Anggota Kelompok :
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan nikmat yang luarbiasa, keteguhan, serta kekuatan sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul " Hakikat Baik Dan Buruk Dalam Ilmu
Akhlak ” ini. Shalawat beserta salam semoga tercurahkan limpahkan kepada Nabi
kita semua Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa nya. Dan menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik serta membangun yang diharapkan dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia ingin memperolah kehidupan yang baik bahkan yang terbaik.
Setiap manusia memiliki sikap dan perangai sendiri-sendiri. Apabila seseorang
memiliki sikap atau perangai yang baik, maka orang yang demikian dianggap
memiliki akhlak yang baik, Sebaliknya jika ada orang yang memiliki sikap dan
perangai yang jelek maka orang tersebut dianggap memiliki akhlak yang jelek. Baik
buruk tentu memiliki ukuran yang tidak sama, hal ini terbukti dengan adanya sesuatu
yang baik menurut seseorang/kelompok tapi dianggap tidak baik oleh kelompok
lainnya.Untuk kepentingan memahami baik dan buruk tentu diperlukan adanya
standar yang dapat dijadikan ukuran untuk menentukan baik buruk.
Pengertian baik dan buruk ada yang subyektif dan relatif, baik bagi seseorang
belum tentu baik bagi orang lain. Sesuatu itu baik bagi seseorang apabila hal itu
sesuai dan berguna untuk tujuannya. Hal yang sama adalah mungkin buruk bagi
orang lain, karena hal terseut tidak akan berguna bagi tujuannya. Masing-masing
orang mempunyai tujuannya yang berbeda-beda, bahkan ada yang bertentangan,
sehingga yang berharga untuk seseorang atau untuk golongan berbeda dengan yang
berharga untuk orang atau golongan lainnya.
Akan tetapi secara obyektif, walaupun tujuan orang atau golongan di dunia ini
berbeda-beda, sesungguhnya pada akhirnya semuanya mempunyai tujuan yang sama,
sebagai tujuan akhir tiap tiap sesuatu, bukan saja manusia bahkan binatang pun
mempunyai tujuan. Dan tujuan akhir dari semua itu sama, yaitu bahwa semuanya
ingin baik. Dengan kata lain semuanya ingin bahagia. Tak ada seorang pun dan
sesuatu pun yang tidak ingin bahagia.
Tujuan dari masing-masing sesuatu, walaupun berbeda-beda, semuanya akan
bermuara kepada satu tujuan yang dinamakan baik, semuanya mengharapkan
mendapatkan yang baik dan bahagia, tujuan yang akhir yang sama ini dalam ilmu
Ethik ”Kebaikan Tertinggi”, yang dengan istilah Latinnya disebut ”Summum
Bonum” atau bahasa Arabnya Al-Khair al-Kully. Kebaikan tertinggi ini bisa juga
disebut kabahagiaan yang universal atau Universal Happiness. Selanjutnya,
dimakalah ini akan kami uraikan secara jelasnya mengenai hakikat baik dan buruk
dalam ilmu akhlak.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Akhlak Baik dan Akhlak Buruk
2. Apa Ukuran Akhlak Baik dan Akhlak Buruk?
3. Bagaimana Pendapat tentang Akhlak Baik dan Akhlak Buruk?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Akhlak Baik dan Akhlak Buruk.
2. Untuk mengetahui Ukuran Akhlak Baik dan Akhlak Buruk
3. Untuk mengetahui Pendapat tentang Akhlak Baik dan Akhlak Buruk
3
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun Kemudian baik, dari segi bahasa adalah terjemahan dari kata khair dalam
bahasa arab, atau good dalam bahasa inggris. Akhlak baik biasa disebut akhlak terpuji
yang merupakan terjemahan dari ungkapan bahasa Arab akhlak mahmudah.
Mahmudah merupakan bentuk maf’ul dari kata hamida yang berarti ”dipuji”.akhlak
terpuji deisebut dengan akhlaq karimah (akhlak mulia), atau makarim al-akhlaq
(akhlak mulia), atau al-akhlaq al-munjiyat (akhlak yang menyelamatkan pelakunya).
Louis Ma’luf dalam kitabnya, Munjid, mengatakan bahwa yang disebut baik adalah
sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan.
