasa nyeri pada waktu berkemih (dysuria)
o Rasa belum puas setelah miksi
Gejala kilinis tersebut diatas dapat terbagi 4 grade yaitu :
1. Pada grade I (congestif)
a. Mula-mula pasien berbulan-bulan atau bertahun-tahun susah
kencing dan mulai mengedan.
b. Kalau miksi merasa tidak puas.
c. Urine keluar menetes dan puncuran lemah.
d. Nocturia.
e. Ereksi lebih lama dari normal dan libido lebih dari normal.
f. Pada Citoscopy kelihatan hiperemia dan orifreum urether internal
lambat laun terjadi varises akhirnya bisa terjadi pendarahan
(blooding).
2. Pada Grade 2 (residual)
a. Bila miksi terasa panas
b. Nocturi bertambah berat
c. Tidak dapat buang air kecil (kencing tidak puas)

5
d. Bisa terjadi infeksi karena sisa air kencing
e. Tejadi panas tinggi dan bisa meninggal
f. Nyeri pad daerah pinggang dan menjalar keginjal.
3. Pada grade 3 (retensi urine)
a. Ischuria paradorsal
b. Incontinential paradorsal
4. Pada grade 4
a. Kandung kemih penuh.
b. Penderita merasa kesakitan.
c. Air kencing menetes secara periodik (overflow incontinential).
d. Pada pemeriksaan fisik yaitu palpasi abdomen bawah untuk
meraba ada tumor kerena bendungan hebat.
e. Dengan adanya infeksi penderita bisa meninggal dan panas tinggi
sekitar 40-41 C.
f. Kesadaran bisa menurun.
g. Selanjutnya penderita bisa koma

Berdasarkan gambaran klinik hipertrofi prostat dapat dikelompokan dalam


empat (4) derajat gradiasi sebagai berikut :
Derajat Colok Dubur Sisa Volume Urine
I Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba. < 50 ml
II Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat mudah 50 – 100 ml
dicapai.
III Batas atas prostat tidak dapat diraba > 100 ml
IV Retensi urine total

IV. Pathofisiologi
Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan
testoteron estrogen, karena produksi testoteron menurun dan terjadi konversi
testoteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa diperifer. Bila perubahan
mikroskopik ini terus berkembang akan terjadi perubahan patologi anatomik. Pada
tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher vesika dan

6
daerah prostat meningkat, dan detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat
detrusor kedalam kandung kemih dengan sistoskopi akan terlihat seperti balok
yang disebut tuberkulasi. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi otot
dinding. Apabila kedaan ini berlanjut maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi berkontraksi sehingga terjadi
retensi urine.
Biasanya ditemukan gejala obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi terjadi
karena detrusor gagal berkontraksi sehingga kontraksi menjadi terputus.Gejala
iritasi terjadi karena pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna saat miksi
atau pembesaran prostat yang menyebabkan rangsangan pada kandung kemih,
vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh. Apabila vesika menjadi
dekompensasi, akan terjadi retensi urine sihingga pada akhir miksi masih
ditemukan sisa urine dalam kandung kemih dan timbul rasa tidak tuntas pada
akhir miksi. Jika keadaan ini berlanjut pada suatu saat akan terjadi kemacetan
total, sehingga penderita tidak mampu lagi miksi.
Karena produksi urine terus terjadi maka vesika tidak mampu lagi
menampung urine sehingga tekanan intra vesika terus meningkat melebihi tekanan
tekanan sfingter dan obstruksi sehingga menimbulkan inkontinensia paradoks.
Retensi kronik menyebabkan refluk vesiko-ureter, hidroueter, hidronefrosis dan
gagal ginjal. Prose kerusakan ginjal dipercepat apabila terjadi infeksi. Sisa urine
yang terjasi selama miksi akan menyebabkan terbentuknya batu endapan yang
dapat menyebabkan hematuria, sistisis dan pielonefritis.

V. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologik seperti foto polos abdomen dan pielografi
intravena.
2. USG transabdominal atau transrektal (transrectal ultrasonography),
untuk mengetahui pembesaran prostat, menentukan volume buli-buli,
mengukur sisa urine dan keadaan patologi lain (tumor, divertikel, batu).
3. Systokopi.
4. IVP

7
5. Urinalisa dan Kultur urine.

