Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh

manusia yang memiliki peranan yang cukup beragam di berbagai

negara yaitu sebagai bahan makanan utama (Siregar, 2014).

Karbohidrat atau yang biasa disebut hidrat arang merupakan makanan

pokok masyarakat Indonesia. Pada umumnya sumber karbohidrat

dalam makanan berasal dari beras, namun ada juga yang berasal dari

sagu, ketela pohon atau jagung (Putri et al, 2014).

Berbagai produk olahan makanan yang mengandung

karbohidrat tinggi telah banyak dibuat, salah satunya dalam bentuk mie

instan. Dewasa ini hampir semua orang mengonsumsi mie instan.

Sifatnya yang praktis, mudah dihidangkan, rasanya enak, dan harganya

yang terjangkau menjadikan mie instan memiliki daya tarik yang luar

biasa bagi semua kalangan, mulai anak-anak hingga orang dewasa (Ete

et al, 2014). Mie instan merupakan produk yang sangat digemari di

Indonesia sebagai sumber karbohidrat pengganti nasi (Sugih dan

Hengki, 2013).

Berdasarkan dari Riskesdas 2010 menyatakan rata-rata

konsumsi karbohidrat penduduk Indonesia sekitar 255 gram per hari

1
atau 61% dari total konsumsi energi. Pedoman Umum Gizi Seimbang

(PUGS) menganjurkan konsumsi karbohidrat maksimal 60% dari total

konsumsi energi. Jika terjadi kelebihan karbohidrat di dalam tubuh

akan diubah menjadi lemak (Siregar, 2014). Lemak dalam zat makanan

umumnya terdiri dari tiga gugus asam lemak dengan gliserol yang

dikenal sebagai trigliserida (Arifnaldi, 2014).

Trigliserida adalah lipid utama di timbunan lemak dan di dalam

makanan. Trigliserida di pakai dalam tubuh terutama untuk

menyediakan energi bagi proses metabolik. Peningkatan kadar

trigliserida di atas batas normal di sebut hipertrigliseridemia.

Peningkatan kadar trigliserida di dalam darah merupakan salah satu

faktor resiko penyakit jantung koroner (Wowor et al, 2013). Orang

yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, seringkali juga

mempunyai kadar trigliserida yang melewati batas normal. Kondisi-

kondisi tersebut akan meningkatkan resiko untuk menderita penyakit

jantung atau stroke (Arifnaldi, 2014).

Lebih dari 95% lemak yang berasal dari makanan adalah

trigliserida. Kadar trigliserida dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

usia, jenis kelamin dan aktivitas fisik. Asupan lemak dan karbohidrat

yang berlebihan juga dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam

darah. Kadar trigliserida normal dalam darah adalah <150 mg/dL

2
(Ramadhani,2014). Untuk mengetahui kadar trigliserida harus di

lakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan trigliserida dilakukan

dengan menganjurkan pasien untuk berpuasa selama 10-12 jam

(makanan, minuman, atau obat) kecuali air putih sebelum pemeriksaan

(Damanik et al, 2013).

Prosedur puasa sebelum melakukan pemeriksaan kadar

trigliserida darah sudah pernah dilakukan oleh Herawati (2012)

tentang pemeriksaan trigliserida, HDL-Cholesterol dan LDL-

Cholesterol pada penderita jantung koroner dan penelitian Ramadhani

(2014) tentang perbedaan kadar trigliserida sebelum dan sesudah

pemberian sari bengkoang. Puasa tersebut dimaksudkan agar

memperoleh serum yang tidak lipemik (seperti susu), juga diharapkan

hasil yang diperoleh lebih akurat dan tidak berpengaruh oleh makanan

yang baru dikonsumsi.

Iovine et al (2004) telah melakukan penelitian tentang

pemantauan kadar trigliserida plasma untuk mengevaluasi respon post

prandial terhadap nutrisi yang berbeda. Penelitian tersebut

membandingkan dua kelompok yang diberikan intervensi makanan

standar dengan di tambah suplemen yang berbeda, yaitu suplemen

lemak dan karbohidrat. Kesimpulannya didapatkan hasil bahwa kadar

trigliserida yang diberikan makanan standar dan ditambah suplemen

3
lemak lebih tinggi dibandingkan kadar trigliserida yang diberikan

makanan standar dengan karbohidrat.

