Anda di halaman 1dari 7

Nama : Filzah Hazrati Abiyah

NIM : 04011282227170
Kelas : Beta/Delta 2022
Kelompok : B7

Learning Issue : Pediculus humanus capitis (morfologi, siklus hidup, dan transmisi)

1. Morfologi Pediculus humanus capitis


Pediculus humanus capitis memiliki morfologi dengan bentuk tubuh yang memanjang dan
pipih dengan ujung posterior meruncing, mempunyai batas ruas yang jelas dengan abdomen dan
terdiri dari 9 ruas, berwarna kelabu, serta segmen thorax yang bersatu. Mata pediculus humanus
capitis terdapat pada bagian kepala sebelah lateral. P. humanus capitis panjang badannya antara
1-2 mm dengan bagian kepala berbentuk ovoid yang bersudut, sedangkan semua kakinya
berukuran sama besar. P. humanus capitis memiliki antenna yang terletak pada bagian kepala
yang terdiri atas ruas sebanyak 5 buah selain itu pada bagian kepala terdapat proboscis.

Gambar 1. Pediculus humanus capitis

Pediculus humanus capitis betina memiliki panjang tubuh kira-kira 3 mm dengan


ukurannya yang lebih besar dari Pediculus humanus capitis jantan dan bentuk alat kelaminnya
seperti huruf V terbalik yang digunakan untuk menempel pada batang rambut untuk bertelur.
Pediculus humanus capitis betina memiliki lubang kelamin di tengah bagian dorsal pada
abdomen terakhir. Selama hidupnya Pediculus humanus capitis betina bertelur sekitar 140 butir.
Sedangkan Pediculus humanus capitis jantan memiliki panjang tubuh kira-kira 2 mm, bentuk
alat kelaminnya seperti huruf V dan memiliki pita coklat gelap di punggungnya.
Gambar 2. Pediculus humanus capitis Female & Male

P. humanus capitis tidak memiliki sayap terdapat sepasang kaki yang terdiri atas 5 ruas dan
1 capit berbentuk kait berfungsi untuk pegangan erat pada rambut penderita. Ujung setiap kaki
juga dilengkapi dengan kuku yang digunakan untuk berjalan dari satu helai rambut ke rambut
lain dengan menjepit rambut dengan kuku-kukunya. Telur (nits) berwarna putih, dilekatkan pada
rambut dengan perekat kitin (chitin-like cement). Spesies ini biasa meletakkan telur pada rambut
kurang dari 5 mm dari kulit kepala, sehingga seiring bertumbuhnya rambut kepala, telur yang
semakin matang akan terletak lebih jauh dari pangkal rambut.
Pediculus dewasa lebih menyukai rambut di bagian belakang kepala daripada rambut
bagian depan kepala. P. humanus capitis mengisap darah sedikit demi sedikit dalam jangka
waktu lama. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan sejak telur sampai menjadi dewasa rata-
rata 18 hari, sedangkan tuma dewasa dapat hidup 27 hari.

Gambar 3. A. Kutu kepala dewasa betina, B. Telur kutu kepala

2. Siklus Hidup Pediculus humanus capitis


Siklus hidup Pediculus humanus capitis terdiri dari stadium telur, nimfa, dan kutu dewasa.
Setelah perkawinan, kutu betina biasa menghasilkan telur sekitar 150 dalam waktu 30 hari. Telur
kutu berbentuk oval dan pada umumnya berwarna putih. Kutu betina menyimpan telur mereka di
pangkal rambut (sekitar 1 cm dari permukaan kulit kepala) dan bergerak kearah distal sesuai
dengan pertumbuhan rambut. Telur kutu akan menetas setelah 7-10 hari dan akan meninggalkan
kulit telur atau selubung pada rambut. Selubung ini akan tetap berada di rambut sekitar 6 bulan.
Telur kutu yang masih berisi berwarna hitam, oval, dan translusen. Sedangkan telur kutu yang
sudah tidak berisi berwarna putih dan kolaps.