VI. Komplikasi
 Retensi Urine
 Perdarahan
 Perubahan VU; trabekulasi, divertikulasi.
 Infeksi saluran kemih akibat kateterisasi
 Hidroureter
 Hidronefrosis
 Cystisis, prostatitis, epididymitis, pyelonefritis.
 Hipertensi, Uremia
 Prolaps ani/rectum, hemorroid.
 Gagal ginjal

VII. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dapat dilakukan berdasarkan derajat berat-ringannya
hipertrofi prostat.
1. Derajat I; biasanya belum membutuhkan tindakan pembedahan.
Pengobatan konservatif yang dapat diberikan adalah penghambat
adrenoreseptor alfa seperti; alfazosin, prazosin, dan terazosin.
2. Derajat II; merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan.
Biasanya dianjurkan untuk dilakukan reseksi endoskopik melalui urethra
(trans urethra resection).
3. Derajat III; pada derajat ini reseksi endoskopik dapat dilakukan
secara terbuka. Pembedaahan terbuka dapat dilakukan melalui
transvesikel, retropibik atau perineal.
4. Derajat IV; pada derajat ini tindakan pertama adalah membebaskan
klien dari retensi urine total, dengan memasang kateter atau sistostomi.
Selanjutnya dapat dilakukan pembedahan terbuka. Untuk klien dengan
keadaan umum lemah dapat diberikan pengobatan konservatif yaitu
penghambat adrenoreseptor daan obat antiandrogen.

8
Pengobatan invasif lainnya ialah pemanasan prostat dengan gelombang
mikro yang disalurkan kekelenjar prostat. Juga dapat digunakan cahaya
laser yang disebut transurethral ultrasound guide laser induced
prostatecthomy.

VIII. Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Sirkulasi ; peningkatan tekanan darah (efek
pembesaran ginjal)
2. Eliminasi ; penurunan kekuatan /dorangan aliran urine
keragu-raguan berkemih awal.
Ketidak mampuan mengosongkan kandung kemih
Nukturia, Disuria Dan Hematurioa
ISK berulang, riwayat batu (stetis urine)
Konstipasi
Massa pada dibawah abdomen.
Nyeri tekan kandung kemih
Hernia ingiunalis
3. Makanan dan Cairan; Anoreksia, mual,
muntah, Penurunan berat badan.
4. Nyeri : Nyeri supra pubis, nyeri panggul,punggung
bawah.
5. Kecemasan ; Demam
6. Seksualitas ; Takut incontunesia atau
menetes selama hubungan seksual
Penurunan kontruksi ejakolansi
Pembesaran, nyeri tekan pada prostat.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi retensi urine berhubungan dengan
obstruksi mekanik pembesaran prostat, dekompensasi otot destrusor,

9
ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontruksi dengan
adekuat ditandai dengan frekuensi keraguan berkemih,
ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih, distensi kandung
kemih.
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa , ditandai :
keluhan nyeri meringis, gelisah.
3. Resiko kekurangan kekurangan volume cairan berhubungan
dengan hilangnya cairan tubuh secara tidak normal, seperti
pendarahan melalui kateter, muntah.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan,
kemungkinan prosedur bedah di tandai: peningkatan
tekanan,ketakutan, kekhawatiran.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakitnya ditandai: klien sering
menanyakan tentang keadaan penyakitnya.

C. Intervensi/Rasional
o Gangguan eliminasi retensi berhubungan dengan obstruksi
mekanik, pembesaran prostat, dekonpensasi otot destrusor.

Tujuan :
- Berkemih dengan jumlah yang cukup tak teraba disertai
kandung kemih.
- Menunjukkan residu pasca berkemih kurang dari 50 ml
dengan tak adanya tetesan/kelebihan aliran.
Intervensi :
1. Dorong klien untuk berkemih tiap 2 sampai 4 jam.
Rasional : meminimalkan retensi urine berlebihan pada
kandung kemih.
2. Observasi aliran urine. Perhatikan ukuran dari kekuatan
Rasional: berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan
piulihan intervensi

10
3. Awasi dan catat waktu, jumlah tiap berkemih. Perhatikan
penurunan pengeluaran urine dan perubahan berat jenis.
Rasional: retensi urinr meningkatkan tekanan dalam saluran
perkemihan bagian atas yang dapat mempengaruhi
ginjal.
4. Anjurkan untuk minum air 3000 ml/hari
Rasional: peningkatan aliran cairan mempertahankan perfusi
ginjal dan membersihkan ginjal, kandung kemih
dari pertumbuhan bakteri.
5. Lakukan kateterisasi dan perawatan parianal.
Rasional: menurunkan resiko infeksi asendens.
6. Kolaborasi pemberian Obat anti spasmodik, suoasitoria
rektal, antibiotik
Rasional : menghilangkan spasme kandung kemih, sedangkan
antibiotik untuk melawan infeksi.

o Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi


kandung kemih,kolik ginjal,infeksi urinaria.

Tujuan :
- Melaporkan nyeri hilang / terkontrol
- Tampak rileks.
- Mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri
Rasional: memberi informasi dalam keefektifan intervensi.
2. Plester selang drainase pada paha dan keteter pada
abdomen.
Rasional: mencegah penarikan kandung kemih dan erosi
pertemuan penis skrotal.
3. Pertahankan tirah baring.

11
Rasional: mungkin diperlukan pada awal retensi akut namun
ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih
normal.

o Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan


drainase kandung kemih yang terlalu distensi secara kronik.

