Anda di halaman 1dari 24

Parasit pada umumnya mempunyai sifat yang tidak baik.

Hidupnya menumpang dan bertempat


tinggal di tempat yang ditumpanginya dan merugikan bagi host yang ditumpanginya.

Peduculosis adalah gangguan pada rambut kepala yang disebabkan oleh infeksi kutu rambut,
yang disebut Pediculus Humanus capitis atau Pediculus hamnus var capitis (Ph.capitis).
Pediculosis telah dikenal sejak jaman dahulu dan ditemukan kosmopolit (di seluruh dunia).

Kutu rambut ini merupakan ektroparasit bagi manusia. Tempat-tempat yang disukainya adalah
rambut bagian belakang kepala, yang paling sering menggigit pada bagian belakang kepala dan
kuduk. Gigitannya akan menyebabkan iritasi pada kulit yang disebabkan oleh air liur yang
dikeluarkan pada waktu menghisap darah penderita.

Tiap manusia memiliki kepekaan yang berlainan. Lesi kutan yang ditimbulkan oleh gigitan
Pediculus humanus capitis memberikan reaksi yang sangat gatal. Menggaruk besar menambah
peradangan dan karena infeksi sekunder oleh bakteri terbentuklah pustel crusta dan proses
penanahan. Rasa gatal merupakan gejala pertama dan yang paling penting, tanda bekas garukan
merupakan tanda yang khas.

Kutu rambut kepala hidup berkembang biak pada rambut kepala lebih suka pada rambut yang
kotor, lembab, jarang disisir dan dikeramas. Menginfeksi manusia yang tidak menjaga
kebersihan rambut kepala.

Kutu rambut kepala dapat bergerak dengan cepat dan mudah berpindah dari satu hospes ke
hospes lain. Mudah ditularkan melalui kontak langsung atau dengan perantara barang-barang
yang dipakai bersama-sama. Misalnya sisir, sikat rambut, topi dan lain-lainnya. Sangat banyak
ditemukan diantara anak sekolah terutama gadis-gadis yang kurang menjaga kebersihan rambut
kepala.

Anak-anak yang tinggal di pegunungan dengan udara dingin di pagi hari menjadikan enggan atau
malas untuk mandi ataupun mencuci rambut saat mereka bersiap-siap pergi ke sekolah.
Disamping itu kesadaran masyarakat dan orang tua akan kesehatan dan kebersihan diri anak-
anaknya masih tergolong kurang baik. Sebagian besar dari mereka mengeluh dengan rasa gatal
yang hebat pada rambut kepala dan adanya borok. Akibat garukan pada kulit kepala mereka.
Rasa gatal adalah gejala pertama dan bekas garukan adalah gejala yang khas dari infeksi
pediculus humanus capitis.

Pediculus humanus capitis merupakan ektoparasit yang menginfeksi manusia, termasuk dalam
famili pediculidae yang penularannya melalui kontak langsung dan dengan perantara barang-
barang yang dipakai bersama-sama. Misalnya : sisir, sikat rambut, topi, dan lain-lain.

TAXONOMI

Phylum : Artropoda,
Kelas : Insekta,
Ordo : Phthiraptera,
Sub Ordo : Anoplura,
Famili : Pediculidae,
Genus : Pediculus,
Spesies : Pediculus Humanus capitis.

MORFOLOGI

Kutu rambut dewasa

Kutu rambut dewasa berbentuk pipih dan memanjang, berwarna putih abu-abu, kepala ovoid
bersudut, abdomen terdiri dari 9 ruas, Thorax dari khitir seomennya bersatu. Pada kepala
tampak sepasang mata sederhana disebelah lateral, sepasang antenna pendek yang terdiri atas
5 ruas dan proboscis, alat penusuk yang dapat memanjang. Tiap ruas thorax yang telah bersatu
mempunyai sepasang kaki kuat yang terdiri dari 5 ruas dan berakhir sebagai satu sapit
menyerupai kait yang berhadapan dengan tinjolan tibia untuk berpegangan erat pada rambut.

Kutu rambut jantan berukuran 2mm, alat kelamin berbentuk seperti huruf “V”. Sedangkan kutu
rambut betina berukuran 3mm, alat kelamin berbentuk seperti huruf “V” terbalik. Pada ruas
abdomen terakhir mempunyai lubang kelamin di tengah bagian dorsal dan 2 tonjolan genital di
bagian lateral yang memegang rambut selama melekatkan telur. Jumlah telur yang diletakkan
selama hidupnya diperkirakan 140 butir.
Kutu kepala/head Lice/ Pediculus
humanus Capitis
Posted on 04/02/2014 | Leave a comment

1. Pediculus humanus capitis

Pediculus humanus capitis disebut juga kutu kepala yang merupakan ektoparasit yang
menginfeksi manusia, termasuk dalam family pediculidae yang penularannya melalui kontak
langsung dan dengan perantara barang-barang yang dipakai bersama-sama. Misalnya: sisir, sikat
rambut, topi, syal, handuk, selimut dan lain-lain (Weems and Fasulo, 2013).

1. Taxonomi

Phylum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Phthiraptera Sub Ordo :


Anoplura Famili : Pediculidae Genus : Pediculus Spesies : Pediculus
humanus capitis (Soedarto, 1990, dalam Wijayanti, 2007).

