PEDIKULOSIS KAPITIS
I.
PENDAHULUAN
Pedikulosis adalah infeksi kulit atau rambut pada manusia
yang disebabkan oleh Pediculus (tergolong famili Pediculidae).
Selain menyerang manusia, penyakit ini juga menyerang
binatang, oleh karena itu dibedakan Pediculus humanus dengan
Pediculus animalis. Pediculus ini merupakan parasit obligat
artinya
harus
menghisap
darah
manusia
untuk
dapat
mempertahankan hidup.1
Klasifikasi Pedikulosis yaitu Pediculus humanus var. capitis
yang menyebabkan pedikulosis kapitis, Pediculus humanus var.
corporis yang menyebabkan pedikulosis korporis, Phthirus
pubis yang menyebabkan pedikulosis pubis. 1
II.
DEFINISI
Pedikulosis kapitis adalah infeksi kulit dan rambut kepala
yang disebabkan oleh Pediculus humanus var. capitis.
III.
1,2
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terutama menyerang anak-anak usia muda
dan cepat meluas dalam lingkungan hidup yang padat,
misalnya di asrama dan panti asuhan. Tambahan pula dalam
kondisi higiene yang tidak baik, misalnya jarang membersihkan
besar
prevalensi
dari
2.44%
penderita,
jumlah
tingkat infeksi yang tinggi pada kelas sosial ekonomi yang lebih
rendah.2
Kutu kepala umum terjadi pada anak-anak, terutama pada
rentang usia 3-11 tahun, dibandingkan dengan orang dewasa,
dan kebanyakan survei menunjukkan anak perempuan lebih
sering menderita dibanding anak laki-laki. Kebiasaan pada anak
perempuan
dan
laki-laki
pada
usia
yang
berbeda
mandiri
dan
juga
sering
terpisah
dengan
teman
ketika
rambut
berdekatan
dan
perpindahan
ETIOPATOGENESIS
Kutu manusia termasuk filum Arthropoda, kelas Insecta, golongan
Phthiraptera, dan subgolongan Anoplura (dikenal sebagai kutu penghisap).
Mamalia merupakan hospes bagi seluruh Anoplura. Anoplura tidak memiliki
sayap dan mempunyai 3 pasang kaki dengan setiap ujungnya terdapat cakar
untuk menggenggam. Ukuran dan bentuk dari cakar disesuaikan dengan tekstur
dan bentuk dari rambut dan atau serat pakaian yang mereka genggam. Tubuh
kutu datar dan ditutupi oleh kitin yang keras.4
Kutu merupakan insekta penghisap darah. Kutu manusia memiliki
bagian mulut depan yang kecil dengan 6 pengait yang membantu perlekatannya
pada kulit manusia selama makan. Bagian mulut penghisap tertarik ke bagian
kepala ketika kutu tidak sedang makan. Umumnya kutu makan sekitar 5-6 kali
per hari. Pada setiap spesies, kutu betina memiliki ukuran yang lebih besar
dibandingkan kutu jantan.4,5
Kutu kepala merupakan yang paling sering di antara 3 spesies kutu
(kutu kepala, kutu badan, dan kutu kelamin). Rata-rata panjang dari kutu kepala
yaitu 1-2 mm. Kutu betina umumnya lebih besar dan banyak dibandingkan kutu
jantan. Kutu ini tidak memiliki sayap dan berwarna putih sampai abu-abu,
bagian dorsoventralnya pipih, dan abdomen yang bersegmen. Kutu ini memiliki
2 mata, 3 pasang kaki dengan cakar. Masa hidup rata-rata 30 hari.1,4
berwarna kuning sampai putih. Telur menetas pada hari ke 8-9 jika tetap
berada dekat pada suhu tubuh dan menjadi dewasa pada hari ke 9- 12
selanjutnya. Telur dapat bertahan sampai 10 hari tanpa hospes manusia.
Temperatur yang lebih rendah memperlambat penetasan dan perkembangan.