Tujuan :
- Mempertahankan hidrasi adekauat dibuktikan oleh tanda
vitat stabil, nadi perifer teraba, pengisian kapiler baik
membran mukosa lembab.
Intervensi :
1. Awasi output cairan tiap jam dan catat pengeluaran urine
Rasional: diuresis cepat dapat mengakibatkan kekurangan
volume total cairan karena tidak cukupnya jumlah
natrium diabsorpsi dalam tubulus ginjal.
2. Anjurkan infek oral berdasarkan kebutuhan individu
Rasional: hemostatis, pengurangan cadangan dan
peningkatan resiko dehidrasi hipopolemik
3. Awasi tekanan darah dan nadi obserfasi pengisian kafiler
dan membran mukosa oral.
Rasional : deteksi dini adanya hipopolemik sistem
4. Kolaborasi pemerian cairan IV (garam faal hipertonik)
sesuai kebutuhan.
Rasional : pemberian cairan IV menggantikan cairan dan
natrium yang hilang untuk mencegah /
memperbaiki hipopolemik.

o Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


kemungkinan prosedur bedah.

Tujuan:

12
- Tampak rileks
- Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat
ditangani
- Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya pada pasien atau keluarganya
selalu ada di dekat pasien.
Rasional: menunjukkan perhatian dan keinginan untuk
membantu
2. Berikan informasi tentang prosedur dan tes khusus dan apa
yang akan terjadi contoh; kateter urine berdarah.
Rasional: membantu pasien maemahami tujuan dari apa yang
dilakukan dan mengurangi masalah kesehatan
karena ketidaktahuan termasuk ketakutan akan
kanker.

3. Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan masalah.


Rasional: mendefenisikan masalah memberikan kesempatan
untuk menjawab pertanyaan, memperjelas
kesalahan konsep dan solusi pemecahan masalah.

o Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya


informasi tentang proses pengobatan.

Tujuan:
- Menyatakan pemahaman proses penyakit.
- Berpartisipasi dalam proses pengobatan
Intervensi :
1. Kaji ulang proses penyakitb pengalaman pasien.
Rasional: memberikan dasar pengetahuan di mana pasien
dapat membuat pilihan informasi terapi.

13
2. Dorong menyatakan rasa takut/perasaan dan perhatian.
Rasional: membantu pasien mengalami perasaan dapat
merupakan rehabilitasi vital.

D. Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan
berdasarkan rencana tindakan keperawaatan yanag telah disusun tersebut
diatas.

E. Evaluasi
Tahap ini dilakukan dengan mengevaluasi tujuan yang telah dibuat,
apakah tujuan pelaksanaan tindakan keperawatan telah mencapai kriteria
hasil yang diharapkan.

14
BAB III

TINJAUAN KASUS

Tgl. MRS : 12-11- 2018

Tgl. Pengkajian: 21-11- 2018 jam 10.00

No. Register :10 51 64

Dx. Medis : Post Op. Hypertropi Prostat

I. Pengkajian

A. Biodata
a. Identitas klien
1) Nama : Tn. “S”
2) Umur : 52 tahun
3) Jenis kelamin : Laki – laki
4) Status : Kawin
5) Agama : Islam
6) Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
7) Pendidikan : S1
8) Pekerjaan : PNS
9) Alamat : komp.PU Malengkeri Baru

b. Identitas penanggung

1) Nama : Ny. “RD”

2) Umur : 50 tahun

3) Jenis kelamin : Perempuan

4) Status : Kawin

5) Agama : Islam

6) Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia

7) Pendidikan : S1

8) Pekerjaan : PNS

15
9) Alamat : Komp. PU Malengkeri baru

10) Hubungan dengan klien : Istri

Klien ditanggung oleh jkn

B. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

1) Keluhan utama : Nyeri pada supra pubic (daerah operasi).

2) Riwayat keluhan utama : keluhan ini dialami setelah klien

menjalani operasi pada tanggal 14-04-2015 jam 09.00

a) Lokasi : Klien mengatakan nyeri di supra pubic.

b) Sifat keluhan : Klien mengatakan nyeri hilang timbul

c) Faktor pencetus : Tindakan operasi TURP

d) Kualitas nyeri : Seperti terbakar.

3) Hal-hal yang memperberat keluhan kalau buli-buli penuh.

4) Hal-hal yang meringankan keluhan bila buli-buli kosong.

b. Riwayat kesehatan masa lalu

1) Klien menderita keluhan susah kencing pada tahun 2014

2) Klien pernah dirawat di RS :

a) 2010 : di RSU Dadi Makassar dengan keluhan kolik

abdomen.

b) 2015 : di RS.ISLAM FAISAL keluhan susah kencing.

3) Klien ada riwayat malaria.

4) Klien tidak ada riwayat penyakit jantung, diabetes mellitus,

hipertensi.

16
5) Klien tidak ada alergi makanan dan obat-obatan.