2. Morfologi
a. Kutu Rambut Dewasa

Kutu kepala dewasa mempunyai panjang sekitar 2 sampai 3 mm (ukuran biji wijen), memiliki 6
kaki. Kutu rambut dewasa berbentuk pipih dan memanjang, berwarna putih abu-abu, kepala
ovoid bersudut, abdomen terdiri dari 9 ruas, Thorax dari khitir seomennya bersatu. Pada kepala
tampak sepasang mata sederhana disebelah lateral, sepasang antenna pendek yang terdiri atas 5
ruas dan proboscis, alat penusuk yang dapat memanjang. Tiap ruas thorax yang telah bersatu
mempunyai sepasang kaki kuat yang terdiri dari 5 ruas dan berakhir sebagai satu sapit
menyerupai kait yang berhadapan dengan tinjolan tibia untuk berpegangan erat pada rambut
(Wijayanti, 2007). Kutu rambut jantan berukuran 2mm, alat kelamin berbentuk seperti huruf
“V”. Sedangkan kutu rambut betina berukuran 3mm, alat kelamin berbentuk seperti huruf “V”
terbalik. Pada ruas abdomen terakhir mempunyai lubang kelamin di tengah bagian dorsal dan 2
tonjolan genital di bagian lateral yang memegang rambut selama melekatkan telur (Wijayanti,
2007). Kutu betina dapat hidup antara 3 sampai 4 minggu dan setelah bisa berbaring hingga 10
telur per hari . Ini telur kecil yang melekat erat pada pangkal rambut poros yang berjarak ± 4mm
dari kulit kepala dengan zat seperti lem yang diproduksi oleh kutu (Frakowski et al, 2010).
Jumlah telur yang diletakkanselama hidupnya diperkirakan 140 butir (Wijayanti, 2007)
.

Gambar 2.1. Morfologi Kutu kepala dewasa

(Sumber: Anonim, 2004)

Keterangan Gambar

A. Antena

B. Kuku tarsus

C. Mata

D. Forns

E. Tibia

F. Torax

G. Spirakle

H. Segmen Abdomen

I. Lempeng pleural dengan spirakle abdomen


Gambar 2.2. Kutu kepala dewasa jantan dan betina

(Sumber: Anonim, 2004)

1. Nimfa

Nimfa berbentuk seperti kutu rambut dewasa, hanya bentuknya lebih kecil.

1. Telur

Telur berwarna putih mempunyai operculum 0,6-0,8 mm disebut nits. Bentuknya lonjong dan
memiliki perekat, sehingga dapat melekat erat pada rambut. Warna telur terlihat samar dan mirip
dengan warna rambut dan mudah dilihat pada bagian posterior. Telur yang kosong ( nits ) lebih
mudah dilihat karena tampak putih diantara rambut yang gelap. Beberapa ahli menyebut nits
lebih menunjuk pada telur yang kosong. Telur diinkubasi oleh panas tubuh dan biasanya menetas
dalam 8 sampai 9 hari , tapi bisa menetas antara 7 sampai 12 hari tergantung pada udara sekitar
panas atau dingin. Daerah favorit tempat melekatnya telur adalah di dekat telinga dan bagian
belakang kepala (Sutanto dkk, 2008). Telur kutu tubuh selain diletakkan pada serat pakaian dan
kadang-kadang pada rambut tubuh manusia .

Gambar 2.3. Telur kutu kepala

(Sumber: Weems dan Fasulo, 2013)


3. Penyebaran atau distribusi

Kutu rambut merupakan parasit manusia saja dan tersebar di seluruh dunia. Biasanya menyerang
anak usia pra sekolah dan anak usia sekolah. Akibatnya, kutu kepala yang paling umum
menginfestasi kalangan anak-anak. Apabila seseorang penuh dengan kutu , ada kemungkinan
bahwa seluruh keluarga akan akan tertula. Di Amerika serikat Orang yang menyikat rambut
secara rutin memiliki kutu yang jumlahnya tidak lebih dari 12, akan tetapi pada individu yang
budaya perawatan yang berbeda sering meiliki seratus atau lebih kutu hidup. Infestasi kutu
manusia , yang disebut pediculosis , dapat menyebar cepat dan dapat mencapai proporsi epidemi
jika dibiarkan Pada sekelompok orang , faktor-faktor seperti usia, ras (Misalnya , Afrika-
Amerika yang rarelyinfested dengan kepala kutu, jenis kelamin , berkerumun di rumah , ukuran
keluarga , dan metode pakaian closeting mempengaruhi kursus dan distribusi penyakit . (Weems
dan Fasulo, 2013).

4. Siklus Hidup

Gambar 2.4. Siklus Hidup Kutu Kepala

(Sumber: Departement of Health, victoria, Australia, 2011)

Lingkaran hidup kutu rambut merupakan metamorfosis tidak lengkap, yaitu telur-nimfa-dewasa.
Telur akan menetas menjadi nimfa dalam waktu 5-10 hari sesudah dikeluarkan oleh induk kutu
rambut. Sesudah mengalami 3 kali pergantian kulit, nimfa akan berubah menjadi kutu rambut
dewasa dalam waktu 7-14 hari (Wijayanti, 2007). Dalam keadaan cukup makanan kutu rambut
dewasa dapat hidup 27 hari lamanya (Sutanto dkk, 2008).

5. Bionomic
6. Perilaku

Kutu tidak bisa melompat atau terbang, tetapi dapat merangkak. Terdapat laporan bahwa
menyisir rambut kering dapat lebih mengeluarkan kutu dewasa dari kulit kepala. Kutu rambut
kepala dapat bergerak dengan cepat dan mudah berpindah dari satu hospes ke hospes lain.
Penelitian mengungkapkan bahwa kutu dapat berpindah antar sarung bantal pada malam hari ,
tetapi insiden rendah ( 4 % ) (Weems dan Fasulo, 2013). Kutu rambut ini dapat bertahan 10 hari
pada suhu 5oC tanpa makan, dapat menghisap darah untuk waktu yang lama, mati pada suhu
40OC. Panas yang lembab pada suhu 60oC memusnahkan telur dalam waktu 15-30 menit. Kutu
rambut kepala mudah ditularkan melalui kontak langsung atau dengan perantara barang-barang
yang dipakai bersama-sama. Misalnya sisir, sikat rambut, topi dan lain-lain (Wijayanti, 2007).

