Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH

BAB 6
PERILAKU TAAT, KOMPETISI DALAM
KEBAIKAN DAN ETOS KERJA

OLEH:

MUHAMMAD RIFWAN
KELAS XI IPS 2

SEKOLAH MENENGAH ATAS


NEGERI 1 KUSAMBI
MUNA BARAT
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan

hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan

seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang

sungguh tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

yang penulis beri judul ” bab 6 perilaku taat, kompetisi dalam kebaikan dan etos

kerja”.

Dalam penyusuna makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari

berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan rasa berteri makasih yang

sebesar-besarnya kepada mereka, kedua orang tua dan segenap keluarga besar

penulis yang telah memberikan dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat

berarti bagi penulis.

Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalakan celah,

berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa

kekurangan yang tidak disadari oleh penulis.

.
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6

A. Pengertian Berkompetisi...............................................................................6

B. Pengertian Kebaikan.....................................................................................6

C. Berkompetisi dalam Kebaikan Sesuai Perintah Allah SWT dalam Surat Al-

Baqarah:148 dan Surat Al Fathir : 32...................................................................7

1. Surah Al-Baqarah,2: 14.............................................................................8

2. Surat Al Fathir : 32..................................................................................11

D. Pentingnya Taat Kepada Aturan Dalam Islam............................................13

E. Perilaku Etos Kerja.....................................................................................15

BAB III PENUTUP..............................................................................................19

A. Kesimpulan.................................................................................................19

B. Saran............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah SWT telah menciptakan manusia bersuku-suku, berbangsa-bangsa

untuk saling kenal mengenal. Allah SWT juga telah menurunkan kepada

ummat manusia setiap masa seorang Rasul dengan membawa syari’atnya

masing-masing. Kita tahu ada ummat Yahudi, Nasrani, Majusi, dan Islam, serta

ummat yang lain. Setiap ummat pemeluk agama ( Kabilah ) mempunya kiblat

sendiri, Orang Yahudi mempunyia Kiblat sendiri yang mereka menghadap

kepadanya. Orang Nasrani juga mempunyai kiblat sendiri yang

mereka  menghadap kepadanya. Allah memberi petunjuk kepada Ummat

muhammad kepada Kiblat yang di ridhoi Allah SWT yaitu Ka’bah.

Ummat Islam di perintah oleh Allah SWT untuk berlomba-lomba dengan

ummat yang lain dalam berbuat kebaikan, semua perbuatan akan mendapatkan

penilaian dari Allah SWT, amal siapakah yang dinilai baik oleh Allah SWT?

Jawabannya tentu harus di kembalikan kepada Allah SWT.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan beberapa

hal yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu :

1. Apa pengertian dari berkompetisi ? dan Apa pengertian kebaikan?

2. Bagaimana penjelasan perintah Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-

Baqarah:148 serta Surat Al Fathir : 32


C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Agar kita mengetahui dan memahami perintah Allah SWT untuk

berkompetisi dalam berbuat kebaikan.

2. Untuk mengingatkan kita agar senantiasa berbuat kebaikan, kapanpun dan

dimanapun.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Berkompetisi

Kompetisi adalah kata kerja intransitive yang berarti tidak

membutuhkan objek sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata

lain seperti against (melawan), over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu

pilihan hidup dan bisa disesuaikan dengan kepentingan keadaan menurut

versi tertentu.

Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman (1993), kompetisi adalah

aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau

kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau

berkompetisi tergantung dari struktur reward dalam suatu situasi.

B. Pengertian Kebaikan

Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan

menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jika tingkah

laku tersebut menuju kesempuranan manusia. Kebaikan disebut nilai(value),

apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang konkrit.Manusia menentukan

tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih jalanyang ditempuh. Pertama kali yang

timbul dalam jiwa adalah tujuan itu, dalampelaksanaanya yang pertama


diperlukan adalah jalan-jalan itu. Jalan yangditempuh mendapatkan nilai dari

tujuan akhir. Manusia harus mempunyai tujuan akhir untuk arah hidupnya.