Adamska et al (2015) juga telah melakukan penelitian

mengenai makanan yang mengandung karbohidrat tingkat tinggi atau

asam lemak tak jenuh yang tinggi menimbulkan dysmetabolisme

pascapraktek pada remaja yang obesitas. Peserta dibagi menjadi dua

kelompok, kelompok satu menerima makanan dengan kadar

karbohidrat yang normal, sedangkan kelompok dua mendapat

makanan tinggi karbohidrat dan tinggi lemak. Hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa tingkat trigliserida dan asam lemak bebas lebih

tinggi setelah mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat dan tinggi

lemak. Selain itu, pada remaja yang obesitas setelah mengonsumsi

makanan berlemak tinggi mengalami hipertrigliseridemia post

prandial.

Huh et al (2017) melakukan penelitian tentang konsumsi mie

instan dikaitkan dengan faktor risiko kardiometabolik di kalangan

mahasiswa di Seoul. Hasil analisis menunjukkan hubungan positif

antara frekuensi konsumsi mie instan dan tingkat trigliserida plasma,

tekanan darah diastolik, dan kadar glukosa darah puasa. Hasil

penelitian tersebut menyatakan bahwa konsumsi mie instan

4
berpengaruh dengan peningkatan faktor risiko kardiometabolik di

kalangan mahasiswa sehat berusia 18-29 tahun.

Hasil observasi di laboratorium RSUD Gerung kabupaten

Lombok Barat tahun 2017, banyak pasien yang melakukan

pemeriksaan trigliserida tanpa dianjurkan untuk berpuasa sebelumnya,

hal ini akan berpengaruh terhadap kadar trigliserida darah terlebih

setelah mengonsumsi makanan terutama yang mengandung lemak dan

karbohidrat.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang seberapa besar perbedaan kadar

trigliserida sebelum dan sesudah mengonsumsi mie instan pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram

tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan kadar trigliserida sebelum dan

sesudah pemberian mie instan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Al-Azhar Mataram tahun 2018 ?

5
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui perbedaan kadar trigliserida sebelum dan sesudah

pemberian mie instan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Al-Azhar Mataram tahun 2018.

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Mengukur rerata kadar trigliserida mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram

tahun 2018 sebelum pemberian mie instan.

1.3.2.2 Mengukur rerata kadar trigliserida mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram tahun

2018 sesudah pemberian mie instan.

1.3.2.3 Menganalisis data kadar trigliserida sebelum dan

sesudah pemberian mie instan pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram tahun

2018.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Memberikan informasi mengenai hasil pemeriksaan kadar

trigliserida sebelum dan sesudah pemberian mie instan sehingga dapat

dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

6
1.4.2 Manfaat praktis

Menambah ilmu pengetahuan untuk para klinisi dan praktisi

kesehatan mengenai perbedaan kadar trigliserida sebelum dan sesudah

pemberian mie instan sehingga dapat dijadikan acuan untuk

menganjurkan pasien tetap melakukan puasa atau tidak sebelum

pemeriksaan trigliserida.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Trigliserida
2.1.1 Definisi
Dalam darah manusia ditemukan tiga jenis lipid yaitu

kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid. Trigliserida merupakan salah

satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ dalam

tubuh. Trigliserida berfungsi sebagai sumber dan cadangan energi

utama dalam tubuh dan disimpan dalam jaringan adiposa

(Mustikaningrum, 2010).

Trigliserida terdiri dari 3 molekul asam lemak yang

teresterifikasi menjadi gliserol. Zat ini adalah lemak netral yang

disintesis dari karbohidrat untuk disimpan dalam sel lemak hewan.

Pada hidrolisa enzimatik, trigliserida melepaskan asam-asam lemak

bebas ke dalam darah. Kadar trigliserida yang optimal adalah <150

mg/dL (Ramadhan, 2016). Trigliserida merupakan jenis lemak yang di

temukan di dalam darah yang didapat dari konsumsi makanan dan

juga di produksi di liver. Trigliserida tidak dapat larut di dalam darah,

beredar di dalam tubuh dengan bantuan protein yang di sebut

lipoprotein (Hardisari, 2016).

