Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Allah SWT telah menciptakan manusia bersuku-suku, berbangsa-bangsa untuk saling
kenal mengenal. Allah SWT juga telah menurunkan kepada ummat manusia setiap
masa seorang Rasul dengan membawa syari’atnya masing-masing. Kita tahu ada
ummat Yahudi, Nasrani, Majusi, dan Islam, serta ummat yang lain. Setiap ummat
pemeluk agama ( Kabilah ) mempunya kiblat sendiri, Orang Yahudi mempunyia Kiblat
sendiri yang mereka menghadap kepadanya. Orang Nasrani juga mempunyai kiblat
sendiri yang mereka menghadap kepadanya. Allah memberi petunjuk kepada Ummat
muhammad kepada Kiblat yang di ridhoi Allah SWT yaitu Ka’bah.
Ummat Islam di perintah oleh Allah SWT untuk berlomba-lomba dengan ummat yang
lain dalam berbuat kebaikan, semua perbuatan akan mendapatkan penilaian dari Allah
SWT, amal siapakah yang dinilai baik oleh Allah SWT? Jawabannya
tentu harus di kembalikan kepada Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan beberapa hal
yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu :
1. Apa pengertian dari berkompetisi ? dan Apa pengertian kebaikan?
3. Bagaimana penjelasan perintah Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-
Baqarah:148 serta Surat Al Fathir : 32

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Agar kita mengetahui dan memahami perintah Allah SWT untuk berkompetisi dalam
berbuat kebaikan.
2. Untuk mengingatkan kita agar senantiasa berbuat kebaikan, kapanpun dan
dimanapun.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berkompetisi


Kompetisi adalah kata kerja intransitive yang berarti tidak membutuhkan objek
sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata lain seperti against (melawan),
over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu pilihan hidup dan bisa disesuaikan
dengan kepentingan keadaan menurut versi tertentu.
Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas mencapai
tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok
memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari struktur reward dalam
suatu situasi.

2.2 Pengertian Kebaikan


Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan
manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jikatingkah laku tersebut menuju
kesempuranan manusia. Kebaikan disebut nilai(value), apabila kebaikan itu bagi seseorang
menjadi kebaikan yang konkrit.Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih
jalanyang ditempuh. Pertama kali yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu,
dalampelaksanaanya yang pertama diperlukan adalah jalan-jalan itu. Jalan
yangditempuh mendapatkan nilai dari tujuan akhir.Manusia harus mempunyai tujuan akhir
untuk arah hidupnya.
Tingkah laku atau perbuatan menjadi baik dalam arti akhlak, apabila membimbing
manusia ke arah tujuan akhir, yaitu dengan melakukan perbuatan yang membuatnya baik sebagai
manusia
Berdasarkan norma susila, kebaikan atau keburukan perbuatan manusiadapat dipandang
melalui beberapa cara, yaitu :
a) Objektif, keadaan perseorangan tidak dipandang.
b) Subjektif, keadaan perseorangan diperhitungkan.
c) Batiniah, berasal dari dalam perbuatan sendiri (kebatinan, intrinsic)
d) Lahiriah, berasal dari perintah atau larangan Hukum Positif (ekstrinsik)Perbuatan yang
sendirinya jahat tidak dapat menjadi baik atau netralkarena alasan atau keadaan. Biarpun
mungkin taraf keburukannya dapat berubahsedikit sedikit, orang tidak boleh berbuat jahat
untuk mencapai kebaikan.Perbuatan yang baik, tumbuh dalam kebaikannya, karena kebaikan
alasandan keadaannya. Suatu alasan atau keadaan yang jahat sekali, telah cukup
untuk menjahatkan perbuatan. Kalau kejahatan itu sedikit, maka kebaikan
perbuatanhanya akan dikurangi.Perbuatan netral memproleh kesusilaannya, karena alasan dan
keadaannya.Jika ada beberapa keadaan, baik dan jahat, sedang perbuatan itu sendiri ada baik atau
netral dipergunakan.