6) Klien ada riwayat resisten terhadap bebeapa antibiotika.

a) Amoxicillin

b) Ampicillin

c) Tetrasiklin

d) Cifrofloxasin

Fofsomici

17
c. Riwayat kesehatan keluarga

Genogram 3 generasi

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Klien

: Tinggal serumah

Generasi I1, I2, I3 : meninggal karena faktor usia lanjut.

Generasi II1, II7, II8, : meninggal karena faktor usia lanjut.

Generasi II4 : meninggal karena kecelakaan.

Tidak ada anggota keluarga yang mengidap penyakit yang sama dengan

klien.

Tidak ada anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus, hipertensi

dan penyakit jantung.

18
Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : sakit sedang.

b. Kesadaran : kadang meringis.

c. Tanda-tanda vital :

TD : 120/70 mmHg

N : 80 x/menit

P : 16 x/menit

S : 36,80 C

d. Tinggi badan : 168 cm dan berat badan : 60 kg

e. Kepala

Inspeksi :

- Distribusi rambut merata.

- Tidak tampak ada luka/benjolan.

- Rambut hitam campur uban.

- Rambut tidak mudah rontok.

Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan.

f. Muka

Inspeksi :

- Bentuk wajah oval.

- Tidak ada tumor/luka.

- Wajah simetris.

19
Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan

- Tidak teraba adanya massa.

g. Mata

Inspeksi :

- Kelopak mata dapat menutup dengan baik.

- Sclera tidak icterus.

- Konjungtiva tidak pucat/anemis.

- Klien dapat melihat dengan jelas.

- Klien menggunakan kacamata baca.

- Lapang pandang luas.

- Bola mata dapat bergerak ke segala arah.

Palpasi :

- Tidak teraba peningkatan tekanan intra okuler (TIO).

- Tidak ada nyeri tekan pada palpebra.

h. Hidung dan sinus

Inspeksi :

- Lubang hidung simetris.

- Tidak tampak adanya polip ataupun sekret.

Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan pada sinus frontalis, ethmoidalis dan

frontali

20
i. Telinga

Inspeksi :

- Kedua telinga tampak simetris.

- Aurikel dan lubang telinga bersih.

- Tidak tampak adanya luka/massa.

Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan pada tragus, pinna, dan aurikel.

j. Mulut dan tenggorokan

Inspeksi :

- Bibir tampak lembab.

- Jumlah gigi 32, tidak ada protesa.

- Lidah merah jambu.

- Gusi merah muda.

- Tidak tampak pembesaran tonsil.

- Klien dapat menelan dengan baik

k. Leher

Inspeksi :

- Tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid.

- Tidak tampak pembesaran vena jugularis.

Palpasi :

- Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid.

21
l. Thorax

Inspeksi :

- Tidak tampak adanya luka/massa.

- Irama nafas teratur.

- Bentuk dada normal diameter anterior posterior 2 : 1

Palpasi :

- Tidak teraba adanya massa dan nyeri tekan.

- Vocal fremitus getaran kiri dan kanan seimbang.

Perkusi :

- ICS 2 – 6 terdengar sonor hingga pekak.

- ICS 3, 4, 5, sinistra pekak.

Auskultasi :

- Terdengar vesikuler di semua lapang paru.

- Tidak terdengar bunyi tambahan.

m. Jantung

Inspeksi :

- PMI tidak tampak.

Palpasi :

- PMI teraba pada ICS 5 linea pars sternalis kiri.

Auskultasi :

22
- BJ I : - Mitral : terdengar murni pada ICS 5 midclavicularis

kiri.

- Trikuspidalis terdengar murni ICS 4 linea sternalis kiri.

- BJ II : - Mitral : terdengar murni pada ICS 2 parsternalis

kanan.

- Trikuspidalis terdengar murni pada ICS 2 sternalis kiri.

n. Abdomen :

Inspeksi :

- Abdomen datar, ikut gerak nafas.

- Tidak tampak adanya tumor/luka.

Auskultasi :

- Peristaltik usus 6 x/menit.

Palpasi :

- Tidak teraba adanya massa.

- Tidak teraba pembesaran hepar dan lien.

- Nyeri tekan pada kuadran kanan dan kiri bawah (area supra

pubic).

Perkusi :

- Terdengar tympani kecuali pada kuadran kanan dan kiri atas

pekak (hepar dan lien).

o. Status urologi

- Terpasang catheter three way sejak 3 hari yang lalu.

23
- Urine tampak masih agak kemerahan.

- Jumlah urine pagi 500 cc.

- Klien minum 2500 cc/hari.

- Nyeri pada daerah suprapubic.

p. Genetalia dan anus

Inspeksi :

- Tampak terpasang catheter, tersambung ke urine bag

- Tidak tampak adanya kelainan pada penis, scrotum dan anus

Menurut klien : tidak ada gangguan dalam kemampuan ereksi

q. Ekstremitas

1) Ekstremitas atas

a) Motorik

- Klien dapat menggerakkan eksremitas kiri dan kanan.