Kata buruk sepadan dengan kata evil, bad dalam bahasa Inggris yang bisa
diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik, keji, jahat, tidak bermoral, tidak dapat
diterima, atau sesuatu yang tercela. Akhlak buruk atau tercela merupakan tingkah
laku tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan martabatnya
sebagai manusia.
Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa
keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan seterusnya. Bila dihubungkan
dengan akhlak, yang dimaksud dengan baik (sebut: akhlaq yang baik) menurut
Burhanudin Salam adalah adanya keselarasan antara prilaku manusia dan alam
manusia tersebut . Sementara itu, Ahmad Amin menyatakan bahwa perilaku manusia
dianggap baik atau buruk bergantung pada tujuan yang dicanangkan oleh pelaku.
4
Kedua pengertian tersebut tampaknya lebih baik disatukan menjadi satu definisi,
sebab definisi pertama lebih memperhatikan akibat dari perilaku yang dihasilkan,
sementara definisi kedua lebih menitik beratkan pada tujuan terwujudnya
perilaku.dengan hanya mempertimbangkan tujuan pelaku, seseorang akan cenderung
berani melakukan tindakan yang tidak selaras dengan alam dengan dalih bertujuan
baik, juga adanya kesulitan mengukur kebenaran tujuan pelaku. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, barangkali dapat dirumuskan bahwa perilaku yang baik adalah
prilaku yang memiliki tujuan baik dan selaras dengan alam manusia.
Akhlak terpuji atau akhlak mulia yang disebut dengan alakhlaq al-mahmudah atau
al-akhlaq al-karimah. Akhlak yang terpuji adalah akhlak yang dikehendaki oleh Allah
SWT. dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Akhlak ini dapat diartikan sebagai
akhlak orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Beberapa contoh
dari firman Allah yang mensinyalir tentang indikator akhlak yang terpuji (akhlakul
karimah) diantaranya: Mengucapkan salam. Hal ini sebagaimana dapat dipahami dari
firman Allah dalam Al-Quran berikut ini:
1
(Q.S. Al-Furqan: 63)
5
Di dalam akhlak Islamiyah, untuk mencapai tujuan baik harus dengan jalan
yang baik dan benar. Sebab ada garis yang jelas antara yang boleh dan yang tidak
boleh; ada garis demarkasi antara yang boleh dilampaui dan yang tidak boleh
dilampaui; garis pemisah antara yang halal dan yang haram. Semua ornag muslim
harus melalui jalan yang dibolehkan dan tidak boleh melalui jalan yang dilarang.
Bahkan antara yang halal dan yang haram tidak jelas, disebut subhat, orang muslim
harus berhati-hati, jangan sampai jatuh di daerah yang syubhat, sebab dikhawatirkan
akan jatuh di daerah yang haram. Seperti Untuk menjadi pengusaha yang kaya ia
harus berusaha dengan jalan yang halal, tidak dengan menganiaya orang lain, tidak
boleh menimbun dengan jalan riba, tidak dengan korupsi, tidak dengan yang dilarang
oleh peraturan-peraturan yang berlaku. Karena disamping baik harus benar.2
Jadi menurut akhlak Islam, perbuatan itu di samping baik juga harus benar,
yang benar juga haras baik. Sebab dalam Ethik yang benar belum tentu baik dan yang
baik beium tentu benar. Seperti memberitahu dan menasehati adalah benar; tapi kalau
memberitahu dan menasehati itu dengan mengejek atau sambl menghina adalah tidak
baik. Belum tentu yang benar itu kalau dijelaskan menjadi baik, seperti kalau seorang
suami berkata dengan jujur kepada istrinya bahwa tadi pagi di jalan ia bertemu
dengan bekas pacarnya yang dulu dan dia menanyakan apa kabar. Walaupun hal itu
benar dan yang sebenamya, tak perlu diberitahukan kepada istri, sebab dengan
diberitahukan kepada istri itu, istri kita jadi tersinggung hatinya dan tentu akan
mempunyai rasa mendongkol atau timbul cemburu, bahkan mungkin akan
menimbulkan percekcokan.
2.
Rachmat Djatnika. Sistem Ethika Islami., hlm. 36
6
pembunuhan. Karena itu dalam kasus tersebut yang baik adalah tidak
memberitahukan, sehingga orang akan selamat, yang dengan tidak memberitahukan
itu kita melindungi jiwa dari pembunuhan dan menolong orang yang akan membunuh
untuk tidak melakukan pelanggaran dan dosa besar.