Tingkah laku atau perbuatan menjadi baik dalam arti akhlak, apabila

membimbing manusia ke arah tujuan akhir, yaitu dengan melakukan perbuatan yang

membuatnya baik sebagai manusia

Berdasarkan norma susila, kebaikan atau keburukan perbuatan manusiadapat

dipandang melalui beberapa cara, yaitu :

a) Objektif, keadaan perseorangan tidak dipandang.

b) Subjektif, keadaan perseorangan diperhitungkan.

c) Batiniah, berasal dari dalam perbuatan sendiri (kebatinan, intrinsic)

d) Lahiriah, berasal dari perintah atau larangan Hukum Positif (ekstrinsik).

Perbuatan yang sendirinya jahat tidak dapat menjadi baik atau netralkarena

alasan atau keadaan. Biarpun mungkin taraf keburukannya dapat

berubahsedikit sedikit, orang tidak boleh berbuat jahat untuk mencapai

kebaikan.Perbuatan yang baik, tumbuh dalam kebaikannya, karena kebaikan alasandan

keadaannya. Suatu alasan atau keadaan yang jahat sekali, telah cukup

untuk menjahatkan perbuatan. Kalau kejahatan itu sedikit, maka kebaikan

perbuatanhanya akan dikurangi.Perbuatan netral memproleh kesusilaannya, karena

alasan dan keadaannya.Jika ada beberapa keadaan, baik dan jahat, sedang perbuatan itu

sendiri ada baik atau netral dipergunakan.

C. Berkompetisi dalam Kebaikan Sesuai Perintah Allah SWT dalam Surat

Al-Baqarah:148 dan Surat Al Fathir : 32


Berikut ini adalah beberapa ayat Al-Qur’an yang memerintahkan

kepada kita Ummat Islam untuk berlomba-lomba dengan ummat yang lain

dalam berbuat kebaikan. Diantaranya Surah al-Baqarah ayat 148 dan surah

fathir ayat 32 :

1. Surah Al-Baqarah,2: 14

a. Isi Kandungan

Tiap tiap umat ada kiblatnya masing masing yang dijadikan arah

untuk ibadah pada zamanya. Umat Islam menhadapkan wajahnya

dalam beribadah menuju ke arah Masjidil Haram yang di dalamnya

ada bangunan Kakbah. Umat nabi Ibrahim dan Ismail juga menghadap

ke arah Kakbah sedangkan umat Bani Izrail dan umat Nasrani

menghadap ke arah Baitul Maqdis. Allah swt memberikan ketentuan

bagi setiap umat manusia dalam beribadah kepadaNya dengan

menunjukkan rah kiblat yang sudah di tentukan. Manusia yang taat

dan patuh terhadap apa yang diperintahkan Allah tentu akan

melaksanakan dengan penuh taqwa, sedangkan orang yang ingkar

akan mencari dan membuat arah kiblat sendiri sesuai dengan

keinginanya.

Allah swt akan dapat menilai dan melihat hamba hambanya

yang patuh dan taat, dapat pula melihat hambanya yang melanggar

serta meninggalkan perintahnya. Manusia yang senantiasa berbuat

baik dan taat pastilah Allah akan membalasanya dengan pahala berupa

Syurga, Sedangkan manusia yang lalai dan meninggalkan perintah


Allah maka tempatnya adalah di Neraka yang apinya senantiasa

menyala nyala.

Hari kiamat sebagi hari pembalasan akan menjadi suatu masa

bahwa setiap perbuatan manusia akan diminta pertanggungjawabanya.

Perbuatan baik sekecil appun pasti akan mendapat balasanya demikian

juga perbuatan buruk atau jahat sekecil apapun juga akan mendapat

balasan yang sangat adil dan setimpal. Tak ada satupun manusia di

hari kiamat yang akan dapat meloloskan diri dari pengadilan Allah

swt. Kehidupan di akhirat hakekatnya adalah kehidupan hakiki dan

merupakan kehidupan yang sebenarnya,oleh karena itu kehidupan

yang sebentar di dunia ini hendaklah benar benar digunakan dengan

sebaik baiknya untuk di isi dengan amal perbuatan yang baik.