8
Proses penyimpanan trigliserida yang dipengaruhi oleh enzim

lipoprotein lipase ini diaktifkan oleh insulin yang dihasilkan dari sel-

sel beta pulau langerhans. Insulin akan memacu pengubahan semua

kelebihan glukosa menjadi asam lemak, yang nantinya asam lemak di

bentuk sebagai trigliserida dalam bentuk lipoprotein densitas rendah,

di bawa dalam bentuk lipoprotein melalui darah ke jaringan adiposa

dan di timbun menjadi lemak (Guyton, 2012).

Trigliserida dipakai dalam tubuh terutama untuk menyediakan

energi bagi berbagai proses metabolik, suatu fungsi yang hampir sama

dengan fungsi karbohidrat. Akan tetapi, beberapa lipid, terutama

kolesterol, fosfolipid, dan sejumlah kecil trigliserida, dipakai untuk

membentuk semua membran sel dan untuk melakukan fungsi-fungsi

sel lain (Guyton, 2012).

2.1.2 Metabolisme trigliserida

Metabolisme lipid umumnya di bagi 3 jalur yaitu jalur

eksogen, endogen dan reverse cholesterol transport. Kedua jalur

pertama berhubungan dengan metabolism kolesterol LDL dan

trigliserida, sedang jalur reverse cholesterol transport mengenai

metabolisme kolesterol HDL (Murray et al, 2012).

9
Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya

adalah dari lipid netral, yaitu trigliserid (ester antara gliserol dengan 3

asam lemak). Secara ringkas, hasil dari pencernaan lipid adalah asam

lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa

monogliserid. Gliserol yang larut dalam air akan menuju hati melalui

sirkulasi portal (vena porta). Asam-asam lemak rantai pendek juga

dapat melalui jalur ini (Guyton, 2012).

Sebagian besar asam lemak dan monogliserida tidak larut

dalam air, maka diangkut oleh miseleus (dalam bentuk besar disebut

emulsi) dan di lepaskan kedalam sel epitel usus (enterosit). Di dalam

sel ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi

trigliserida dan berkumpul membentuk gelembung yang disebut

kilomikron. Selanjutnya kilomikron ditransportasikan melalui

pembuluh darah limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga bersatu

dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini kemudian ditransportasikan

menuju hati dan jaringan adiposa (Guyton 2012).

Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera

dipecah menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-

asam lemak dan gliserol tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan

trigliserida. Proses pembentukan trigliserida ini dinamakan

esterifikasi. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lipid,

10
trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk

ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi.

Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam

lemak tersebut ditrasnportasikan oleh albumin ke jaringan yang

memerlukan dan di sebut sebagai asam lemak bebas (free fatty

acid/FFA) (Murray et al,2012).

Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan

adalah asam lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat

telah mencukupi, maka asam lemak mengalami esterifikasi yaitu

membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai

cadangan energi jangka panjang. Jika tidak tersedia sumber energi dari

karbohidrat barulah asam lemak di oksidasi, baik asam lemak dari diet

maupun jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan (Guyton,

2012).

Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan

menghasilkan asetil KoA. Selanjutnya sebgaimana asetil KoA dari

hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur ini

pun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan

energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil

KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan

selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida (Guyton, 2012).

11
2.1.2.1 Metabolisme trigliserida jalur eksogen

Trigliserida yang berasal dari makanan dalam usus

dikemas sebagai kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut dalam

darah melalui duktus torasikus. Dalam jaringan lemak, trigliserida

dan kilomikron mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein

lipase yang terdapat pada permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis

ini maka akan terbentuk asam lemak dan kilomikron remnant.

Asam lemak bebas akan menembus endotel dan masuk ke dalam

jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida

kembali atau dioksidasi (Mustikaningrum, 2010).

Trigliserida disimpan kembali di jaringan lemak adiposa,

tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian akan

diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembentukan trigliserida

hati. Kilomikron yang sudah kehilangan sebagian besar

trigliserida akan menjadi kilomikron remnant yang mengandung

kolesterol ester dan akan dibawa ke hati (Mustikaningrum, 2010).

2.1.2.2 Metabolisme trigliserida jalur endogen

Pada jalur endogen trigliserida ditransportasikan dalam

bentuk lipoprotein yang bernama Very Low Density Lipoprotein

(VLDL). Trigliserida di luar hati dan berada di dalam jaringan

12
akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase. Sisa hidrolisis

kemudian dimetabolisasi oleh hati menjadi kolesterol Low

Density Lipoprotein (LDL) (Arifnaldi, 2014).