Gambar 4. Siklus Hidup Pediculus humanus capitis

Apabila dijabarkan secara luas maka siklus hidup Pediculus humanus capitis memiliki 3
fase yaitu telur, nimfa dan dewasa.
1) Fase pertama yaitu telur, telur diletakkan oleh betina subur dewasa dan disemen di
pangkal batang rambut terdekat kulit kepala. Untuk menempelkan setiap telur, betina
dewasa mengeluarkan zat seperti lem dari organ reproduksinya. Mereka berukuran 0,8
mm kali 0,3 mm, berbentuk oval dan biasanya berwarna kuning hingga putih. Telur
membutuhkan waktu sekitar 1 minggu untuk menetas (kisaran 6-9 hari). Telur yang layak
biasanya terletak dalam jarak 6 mm dari kulit kepala karena morfogenesis ditingkatkan
pada suhu tubuh manusia. Seekor betina subur tunggal dapat bertelur sekitar 150 - 250
telur selama siklus hidupnya 30 hari.
2) Fase kedua adalah nimfa, setelah telur menetas dalam jangka waktu kurang lebih 10
hari dan melepaskan nimfa dari cangkang telur. Nimfa menyerupai kutu namun yang
bedakan hanya di ukuran nimfa lebih kecil dibandingkan dengan kutu dewasa. Nimfa
matang setelah 3 molting (instar) dan menjadi dewasa sekitar 7-10 hari setelah menetas.
Bentuk instar pertama dan kedua relatif tidak bergerak, sehingga tidak mudah ditularkan
antar individu, penyebaran terbanyak terkait dengan bentuk instar ketiga dan bentuk
dewasa.
3) Fase ketiga adalah Pediculus humanus capitis dewasa, P. humanus capitis dewasa
berukuran sebesar biji wijen yaitu 2-4 mm, memiliki 6 kaki yang di mana masing-masing
memiliki cakar yang digunakan untuk mencakar dan menempelkan dirinya ke rambut. P.
humanus capitis bergerak dengan kecepatan hingga 23 cm/menit, dapat hidup hingga 30
hari di atas kepala seseorang, dan setelah dewasa dapat bertelur hingga 10 butir per hari.
Untuk hidup, P. humanus capitis perlu menghisap darah beberapa kali sehari dan dapat
bertahan hidup selama 48 jam jika tidak menghisap darah, sedangkan telur bertahan
sekitar 1 minggu apabila tidak terdapat pada rambut atau kulit kepala.

3. Transmisi Pediculus humanus capitis


Pediculus humanus capitis dapat menginfeksi secara cepat melalui kontak langsung
ataupun tidak langsung karena kutu rambut tidak bisa loncat maupun terbang. Pediculus
humanus capitis tidak bisa terbang karena tidak memiliki sayap dan tidak memiliki kaki yang
kuat untuk melompat. Mereka berpindah dari satu rambut yang terinfeksi ke rambut lainnya
dengan bantuan cakar di kaki mereka. Saling berbagi peralatan pribadi seperti tutup kepala,
bantal, ataupun handuk adalah cara utama penularan di antara kontak yang rentan. Melalui
kontak kepala ke kepala sejauh ini merupakan rute penularan P. humanus capitis yang paling
umum.

ANALISIS MASALAH
IV.3.a. Bagaimana transmisi penyakit yang dialami Nn. J ke orang lain?
Jawab: Penularan Sarcoptes scabiei ini dapat terjadi melalui kontak dengan media
terinfestasi seperti handuk, selimut, lapisan furnitur, dan melalui hubungan langsung kulit ke
kulit. Seseorang yang terinfeksi Sarcoptes scabiei dapat menyebarkan skabies walaupun ia tidak
menunjukkan gejala. Semakin banyak jumlah parasit dalam tubuh seseorang, semakin besar pula
kemungkinan ia akan menularkan parasit tersebut melalui kontak tidak langsung. Sedangkan
penularan Pediculus humanus capitis dapat terjadi dengan adanya kontak langsung dengan
rambut penderita tau kontak tidak langsung melalui aksesoris rambut, handuk, bantal, kasur,
kerudung secara bersamaan, boneka, sisir, dan barang lainnya. Pediculus humanus capitis tidak
bisa terbang karena tidak memiliki sayap dan tidak memiliki kaki yang kuat untuk melompat.
Mereka berpindah dari satu rambut yang terinfeksi ke rambut lainnya dengan bantuan cakar di
kaki mereka.

IV.4.g. Bagaimana siklus hidup serangga yang menyerang Nn. J?