1. Tempat perindukan

Tempat-tempat yang disukainya adalah rambut pada bagian belakang kepala. Telur dari kutu ini
lebih mudah ditemukan terutama pada tengkuk dan bagian belakang kepala. Pada infeksi berat,
helaian rambut akan melekat satu dengan yang lainnya dan mengeras, dapat ditemukan banyak
kutu rambut dewasa, telur (nits) dan eksudat nanah yang berasal dari gigitan yang meradang.
Infeksi mudah terjadi dengan kontak langsung. Pencegahan dilakukan dengan menjaga
kebersihan kepala (Wijayanti, 2007).

1. Kebiasaan makan

Kutu dewasa dan nympha mendapatkan makanannya dengan menghisap darah manusia. Kutu
makan dengan cara menggigit melalui kulit dan menyuntikkan air liur untuk mencegah darah
dari pembekuan, kemudian mengisap darah ke saluran pencernaan. Penghisapan darah dapat
terjadi dalam jangka waktu lama jika kutu tersebut tidak terganggu. Sementara itu, ketika makan
kutu dapat mengeluarkan kotoran berwarna merah gelap pada kulit Weems dan Fasulo, 2013).
Lesi pada kulit kepala disebabkan oleh tusukan kutu rambut pada waktu menghisap darah. Lesi
sering ditemukan di belakang kepala atau kuduk. Air liur yang merangsang menimbulkan papula
merah dan rasa gatal yang hebat. Diagnosis ditegakkan jika terdapat rasa gatal-gatal yang hebat
dengan bekas-bekas garukan dan dipastikan jika ditemukan Pediculus humanus capitis dewasa,
nimfa dan telurnya (Wijayanti, 2007).

6. Pengendalian

Pemberantasan kutu rambut kepala dapat dilakukan dengan menggunakan tangan, sisir serit atau
dengan pemakaian insektisida golongan klorin (Benzen heksa klorida). Beberapa pengendalian
yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Hindari head-to -head ( hair -to – hair) kontak
selama bermain dan kegiatan lain di rumah , sekolah , dan di tempat lain ( olahraga , taman
bermain , pesta tidur , berkemah ) . 2) Tidak berbagi pakaian seperti topi , syal , mantel ,
seragam olahraga , pita rambut , atau jepit rambut . 3) Tidak berbagi sisir, sikat , atau handuk .
Sisir dan sikat disinfeksi digunakan oleh orang yang penuh dengan merendam dalam air panas
( setidaknya 40 ° C ) selama 5-10 menit . 4) Jangan berbaring di tempat tidur , sofa , bantal ,
karpet , atau boneka binatang yang baru-baru ini telah melakukan kontak dengan orang yang
tejangkit kutu (http://www.cdc.gov/, 2013). 5) Meningkatkan hygiene personal seperti sering
mengganti dan membersihkan pakaian, topi, dan sarung bantal. 6) Meningkatkan kesadaran
tentang pentingnya perawatan badan dan rambut perlu ditanamkan baik kepada orang tua
maupun para anak-anak (siswa) sendiri. 7) Ketika salah sartu anggota keluarga diketahui
terkena kutu kepala maka dianjurkan untuk memeriksa keberadaan kutu pada anggota keluarga
yang lain. 8) Pengobatan juga harus dilakukan jika seseorang sudah terjangkit yang ditandai
dengan rasa gatal-gatal di kepala. Weems dan Fasulo (2013) Macam-macam obat untuk
Pediculus humanus capitis (Kutu rambut):

1) Shampo Lindane 1%. Gamma benzene heksa klorid atau piretrin. Dosis, shampo rambut
biarkan 4-10 menit, kemudian dibilas piretrin. Pakai sampai rambut menjadi basah, biarkan 10
menit kemudian dibilas. (Tindak lanjut periksa rambut 1 minggu setelah pengobatan untuk telur
dan kutu rambut).

2) Salep Lindane (BHC 10%) ; atau bedak DDT 10% atau BHC 1% dalam pyrophylite; atau
Benzaos benzylicus emulsion. Dosis, epala dapat digosok dengan salep Lindane (BHC 1%) atau
dibedaki dengan DDT 10% atau BHC 1% dalam pyrophlite atau baik dengan penggunaan 3 – 5
gram dari campuran tersebut untuk sekali pemakaian. Bedak itu dibiarkan selama seminggu pada
rambut, lalu rambut dicuci dan disisir untuk melepaskan telur. Emulsi dari benzyl benzoate
ternyata juga berhasil.

3) Cair / Peditox / Hexachlorocyclohexane 0,5%. Dosis, osokkan pada rambut dan kepala
sampai merata biarkan semalam kemudian dicuci lalu dikeringkan (Wijayanti, 2007).

Anonim, 2004. Teori Parasitologi. Semarang: Akademi Analisis Kesehatan. Universitas


Muhamadiyah Semarang.

CDC. 2013. Parasites – Lice – Head Lice. http://www.cdc.gov. Diakses tanggal 29 Maret 2014.
Departement of

Health, victoria, Australia. 2011. Treating and controlling head lice.


http://health.vic.gov.au/headlice/. Diakses tanggal 29 Maret 2014

Frankowski, Barbara L., Joseph A. Bocchini, Jr and Council on School Health and Committee
on Infectious Diseases. Head Lice. Journal Pediatrics. Hal : 392-403.

Sutanto, Inge dkk. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran : Edisi Keempat. Jakarta.