Nimfa berganti kulit 3 kali sebelum mencapai bentuk dewasanya. Kutu kepala
dewasa hanya bertahan selama 1-2 hari tanpa hospesnya. Kutu dewasa
(a)
(b)
Gambar 3. (a) telur yang berisi dan (b) telur yang telah pecah3,4
Infestasi oleh kutu kepala menyebar melalui kontak fisik dan penggunaan
bersama barang (seperti sisir, sikat, topi, syal, dan selimut). Kutu dapat keluar
oleh penggunaan sisir, handuk, dan pergerakan udara (termasuk pengering
rambut). Menyisir rambut dan mengelap keringat dapat mengeluarkan kutu
dewasa lebih dari 1 meter dari kulit kepala yang terinfestasi. Kutu kepala dapat
berjalan hingga 23 cm per menit. Kutu kepala sulit untuk melekat kuat pada
permukaan yang halus (misalnya kaca, metal, plastik, dan bulu sintetik).4
Gatal timbul karena respon inflamasi dari hospes yang
tersensitisasi dengan antigen kutu seperti liur dan ekskreta dari
kutu yang dimasukkan dalam kulit waktu menghisap darah.
Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk
menghilangkan rasa gatal.1,5
V.
GEJALA KLINIS
Gejala mula yang dominan hanya rasa gatal, terutama
pada daerah oksiput dan temporal serta dapat meluas ke
seluruh
kepala.
Kemudian
karena
garukan,
terjadi
erosi,
bening
regional
(oksiput
dan
retroaurikular).
Pada
occipital
atau
cervical.
Sedangkan
gejala
dari 10.
Telur kutu berbentuk oval keabu-abuan sampai putih
berkapsul dan melekat kuat pada rambut. Jumlah
kecoklatan,
putih.
Predileksi kutu kepala selalu berbatas dekat dengan
kulit
kepala,
postauricular.
terutama
Secara
regio
jarang
kutu
occipital
kepala
dan
dapat
10
Namun
kadang
ditemukan
kutu
kepala
yang
sedang.
Eksim, eskoriasi, dan neurodermatitits pada kulit
kepala bagian occipital dan leher akibat penggarukan
kronik.
Impetigo sekunder oleh Staphylococcus aureus dari
kasus ekstrim.
Pedikulosid
hipersensitivitas.
Lampu wood: telur
menimbulkan
yang
bercak
masih
hidup
merah
dengan
11
VI.
PEMBANTU DIAGNOSIS
Cara yang paling diagnostik adalah menemukan kutu atau
telur, terutama dicari di daerah oksiput dan temporal. Telur
berwarna abu-abu dan berkilat.1
Untuk mendiagnosis kutu adalah mencari kutu atau telur
yang layak (nits) pada pemeriksaan. Eskoriasis dan pioderma
juga dapat tampak. Karena kutu menghindari cahaya dan
merangkak dengan cepat, inspeksi visual tanpa menyisir sulit.
Menggunakan
menemukan
sisir
kutu
kutu
hidup
meningkatkan
dan
merupakan
kemungkinan
alat
skrining
12
telur
dapat
digunakan
untuk
membantu
diagnosis.
di
periksa
untuk
mengkonfirmasi
pemeriksaan
DIAGNOSIS BANDING
Dilihat dari manifestasi klinis adanya benjolan-benjolan kecil seperti
mutiara di rambut dapat didiagnosis banding dengan piedra hitam dan piedra
13
putih. Piedra hitam merupakan infeksi jamur Piedraia hortae, sedangkan piedra
putih disebabkan oleh genus Trichosporum pada rambut yang mengakibatkan
benjolan-benjolan di luar permukaan rambut. Pada piedra hitam nodul
berpigmen gelap teraba keras dan melekat kuat pada rambut. Pada piedra putih,
nodul berpigmen terang dan mudah terlepas dari rambut. Selain itu
mengakibatkan juga rambut mudah patah, namun kulit disekitar sehat. Pada
piedra sering asimptomatik, namun pruritus merupakan gejala utama.3,8,9
14
pangkal dan folikel rambut. Tinea kapitis bermula sebagai papul eritema
disekitar pangkal rambut, yang menjadi pucat dan bersisik, dan penampakan
rambut menjadi berubah warna, tidak bercahaya, dan rapuh. Gatal minimal
namun kadang-kadang menjadi berat. Alopesia sering muncul pada daerah yang
terinfeksi.10
15
Gambar 8. Impetigo11
Dengan ditemukannya kutu yang terjatuh dari kulit kepala dapat dianggap
adanya psocids. Psocids adalah serangga yang mirip kutu (Rayap buku) yang
jarang dapat menyebabkan gangguan pada kepala manusia, mereka mudah
dibedakan dari kutu kepala manusia dengan kepala mereka lebih besar, mulut
besar, kaki belakang yang besar, dan antena panjang.7
Gambar 9. psicosids7
VIII.
PENGOBATAN
A. Farmakologi
Pengobatan
farmakologi
dari
infestasi
kutu
kepala
16
17
cukup
basah.