2.3 Berkompetisi dalam Kebaikan Sesuai Perintah Allah SWT dalam Surat Al-
Baqarah:148 dan Surat Al Fathir : 32
Berikut ini adalah beberapa ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kepada kita Ummat
Islam untuk berlomba-lomba dengan ummat yang lain dalam berbuat kebaikan.
Diantaranya Surah al-Baqarah ayat 148 dan surah fathir ayat 32 :

A. Surah Al-Baqarah,2: 148

1. Surat Al Baqarah ayat 148

2. Artinya :
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )

Arti kata kata :


ٍّ‫ َو ِل ُكل‬:Dan bagi tiap tiap umat ‫للاُ ِب ُك ٍُّم‬
ٍّ :Dengan/padamu Allah
ٍّ‫ ِوجْ َهة‬:Kiblat ٍّ‫ َج ِميعا‬:Sekalian /semua
ٍّ‫ ه َُو‬:Ia ٍّ‫للاَ ِإن‬
ٍّ :Sesungguhnya Allah
‫ ُم َوٍِّلي َها‬:Menghadap kepadanya ‫ل َعلَى‬
ٍِّ ‫ ُك‬:Atas segala
‫ فَا ْستَبِقُوا‬:Maka berlomba lombalah kamu ٍّ‫ش ْيء‬
َ :Sesuatu
ِ ‫ ْال َخي َْرا‬:Kebaikan ٍّ‫ قَدِير‬:Mahakuasa
ٍّ‫ت‬
ٍّ‫ َما أَي َْن‬:Dimana saja
‫ ت َ ُكونُوا‬:Kamu berada
ٍِّ ْ ‫ يَأ‬:Mengumpulkan
‫ت‬

3. Identifikasi Tajwid:
1. Idgam bigunnah, yaitu huruf tanwin bertemu wau dalam bacaan ٍّ‫ِوجْ َهةٍّ َو ِل ُكل‬
2. Izhar halqi, yaitu huruf tanwin bertemu ha dalam bacaan ٍّ‫ه ٍَُّو ِوجْ َهة‬
3. Mad Tabi`i, yaitu sebelum huruf ya bersukun hurufnya berharakat kasrah dalam
bacaan ‫ُم َو ِلي َها‬
4. Ikfa, yaitu huruf bertanwin bertemu huruf qaf dalam bacaan ٍّ‫للاَ ِإنٍّ َج ِميعا‬
ٍّ
5. Mad arid lisukun, yaitu mad yang ada sebelum tanda berhenti/waqaf pada bacaan ٍّ‫قَدِير‬

4. Isi Kandungan
Tiap tiap umat ada kiblatnya masing masing yang dijadikan arah untuk ibadah pada
zamanya. Umat Islam menhadapkan wajahnya dalam beribadah menuju ke arah
Masjidil Haram yang di dalamnya ada bangunan Kakbah. Umat nabi Ibrahim dan Ismail
juga menghadap ke arah Kakbah sedangkan umat Bani Izrail dan umat Nasrani
menghadap ke arah Baitul Maqdis. Allah swt memberikan ketentuan bagi setiap umat
manusia dalam beribadah kepadaNya dengan menunjukkan rah kiblat yang sudah di
tentukan. Manusia yang taat dan patuh terhadap apa yang diperintahkan Allah tentu
akan melaksanakan dengan penuh taqwa, sedangkan orang yang ingkar akan mencari
dan membuat arah kiblat sendiri sesuai dengan keinginanya.
Allah swt akan dapat menilai dan melihat hamba hambanya yang patuh dan taat, dapat
pula melihat hambanya yang melanggar serta meninggalkan perintahnya. Manusia
yang senantiasa berbuat baik dan taat pastilah Allah akan membalasanya dengan
pahala berupa Syurga, Sedangkan manusia yang lalai dan meninggalkan perintah Allah
maka tempatnya adalah di Neraka yang apinya senantiasa menyala nyala.
Hari kiamat sebagi hari pembalasan akan menjadi suatu masa bahwa setiap perbuatan
manusia akan diminta pertanggungjawabanya. Perbuatan baik sekecil appun pasti akan
mendapat balasanya demikian juga perbuatan buruk atau jahat sekecil apapun juga
akan mendapat balasan yang sangat adil dan setimpal. Tak ada satupun manusia di
hari kiamat yang akan dapat meloloskan diri dari pengadilan Allah swt. Kehidupan di
akhirat hakekatnya adalah kehidupan hakiki dan merupakan kehidupan yang
sebenarnya,oleh karena itu kehidupan yang sebentar di dunia ini hendaklah benar
benar digunakan dengan sebaik baiknya untuk di isi dengan amal perbuatan yang baik.
Kebahagiaan manusia di akhirat sesungguhnya ditentukan oleh kebahagiaan di dunia
ini dengan satu syarat senantiasa melakukan dan melaksanakan syariat Allah dengan
sebaik baiknya.
Allah swt sudah memberikan gambaran dan peringatan agar manusia berhati hati
dalam hidup ini sebagaimana banyak tertuang dalam firman Allah yang berisi agar
manusia berbuat baik, karena setiap perbuatan akan kembali kepada manusia itu
sendiri. Seperti disebutkan dalam Al quran surat, Al-baqarah ayat; 25,58,83,195, Al-
Maidah : 13, Al-An`am : 84, Al-A`raf : 56, Yunus: 26, dan Surat Yunus : 7
Selain firman Allah tersbut masih banyak surat dalam Al quran yang memerintahkan
untuk berbuat baik. Maka dengan niat penuh keikhlasan hendaklah kita awali dan
perbaharui hidup ini dengan niat untuk senantiasa melakukan amal amal perbuatan
yang baik.

5. Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari


· Kita harus berusaha untuk menjadi pribadi yang selalu berusaha untuk berbuat
kebaikan sebanyak-banyaknya, dan juga meyakini bahwa nantinya akan ada hari
kiamat/hari pembalasan.
· Meyakini bahwa setelah hidup di dunia masih ada kehidupan yang selanjutnya yaitu
di alam kubur dan alam akhirat, sehingga di dunia ini kita harus berbuat kebaikan yang
sebanyak-banyaknya untuk bekal di akhirat nanti.
· Sebagai seorang muslim kita harus memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya,
contohnya, adalah menggunakan waktu luang untuk memperbanyak ibadah kepada
Allah swt.
· Memperbanyak berbuat kebaikan karena nantinya akan mendapatkan pembalasan di
hari pembalasan nanti. Ingat, bahwa kebaikan sekecil apapun yang kita kerjakan selama
di dunia ini pasti akan mendapatkan balasan, sebaliknya kejahatan sekecil apapun juga
akan mendapatkan balasan.
· Senang berbuat baik terhadap diri sendiri dan orang lain serta alam sekitarnya
sebagai bukti dari keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt.
· Di sekolah kita harus berlomba-lomba dalam kebaikan, misalnya dalam belajar, dalam
mengerjakan ulangan secara jujur, sehingga kita bisa mendapatkan nilai yang terbaik
dan memuaskan.
B. Surat Al Fathir : 32

1. Surat Al Fathir : 32

2. Artinya :
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri
dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang
lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia
yang amat besar.

Arti kata kata


‫ ث ُ ٍّم‬:Kemudian ٍّ‫َصد‬
ِ ‫ ُّم ْقت‬:Ada yang pertengahan
‫ أَ ْو َرثْنَا‬:Kami wariskan ٍّ‫سا ِبق‬
َ :Yang lebih dulu
َ ‫ ْال ِكت‬:Kitab itu ‫ت‬
ٍّ‫َاب‬ ٍِّ ‫ بِ ْال َخي َْرا‬:Berbuat kebaikan
ٍَّ ‫ الذ‬:Yang ‫ن‬
‫ِين‬ ٍّ :Dengan izin Allah
ٍِّ ْ‫للاِ ِبإِذ‬
ْ ‫ ا‬:Kami pilih ‫ك‬
َ ‫ص‬
‫طفَ ْينَا‬ ٍَّ ‫ ه ٍَُّو ذَ ِل‬:Yang demikian itu adalah
ٍّ‫ ِعبَا ِدنَا ِم ْن‬:Diantara hamba hamba kami ‫ل‬ ْ َ‫ ْالف‬:Karunia
ٍُّ ‫ض‬
ٍُّ ِ‫ ْال َكب‬:Yang amat besar
ٍّ‫ فَ ِم ْن ُه ْم‬:Lalu diantara mereka ‫ير‬
ٍّ‫ظا ِلم‬ َ :Menganiaya
ٍّ‫ ِلنَ ْف ِس ِه‬:Diri mereka sendiri
‫ َو ِم ْن ُهم‬:Dan diantara mereka