Jawab:

Gambar 4. Siklus Hidup Pediculus humanus capitis

Apabila dijabarkan secara luas maka siklus hidup Pediculus humanus capitis memiliki 3
fase yaitu telur, nimfa dan dewasa.
1) Fase pertama yaitu telur, telur diletakkan oleh betina subur dewasa dan disemen di
pangkal batang rambut terdekat kulit kepala. Untuk menempelkan setiap telur, betina
dewasa mengeluarkan zat seperti lem dari organ reproduksinya. Telur membutuhkan
waktu sekitar 1 minggu untuk menetas (kisaran 6-9 hari). Seekor P. humanus capitis
betina yang subur dan tunggal dapat bertelur sekitar 150 - 250 telur selama siklus
hidupnya 30 hari.
2) Fase kedua adalah nimfa, setelah telur menetas dalam jangka waktu kurang lebih 10
hari dan melepaskan nimfa dari cangkang telur. Nimfa menyerupai kutu namun yang
bedakan hanya di ukuran nimfa lebih kecil dibandingkan dengan kutu dewasa. Nimfa
matang setelah 3 molting (instar) dan menjadi dewasa sekitar 7-10 hari setelah menetas.
Bentuk instar pertama dan kedua relatif tidak bergerak, sehingga tidak mudah ditularkan
antar individu, penyebaran terbanyak terkait dengan bentuk instar ketiga dan bentuk
dewasa.
3) Fase ketiga adalah Pediculus humanus capitis dewasa, P. humanus capitis dewasa
berukuran sebesar biji wijen yaitu 2-4 mm, memiliki 6 kaki yang di mana masing-masing
memiliki cakar yang digunakan untuk mencakar dan menempelkan dirinya ke rambut. P.
humanus capitis bergerak dengan kecepatan hingga 23 cm/menit, dapat hidup hingga 30
hari di atas kepala seseorang, dan setelah dewasa dapat bertelur hingga 10 butir per hari.
Untuk hidup, P. humanus capitis perlu menghisap darah beberapa kali sehari dan dapat
bertahan hidup selama 48 jam jika tidak menghisap darah, sedangkan telur bertahan
sekitar 1 minggu apabila tidak terdapat pada rambut atau kulit kepala.

IV.4.h. Bagaimana morfologi serangga yang menyerang Nn. J?


Jawab: Pediculus humanus capitis memiliki morfologi dengan bentuk tubuh yang
memanjang dan pipih dengan ujung posterior meruncing, mempunyai batas ruas yang jelas
dengan abdomen dan terdiri dari 9 ruas, berwarna kelabu, serta segmen thorax yang bersatu.
Mata pediculus humanus capitis terdapat pada bagian kepala sebelah lateral. P. humanus capitis
panjang badannya antara 1-2 mm dengan bagian kepala berbentuk ovoid yang bersudut,
sedangkan semua kakinya berukuran sama besar. P. humanus capitis memiliki antenna yang
terletak pada bagian kepala yang terdiri atas ruas sebanyak 5 buah selain itu pada bagian kepala
terdapat proboscis.

P. humanus capitis tidak memiliki sayap terdapat sepasang kaki yang terdiri atas 5 ruas
dan 1 capit berbentuk kait berfungsi untuk pegangan erat pada rambut penderita. Ujung setiap
kaki juga dilengkapi dengan kuku yang digunakan untuk berjalan dari satu helai rambut ke
rambut lain dengan menjepit rambut dengan kuku-kukunya. Telur (nits) berwarna putih,
dilekatkan pada rambut dengan perekat kitin (chitin-like cement). Spesies ini biasa meletakkan
telur pada rambut kurang dari 5 mm dari kulit kepala, sehingga seiring bertumbuhnya rambut
kepala, telur yang semakin matang akan terletak lebih jauh dari pangkal rambut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Madke, B. & Khopkar, U., 2012. Pediculosis capitis: an update. Indian Journal of
Dermatology, Venereology, and Leprology, 78, pp 429-438.
2. Nutanson, I., Steen, C. J., Schwartz, R. A., & Janniger, C. K. (2008). Pediculus humanus
capitis: An update. Acta Dermatovenerologica Alpina, Pannonica et Adriatica, 17(4), 147–
159.
3. Soedarto. (2011). Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Handbook of Medical Parasitology.
Jakarta: Sagung Seto. pp 257-258.
4. Sutanto, I., Ismid I. S., Sjarifuddin, P. K., Sungkar, S. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran.
Edisi Keempat. Jakarta: Badan Penerbit FK UI Jakarta. 2013: 300.

Anda mungkin juga menyukai