Hati mengemas trigliserida menjadi VLDL dan dilepaskan

ke aliran darah. VLDL yang kaya akan trigliserida dipecah

menjadi VLDL remnant yang lebih kecil. VLDL remnant dipecah

lebih jauh menjadi Intermediate Density Lipoprotein (IDL). IDL

diubah menjadi LDL yang merupakan hasil akhir dari proses

tersebut. LDL membawa kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh yang

memerlukan. (Arifnaldi, 2014).

LDL beredar dalam sirkulasi selama kurang lebih 3 hari.

Kemudian LDL dambil oleh hepar dan sel perifer melalui LDL-R

dimana protein LDL kemudian didegradasi dan kolesterol yang

ada digunakan dalam metabolisme sel. Sekitar 33-66% LDL

didegradasi melalui system LDL-R, sedangkan sisanya melalui

sistem scavenger (Sudoyo, 2015).

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar trigliserida

Kadar trigliserida di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

usia, jenis kelamin dan aktifitas fisik. Peningkatan trigliserida

dapat juga disebabkan oleh kelebihan berat badan atau obesitas,

13
obat-obatan, merokok, konsumsi alkohol berlebihan dan pola

makan (Irawati et al 2013).

Menurut Hidayati (2017) faktor penyebab peningkatan

kadar trigliserida juga dapat dipengaruhi oleh diet tinggi gula atau

lemak. Sumber trigliserida selain dari lemak yang ada dalam

makanan, trigliserida juga dibuat di adalam tubuh dari sumber

energi lain seperti karbohidrat (Irawati et al, 2013).

2.1.3.1 Obesitas dan pola makan

Asupan makanan menjadi salah satu faktor terjadinya

obesitas. Kebanyakan orang mengonsumsi asupan harian bahan

bakar metabolik mereka dalam dua atau tiga kali makan sehingga

terdapat kebutuhan untuk membentuk cadangan karbohidrat

(glikogen di hati dan otot) dan lipid (triagliserol di jaringan

adiposa) pada periode setelah makan, yang digunakan ketika

belum terdapat asupan makanan (Murray et al, 2009).

Jika asupan bahan bakar metabolik selalu lebih besar

daripada pengeluaran energi, kelebihan bahan bakar ini disimpan,

umumnya sebagai triagliserol dijaringan adipose sehingga timbul

obesitas dan berbagai masalah kesehatan yang menyertainya.

Sebaliknya, jika asupan bahan bakar metabolik terus menerus

14
lebih sedikit daripada pengeluaran energi, cadangan lemak dan

karbohidrat nihil, asam amino yang berasal dari pergantian

(turnover) protein digunakan untuk metabolisme yang

menghasilkan energi, bukan untuk sintesis protein sehingga

terjadi emaciation (kurus kering), wasting (pengecilan otot), dan

akhirnya kematian (Murray et al, 2009)

2.1.3.2 Diet tinggi gula

Kadar trigliserida serum selalu dipertahankan dalam

keadaan normal terutama oleh hormon insulin. Namun pada

diabetes mellitus tipe 2 kadar trigliserida serum bisa meningkat

(hipertrigliseridemia) karena adanya gangguan pada metabolisme

lemak. Hal ini terjadi akibat menurunnya sensitivitas jaringan

terhadap insulin (resistensi insulin). Jika dilakukan pemeriksaan

kadar trigliserida serum maka didapatkan hasil >150 mg/dL

(Suhaimi, 2017).

Prevalensi hipertrigliseridemia pada penderita diabetes

mellitus tipe 2 adalah sebesar 50% dan sering tidak berespons

terhadap pemberian statin. Sedangkan penelitian di Kanada

menemukan bahwa penderita diabetes mellitus tipe 2 yang telah

didiagnosis diabetes mellitus sejak < 2 tahun, 55% nya mengalami

15
peningkatan kadar trigliserida serum dan setelah > 15 tahun

terjadi peningkatan menjadi 66% (Suhaimi, 2017).