Kebahagiaan manusia di akhirat sesungguhnya ditentukan oleh

kebahagiaan di dunia ini dengan satu syarat senantiasa melakukan dan

melaksanakan syariat Allah dengan sebaik baiknya.

Allah swt sudah memberikan gambaran dan peringatan agar

manusia berhati hati dalam hidup ini sebagaimana banyak tertuang

dalam firman Allah yang berisi agar manusia berbuat baik, karena

setiap perbuatan akan kembali kepada manusia itu sendiri. Seperti

disebutkan dalam Al quran surat, Al-baqarah ayat; 25,58,83,195, Al-

Maidah : 13, Al-An`am : 84, Al-A`raf : 56, Yunus: 26, dan Surat

Yunus : 7
Selain firman Allah tersbut masih banyak surat dalam Al quran

yang memerintahkan untuk berbuat baik. Maka dengan niat penuh

keikhlasan hendaklah kita awali dan perbaharui hidup ini dengan niat

untuk senantiasa melakukan amal amal perbuatan yang baik.

b. Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

      Kita harus berusaha untuk menjadi pribadi yang selalu berusaha

untuk berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya, dan juga meyakini

bahwa nantinya akan ada hari kiamat/hari pembalasan.

      Meyakini bahwa setelah hidup di dunia masih ada kehidupan yang

selanjutnya yaitu di alam kubur dan alam akhirat, sehingga di dunia

ini kita harus berbuat kebaikan yang sebanyak-banyaknya untuk

bekal di akhirat nanti.

      Sebagai seorang muslim kita harus memanfaatkan waktu dengan

sebaik-baiknya, contohnya, adalah menggunakan waktu luang

untuk memperbanyak ibadah kepada Allah swt.

      Memperbanyak berbuat kebaikan karena nantinya akan

mendapatkan pembalasan di hari pembalasan nanti. Ingat, bahwa

kebaikan sekecil apapun yang kita kerjakan selama di dunia ini

pasti akan mendapatkan balasan, sebaliknya kejahatan sekecil

apapun juga akan mendapatkan balasan.


      Senang berbuat baik terhadap diri sendiri dan orang lain serta alam

sekitarnya sebagai bukti dari keimanan dan ketaqwaan kita kepada

Allah swt. 

      Di sekolah kita harus berlomba-lomba dalam kebaikan, misalnya

dalam belajar, dalam mengerjakan ulangan secara jujur, sehingga

kita bisa mendapatkan nilai yang terbaik dan memuaskan.

2. Surat Al Fathir : 32

Isi Kandungan :

Berdasarkan surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi

manusia kedalam tiga derajat kedudukan manusia :

a. Golongan Dholimun Linafsih, ialah golongan yang selalu mendholimi

dan menganiaya diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang

durhaka kepada Allah SWT, dengan meninggalkan perintaNya dan

mengerjakan Larangan laranganNya.

b. Golongan Mukhtasid, ialah golongan dari kelompok manusia yang

derajatnya berada pada pertengahan, bersifat cermat dan senantiasa

berhati hati dengan melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan

laranganNya.

c. Golongan Sabiqun Bil Khairat, ialah golongan dari manusia yang

senantiasa aktif dalam melakukan kebaikan. Golongan ini memiliki

ruhiyyah yangtinggi dengan senantiasa melaksanakan yang wajib dan


mengerjakan amalan amalan yang sunat. Hidupnya istiqomah dan

menjauhi dari perkara perkara yang syubhat dan ragu ragu dalam

kehidupan sehari hari.