Weems, H. V. Jr. and T. R. Fasulo. 2013. Human Lice: Body Louse, Pediculus humanus humanus
Linnaeus and Head Louse, Pediculus humanus capitis De Geer (Insecta: Phthiraptera
(=Anoplura): Pediculidae). Ifas Extension. University Of Florida.

Wijayati, Fitriana. 2007. Hubungan Antara Perilaku Sehat dengan Angka Kejadian Pedikulosis
Kapitis pada Santriwati Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang. Skripsi. Universitas Jember.
Jember.
Morfologi Kutu Kucing

1. Klasifikasi Kutu Kucing Klasifikasi Ctenocephalus felis adalah sebagai berikut :


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Siphonaptera
Family : Pulicidae
Genus : Ctenocephalidae
Spesies : Ctenocephalides felis

2. Morfologi
Kutu jenis ini memiliki ciri-ciri tidak bersayap, memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat
besar, Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang mengarah ke belakang dan rambut
keras, Sungut pendek dan terletak dalam lekuk-lekuk di dalam kepala, Bagian mulut tipe penghisap
dengan 3 stilet penusuk, Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-imago), Telur tidak berperekat,
abdomen terdiri dari 10 ruas, Larva tidak bertungkai kecil, dan keputihan, Memiliki 2 ktinidia baik genal
maupun prenatal. Perbedaan antara jantan dan betina dapat dilihat dari struktur tubuhnya, yaitu jika
jantan pada ujung posterior bentuknya seperti tombak yang mengarah ke atas dan antenna lebih
panjang, sedangkan tubuh betina berakhir bulat dan antenna nya lebih pendek dari jantan Kutu kucing
ini berwarna coklat kemerahan sampai hitam, dengan betina yang warna nya sedikit berbeda. Selain dari
sedikit perbedaan dalam ukuran dan warna, fitur utama lainnya membedakan antara jantan dan betina
adalah adanya kompleks, alat kelamin berbentuk bekicot pada laki-laki. Ctenocephalides felis dibedakan
dari kutu lain dengan ctenidia karakteristik, atau sisir, tetapi memiliki ctenidium pronotal dan ctenidium
genal dengan lebih dari 5 gigi. Morfologi kutu kucing adalah mirip dengan kutu anjing, canis
Ctenocephalides, tetapi kutu kucing memiliki karakteristik dahi miring. Tibia belakang juga berbeda dari
spesies loak lainnya dalam hal ini tidak memiliki gigi apikal luar. Semua anggota ordo Siphonaptera
memiliki otot yang kuat berisi bresilin, protein sangat elastis, di kaki mereka, yang memungkinkan kutu
melompat setinggi 33 cm.Larva kutu mirip belatung kecil dengan bulu pendek dan rahang untuk
mengunyah. Kepompong hidup terbungkus dalam kepompong sutra-puing bertaburan
.
3. Siklus Hidup

Telur akan menetas 2-10 hari menjadi larva yang makan darah kering (yang dikeluarkan pinjal dewasa),
feses, bahan organik lainnya. Larva juga membuat pupa dengan menyilih 2 kali. Stadium larva
berlangsung 1-24 minggu. Pupa dapat hidup selama 1 minggu sampai 1 tahun tergantung faktor
lingkungan.Pinjal ini dapat sebagai hospes intermedier dari Dypillidium caninum, dan menyebabkan gatal
dan iritasi pada tubuh hospes (kucing).

http://pancarahmat.blogspot.com/2012/05/morfologi-kutu-kucing.html
Perubahan warna

Proses perkembangan nyamuk merupakan peristiwa yang paling menakjubkan. Di bawah ini
uraian singkat tentang metamorfosis nyamuk dimulai dari larva mungil melalui sejumlah fase
perkembangan yang berbeda hingga pada akhirnya menjadi nyamuk dewasa.

Nyamuk betina menaruh telurnya, yang diberi makan berupa darah agar dapat tumbuh dan
berkembang, pada dedaunan lembab atau kolam-kolam yang tak berair di musim panas atau
gugur. Sebelumnya, nyamuk betina ini menjelajahi wilayah yang ada dengan sangat teliti
menggunakan reseptornya yang sangat peka yang terletak pada perutnya. Setelah menemukan
tempat yang cocok, nyamuk mulai meletakkan telur-telurnya. Telur yang panjangnya kurang dari
1 mm ini diletakkan secara teratur hingga membentuk sebuah barisan teratur. Beberapa spesies
nyamuk meletakkan telur-telurnya sedemikian hingga berbentuk seperti sebuah sampan.
Beberapa koloni telur ini ada yang terdiri dari 300 buah telur.

Telur-telur yang berwarna putih ini kemudian berubah warna menjadi semakin gelap, dan dalam
beberapa jam menjadi hitam legam. Warna gelap ini berfungsi untuk melindungi telur-telur
tersebut agar tidak terlihat oleh serangga maupun burung pemangsa. Sejumlah larva-larva yang
lain juga berubah warna, menyesuaikan dengan warna tempat di mana mereka berada, hal ini
berfungsi sebagai kamuflase agar tidak mudah terlihat oleh pemangsa.

Larva-larva ini berubah warna melalui berbagai proses kimia yang terjadi pada tubuhnya. Tidak
diragukan lagi bahwa telur, larva maupun nyamuk betina bukanlah yang menciptakan sendiri
ataupun mengendalikan berbagai proses kimia yang mengakibatkan perubahan warna tersebut
seiring dengan perjalanan metamorfosis nyamuk. Mustahil pula jika sistem yang kompleks ini
terjadi dengan sendirinya. Kesimpulannya adalah nyamuk telah diciptakan secara lengkap
beserta dengan sistem perkembangbiakannya sejak pertama kali ia ada. Dan Pencipta yang Maha
Sempurna ini adalah Allah.