3. Identifikasi Tajwid :
1. Mim musyadah atau mim bertasydid pada bacaan ٍّ‫ثُم‬
2. Izhar yaitu huruf nun bersukun bertemu huruf `ain pada bacaan ٍّ‫ِعبَا ِدنَا ِم ْن‬
3. idgam bilagunnah yaitu huruf tanwin bertemu huruf lam pada bacaan ٍّ‫ظا ِلم‬
َ
ٍّ‫ِلنَ ْف ِس ِه‬
4. idgam mimi yaitu huruf mim bersukun bertemu huruf mim pada bacaan ‫َو ِم ْن ُهم‬
ِ ‫ُّم ْقت‬
ٍّ‫َصد‬
5. izhar syafawi yaitu huru mim bersukun bertemu huruf sin pada bacaan ‫َو ِم ْن ُه ٍّْم‬
ٍّ‫سا ِبق‬
َ
6. iqlab yaitu tanwin bertemu huruf ba pada bacaan ٍّ‫سا ِبق‬ ٍِّ ‫ِب ْال َخٍّْي َرا‬
َ ‫ت‬
4. Isi Kandungan :
Berdasarkan surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia kedalam tiga
derajat kedudukan manusia :
1. Golongan Dholimun Linafsih, ialah golongan yang selalu mendholimi dan menganiaya
diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang durhaka kepada Allah SWT, dengan
meninggalkan perintaNya dan mengerjakan Larangan laranganNya.
2. Golongan Mukhtasid, ialah golongan dari kelompok manusia yang derajatnya berada
pada pertengahan, bersifat cermat dan senantiasa berhati hati dengan melaksanakan
kewajiban dan menjauhi larangan laranganNya.
3. Golongan Sabiqun Bil Khairat, ialah golongan dari manusia yang senantiasa aktif dalam
melakukan kebaikan. Golongan ini memiliki ruhiyyah yangtinggi dengan senantiasa
melaksanakan yang wajib dan mengerjakan amalan amalan yang sunat. Hidupnya
istiqomah dan menjauhi dari perkara perkara yang syubhat dan ragu ragu dalam
kehidupan sehari hari.

Allah swt mewariskan kitab ( Al Quran ) kepada hamba hambanya yang terpilih untuk
diamalkan dan dikerjakan apa yang diperintahkan dan dilarang dalam kitab tersebut.
Dalam kenyataanya manusia memiliki berbagai ragam bentuk aktifitas untuk menerima
dan mewarisi kitab yang telah Allah wariskan. Ada diantara mereka menanggapi kitab
Allah dengan sungguh sungguh dan mengerjakanya dengan amal amal perbuatan baik
karena mendapatkan ridho dan izin Allah, adapula yang menerima dengan seenaknya
tanpa mau mengerjakan apalagi mentaati isi dan ajaran kitab Allah tersebut sehingga
apa yang dilakukanya sesungguhnya seperti menganiaya diri sendiri. Karena manusia
yang tidak mau beramal baik sesuai dengan kitab Allah sesungguhnya amal perbuatan
itu akan kembali pada dirinya sendiri. Dan yang lebih banyak manusia itu ada di
pertengahan yang terkadang taat namun dilain waktu manusia itu melanggar.
Kitab Allah ( Al-Quran ) merupakan satu pedoman hidup manusia baik untuk
kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan hidup di akhirat. Agar manusia mampu
meraih kedua hal tersebut maka manusia dituntut untuk mampu memahami,
membaca, dan mengamalkan apa yang terkandung dalam kitab Allah tersebut. Orang
Islam mempunyai kewajiban untuk mampu dan dapat membaca Al-quran dengan baik
dan benar, memahami arti dan maknanya, serta mengamalkan apa yang ada
didalamnya.
Sayid Sabiq dalam kitabnya telah membagi akhlak manusia kedalam tiga tingkatan :
1. Nafsu Amarah, ialah nafsu manusia yang tingkatanya paling rendah dan sangat hina
karena senantiasa mengutamakan desakan dan bisikan hawa nafsu yang merupakan
godaan syaitan.
2. Nafsu Lawwammah, ialah nafsu yang senantiasa menjaga amal manusia untuk berbuat
salih dan berhati hati serta instropeksi terhadap kesalahan kesalahan apabila terperosok
kedalam kemungkaran.
3. Nafsu Muthmainah, ialah akhlak manusia yang paling tinggi derajatnya karena memiliki
ruhani dan jiwa yang tenang, suci, dalam keadaan selalu melakukan kebaikan kebaikan
dan beramal shalih.
5. Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