2.1.3.3 Merokok

Rokok mengandung berbagai macam unsur, salah satu

unsur utamanya adalah nikotin. Nikotin memegang peranan utama

dalam perkembangan sindroma metabolik. Hal ini dibuktikan

dengan adanya penelitian yang menunjukan baha ambilan nikotin

dapat menurunkan sensitifitas insulin penderita DM tipe II.

Metabolism nikotin sangatlah kompleks. Nikotin didistribusikan

secara cepat di dalam darah dan di hati nikotin dipecah menjadi

produk yang lebih sederhana yang disebut kotinin.

(Mustikaningrum 2010).

Nikotin memiliki waktu paruh yang relatif singkat, yakni

sekitar dua jam, sedangkan kotinin memiliki waktu paruh sekitar

dua puluh jam. Kotinin dapat bertahan didalam darah hingga 48

jam. Nikotin dapat meningkatkan sekresi adrenalin pada korteks

adrenal yang mendorong peningkatan konsentrasi serum asam

lemak bebas (free Fatty Acid/FFA) yang selanjutnya menstimulasi

sintesis dan sekresi kolesterol hepar seperti sekresi Very Low

Density Lipoprotein (VLDL) hati dan karenanya meningkatkan

16
kadar trigliserida darah . Merokok juga dapat meningkatkan

reistensi insulin sehingga menyebabkan hiperinsulinemia. Kadar

LDL, VLDL, dan trigliserida relatif meningkat pada kondisi ini

karena penurunan aktifitas hormon lipoprotein lipase.

(Mustikaningrum, 2010).

2.1.3.4 Aktifitas fisik

Berdasarkan data observasi, aktifitas fisik lebih

berpengaruh terhadap perubahan kadar HDL dan trigliserida

terutama pada individu yang aktif. Kadar trigliserida pada atlit

hampir selalu rendah dibandingkan dengan orang yang melakukan

sedentary lifestyle. Perbedaan kadar trigliserida pada orang yang

melakukan aktifitas fisik secara teratur dengan orang yang tidak

teratur melakukan aktifitas fisik adalah 18 mg/dl – 77 mg/dL (19-

50%) pada separuh penelitian crossectional yang berhubungan.

Trigliserida merupakan fraksi lipid yang paling respon terhadap

aktifitas fisik. Satu sesi aktifitas fisik dengan intensitas sedang

dapat menurunkan kadar trigliserida segera setelah makan

(Ramadhan, 2016).

17
2.1.3.5. Alkohol

Alkohol secara kimiawi merupakan zat hasil fermentasi

dan memiliki jalur metabolisme tersendiri didalam tubuh. Alkohol

memepengaruhi beberapa sistem organ ataupun organ dalam

tubuh. Sistem organ atau organ yang dipengaruhi antara lain :

hati, sistem saraf pusat, sistem kardiovaskular, sistem kekebalan

tubuh, sistem darah, sistem hormonal, sistem pencernaan,

pancreas, ginjal dan keseimbangan elektrolit. Alkohol juga dapat

mempengaruhi penyerapan gizi, perkembangan janin serta

mempengaruhi resiko untuk menderita beberapa jenis kanker

(Putra, 2012).

Timbulnya penyakit hati oleh karena alkohol dapat

dijelaskan secara biokimia. Fatty liver (timbunan lemak dalam

hati) terjadi disebabkan oleh kombinasi gangguan oksidasi asam

lemak dan peningkatan lipogenesis oleh karena perubahan

potensial redoks NADH/NAD+ dalam hati serta gangguan

terhadap aktivitas faktor transkripsi yang mengatur ekspresi enzim

yang terlibat. NADH juga memiliki efek terhadap penyakit gout.

Oksidasi etanol oleh alkohol dehidrogenase menyebabkan

kelebihan produk NADH. NADH menghambat oksidasi asam

18
lemak dan meningkatkan esterifikasi asam lemak menjadi

triasilgliserol sehingga terjadi perlemakan hati (Putra, 2012).

2.1.2.6 Usia dan jenis kelamin

Pada usia 45 tahun wanita akan kehilangan 30 hingga 50

persen dari masa otot total karena proses penuaan. Metabolisme

tubuh secara alamiah akan melambat dan mobilitas yang rendah

mempercepat proses pergantian masa otot dengan lemak tubuh.

Penurunan massa otot membantu untuk mengurangi konsimsi

kalori dan hampir setiap makanan diubah menjadi lemak. Sebagai

akibatnya, peneliti memperkirakan wanita mendapatkan 2 kali

ukuran ekstra dengan setiap 10 tahun usianya (Ujiani, 2015).