Hidup sebagai larva

Ketika periode inkubasi telur telah berlalu, para larva lalu keluar dari telur-telur mereka dalam
waktu yang hampir bersamaan. Larva (jentik nyamuk) yang makan terus-menerus ini tumbuh
sangat cepat hingga pada akhirnya kulit pembungkus tubuhnya menjadi sangat ketat dan sempit.
Hal ini tidak memungkinkan tubuhnya untuk tumbuh membesar lagi. Ini pertanda bahwa mereka
harus mengganti kulit. Pada tahap ini, kulit yang keras dan rapuh ini dengan mudah pecah dan
mengelupas. Para larva tersebut mengalami dua kali pergantian kulit sebelum menyelesaikan
periode hidup mereka sebagai larva.

Jentik nyamuk mendapatkan makanan dengan cara yang menakjubkan. Mereka membuat
pusaran air kecil dalam air dengan menggunakan bagian ujung dari tubuh mereka yang
ditumbuhi bulu sehingga mirip kipas. Kisaran air tersebut menyebabkan bakteri dan mikro-
organisme lainnya tersedot dan masuk ke dalam mulut larva nyamuk. Proses pernapasan jentik
nyamuk, yang posisinya terbalik di bawah permukaan air, terjadi melalui sebuah pipa udara yang
mirip dengan "snorkel" (pipa saluran pernapasan) yang biasa digunakan oleh para penyelam.
Tubuh jentik mengeluarkan cairan yang kental yang mampu mencegah air untuk memasuki
lubang tempat berlangsungnya pernapasan. Sungguh, sistem pernapasan yang canggih ini tidak
mungkin dibuat oleh jentik itu sendiri. Ini tidak lain adalah bukti ke-Mahakuasaan Allah dan
kasih sayang-Nya pada makhluk yang mungil ini, agar dapat bernapas dengan mudah.

Saat meninggalkan kepompong


Pada tahap larva (jentik), terjadi pergantian kulit sekali lagi. Pada tahap ini, larva tersebut
berpindah menuju bagian akhir dari perkembangan mereka yakni tahap kepompong (pupal
stage). Ketika kulit kepompong terasa sudah sempit dan ketat, ini pertanda bagi larva untuk
keluar dari kepompongnya.

Selama masa perubahan terakhir ini, larva nyamuk menghadapi tantangan yang membahayakan
jiwanya, yakni masuknya air yang dapat menyumbat saluran pernapasan. Hal ini dikarenakan
lubang pernapasannya, yang dihubungkan dengan pipa udara dan menyembul di atas permukaan
air, akan segera ditutup. Jadi sejak penutupan ini, dan seterusnya, pernapasan tidak lagi melalui
lubang tersebut, akan tetapi melalui dua pipa yang baru terbentuk di bagian depan nyamuk muda.
Tidak mengherankan jika dua pipa ini muncul ke permukaan air sebelum pergantian kulit terjadi
(yakni sebelum nyamuk keluar meninggalkan kepompong). Nyamuk yang berada dalam
kepompong kini telah menjadi dewasa dan siap untuk keluar dan terbang. Binatang ini telah
dilengkapi dengan seluruh organ dan organelnya seperti antena, kaki, dada, sayap, abdomen dan
matanya yang besar.

Kemunculan nyamuk dari kepompong diawali dengan robeknya kulit kepompong di bagian atas.
Resiko terbesar pada tahap ini adalah masuknya air ke dalam kepompong. Untungnya, bagian
atas kepompong yang sobek tersebut dilapisi oleh cairan kental khusus yang berfungsi
melindungi kepala nyamuk yang baru "lahir" ini dari bersinggungan dengan air. Masa-masa ini
sangatlah kritis. Sebab tiupan angin yang sangat lembut sekalipun dapat berakibatkan kematian
jika nyamuk muda tersebut jatuh ke dalam air. Nyamuk muda ini harus keluar dari
kepompongnya dan memanjat ke atas permukaan air dengan kaki-kakinya sekedar menyentuh
permukaan air.

Begitulah, seringkali hati kita tertutupi dari memahami kebesaran Allah pada makhluknya yang
tampak kecil dan tak berarti. Kalau nyamuk yang kecil ternyata menyimpan keajaiban ciptaan
Allah yang begitu besar, bagaimana dengan makhluk-Nya yang lebih besar dan lebih sering kita
saksikan dalam kehidupan sehari-hari? Wallaahu a'lam.

http://rumahbelajaredelweiss.blogspot.com/2012/07/apakah-nyamuk-memakan-darah.html

Plattyhelminthes
Platyhelminthes (dalam bahasa yunani, platy = pipih, helminthes = cacing) atau cacing pipih adalah
kelompok hewan yang struktur tubuhnya sedah lebih maju dibandingkan porifera dan
Coelenterata.Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm, mesoderm,
dan endoderm.

Ciri-ciri dan sifat-sifat :

 Tubuh pipih dan kadang kadang seperti pita


 Bentuk simetris bilateral
 Tidak bersegmen
 System syaraf dikenal dengan tangga tali
 Reproduksi secara seksual : peleburan sel sperma dengan sel telur. Pada reproduksi seksual
akan menghasilkan gamet.Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh (internal).Fertilisasi dapat
dilakukan sendiri ataupun dengan pasangan lain
 Reproduksi aseksual : membelah diri. Reproduksi aseksual tidak dilakukan oleh semua
Platyhelminthes.Kelompok Platyhelminthes tertentu dapat melakukan reproduksi aseksual dengan cara
membelah diri (fragmentasi), kemudian regenerasi potongan tubuh tersebut menjadi individu baru.
 Yang hidup bebas talah mempunyai stigma dan statokis

 Lapisan tubuh: triploblastik aselomata, simetri bilateral

 Sistem pencernaan: sistem gastrovaskuler (berperan mencerna dan mengedarkan)

 Sistem transpor: difusi dari permukaan tubuh

 Sistem saraf: ganglion otak

 Ekskresi dan osmoregulasi: sel api

Lapisan kulitnya, yaitu:

 ektoderma, lapisan luar yang akan berkembang menjadi kulit

 mesoderma, lapisan tengah yang akan berkembang menjadi otot dan beberapa organ

 endoderma, lapisan dalam yang akan berkembang menjadi alat pencernaan

Cara hidup dan habitat

Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit.Platyhelminthes yang hidup bebas memakan
hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme.Platyhelminthes
parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya.Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas
adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembap.Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam
tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.