 Kita harus selalu berusaha untuk menjadi orang-orang yang bertaqwa dengan
menjalankan apa-apa yang telah diperintahkan dan menjauhi apa-apa yang telah
menjadi larangannya.
 Selalu berusaha semaksimal mungkin dalam berbuat kebaikan
 Bertaubat apabila melakukan suatu kejahat, dan berusaha untuk tidak
mengulanginya lagi
 Menjadikan amal shalih sebagai kebutuhan kita

BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Suatu nikmat apabila telah disyukuri, Tuhan berjanji akan menambahnya lagi. Dan
janganlah sampai berbudi rendah, tidak mengingat terima kasih. Tidak syukur atas
nikmat adalah suatu kekufuran. Kalau nikmat yang telah dianugerahkan Allah tidak
disyukuri, mudah saja bagi Allah mencabutnya kembali, dan menghidupkan kita di
dalam gelap.
Meskipun Rasul sudah diutus, ayat sudah diberikan, al-Qura'n sudah
diwahyukan, hikmat sudah diajarkan dan kiblat sudah terang pula, semuanya tidak akan
ada artinya kalau tidak ingat kepada Allah (zikir) dan bersyukur. Orang yang tidak
mensyukuri nikmat Tuhan yang telah ada, tidaklah akan rnerasai nikmat Islam itu. Maka
zikir dan syukur, adalah dua pegangan teguh yang banyak diterangkan di dalam al-
Quran dan Sunnah Rasulullah s.a.w.
Dari penjabaran diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa manusia tak lepas dari
sebuah dosa. Dimanapun kita berada pasti kita sering melakukan dosa setiap harinya
,entah kita sadari atau tidak.Apabila kita ingin berbuat baik kepada orang
lain.Terkadang kita salah mengerti dengan keadaan orang tersebut sehingga terjadi
salah paham diantara sesama.
Dimanapun kaki ini menginjak dan dimanapun nafas ini masih menghembus,
jalankanlah perintah berlomba-lombalah dalam kebaikan sesuai dengan maksud yang
ada. Berikanlah yang terbaik untuk sesama dan pahami bagaimana keadaannya terlebih
dahulu agar kita terhindar dari rasa kesalahpahaman antar sesama serta tidak ada yang
dirugikan atas semua tindakan baik kita.

3.2 Saran
Berbuat kebaikan jelas diperintahkan oleh Allah SWT. Perintah untuk berlomba-
lomba dalam berbuat kebaikan, dapat kita temukan dalam Al-Quran maupun Al-Hadist.

DAFTAR PUSTAKA

http://ki-tapunya.blogspot.com/2015/08/terjemahan-isi-kandungan-quran-surat-
fathir-ayat-32.html
https://ad3ka160495.wordpress.com/2010/08/12/surah-al-baqarah2-148-surah-fatir-
3532/
http://kongaji.tripod.com/myfile/al-baqoroh_ayat_148-152.htm
http://warnet178meulaboh.blogspot.com/2014/02/makalah-berkompetisi-dalam-
kebaikan.html
Liston Haposan Subrian. 2010. Pengertian Kebaikan Secara Etika. (online). Diakses pada
tanggal 25 Februari 1014 .pada pukul 09.27 WIB.
http://www.scribd.com/doc/64042435/1/A-Pengertian-Kebaikan-Secara-Etika

Arif Sobaruddin. 2012. Pengertian kompetisi. (online). Diakses Pada tanggal 25 Februari 2014 pada
pukul 09.27 WIB.
http://www.bisosial.com/2012/11/pengertian-konpetisi.html

Muhammad Nasruddin Hasan. 2010. Berlomba-Lomba dalam Kebaikan. (online). Diakses pada
tanggal 25 Februari 2014 pada pukul 09.27 WIB.
http://referensiislam.blogspot.com/2011/06/berlomba-lomba-dalam-kebaikan.html

Muhammad Haryono. 2011. Meneguhkan Iman (2). (online). Diakses pada tanggal 25 Februari 2014
pukul 10: WIB
http://muhammadmaryono.wordpress.com/author/muhammadmaryono/page/4/

Yanuar Firdaus. Al-Baqarah : 148. Al Quran Online. (Online). Diakses pada tanggal 25
Februari 2014 pukul 10:00WIB
http://quran.ittelkom.ac.id/?sid=2&aid=148&pid=arabicid

Anda mungkin juga menyukai