Jadi, Akhlak buruk atau tercela merupakan tingkah laku tercela yang dapat
merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan martabatnya sebagai manusia. Dari
beberapa definisi tersebut, dapatlah dipahami bahwa sesuatu yang disebut baik atau
buruk itu sangat relatif. Bergantung kepada pandangan, persepsi atau penilaian
masing-masing orang yang memformulasikannya. Oleh karena itu, nilai baik atau
buruk bersifat subyektif, tergantung tolok ukur apa yang digunakan.
Jiwa manusia memiliki kekuatan yang mampu membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk. Kekuatan tersebut dapat mendorongnya berbuat baik dan
mencegahnya berbuat buruk. Jiwanya akan merasa bahagia jika telah berbuat baik
3
Rahmawati. Baik dan buruk. Hal 69.
7
dan merasa tersiksa jika telah berbuat buruk. Kekuatan ini disebut nurani. Masing –
masing individu memiliki kekuatan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan kekuatan
ini dapat menyebabkan perbedaan persepsi tentang sesuatu yang dianggap baik dan
yang dianggap buruk.
2. Rasio
3. Adat
4. Pandangan Individu
5. Norma Agama
Seluruh agama di dunia ini mengajarkan kebaikan. Ukuran baik dan buruk
menurut norma agama lebih bersifat tetap, bila dibandingkan dengan ukuran baik dan
buruk dimata nurani, rasio, adat istiadat, dan pandangan individu. Keempat ukuran
tersebut bersifat relatif dan dapat berubah sesuai dengan ruang dan waktu. Ukuran
baik dan buruk yang berlandaskan norma agama kebenarannya lebih dapat dipercaya
dan dapat dipertanggungjawabkan, karena norma agama merupakan ajaran Tuhan
Yang Maha Suci. Disamping itu, ajaran Tuhan lebih bersifat universal, lebih terhindar
dari subyektifitas individu maupun kelompok.
Membicarakan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka penentuan dan
karakternya baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur melalui fitrah manusia.
Menurut Poedja Wijatna berhubungan dengan perkembangan pemikiran manusia
dengan pandangan filsafat tentang manusia (Antropologi Metafisika) dan ini
tergantung pula dari Metafisika pada umumnya. Dan dapat disimpulkan bahwa
diantara aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan baik dan buruk
diantaranya :
Menurut aliran ini baik dan buruk ditentukan berdasarkan adat istiadat yang
berlaku dan ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegang teguh
oleh masyarakat. Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang
9
baik dan orang yang menentang dan tidak mengikuti adat istiadat dipandang buruk,
dan kalau perlu dihukum secara adat.
Adat istiadat selanjutnya disebut pula sebagai pendapat umum, Ahmad Amin
mengatakan bahwa tiap-tiap bangsa mempunyai adat istiadat yang tertentu dan
menganggap baik bila mengikutinya,mendidik anak-anaknya sesuai dengan adat
istiadat itu, dan menanamkan perasaan kepada mereka, bahwa adat istiadat itu akan
membawa kepada kesucian,sehingga apabila seseorang menyalahi adat istiadat itu
sangat dicela dan dianggap keluar dari golongan bangsanya.
Aliran hedonisme adalah aliran filsafat yang terhitung tuah, karena berlatar
pada pemikiran filsfat Yunani, khususnya pemikiran filsafat Epicurus (341-270 SM),
yang selanjutnya dikembangkanoleh cyrenics sebagaimana telah diuraikan diatas, dan
belakangan ditumbuh kembangkan freud.
Menurut paham ini banyak yang disebut perbuatan yang banyak mendatangkan
kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan nafsu biologis. Aliran ini tidak mengatakan
bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan, melainkan adapula yang
mendatangkan kesedihan, dan apabila ia disuruh memilih manakah perbuatan yang
harus dilakukan,maka yang dilakukan adalah yang mendatangkan kelezatan. Epicurus
sebagai peletak dasar paham ini mengatakan bahwa kebahagiaan atau keezatan itu
adalah tujuan manusia.tidak ada kebaikan dalm
hidup selain kelezatan dan tidak ada keburukan kecuali penderitaan. Dan
akhlaq itu tak lain dan tak bukan adalah berbuat untuk menghasilkan kelezatan dan
kebahagiaan serta keutamaan. Keutamaan itu tidak mempunyai nilai tersendiri,tetapi
nilainya terletak pada kelezatan yang menyertainya.