Pengobatan
ini
dapat
diulang
lagi
seminggu kemudian, jika masih terdapat kutu atau telur. Zat ini
mudah terbakar, sehingga tidak disarankan melakukan aktivitas
seperti penggunaan pengering rambut, merokok, atau dekat
dengan sumber api ketika rambut masih basah. Obat tersebut
susah didapat.1,4,6
Pyretrin
dengan
piperonyl
butoxide
(PBO).
Pyretrin
yang
bersifat
neurotoksik
terhadap
kutu
kepala.
alergi
terhadap
chrysanthemums
atau
rerumputan.
18
diperingatkan
penggunaanya
karena
efek
kg,
wanita
sebaiknya
hamil
dihindari
dan
menyusui.
kecuali
jika
Pemakaian
semua
lindane
pengobatan
merupakan
rekomendasi
dari
Food
and
Drug
19
dicukur,
infeksi
sekunder
diobati
dulu
dengan
penyisiran
dilakukan
setiap
hari
selama
minggu.6,13
Jika seseorang teridentifikasi dengan kutu kepala, semua
anggota keluarga harus diperiksa untuk kemungkinan adanya
kutu kepala. Individu dengan kutu hidup atau telur yang
berjarak 1 cm dari kulit kepala sebaiknya mendapatkan
20
pengobatan.
Sebagai
tambahan,
pengobatan
sebaiknya
dengan
individu
yang
terinfestasi,
meskipun
tidak
membersihkan alat
yakni
sekitar
4%.
Mengganti
seprai
dapat
kepala
penderita
dalam
24-48
jam
sebelum
21
IX.
KOMPLIKASI
Infeksi
sekunder
oleh
bakteri
dapat
muncul
dengan
dapat
menjamu
hospes
terhadap
rickettsiae
Pada
dan
percobaan
PROGNOSIS
Infestasi ini pada dasarnya tidak berbahaya. Namun, stigma yang berkaitan
dengan kutu kepala dan trauma psikologis yang dialami oleh beberapa orang
dalam upayanya untuk menghilangkan infeksi, lebih besar dibandingkan
dampak fisik yang disebabkan akibat infestasi kutu. Reaksi sensitasi terhadap air
liur dan kotoran kutu dapat menyebabkan iritasi lokal dan eritema. Infeksi
sekunder akibat garukan mungkin terjadi. Kutu telah diidentifikasi sebagai
22
vektor mekanis utama dari pioderma pada kulit kepala yang disebabkan
streptococcus dan staphylococcus yang biasanya ditemukan pada kulit.
Prognosis baik bila higiene diperhatikan.1,15
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko RP. Penyakit Parasit Hewan. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,
editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. p. 119-20.
2. Burns DA. Diseases caused by Arthropods and Other Noxious Animals.
In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook's textbook of
dermatology. 8th ed. London: Wiley-Blackwell; 2010. p. 38.15-.20.
3. Wolff K, Johnson RA. Arthropod Bites, Stings, and Cutaneous Infections.
In: Wolff K, Johnson RA, editors. Fitzpatrick's Colour Atlas and Synopsis
of Clinical Dermatology. 6th ed. New York: McGraw-Hill; 2009. p. 86063.
4. Guenther Lyn. Pediculosis and Pthiriasis (Lice Infestation). 2015.
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/225013-overview
(access on April 17th 2015)
5. Madke B, Khopkar U. Pediculosis Capitis: An Update. Indian J Dermatol
Venereol
Leprol
[serial
online].
2012.
Available
from:
from
Tinea
Capitis.
2014.
Available
from
from
24
http://www.gov.mb.ca/health/publichealth/cdc/protocol/pediculosis (access
on April 17th 2015)
13. Frankowski Barbara L. Clinical Report Head Lice. American Academy of
Pediatric 2010;126:392403. Available from
www.pediatrics.org/cgi/doi/10.1542/peds.2010-1308 (diakses pada tanggal
22 April 2015)
14. Burkhart CN, Burkhart CG. Scabies, Other Mites, and Pediculosis. In
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K,
editors. Fitzpatrick's Dermatology of General Medicine. 8th ed. New York:
McGraw-Hill; 2012. p. 3659.
15. Burgess IF, Dodd CS. Head Lice. In: Williams H, Bigby M, Duepgen T,
Herxheimer A, Naldi L, Rzany B, editors. Evidence-based Dermatology.
2nd ed. London: BMJ Books; 2008. p. 471.