- Tonus otot kanan/kiri baik

- Kekuatan otot nilai 4/4

b) Refleks

- Biceps kiri/kanan : normal (+/+)

- Triceps kiri/kanan : normal (+/+)

c) Sensori

- Tidak ada nyeri tekan

- Sensitif terhadap rangsang suhu/raba

2) Ekstremitas bawah

24
a) Motorik

- Kekuatan otot nilai 4/4

- Tonus otot baik

- Klien dapat melakukan pergerakan

b) Refleks

- Patella kanan/kiri : (+/+)

- Achilles kanan/kiri : (+/+)

- Babinsky kanan/kiri : ( -/- )

c) Sensori

- Tidak ada nyeri tekan

- Sensitif terhadap rangsang suhu/raba

r. Status neurologis

Tingkat kesadaran : Composmentis

1) N. I (Olfaktorius) : klien dapat membedakan bau

2) N II (opticus) : klien dapat melihat dengan jelas

3) N III, IV, VI (oculomotorius, trochlearis dan abducens)

- Kontriksi pupil bila ada cahaya

- Kelopak mata dapat membuka dan menutup

- Pergerakan bola mata ke segala arah.

4) N V (trigeminus)

- Cornea refleks : berespon terhadap sentuhan kapas

25
5) N. VII (Fascialis)

- Gerakan mimik sesuai dengan perasaan (meringis – nyeri)

- Pengecapan 2/3 lidah bagian depan dapat mempersepsikan

rasa manis.

6) N. VIII (acusticus)

- Fungsi pendengaran baik, klien dapat mendengar dengan jelas

7) N. IX, X (Glossofaringeus dan vagus)

- Refleks menelan baik

- Pengecapan 2/3 lidah bagian belakang, dapat mempersepsikan

rasa pahit.

8) N XI (Assesoris)

- Klien dapat memalingkan muka ke kiri dan ke kanan

- Klien dapat mengangkat bahu

9) N XII (hypoglosus) tidak ada deviasi lidah

- Kaku kuduk ( - )

Pemeriksaan Diagnostik

a. Laboratorium 11- 2018 Normal

- Hb : 17,3 gr% 11 – 0 –

18,0 gr

- Leucosit : 7.900 rb/mm34000 –

10.000 rb/mm3

26
- Trombocyte : 285.000 rb/mm3

150-400 rb/mm3

- Waktu perdarahan : 1 menit 1 – 3 mnt

- Glukosa sewaktu : 197 mg/dl 80 – 180

mg/dl

- Ureum : 10,50 mg/dl 10 – 50

mg/dl

- Creatinin : 1,02 mg/dl P 0,50 –

0,9 mg/dl

b. Urine tanggal 11- 2018

- Warna kuning jernih.

- BJ : 1030.

- pH : 6,0

c. Patologi anatomi tanggal

11- 2018

- Hasil : hiperplasi kelenjar prostat.

Pola Kegiatan Sehari-hari

a. Nutrisi

1) Kebiasaan

- Pola makan teratur yang terdiri dari : nasi, sayur, lauk dan

buah.

- Frekwensi 3 kali sehari.

27
- Nafsu makan baik.

- Tidak ada makanan tertentu yang disukai.

- Makanan pantang tidak ada.

- Banyaknya diminum/hari : 1500 cc/hari.

2) Perubahan selama sakit

- Nafsu makan menurun.

- Makanan di habiskan ¼ porsi

- Banyaknya minum 2000 cc/hari

b. Eliminasi

1) BAB

a) Kebiasaan

- Frekuensi : 1 x /hari

- Warna : kuning

- Konsistensi : lembek berbentuk

b) Perubahan selama sakit

- Frekuensi : klien B.A.B 3 kali sejak di RS (11

hari).

- Warna : kuning

- Konsistensi : lembek berbentuk.

2) BAK

a) Kebiasaan

- Frekuensi : 7-10 x /hari

28
- Warna : kuning jernih

- Jumlah : 1500 cc/hari.

b) Perubahan selama sakit

- Frekuensi : terpasang catheter tetap.

- Warna : warna agak merah

- Bau : pesing

- Jumlah : 2500 cc/24 jam.

c. Olahraga dan aktivitas

- Klien biasa olahraga Jogging..

- Perubahan selama sakit : klien tidak beraktifitas.

d. Istirahat dan tidur

1) Kebiasaan

- Tidur malam mulai jam 22.00 s.d jam 05.00 ( 7 jam).

- Klien jarang tidur siang.

- Klien tidak mudah terbangun.

- Yang menolong klien untuk tertidur nyenyak adalah suasana

tenang dan membaca

2) Perubahan selama sakit

- Klien mengatakan tidur tidak teratur.

- Klien mengatakan tidur terganggu akibat nyeri.

- Klien mengeluh sulit tidur.

e. Personal hygiene

29
1) Kebiasaan

- Mandi 2 x sehari menggunakan sabun mandi.

- Menyikat gigi 2 x sehari.

- Mencuci rambut 2 x/seminggu.