2.1.3.7 Obat-obatan

Obat-obatan juga berpengaruh terhadap peningkatan

ataupun penurunan kadar trigliserida. Penggunaan kontrasepsi pil

dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah karena

kandungan esterogen dan progesteron yang terdapat pada

kontrasepsi pil, dimana hormon esterogen menyebabkan retensi

cairan dan oedema, sedangkan progesteron mempermudah

penumpukan karbohidrat dan gula menjadi lemak serta

merangsang nafsu makan dan menurunkan aktifitas fisik,

19
akibatnya kontrasepsi pil dapat meningkatkan berat badan

(Rayma, 2016).

2.1.2 Hipertrigliseridemia

Kadar trigliserida dalam darah orang normal, tidak

melebihi kadar 200 mg/dL. Pada keadaan tertentu, seperti

Diabetes Mellitus dan obesitas, kadar trigliserida dapat meningkat

melebihi 200 mg/dL. Peningkatan kadar trigliserida melebihi

batas normal disebut hipertrigliseridemia (Ekawati, 2012).

Tabel 1.Klasifikasi kadar trigliserida menurut NCEP ATP


III 2001 mg/dL

Trigliserida
150 atau kurang Optimal
150 - 199 Sedikit tinggi (borderline)
200 – 499 Tinggi
500 atau lebih SANGAT TINGGI

Sumber. Sudoyo, Aru W., et al. 2015 edisi 6

Pada penderita hipertrigliseridemia sering merasa ngilu

pada leher belakang, kepala sering terasa pusing, dan ngilu di

punggung belakang, tapi ada juga beberapa penderita yang tidak

menunjukan gejala klinis. (Ekawati, 2012). Peningkatan kadar

trigliserida (hipertrigliseridemia) merupakan faktor resiko

terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke, kadar trigliserida

20
tinggi juga cenderung menyebabkan gangguan tekanan darah dan

resiko diabetes mellitus (Hidayati 2017). Trigliserida merupakan

penyebab utama terjadinya penyakit arteri dan sering

dibandingkan dengan kolesterol melalui uji elektroforesis

lipoprotein. Pada saat konsentrasi trigliserida meningkat,

lipoprotein densitas sangat rendah Very Low-Density Lipoprotein

[VLDL] juga meningkat, menyebabkan hiperlipoproteinemia.

Asupan alkohol dapat menyebabkan peningkatan sementara kadar

trigliserida serum (Kee, 2007).

2.1.3 Pemeriksaan kadar trigliserida

Metode pemeriksaan trigliserida yang banyak di gunakan di

laboratorium pada saat ini yaitu metode Enzimatis kolorimetri (GPO-

PAP). Dengan metode ini trigliserida akan dihidrolisa dengan enzimatis

menjadi gliserol dan asam bebas. Dengan lipase khusus akan

membentuk kompleks warna yang dapat di ukur kadarnya

menggunakan spektrofotometer. Metode pemeriksaan trigliserida yang

di jadikan sebagai standar pemeriksaan di laboratorium klinik yaitu

metode spektrofometri. Hal ini disebabkan karena pemeriksaan

trigliserida menggunakan spektrofometri mempunyai tingkat kesalahan

yang lebih kecil (Hardisari, 2016).

21
Kadar trigliserida dalam darah meningkat cepat setelah makan.

Pada pemeriksaan trigliserida, seseorang harus puasa makan sedikitnya

10-12 jam kecuali air putih sebelum contoh darahnya diambil untuk tes

tersebut (Prodia, 2017). Hal ini dimaksudkan agar memperoleh serum

yang tidak lipemik (seperti susu), juga diharapkan hasil yang diperoleh

lebih akurat dan tidak berpengaruh oleh makanan yang baru dimakan

(Herawati, 2012). Pemberian obat juga harus di tunda sampai darah

selesai di ambil (Kee, 2007).

2.2 Karbohidrat
2.2.1 Definisi
Karbohidrat adalah senyawa kimia yang menjadi sumber

energi utama (80%) dari tubuh manusia. Senyawa kimia zat gizi ini

terdiri atas Carbon (C), Hidrogen (H), dan O (Oksigen) dengan rumus

kimia Cn(H2O)n.. Orang dewasa dengan aktifitas sedang setiap hari

memerlukan karbohidrat sebesar 8 sampai 12 gram/Kg berat badan.