10
Kekuatan batin ini adalah kekuatan yang telah ada dalam jiwa manusia, tidak
terambil dari keadaan luarnya. Kita diberinya kemampuan untuk membedakan antara
baik dan benar, sebagai mana kita diberikan mata untuk melihat dan diberi telinga
untuk mendengar.
Secara harfiah utilis berarti berguna. Menurut paham ini bahwa yang baik adalah
yang berguna. Jika ukuran ini berlaku bagi perorangan, disebut individual, dan jika
berlaku bagi masyarakat dan Negara disebut social. Paham penentuan baik buruk
berdasarkan nilai guna ini mendapatkan perhatian di masa sekarang. Dalam abad
sekarang ini kemajuan dibidang teknik cukup meningkat, dan kegunaanlah yang
menentukan segala-galanya. Namun demikian paham ini terkadang cenderung
ekstrim dan melihat kegunaan hanya dari sudut pandang materialistik. Orang tua yang
sudah jompo misalnya semakin kurang dihargai, karena secara material tidak ada lagi
kegunaanya. Padahal kedua orang tua tetap berguna untuk dimintakan nasihat dan
11
doanya serta kerelaanya. Selain itu paham ini juga dapat menggunakan apa saja yang
dianggap ada gunanya untuk memperjuangkan kepentingan politik misalnya tidak
segan-segan menggunakan fitnah, khianat, bohong, tipu muslihat, kekerasan, paksaan
dan lain sebagainya, sepanjang semua yang disebutkan itu ada gunanya.
Namun demikian kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan
dengan materi melainkan juga dengan yang bersifat rohani bisa diterima. Dan
kegunaan bias juga diterima jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak menimbulkan
kerugian bagi orang lain. Nabi misalnya menilai bahwa orang yang baik adalah
orang yang member manfaat pada yang lainnya, ( HR. Bukhari ).
Menurut paham ini baik ialah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup
manusia. Kekuatan dan kekuasaan yang menaklukkan orang lain yang lemah
dianggap sebagai yang baik. Paham ini lebih lanjut cenderung pada sikap binatang,
dan berlaku hokum siapa yang kuat dan menang itulah yang baik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Baik dan buruk menurut seseorang dengan yang lainnya pasti tidaklah sama. Hal
ini sering ditemui sesuatu menurut orang tertentu dianggap baik namun menurut yang
lainnya dianggap tidak baik/burut. Karena itu untuk dapat menentukan apakah
sesuatu itu dianggap baik atau buruk diperlukan adanya ukuran/standar yang dapat
digunakan untuk mengukur/mentukan baik buruknya sesuatu/suatu perbuatan.
Dengan adanya standar/okuran tentang baik buruk maka meskipun pandangan orang
tentang baik buruk bervariatif, tetapakan bisa diukur dengan standar tersebut.Standar
yang bisa dijadikanukuran untuk menentukan baik atau buruk adalah akhlak.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta; PT. Raja Grapindo
Persada. 2014.
Zakiah Darajat, dkk. Materi Pokok Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Proyek
Pembinaan Pendidikan Agama Isslam Pada Perguruan Tinggi Depag dan
Universitas Terbuka Depdikbud. 1993.
W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1991.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. 2014.
Ahmad Amin , Al-Akhlak, Etika (Ilmu Akhlak), Terjemahan Farid Maruf, 1995
Harun Nasution, Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah, Analisis Perbandingan,
Jakarta, Universitas Indonesia, 1986
Rachmat Djatnika. Sistem Ethika Islami. Jakarta : Pustaka Panji Mas, 1969.
Mustopa. 2018. Jurnal Yaqhzan. Baik Buruk Dalam Perspektif Ilmu Akhlak. Vol 4 No
2.
Rahmawati. 2015. Jurnal al-munzir. Baik dan buruk. Vol 8 no 1.
Hafid Rustiawan. 2019. Jurnal Pendidikan Agama Islam. Perspektif Tentang Makna
Baik Dan Buruk. Vol.6, No.2.
Ahmad Amin , Al-Akhlak, Etika (Ilmu Akhlak), Terjemahan Farid Maruf, 1995