Allah swt mewariskan kitab ( Al Quran ) kepada hamba hambanya

yang terpilih untuk diamalkan dan dikerjakan apa yang diperintahkan dan

dilarang dalam kitab tersebut. Dalam kenyataanya manusia memiliki

berbagai ragam bentuk aktifitas untuk menerima dan mewarisi kitab yang

telah Allah wariskan. Ada diantara mereka menanggapi kitab Allah dengan

sungguh sungguh dan mengerjakanya dengan amal amal perbuatan baik

karena mendapatkan ridho dan izin Allah, adapula yang menerima dengan

seenaknya tanpa mau mengerjakan apalagi mentaati isi dan ajaran kitab

Allah tersebut sehingga apa yang dilakukanya sesungguhnya seperti

menganiaya diri sendiri. Karena manusia yang tidak mau beramal baik

sesuai dengan kitab Allah sesungguhnya amal perbuatan itu akan kembali

pada dirinya sendiri. Dan yang lebih banyak manusia itu ada di

pertengahan yang terkadang taat namun dilain waktu manusia itu

melanggar.

Kitab Allah ( Al-Quran ) merupakan satu pedoman hidup manusia

baik untuk kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan hidup di akhirat.

Agar manusia mampu meraih kedua hal tersebut maka manusia dituntut

untuk mampu memahami, membaca, dan mengamalkan apa yang

terkandung dalam kitab Allah tersebut. Orang Islam mempunyai

kewajiban untuk mampu dan dapat membaca Al-quran dengan baik dan
benar, memahami arti dan maknanya, serta mengamalkan apa yang ada

didalamnya.

Sayid Sabiq dalam kitabnya telah membagi akhlak manusia kedalam

tiga tingkatan :

a.Nafsu Amarah, ialah nafsu manusia yang tingkatanya paling rendah dan
sangat hina karena senantiasa mengutamakan desakan dan bisikan hawa

nafsu yang merupakan godaan syaitan.

b. Nafsu Lawwammah, ialah nafsu yang senantiasa menjaga amal

manusia untuk berbuat salih dan berhati hati serta instropeksi terhadap

kesalahan kesalahan apabila terperosok kedalam kemungkaran.

c. Nafsu Muthmainah, ialah akhlak manusia yang paling tinggi derajatnya


karena memiliki ruhani dan jiwa yang tenang, suci, dalam keadaan

selalu melakukan kebaikan kebaikan dan beramal shalih.

Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

a. Kita harus selalu berusaha untuk menjadi orang-orang yang bertaqwa

dengan menjalankan apa-apa yang telah diperintahkan dan menjauhi apa-

apa yang telah menjadi larangannya.

b.Selalu berusaha semaksimal mungkin dalam berbuat kebaikan

c. Bertaubat apabila melakukan suatu kejahat, dan berusaha untuk tidak

mengulanginya lagi

d.Menjadikan amal shalih sebagai kebutuhan kita


D. Pentingnya Taat Kepada Aturan Dalam Islam

Pengeritan Taat. Taat artinya tunduk, baik kepada Allah Swt.,

pemerintah, orang tua dan lain-lain, tidak berlaku curang, dan setia.

Pengertian aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus

dijalankan. Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau

perbuatan yang telah diatur baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang

lainnya. Di rumah terdapat aturan, di sekolah terdapat aturan, di lingkungan

masyarakat terdapat aturan, di mana saja kita berada, pasti ada aturannya.

Aturan dibuat dengan maksud agar terjadi ketertiban dan ketenteraman.

Mustahil aturan dibuat tanpa adanya tujuan. Oleh karena itu, wajib hukumnya

kita menaati aturan yang berlaku. Taat kepada Allah Swt. adalah hal yang

paling utama, namun kita juga harus taat kepada para pemimpin kita selama

tidak bertentangan dengan aturan agama.

Aturan yang tertinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu

aturan-aturan yang terdapat pada al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada aturan

yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw., yang disebut sunah atau hadis. Di

bawahnya lagi ada aturan yang dibuat oleh para pemimpin (amir), baik

pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk

pemimpin keluarga.