Konsumsi karbohidrat sebaiknya 70% adalah gula kompleks yang

bersumber dari serat (Noriko, 2014).

Karbohidrat digolongkan kedalam monosakarida, disakarida,

oligosakararida dan polisakarida. Dalam banyak hal penggolongan

untuk oligosakarida dikelompokkan saja kedalam polisakarida. Kata

sakarida berasal dari kara Latin (sakkharon) yang berarti gula.

22
Monosakarida atau gula sederhana terdiri dari satu unit polihidroksi

aldehid atau polihidroksi keton. Monosakarida yang paling banyak

terdapat di alam adalah glukosa dengan enam atom karbon (Putri et al,

2014).

Karbohidrat merupakan zat organik utama yang terdapat dalam

tumbuh-tumbuhan dan biasanya mewakili 50-70% dari jumlah bahan

kering dalam bahan makanan ternak. Karbohidrat sebagian besar

terdapat dalam biji, buah dan akar tumbuhan. Makanan yang

mengandung karbohidrat dapat dibedakan menajdi 2 golongan, yaitu

makanan dengan kandungan karbohidrat sederhana (contoh gula pasir,

permen, minuman ringan, dan beberapa jenis produk bakery) dan

makanan dengan kandungan karbohidrat kompleks (contoh biji-bijian,

umbi-umbian, serealia, dan kacang-kacangan) (Cinintya et al 2017).

Pada umumnya sumber karbohidrat dalam makanan berasal

dari beras, namun ada juga yang berasal dari sagu, ketela pohon atau

jagung (Putri et al, 2014). Mengonsumsi karbohidrat berlebih dapat

menyebabkan kadar trigliserida dalam darah meningkat sehingga

menyebabkan karbohidrat diubah menjadi lemak. Kadar lemak yang

tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis (Cinintya et al 2017).

23
2.2.2 Metabolisme karbohidrat

Pencernaan karbohidrat sudah dimulai sejak makanan masuk ke

dalam mulut, makanan dikunyah agar dipecah menjadi bagian-bagian

kecil, sehingga jumlah permukaan makanan lebih luas kontak dengan

enzim-enzim penceraan. Dengan proses mekanik, makanan ditelan

melalui kerongkongan dan selanjutnya akan memasuki lambung.

Setelah melalui dinding usus halus, glukosa akan menuju ke hepar

melalui vena porta. Sebagian karbohidrat ini diikat di dalam hati dan

disimpan sebagai glikogen, sehingga kadar gula darah dapat

dipertahankan dalam batas-batas normal (80-120 mg) (Putri et al

2014).

Karbohidrat yang terdapat dalam darah, praktis dalam bentuk

glukosa, oleh karena fruktosa dan galaktosa akan diubah terlebih

dahulu sebelum memasuki pembuluh darah. Apabila jumlah

karbohidrat yang dimakan melebihi kebutuhan tubuh, sebagian besar

(2/3) akan disimpan di dalam otot dan selebihnya di dalam hati sebagai

glikogen. Kapasitas pembentukan glikogen ini sangat terbatas

(maksimum 350 gram), dan jika penimbunan dalam bentuk glikogen

ini telah mencapai batasnya, kelebihan karbohidrat akan diubah

menjadi lemak dan disimpan di jaringan lemak. Bila tubuh memerlukan

kembali energi tersebut, simpanan glikogen akan dipergunakan terlebih

24
dahulu, disusul oleh mobilisasi lemak. Jika dihitung jumlah kalori,

simpanan energi dalam bentuk lemak jauh melebihi jumlah simpanan

dalam bentuk glikogen (Hutagalung, 2004).

Karbohidrat Makanan

Glukosa darah

Glikogen hati Glikogen otot

Asam piruvat

Asam laktat
Enersi Siklus krebs
ATP ADP +

CO2 H2O

Gambar 2.2.2 Skema perubahan karbohidrat di dalam tubuh


(Hutagalung, 2004).