Struktur dan fungsi tubuh

Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga disebut hewan aselomata.Sistem
pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus (tanpa anus).Usus bercabang-cabang ke seluruh
tubuhnya.Platyhelminthes tidak memiliki sistem peredaran darah (sirkulasi).Platyhelminthes juga tidak
memiliki sistem respirasi dan eksresi.Pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh sel
tubuhnya.Proses ini terjadi karena tubuhnya yang pipih.Sistem eksresi pada kelompok Platyhelminthes
tertentu berfungsi untuk menjaga kadar air dalam tubuh.Kelompok Platyhelminthes tertentu memiliki
sistem saraf tangga tali.Sistem saraf tangga taki terdiri dari sepasang simpul saraf (ganglia) dengan
sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabang-cabang melintang seperti tangga.Organ reproduksi
jantan (testis) dan organ betina (Ovarium)
Platyhelminthes terdapat dalam satu individu sehingga disebut hewan hemafrodit.Alat reproduksi
terdapat pada bagian ventral tubuh.

Klasifikasi
Jenis Platyhelminthes dikelompokan menjadi tiga kelas, yaitu Turbellaria (cacing rambut getar),
Trematoda (cacing isap), dan Cestoda (caing pita).

1. Turbellaria (cacing rambut getar)

Ciri-ciri :

 Hidup di air tawar jernih yang belum tercemar


 Bentuk tubuh pipih
 Mulut terletak dibawah permukaan tubuh
 Memiliki daya regenerasi tinggi
 Reproduksi aseksual : membelah diri
 System syaraf dengan ganglion otak
 memiliki ukuran tubuh bersilia dengan ukuran 15 – 18 mm
Silia digunakan untuk bergerak.Pergerakan juga dapat menggunakan otot dengan gerakan seperti
gelombang.Pada kalas ini akan dibahas mengenai ciri salah satu contoh Turbellaria, yaitu Dugesia.
Bagian anterior tubuh Dugesia berbentuk segitiga dan memiliki sistem indera berupa sepasang bintik
mata serta celah yang disebut aurikel.Bintik mata untuk membedakan keadaan gelap dan terang,
sedangkan aurikel berfungsi sebagai indera pembau saat Dugesia mencari makanannya.
Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan.Pada bagian
tengah tubuhnya terdapat mulut.Melalui mulut, faring dapat dijulurkan keluar untuk menangkap mangsa
yang selanjutnya dicerna di dalam usus.
Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang
dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya.Sel-sel api
yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya.Pergerakan silia berfungsi untuk
menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api.Dugesia
merupakan hewan hemafrodit, namun reproduksi seksual tidak dapat dilakukan hanya oleh satu
individu.Fertilisasi dilakukan secara silang oleh dua individu Dugesia.Zigot yang terbentuk berkembang
tanpa melalui proses periode larva.Sedangkan reproduksi aseksual adalah dengan membelah dirinya dan
setiap belahan tubuh akan menjadi individu baru yang dikarenakan oleh daya regenerasinya yang sangat
tinggi.

2. Trematoda atau Cacing Isap


Ciri-ciri :
 Hidup parasite pada manusia atau hewan ternak
 Bentuk tubuhnya pipih
 Umumnya mempunyai dua alat penghisap
 Hermaprodit
 Sifat respirasi obligat aerob

contoh Trematoda

 Fasciola hepatica, sering dikenal dengan cacing hati, karena hdup di hati inangnya. Fasciola
hepatica hidup di hati domba sedangkan Fasciola gigantica hidup di hati sapi

gambar fasciola hepatica

 Clonorchis sinensis, cacing hati yang hidup di hati manusia. Clonorchis memilih ikan air tawar
sebagai inangnya dan sebagai tempat untuk meletakkan metaserkaria
 Schistosoma japonicum, disebut juga cacing darah karena hidup di dalam pembuluh vena.
Inangnya berupa manusia, biri-biri, binatang mengerat, dan sapi. Schistosoma juga mencari ikan
air tawar sebagai inang perantara. Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini adalah
schistosomiasis. Penderita akan mengalami kerusakan hati, kelainan jantung, limpa, kantong
kemih, dan ginjal

 Fasciolopsis buski, cacing isap yang hidup dalam usus manusia, anjing dan babi

 Paragonimus westermanii, cacing isap yang hidup dalam paru-paru vertebrata

 Schipistoma haematobium, pada pembuluh darah vena dari saluran kencing dan saluran
pencernaan

 Opisthorchis sinensis ( Cacing hati cina ) cacing dewasa hidup pada organ hati manusia.Inang
perantaranya adalah siput air dan ikan

3. Cestoda ( cacing pita )


Ciri-ciri :
a) Berbentuh pipih seperti pita
b) Tidak bersilia
c) Tubuh ditutupi oleh kutikula
d) Memiliki saluran pencernaan
e) Memiliki rangkaian proglotid, skoleks, sucker, dan rostelum yang berfungsi untuk melekat pada
organ tubuh inangnya
f) Memiliki dua hospes
g) Hewan hemaprodite
h) Mampu melakukan pembuahan sendiri
i) Bentuk infektif : systecercus
Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).Tiap
proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior
tubuh cacing.Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama
bersama dengan tinja.

