BAB 10
PEMBARU ISLAM
OLEH:
MUHAMMAD RIFWAN
KELAS XI IPS 2
Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan
seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan rasa berteri makasih yang
sebesar-besarnya kepada mereka, kedua orang tua dan segenap keluarga besar
penulis yang telah memberikan dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat
.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................6
C. Tujuan penulisan...........................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................7
A. Kesimpulan.................................................................................................20
B. Saran............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kedokteran, fisika, biologi. namun masa keemasan itu berakhir atau mengalami
perpustakan kordoba yang mana pada saat itu perpustakaan kordoba memiliki
islam setelah pembukaan abad ke sembilan belas. Yang dalam sejarah Islam di
pandang sebagai awal permulaan abad Modern. kontak dengan dunia Barat
Umat Islam, bahwa mereka jauh tertinggal dari Eropa. Yang pertama
merasakan hal ini adalah kerajaan turki Ustmani, karena kerajaan ini yang
yang intern, kondisi objektif umat Islam sendiri yang secara umum ditandai
merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Faktor-faktor itu
sekaligus juga merupakan tantangan kaum Muslim, tidak hanya dalam tataran
intelektual tetapi juga pada tataran empiris. Tantangan itu mencul di kalangan
kaum Muslim hampir secara serentak. Hal ini menyebabkan solusi yang
memajukan kembali Islam seperti pada masa keemasan dulu. Walaupun variasi
yang berbeda atas teks-teks suci, baik dari al-Qur’an maupun sunnah Nabi.
Dalam tentang yang panjang, bentuk solusi ada yang merupakan penolakan
yang digunakan. Dari uraian tentang masalah ini, variasi gerakan pembaharuan
Islam akan tampak jelas. Ini tidak hanya akan bermanfaat bagi kajian-kajian
selanjutnya, tetapi juga dalam upaya mencari titik temu gerakan pembaharuan
Islam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan
konsep yang di gagas oleh para pembaharu, sehingga dengan ini insya Allah
dapat menambah cakrawala kita terhadap dunia Islam dan mengenal para
PEMBAHASAN
modernisasi lahir dari dunia barat, adanya sejak terkait dengan masalah agama.
paham-paham yang dihasilkan para ulama atau pakar di zaman lampau itu tetap
mungkin masih banyak yang relevan dan madih dapat digunakan, tetapi
“modern” berasal dari kata latin modo, yang berarti “masa kini” atau
Nasution juga mengandung arti Islam harus mampu menjawab tantangan yang
Berkaitan dengan hal ini, maka persoalan yang perlu dijawab adalah hal-hal
apa saja yang dapat dijadikan pijakan (landasan) atau pemberi legitimasi bagi
persoalan yang perlu dijawab adalah hal-hal apa saja yang dapat dijadikan
(tajdid). Di antara landasan dasar yang dapat dijadikan pijakan bagi upaya
pembaruan Islam adalah landasan teologis, landasan normatif dan landasan
historis.
1. Landasan Teologis
salisme Islam). Sebagai agama universal, Islam memiliki misi rahmah lil
berhubungan dengan hablu min Allah (hubungan dengan sang khalik), habl
min al-nas (hubungan dengan sesama umat manusia), serta habl min
kebahagiaan hidup sejati di dunia dan di akherat, karena Islam bukan hanya
bersama-sama[5].
Konsep universalisme Islam itu meniscayakan bahwa ajaran Islam
berlaku pada setiap waktu, tempat, dan semua jenis manusia, baik bagi
bangsa Arab, maupun non Arab dalam tingkat yang sama, dengan tidak
membatasi diri pada suatu bahasa, tempat, masa, atau kelompok tertentu.
Dengan ungkapan lain bahwa nilai universalisme itu tidak bisa dibatasi oleh
tidak lain dari upaya menemukan titik temu antara hakikat Islam dan
metode dan teknik untuk mendorong kehidupan yang lebih baik dan lebih
sebagai seorang rasul Allah. Dalam keyakinan umat Islam, terpatri suatu
doktrin bahwa Islam adalah agama akhir jaman yang diturunkan Tuhan bagi
umat manusia; yang berarti paska Islam sudah tidak ada lagi agama yang
diturunkan Tuhan; dan diyakini pula bahwa sebagai agama terakhir, apa
yang dibawa Islam sebagai suatu yang paling sempurna dan lengkap yang
Muhammad Saw sebagai Nabi akhir jaman (khatam al-anbiya’), yang tidak
akan lahir (diutus) lagi seorang pun Nabi setelah Nabi Muhammad Saw, dan
risalah yang dibawa Muhammad diyakini sebagai risalah yang lengkap dan
sempurna.
bukan berarti terputusnya petunjuk Tuhan kepada umat manusia. Kondisi ini
dinamika ajaran Islam. Hal ini dipandang tidaklah berlebihan karena ulama
2. Landasan Normatif
yang diperoleh dari teks-teks nash, baik al-Qur’an maupun al-Hadis. Banyak
ayat al-Qur’an yang dapat dijadikan pijakan bagi pelak-sanaan tajdid dalam
11, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu
kaum sehingga mengubah apa yang ada dalam diri mereka sendiri….”