Peranan para pemimpin sangatlah penting. Sebuah institusi, dari

terkecil sampai pada suatu negara sebagai institusi terbesar, tidak akan stabil

tanpa adanya pemimpin. Tanpa adanya seorang pemimpin dalam sebuah

negara, tentulah negara tersebut akan menjadi lemah dan mudah terombang-
ambing oleh kekuatan luar. Oleh karena itu, Islam memerintahkan umatnya

untuk taat kepada pemimpin karena dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin

(selama tidak melakukan maksiat), akan terciptalah keamanan dan ketertiban

serta kemakmuran.

Ayat dan hadis yang berhubungan dengan ketaatan pada aturan dan

pimpinan. Dalam agama Islam, banyak dalil yang menunjukkan perintah untuk

mentaati pemerintah, selain dalam hal maksiat kepada Allah. Diantaranya

firman Allah dalam Al-Quran:

ِ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ ِطيعُوا هَّللا َ َوأَ ِطيعُوا ال َّرسُو َل َوأُولِي اأْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم فَإ ِ ْن تَنَا َز ْعتُ ْم فِي َش ْي ٍء فَ ُر ُّدوهُ إِلَى هَّللا‬

‫َوال َّرسُو ِل إِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر‬

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan

ulil amri di antara kamu." (QS. An-Nisa: 59)

E. Perilaku Etos Kerja

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etos adalah pandangan hidup

yangg khas dari suatu golongan sosial. Jadi, pengertian Etos Kerja adalah

semangat kerja yg menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu

kelompok. 

Etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sesuatu yang diyakini, cara

berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja. Sedangkan Etos Kerja

Muslim dapat didefinisikan sebagai cara pandang yang diyakini seorang

muslim bahwa bekerja tidak hanya bertujuan memuliakan diri, tetapi juga
sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan mempunyai nilai ibadah yang

luhur. 

Etos Kerja merupakan totalitas kepribadian diri serta cara

mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang

bermakna, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang

optimal (high performance). 

Etos Kerja Muslim didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang

melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja

untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga

sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh. Sehingga bekerja yang didasarkan

pada prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim,

melainkan sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah yang

didera kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat

dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah, menunjukkan

sikap pengabdian sebagaimana firman Allah, “Dan tidak Aku menciptakan jin

dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”, (QS. adz-Dzaariyat :

56).

Bekerja adalah fitrah dan merupakan salah satu identitas manusia,

sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja

menunjukkan fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat

dirinya sebagai hamba Allah SWT. 

Apabila bekerja itu adalah fitrah manusia, maka jelaslah bahwa manusia

yang enggan bekerja, malas dan tidak mau mendayagunakan seluruh potensi
diri untuk menyatakan keimanan dalam bentuk amal kreatif, sesungguhnya dia

itu melawan fitrah dirinya sendiri, dan menurunkan derajat identitas dirinya

sebagai manusia. 

Setiap muslim selayaknya tidak asal bekerja, mendapat gaji, atau sekedar

menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai pengangguran. Karena, kesadaran

bekerja secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab

merupakan salah satu ciri yang khas dari karakter atau kepribadian seorang

muslim. 

Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menjadi pengangguran,

apalagi menjadi manusii yang kehilangan semangat inovatif. Karena sikap

hidup yang tak memberikan makna, apalagi menjadi beban dan peminta-minta,

pada hakekatnya merupakan tindakan yang tercela. Seorang muslim yang

memiliki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat

sesuatu yang penuh manfaat yang merupakan bagian amanah dari Allah. Dan

cara pandang untuk melaksanakan sesuatu harus didasarkan kepada tiga

dimensi kesadaran, yaitu : dimensi ma’rifat (aku tahu), dimensi hakikat (aku

berharap), dan dimensisyariat (aku berbuat). 