Contoh cestoda :

a. Taenia cestoda : larva pada hati, dewasa pada anjing dan kucing
b. Diyilidium cacninumlarva larva pada kutu : manusia, anjing, kucing. Dewasa pada anjing dan
kucing
c. Hymenolepsis diminuta, larva pada kumbang, kutu dan insect lainnya. Dewasa pada tikus dan
kadang-kadang pada manusia
d. Echinoccocus glanulosus, larva pada manusia, kambing dan babi. Dewasa pada golongan anjing-
anjingan
e. Dibotriocephalus latus. Larva pertama pada cepetoda, kedua pada ikan air tawar, dewasa pada
manusia, anjing, kucing, babi dan mamalia lainnya

Peranan platyhelminhes

 Pada umumnya Platyhelminthes merugikan sebab parasite pada manusia dan hewan
 Turbellaria berperan sebagai indicator pencemaran air

http://garnisah.blogspot.com/2011/11/plattyhelminthes.html

CACING PITA CESTODA Ciri Cestoda Cestoda adalah cacing yang berbentuk pipih seperti pita
yang merupakan endoparasit dan dikenal sebagai cacing pita (lihat gambar). Cacing dewasa
hidup dalam usus Vertebrata dan larvanya hidup di jaringan vertebrata dan invetebrata Semua
anggota Cacing kelompok Cestoda memiliki struktur pipih dan tertutup oleh kutikula ( zat lilin)
Cestoda disebut sebagai Cacing pita karena anggotanya berupa cacing yang bentuknya pipih
panjang seperti pita. CESTODA (Cacing Pita) terlihat secara morfologi : Tubuhnya terdiri dari
rangkaian segmen-segmen yang masing-masing disebut Proglottid. Kepala disebut Skoleks dan
memiliki alat isap (Sucker) yang memiliki kait (Rostelum) terbuat dari kitin. Pembentukan
segmen (segmentasi) pada cacing pita disebut Strobilasi. Tubuhnya Cacing pita (Cestoda)
memiliki tubuh bentuk pipih, panjang antara 2 - 3m dan terdiri dari bagian kepala (skoleks) dan
tubuh (strobila). Kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat pengisap. Sedangkan
setiap segmen yang menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan. Makin ke posterior
segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat
hermafrodit. Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat
pencernaan. Contoh : Taenia solium Cacing pita manusia Menyebabkan Taeniasis solium. Pada
skoleknya terdapat kait-kait sebagai alat pengisap yang matang menjadi alat reproduksinya.
Memiliki hospes perantara Babi Skoleks pada jenis Cestoda tertentu (Taenia solium ) selain
memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum) Rostellum berfungsi untuk melekat pada
organ tubuh inangnya. Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid. Setiap
proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium). Tiap
proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.dan mempunyai rumah tangga sendiri ( metameri) Makin
ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan
bersifat hermafrodit. Proglotid yang dibuahi ( yang matang ) terdapat di bagian posterior / paling
bawah tubuh cacing. Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang
utama bersama dengan tinja. Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan
tanpa alat pencernaan. -->Sistem eksresi terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan
sel api. Sistem saraf sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang. Cestoda
bersifat parasit karena menyerap sari makanan melalui permukaan tubuhnya secara osmosis
Penyerapan sari makanan terjadi dari usus halus inangnya melalui seluruh permukaan proglotid
Jadi sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak
memiliki mulut dan system pencernaan , skolex hanya untuk menempelkan dirinya ke usus
Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna,
belum matang Daging hewan hospes ( inang perantara ) yang mengandung Cysticercus Inang
pernatara Cestoda adalah hewan ternak misalnya Sapi yang tubuhnya terdapat Cisticercus jenis
Taenia saginata yang ada pada ototnya dan Babi yang tubuhnya terdapat Cisticercus jenis Taenia
solium yang ada pada ototnya. di Kedua ternak itu Cacing pita hanya sementara terjadi cyclus
ditubuhnya hingga membentuk Cysticercus Jadi di sapi dan babi tidak dijumpai dala bentuk
Dewasa ( yang dewasa di tubuh manusia) hanya bentuk larva di Ternak berurutan cyclusnya :
Telur - Oncosfer - Hexacant - Cysticercus ( T-O-H-C), T-O-H-ada di Ususnya dan C(cysticercus)
meninggalkan usus ke otot( daging ) Agar kita tidak kena Taeniasis ini dimasak yang matang
dagingnya, dan manusia yang kena Taeniasis janganbuang air besar ke lingkungan , karena
Faecesnya yang ada telurnya sangat kuat di lingkungan yang mungkin di rumput Siklus hidup
cestoda, Proglottid Masak (terdapat dalam feses) bila tertelan oleh babi Þ Embrio Heksakan,
menembus usus dan melepaskan kait-kaitnya Larva Sistiserkus (dalam otot lurik babi) tertelan
manusia Cacing dewasa. Taenia saginata Cacing pita manusia. Menyebabkan Taeniasis saginata.
Pada skoleknya tidak terdapat kait-kait. Memiliki hospes perantara Sapi. Daur hidup Taenia
saginata sama dengan Taenia solium. Diphyllobothrium latum, Menyebabkan Diphyllobothriasis.
Parasit pada manusia dengan hospes perantara berupa katak sawah (Rana cancrivora), ikan dan