2) Perubahan selama sakit

- Mandi 1 x sehari dan dibantu oleh keluarga.

- Menyikat gigi 2 x/hari.

- Belum pernah cuci rambut

Pola Interaksi Sosial

- Orang yang paling dekat dengan klien adalah istri.

- Bila ada masalah klien membicarakan dengan istri.

- Klien menyelesaikan masalah dengan cara musyawarah.

- Interaksi dalam keluarga baik.

- Klien mudah bergaul.

Keadaan Psikologis Selama Sakit

- Klien berharap agar dapat cepat sembuh

- Interaksi dengan petugas kesehatan baik

- Klien mengatakan kebutuhan sehari-harinya dilayani di tempat tidur.

Kegiatan keagamaan

- Klien beragama Islam

- Klien taat menjalankan ibadah

- Klien aktif dalam kegiatan organisasi keagamaan.

30
Perawatan dan Pengobatan

Perawatan

- Bedrest dengan anjuran mobilisasi ringan.

- Diit nasi dan anjuran banyak minum.

- Kontrol urine.

- Perawatan catheter.

Pengobatan

- Xanla 120 cc : 3x2 sdm.

- Galflux 10gr : 3x1 tab.

- Harnal : 1x1 tab.

- Urispas : 3x1 tab.

KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif :

- Klien mengeluh nyeri pada daerah operasi (supra pubic)

- Klien mengatakan kurang nafsu makan.

- Klien mengatakan makanan dihabiskan ¼ porsi.

- Klien mengatakan tidur tidak teratur ( 5 jam/hari).

Data Objektif

- Ekspresi wajah meringis

31
- Terpasang catheter three way tersambung ke urine bag.

- Urine warna kemerahan.

- Makanan di habiskan ¼ porsi.

- Klien tampak sakit sedang.

- Tanda-tanda vital :

T : 120/70 mmHg

N : 80 x/menit

P : 16 kali/menit

S : 36.8o C

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Tindakan operasi (TURP) Nyeri .
- Klien mengeluh nyeri pa-
da daerah operasi (supra Perlukaan mukosa urethra
pubic)
DO : Merangsang pembentukan zat
- Ekspresi wajah meringis histamin,
- TTV : prostaglandin,serotonin dan

32
T : 120/70 mmHg bradikinin
N : 80 x/menit
P : 16 kali/menit Merangsang nociceptor
S : 36.8o C (serabut saraf nyeri)

Impuls dihantarkan ke medulla


spinalis

Corteks cerebri

Nyeri dipersepsikan

Prosedur bedah (TURP)


DS : Perubahan
2. - Klien mengeluh nyeri pada pola berke-
Pemasangan catheter
daerah suprapubic. mih

Perlukaan mukosa urethra


DO :
- Terpasang catheter ter-
Pola berkemih berubah
sambung ke urine bag.
- Urine tampak agak
kemerahan.
Tindakan bedah (TURP)
Gangguan
3. DS : pola tidur.
Nyeri pada daerah suprapubic
- Klien mengatakan tidur ti-
dak teratur ( 5 jam/hari)
Peningkatan stimulus eksternal
DO :
- Klien tampak sakit sedang
Peningkatan respon pusat jaga
di otak ( RAS )

33
Tidur menurun

Gangguan pola tidur

Tindakan bedah (TURP)

Risiko nutri-
DS : Stressor meningkat
4. si kurang
- Klien mengatakan kurang
dari kebu-
nafsu makan. Asam lambung meningkat
tuhan.
- Klien mengatakan maka-
nan di habiskan ¼ porsi. Rasa tidakenak pada abdomen
DO :
- Makanan dihabiskan ¼ Anoreksia, mual
porsi.
Intake tidak adekuat

Risiko nutrisi kurang dari


kebutuhan

Tindakan pembedahan
(TURP)
5. Risikoin
feksi.
DS : - Tindakan invasif
DO : (pemasangan catheter)
- Tampak terpasang cathe-ter
three way tersambung ke Media masuknya kuman
bag.
- Urine masih tampak ke- Risiko infeksi

34
merahan.

A. PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa urethra, ditandai dengan :

DS :

- Klien mengatakan nyeri di daerah suprapubic.

DO :

- Ekspresi wajah meringis.

- Kien di operasi TURP tanggal 11- 2018

2. Perubahan pola berkemih berhubungan dengan prosedur pembedahan,

ditandai dengan :

DS :

- Klien mengeluh nyeri suprapubic

DO :

35
- Terpasang catheter three way tersambung ke urine bag.

- Urine warna kemerahan.

3. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif, ditandai dengan :

DS : -

DO :

- Tampak terpasang catheter three way tersambung ke urine bag.

- Urine tampak kemerahan.

ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. S Tgl MRS : 11- 2018


Umur : 52 Tahun Tgl pengkajian : 12- 2018
Jenis Kelamin : Laki-laki No Register :10 51 64
Alamat :Komp.PU Malengkeri Dx. Medis :HipertropiProstat

DIAGNOSA PERENCANAAN
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan Nyeriteratasi 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui
dengan iritasi dengan kri- nyeri. tingkat nyeri
mukosa urethra, teria : yang dirasa-kan
ditandai dengan : - Klien klien sehingga
DS : melaporkan intervensi
- Klien mengatakan nyeri selanjut-nya
nyeri di daerah berkurang dapat
suprapubic. sam-pai ditentukan.
DO : hilang. 2. Monitor vital 2. Vital signs dapat
- Ekspresi wajah sign. menunjukkan

36
meringis. perubahan pada
- Kien di operasi saat nyeri.
TURP tanggal 14- 3. Lakukan 3. Membantu
04-2015 teknik mengurangi
distraksi. nyeri yang di-
rasakan klien
dengan
pengalihan per-
hatian.
4. Ajarkan teknik 4. Klien dapat
relaksasi meminimalisir
nyeri dengan
merilekskan
otot-otot.
5. Anjurkan 5. Perasaan
keluarga agar ditemani dapat
mendampingi memberi rasa
klien nyaman dan
. nyeri dapat
diminalisir oleh
klien

2. Perubahan pola Pola berkemih 1. Kaji asupan 1. Memonitor


berkemih berhu- kembali dan haluaran keseimbangan
bungan dengan normal dengan cairan. intake dan
prosedur pembeda- kriteria : output sehingga
han, ditandai - Catheter di kebutuhan klien
dengan: aff. dapat diketahui.
DS : - Klien dapat 2. Latih klien 2. Melatih otot-otot

37
- Klien mengeluh BAK de- dalam spingter untuk
nyeri suprapubic ngan pengoso-ngan ber-fungsi secara
DO : spontan. kandung normal.
- Terpasang - Urine kemih.
catheter three way kuning 3. Pertahankan 3. Dapat
tersambung ke jernih. kepatenan ka- mengurangi rasa
urine bag. - Tidak ada teter. nyeri bila cathe-
- Urine warna nyeri saat ter terfiksasi
kemerahan. berkemih. bagus.
4. Anjurkan 4. Minum banyak
klien untuk dapat membantu
minum banyak me-ngencerkan
2.500 cc/hari. bekuan darah
bila ada se-
hingga urine
lebih lancar.

1. Kaji ulang
tanda-tanda
3 Risiko infeksi Resiko infeksi 1. Mengantisipasi
infeksi.
berhubungan dengan tidak ter-jadi secara dini bila
tindakan invasif, dengan kriteria ada infeksi yang
ditandai dengan : - Tidak ada timbul sehingga
DS : - tanda-tanda intervensi
DO : infeksi selanjutnya
- Tampak terpasang (rubor, dapat
catheter three way dolor, calor, ditentukan.
2. Monitor vital
tersambung ke tumor laesa
signs.
urine bag. function). 2. Vital signs
- Urine tampak - Vital signs menggambarkan

38
kemerahan. dalam ba- keadaan
tas normal. haemodinamik
dalam tubuh,
peruba-hannya
dapat menjadi
salah satu
3. Pertahankan indikasi adanya
sterilitas infeksi.
cathe-ter. 3. Mencegah
masuknya
4. Beri HE bakteri dan
tentang infeksi.
sterilitas. 4. Klien mengerti
tentang sterilitas
se-hingga akan
kooperatif dalam
5. Penatalaksana pelaksa-naan
an obat anti- tindakan.
biotik. 5. Obat antibiotik
bekerja
membunuh
bakteri patogen.

39
40
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Tn. S Tgl. MRS : 11- 2018


Jenis kelamin : Laki-laki Tgl. Pengkajian : 12- 2018
No. Register : 10 51 64
Alamat : Komp.PU Malengkeri Baru Dx. Medis : Post Op HP
HARI
NO
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)
DX
TGL
12- 11 - 1. 13.00 1. Mengkaji ulang tingkat nyeri. Selasa, 21/04/15 Jam 13.30
2018 Hasil : nyeri ringan (1) dalam S: - Klien mengatakan nyeri ri-
skala 0 – 3. ngan.
13.10 2. Memonitor vital signs : - Klien mengatakan paham
T : 120/80 mmHg tentang teknik relaksasi.
N : 84 x/menit O:- Ekspresi wajah biasa
S : 36,40C - Vital signs normal.
P : 16 x/menit A: Masalah nyeri sebagian ter-
12.55 3. Melakukan teknik distraksi. atasi.
Hasil : mengajak klien untuk ber- P: Lanjutkan intervensi :
aktivitas tentang pekerjaan klien. 1. Kaji ulang tingkat nyeri.
13.05 4. Mengajarkan teknik relaksasi 2. Monitor vital signs.
Hasil : menarik nafas panjang bila 3. Lakukan teknik distraksi
ada nyeri. 4. Anjurkan klien untuk
13.25 5. Menganjurkan keluarga untuk se- melakukan teknik relak-
13- 11 - lalu mendampingi klien. sasi.
2018 2 12.40 1. Mengkaji asupah dan haluaran Senin , 21/04/15 Jam 13.00
cai-ran. S: Klien mengatakan sudah BAK
- Klien minum : 500 cc sejak satu kali sejak cathe-ter di aff
pagi. tanpa darah de-ngan sedikit
- Urine : 600 cc sejak pagi. nyeri..