Perilaku mulia dalam etos kerja yang perlu dilestarikan adalah:

1. Meyakini bahwa dengan kerja keras, pasti ia akan mendapatkan sesuatu

yang diinginkan (“man jada wa jada” – Siapa yang giat, pasti dapat)

2. Melakukan sesuatu dengan prinsip: “Mulai dari diri sendiri, mulai dari

yang terkecil, dan mulai dari sekarang.”

3. Pentang menyerah dalam melakukan suatu pekerjaan.


ِ ‫ون ۖ َو َستُ َر ُّدونَ إِلَ ٰى عَالِ ِم ْال َغ ْي‬
‫ب‬ ƒَ ُ‫َوقُ ِل ا ْع َملُوا فَ َسيَ َرى هَّللا ُ َع َملَ ُك ْم َو َرسُولُهُ َو ْال ُم ْؤ ِمن‬

َ‫َوال َّشهَا َد ِة فَيُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون‬

Artinya:

“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu,

begitu juga rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan

kepada Allah yang maha mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu

diberitahukan-Nya kepada kamu apa yang telah kemu kerjakan.”  (Q.S. At-

Taubah/9 : 105)

Pada Q.S. At-Taubah/9: 105 menjelaskan, bahwa Allah Swt. memerintahkan

kepada kita untuk semangat dalam melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya.

Allah Swt. akan melihat dan menilai amal-amal tersebut. Pada akhirnya,

seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah Swt. dengan membawa amal

perbuatannya masing-masing. Mereka yang berbuat baik akan diberi pahala

atas perbuatannya itu. Mereka yang berbuat jahat akan diberi siksaan atas

perbuatan yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia.


BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Suatu nikmat apabila telah disyukuri, Tuhan berjanji akan

menambahnya lagi. Dan janganlah sampai berbudi rendah, tidak mengingat

terima kasih. Tidak syukur atas nikmat adalah suatu kekufuran. Kalau nikmat

yang telah dianugerahkan Allah tidak disyukuri, mudah saja bagi Allah

mencabutnya kembali, dan menghidupkan kita di dalam gelap.

Meskipun Rasul sudah diutus, ayat sudah diberikan, al-Qura'n sudah

diwahyukan, hikmat sudah diajarkan dan kiblat sudah terang pula, semuanya

tidak akan ada artinya kalau tidak ingat kepada Allah (zikir) dan bersyukur.

Orang yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan yang telah ada, tidaklah akan

rnerasai nikmat Islam itu. Maka zikir dan syukur, adalah dua pegangan teguh

yang banyak diterangkan di dalam al-Quran dan Sunnah Rasulullah s.a.w.

Dari penjabaran diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa manusia tak

lepas dari sebuah dosa. Dimanapun kita berada pasti kita sering melakukan

dosa setiap harinya ,entah kita sadari atau tidak.Apabila kita ingin berbuat

baik kepada orang lain.Terkadang kita salah mengerti dengan keadaan orang

tersebut sehingga terjadi salah paham diantara sesama.

Dimanapun kaki ini menginjak dan dimanapun nafas ini masih

menghembus, jalankanlah perintah berlomba-lombalah dalam kebaikan sesuai

dengan maksud yang ada. Berikanlah yang terbaik untuk sesama dan pahami
bagaimana keadaannya terlebih dahulu agar kita terhindar dari rasa

kesalahpahaman antar sesama serta tidak ada yang dirugikan atas semua

tindakan baik kita.

B. Saran

Berbuat kebaikan jelas diperintahkan oleh Allah SWT. Perintah untuk

berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, dapat kita temukan dalam Al-Quran

maupun Al-Hadist.
DAFTAR PUSTAKA

http://anandalangkai.blogspot.co.id/2015/09/membangun-bangsa-melalui-
perilaku-taat.html

https://mubt4.blogspot.co.id/2015/09/pendidikan-agama-islam-taat-peraturan.html

http://www.bisosial.com/2012/11/pengertian-konpetisi.html

Anda mungkin juga menyukai