Cyclops. Echinococcus granulosus Cacing pita pada anjing Himenolepis nana :Cacing pita yang
hidup dalam usus manusia dan tikus. Tidak memiliki hospes perantara. pemberian obat anti
cacing sangat dianjurkan. Obat-obatan ini bisa diminum golongan obat anticacing albendazole
dosis sehari 500 mg lebih baik , biasanya dosis 250 cacing mati dalam bentuk utuh -->Contoh
cacing golongan Cestoda ini adalah Taenia saginata (dalam usus manusia) di bawa oleh sapi
Taenia solium (dalam usus manusia) dibawa oleh babi Choanotaenia infudibulum (dalam usus
ayam) Echinococcus granulosus (dalam usus anjing) Diphyllobothrium latum (menyerang
manusia melalui inang katak , ikan, Cyclops Udang udangan) Hymnelopsis nana ( di usus
manusia , tikus tanpa inang perantara) --> Taenia solium Taenia solium dewasa hidup parasit
pada saluran pencernaan manusia (usus). Inang perantaranya (hospes intermediet) adalah babi.
Tubuhnya berbentuk pipih, ukuran panjang tubuhnya dapat mencapai 3m. struktur tubuh cacing
ini terdiri atas kepala (skoles) dan rangkaian segmen yang masing-masing disebut proglotid.
Pada bagian kepala terdapat 4 alat isap (Rostrum) dan alat kait (Rostellum) yang dapat melukai
dinding usus. Disebelah belakang skoleks terdapat leher/daerah perpanjangan (strobilus). Taenia
saginata Taenia saginata dewasa hidup sebagai parasit dalam usus manusia. Cacing ini masuk
kedalam tubuh manusia melalui perantara sapi (sebagai hospes intermediet). Skoleks taenia
saginata terdapatrostrum tetapi tidak mempunyai Rostelum (kait). Jenis cacing ini kurang
berbahaya bagi manusia dibandingkan taenia solium. Gejala atau tanda terinfeksi cacing pita
antara lain : perut terasa mulas dan mual, kadang perih dan tajam menusuk-nusuk tetapi akan
hilang sesudah makan Selain itu muka pucat sering pusing kurang nafsu makan feses berlendir
PERBANDINGAN MORFOLOGI CACING PITA Diphyllobothrium latum Merupakan jenis
cacing pita yang hidup sebagai parasit pada manusia, anjing, kucing dan serigala. Sebagai inang
perantaranya adalah katak sawah (Rana cancrivora), ikan dan Cyclops. Menyebabkan
Diphyllobothriasis. Daerah penyebarannya meliputi wilayah eropa, afrika, amerika utara dan
jepang. Echinococcus granulosus Jenis cacing pita berukuran kecil (berkisar antara 3-6mm) dan
hidup sebagai parasit pada usus anjing liar / serigala dan karnivora lainnya. Inang perantaranya
adalah babi, biri-biri dan manusia. Daerah penyebaran utama Australia, argentina dan pulau es.
Terlihat bahwa oncosfer yang berkembang menjadi Cysticercus di Biri biri (herbivora) dimakan
sama hewan carnivora sehingga di tubuh Carnivora ( anjing / serigala ) menjadi cacing pita
dewasa. cacing pita dewasa yang berada di tubuh carnivora akan melepaskan proglotidnya yang
mengandung telur yang mature ke lapangan/ rumput untuk dimakan kembali hewan herbivora.
OK Hymnelopsis nana Jenis cacing pita kerdil yang hidup sebagai parasit pada manusia dan
tikus. Daerah penyebarannya meliputi seluruh dunia Tanpa inang perantara Jadi Manusia yang
Ususnya terdapat cacing pita dewasa , di usus halusnya itu dipastikan Cacing pita tersebut pada
Proglotid segmen terakhir yang masak “mature” banyak mengandung telur yang sudah dibuahi
membentuk Zygot. Dimana telur yang ada di Proglotid itu dilepaskan (Fragmentasi) sehingga
mengikuti sisa makanan ke usus besar dan ke anus . Telur yang berada bersama kotoran itu bisa
bertahan selama berhari-hari atau berbulan bulan di lingkungannya . Vegetasi yang ada di
lingkungan misalnya rumput yang terkontaminasi oleh kotoran yang berisi proglotid berisi telur
itu bila termakan oleh ternak ( Babi , Sapi) maka masukklah telur tersebut ke pencernaaan nya
Dalam usus ternak telur tergesek sehinngga menetas membentuk larva yang disebut Oncospheres
Oncosfer segera tumbuh membentuk larva Hexacant ( larva dengan 6 kait yang tajam) Hexacant
menginvasi dinding usus, dan bermigrasi ke otot lurik ( daging) Di jaringan Otot ( daging) itulah
larva bertahan membentuk cacing gelembung yang disebut Cysticercus Sebuah cysticercus dapat
bertahan hidup selama beberapa tahun di daging Ternak. Manusia terinfeksi karena menelan
mentah atau setengah matang daging yang terinfeksi / di dalamnya ada Cysticercusnya . Dalam
usus manusia Cysticercus berkembang lebih dari 2 bulan menjadi cacing pita dewasa , yang
dapat bertahan hidup selama bertahun-tahun. Cacing pita dewasa melekat pada usus halus
dengan Scolexnya { kepala) dan scolex mereka berada menancap di dinding usus halus Panjang
cacing dewasa Taenia saginata bisa mencapai sampai 25 m, sedang T. solium lebih pendek
Proglottids atau bagian segment nya dari cacing pita bagian posterior yang paling belakang
( paling dewasa) menghasilkan telur yang matang, Proglotid itu kemudian dilepaskan dari cacing
pita, dan bermigrasi ke usus besar , bersama kotoran segera le anus (sekitar 6 per hari) begitu
seterusnya
Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win

Anda mungkin juga menyukai