41
12.30 3. Kateter di aff oleh dr. Harry sete- O:- Catheter sudah di aff.
lah sebelumnya dispuling dan A: Masalah perubahan pola eli-
tidak ada bekuan lagi. minasi sebagian teratasi.
12.45 4. Menganjurkan klien untuk minum P: Lanjutkan intervensi :
banyak 2500 cc. 1. Kaji asupan dan haluaran
cairan.
2. Latih klien dalam pengo-
songan kandung kemih.
3. Tetap anjurkan untuk mi-num
banyak 2500 cc/hari
13- 11 - 3 13.15 1.Mengkaji tanda-tanda infeksi. Selasa,21/04/15 Jam 13.20
2018 Hasil : rubor, dolor, color, tumor S: -
dan laesa function tidak ada. O: - Tidak ditemukan tanda
13.10 2.Memonitor vital signs. infeksi.
Sama dengan dx. 1 - Catheter sudah di aff..
3.Catheter sudah di aff. A: Resiko infeksi tidak terjadi.
Sama dengan dx 2. P: Pertahankan intervensi :

13- 11 - 1 07.15 1. Mengkaji ulang tingkat nyeri. Rabu , 22/04/15 Jam 13.00
2018 Hasil : tidak nyeri. S: - Klien mengatakan tidak
07.20 2. Memonitor vital signs : nyeri.
Hasil : T : 130/70 mmHg O: - Ekspresi wajah biasa.
S : 36,70C A: Masalah nyeri teratasi.
N : 88 x/mnt P: Pertahankan intervensi :
P : 16 x/mnt 1. Kaji ulang tingkat nyeri.
2. Monitor vital signs.

14- 11 - 2. 07.30 1. Mengkaji asupan dan haluaran Rabu , 22/04/15 Jam 13.00

42
2018 cairan. S: - Klien mengatakan BAK
- Klien minum 2000 cc sejak 2 x sejak pagi.
kemarin jam 11.00. - Klien mengatakan minum
- Klien BAK 6 kali sejak jam 1000 cc sejak pagi.
11.00 kemarin 1500 cc. O: -
09.00 2. Memberi HE tentang bladder A: Masalah perubahan pola
training. eliminasi teratasi.
- Pengertian berkemih normal, P: Pertahankan intervensi :
indikasi, cara bladder 1. Kaji asupan dan haluaran
training. cairan.
09.50 3. Tetap menganjurkan klien untuk 3. Tetap anjurkan banyak
minum banyak. minum.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

43
Pada kasus lebh banyak mengkaji tentang sistem pernapasan dan fungsi serta
perubahan fungsinya. Serta perbaikan keadaan umum klien.
B. SARAN
1. Pengkajian keperawatan hendaknya dilakukan secara sistimatis dan
komprehensif melalui pendekatan interpersonal terhadap klien dan keluarga
agar memudahkan dalam menjabarkan rencana asuhan keperawatan.
2. Dalam menetapkan diagnosa keperawatan diharapkan para perawat
memperhatikan respon klien yang berbeda-beda terhadap masalah kesehatan
melalui pengkajian psikososial spiritual dan kultural yang komprehensif.
3. Dalam pelaksanaan perawatan, perawat harus bisa membina hubungan
saling percaya dengan klien sehingga bisa melakukan kerja sama yang baik
untuk membantu proses penyembuhan dan dapat meningkatkan status
kesehatan klien secara optimal
4. Kerjasama yang baik antara perawat dan tim kesehatan lain perlu
dilakukan dalam menangani masalah klien.
5. Dalam pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien perlu dilihat
kondisi klien secara komperhensif dan integral baik, bio, psiko, sosiodan
spiritual karna perubahan status kesehatan klien sangat berpengaruh terhadap
bagian tubuh yang lain.

44
DAFTAR PUSTAKA

1. Corwin, J. Elizabeth, 2014, Buku Saku Pathofisiologi, EGC, Jakarta.

2. Doenges, Moorhouse & Geissler, 2011, Rencana Asuhan


Keperawatan, Penerbit EGC, Jakarta.

3. Brunner & Suddarth, 2011, Keperawatan Medikal Bedah


Edisi 8 Vol. 3, EGC, Jakarta.

4. Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 2017, Ilmu Bedah, Penerbit


EGC, Jakarta.

5. Price & Wilson, 2015, Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-


proses Penyakit, Penerbit EGC, Jakarta.

6. Staf Pengajar Patologi Anatomi FKUI, 2013, Patologi, Jakarta.

45
46

Anda mungkin juga menyukai