Dari ayat di atas, nampak jelas bahwa untuk mengubah status umat
dari situasi rendah menjadi mulia dan terhormat, umat Islam sendiri harus
dalam masyarakat harus selalu ada karena dengan itulah masyarakat dapat
Sementara itu, dalam hadis Nabi dapat kita temukan adanya teks hadis
yang menyatakan bahwa “Allah akan mengutus kepada umat ini pada setiap
interpretasi mengenai kata ‘ala ra’si kulli mi’ati sanah (setiap awal abad) ini
dalam daftar literatur sejarah Islam— telah meninggal dunia pada awal
abad, yang berarti bahwa mereka belum melakukan pembaruan. Atas dasar
ini, maka sebagian lagi memahami dalam pengertian yang lebih longgar dan
menyatakan bahwa yang penting mujaddid yang bersangkutan hidup dalam
(dalam memaknai awal abad), yang jelas bahwa ide tajdid dalam Islam
3. Landasan Historis
pengikutnya masih terbatas pada bangsa Arab yang berpusat di Makkah dan
berkata: “sami’na wa atha’na”.
geografis menyebar luas, dari segi intelektual pun membuahkan umat yang
mulai dari ilmu kalam, ilmu hadis, ilmu fikih, ilmu tafsir, filsafat, tasawuf,
diturunkan. Umat Islam dalam periode itu dengan segala ilmu yang
agama maupun dalam bidang non agama. Di jaman itu pula para pemikir
(melakukan pembaruan).
modern.
bentuknya terutama pada abad XVII dan XVIII M. Sementara itu, gerakan
dalam dua batasan dekade yaitu pra-modern (abad XVII dan XVIII M) dan
modern (mulai abad XIX M), tetapi sebagaimana dikemukakan oleh Fazlur
pada abad XVII M. Syaikh Ahmad Sirhindi telah meletakan dasar teori
Shah Waliyullah di India abad XVIII M, juga melakukan hal yang sama
dengan apa yang dilakukan oleh Syaikh Ahmad dalam sikapnya terhadap
bersifat internasional.
gerakan pembaruan pada era modern (abad XIX dan XX M). Sebagai misal,
Islam dari berbagai pengaruh ajaran dan pengamalan yang tidak benar
satu contoh, tentunya dapat ditemukan juga dalam gerakan dan pemikiran
Islam baik pra-modern dan modern, menurut Voll dapat terlihat pula pada
tiga bidang atau tema yang digelorakan, yaitu: pertama, seruan untuk
gerakan tajdid (pembaruan Islam) memiliki akar historis yang kuat sebagai
pijakan bagi kontinuitas gerakan pembaruan Islam kini dan yang akan
datang.
C. Faktor penyebab kemunduran umat islam:
Isu pintu ijtihad tertutup telah meluas dikalangan umat islam. Berpaling
pikiran untuk menggali secara langsung pada sumber pertama dan utama, yaitu
ta’assuk terhadap mazhab tertentu sangat marak dilakukan. Karena itulah ilmu
dalam seiman telah pindah. Tidak ada satu ikatan di dalamnya kecuali nama
dan tatanan. Umat Islam terpecah belah dan saling bermusuhan, masyarakat
islam berubah dan kerajaan islam telah mewariskan kota-kota dan kerajaan
Adanya perang salib dibawah arahan gereja katolik Roma dan serbuan
tentara barbar. Karena itu khalifah sebagai lambang kesatuan politik umat
islam hilang. Tentara salib ingin menguasai baitul maqdis untuk menyebarkan
4. Jamaluddin Al-Afghani
5. Muhammad Abduh
6. Rasyid Ridho
7. Muhammad Iqbal
9. Hasan Al-Bana
PENUTUP
A. Kesimpulan
“Islam adalah agama yang mencakup berbagai macam aspek, baik itu
usaha yang dilakukan oleh para tokoh pembaharu islam belum sempurna.
Perjuangan dan usaha mereka kami analogikan sebagai sebuah ajang lari
tongkat estafet kemajuan islam dengan susah payah dan penuh perjuangan
agar sampai kepada kita—umat saat ini—dengan harapan besar kita mampu
menyedihkan dari segi keilmuan dan persatuan. Umat islam saat ini tidak lagi
dinamis, dan seperti tidak memiliki pendirian. Hal ini terlihat dari mudahnya
B. Saran
islam yang masih terpuruk dan masih tertinggal dari bangsa Eropa barat. saat
ini, dan harapan besar kami adalah munculnya jiwa dan semangat Al-
pada islam yang merupakan hambatan bagi umat islam untuk maju dan
Mubarok, Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV. Pustaka Islamika, 2014.