Melalui proses kimiawi, glukosa dan glikogen diubah menjadi

asam pyruvat. Asam pyruvat ini merupakan zat antara yang sagat

penting dalam metabolisme karbohidrat. Asam pyruvat dapat segera

diolah lebih lanjut dalam suatu proses pada “siklus krebs” dalam proses

siklus ini dihasilkan CO2 dan H2O dan terlepas dari enersi dalam bentuk

persenyawaan yang mengandung tenaga kimia yang besar yaitu ATP

(Adenosin Triphosphate). ATP ini mudah sekali melepaskan enersinya

25
sambil berubah menjadi ADP (Adenosin Diphos Phate). Sebagian dari

asam pyruvat dapat diubah menjadi “asam laktat”. Asam laktat ini

dapat keluar dari sel-sel jaringan dan memasuki aliran darah menuju

hepar (Hutagalung, 2004).

Di dalam hepar asam laktat diubah kembali menjadi asam

pyruvat dan selanjutnya menjadi glikogen, degan demikian akan

menghasilkan enersi. Hal ini hanya terdapat di dalam hepar, tidak dapat

berlangsung di dalam otot, meskipun di dalam otot terdapat juga

glikogen. Sumber glikogen hanya berasal dari glukosa dalam darah.

Metabolism karbohidrat selain dipengaruhi oleh enzim-enzim, juga di

atur oleh hormon-hormon tertentu. Hormon insulin yang dihasilkan

oleh pulau langerhans dalam pankreas memiliki peranan penting.

Insulin akan mempercepat oksidasi glukosa di dalam jaringan,

merangsang perubahan glukosa menjadi glikogen di dalam sel-sel

hepar maupun otot. Insulin juga merangsang glukogenogenesis, yaitu

mengubah lemak atau protein menjadi glukosa (Hutagalung, 2004).

2.3 Mie instan

Mie instan adalah produk makanan kering yang dibuat dari

adonan terigu atau tepung beras atau tepung lainnya sebagai bahan

utama dengan atau tanpa penambahan bahan lainnya, dengan berbentuk

26
khas mie dan siap dihidangkan setelah dimasak atau diseduh dengan air

mendidih paling lama 4 menit (Jatmiko dan Teti, 2014). Bahan-bahan

yang digunakan untuk membuat mie instan dibagi menjadi dua, yaitu

bahan utama dan bahan baku lain yang dapat ditambahkan . Bahan

utama merupakan bahan dasar yang digunkan untuk membuat mie,

seperti terigu, tepung beras, air, atau tepung lainnya. Bahan baku lain

yang ditambahkan merupakan bahan yang digunakan untuk membuat

bumbu mie, seperti garam, gula, lemak, minyak, vitamin, mineral,

bahan penyedap rasa, dan aroma yang diijinkan (Ete et al, 2014).

Pada mie instan, terkandung berbagai macam zat gizi berupa

protein, lemak berupa lemak jenuh, karbohidrat tinggi yang meliputi

serat pangan dan gula, dan mineral berupa natrium. Selain keempat zat

gizi diatas, pada kemasan mie instan juga dicantumkan informasi

mengenai energi, baik itu nergi total maupun energi dari lemak (Ete et

al , 2014).

Produk-produk mie instan yang beredar dipasaran Indonesia

cukup bervariasi antara lain dari grup Indofood ada Indomie, Sarimie

dan Supermie, dari grup Wings Food ada mie Sedaap, dari grup ABC

ada mie ABC dan Mie President, dari PT. Delly Food SC ada Miduo

dan Mie Gelas, dan lain sebagainya (Darmawan et al, 2016).

27
2.4 Kerangka teori

Disimpan sebagai cadangan dalam bentuk: Mie instan


Glikogen

Pencernaan makanan

Lemak
Glukosa darah

Pemeriksaan
Kolesterol trigliserida
fosfolipid
Dipengaruhi :
trigliserida
Usia dan jenis kelamin a
Aktifitas fisik
Merokok
Alkohol
Obat-obatan
Pola makanan dan obesitas

Gambar 2.4 Kerangka Teori

Keterangan :

a. : yang diteliti

b. : yang tidak diteliti

28
2.5 Kerangka Konsep

Variable Independent Variable Dependent

Pemberian mie instan Kadar trigliserida

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis

Terdapat perbedaan rerata kadar trigliserida sebelum dan

sesudah pemberian mie instan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Al-Azhar Mataram tahun 2018.

29

Anda mungkin juga menyukai