Anda di halaman 1dari 49

Makalah Entomologi

DASAR ENTOMOLOGI KESEHATAN


DosenPengampu:
Ramayanti, S.Pd.,M.Pd

DisusunOleh:
RaudhatunNisa P07131322035

D3 TeknologiLaboratoriumMedik
POLTEKKES KEMENKES RI ACEH
TahunAjaran 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat
waktu. Tak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak. Penulisan makalah ini
disusun guna menyelesaikan tugas dari dosen mata kuliah dasar entomologi
kesehatan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak
kekurangan pada penyusunan serta penulisannya. Penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca supaya makalah ini dapat lebih sempurna, serta menambah
wawasan bagi penelitian selanjutnya. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini, penulis memohon maaf. Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Banda Aceh, 14 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
Pediculus humanus capitis.....................................................................................................4
Aedes albopictus......................................................................................................................9
Musca domestica...................................................................................................................13
Ctenocephalides felis.............................................................................................................18
Aedes aegpypti.......................................................................................................................23
Cimex hemipterus.................................................................................................................27
Culex sp.................................................................................................................................31
Periplanetta Americana........................................................................................................43

3
Pediculus humanus capitis
1. Hari dan tanggal : Kamis, 10 Agustus 2023
2. Judul praktikum : Ordo Pthiraptera
3. Spesimen : Pediculus humanus capitis
4. Tujuan
a. Untuk mengetahui morfologi
b. Untuk mengenal contoh spesies dari ordo Pthiraptera
5. Landasan teori
Kutu merupakan serangga ektoparasit obligat karena seluruh hidupnya
tergantung oleh tubuh inangnya dari fase telur hingga menjadi kutu dewasa.
Secara morfologi kutu sudah beradaptasi dengan cara hidupnya, misalnya
dengan tidak memiliki sayap, sebagian besar tidak bermata, bentuk tubuh
yang pipih dorsoventral, bagian mulut yang disesuaikan untuk menusuk-
isap/menyungah, dan terdapat enam tungkai atau kaki yang kokoh dengan
kuku yang besar dan ujung tarsus yang bersama dengan tonjolan tibia yang
berguna untuk merayap dan memegangi bulu atau rambut inangnya (Upik
dkk, 2010).
Ketika kutu dalam jumlah besar, kutu akan menyebabkan pruritus,
bulu membusuk dan kerusakan bulu.14 Ektoparasit merupakan parasit yang
berdasarkan tempat menifestasinya berarti parasitismenya yang terdapat di
permukaan luar. Pediculus humanus capitis/kutu kepala merupakan
ektoparasit obligat yang ditemukan pada kulit kepala dan rambut dan
ditularkan melalui kontak fisik (Yousefi dkk, 2012; Sembel, 2009; Soedarto,
2011).
Pediculus humanus capitis dapat menginfeksi secara cepat dengan
kontak langsung ataupun tidak langsung karena kutu rambut tersebut tidak
bisa loncat maupun terbang. Penyebaran berlangsung dengan cepat pada
lingkungan yang padat penduduk dan kurang baik (Yulianti, 2014).

4
6. Alat, Bahan, dan preparat
a. mikroskop compound
b. botol specimen
c. tisu dan alcohol 70
d. specimen preparat kaca kutu kepala dan telur
7. Prosedur
a. sediakan spesies dari kutu kepala mulai dari telur, nimfa, dan imago
b. selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop compound
c. pada telur kutu amati bagian dari operculum dan cement
d. pada fase nimfa dan imago amati keseluruhan morfologi tubuhnya
e. amati bagian alat reproduksi yang membedakan jantan dan betina
8. hasil pengamatan

9. pembahasan

5
Sub Ordo : Anoplura
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Phthiraptera
Familia : Pediculidae
Genus : Pediculis
Spesies : Pediculus humanus capitis
Kutu kepala (Pediculus humanus capitis) tergolong serangga yang
hidup disela-sela rambut dan menempel pada kulit kepala manusia. Hewan ini
berukuran sangat kecil dan mempertahankan hidupnya dengan cara
menghisap darah melalui kulit kepala manusia, serta berkembang biak dengan
cara bertelur dan menyarangkan telurnya pada helai rambut, terutama pada
pangkal rambut. Dampak Pediculus humanus capitis terhadap Kesehatan
adalah dapat menyebabkan koreng pada kepala dan penyakit Pedikulosis
kapitis. Pada anak- anak didapat masalah kesehatan yaitu penyakit Pedikulosis
kapitis dapat menyebabkan anemia.
Kutu kepala (Pediculus humanus capitis) merupakan parasite yang
terdapat pada rambut atau kepala manusia dan parasite ini memnghabiskan
seluruh siklus hidupnya pada manusia. Pediculus humanus capitis dapat
menginfeksi manusia secara cepat dengan kontak langsung maupun tidak
langsung karena Pediculus humanus capitis tersebut tidak dapat terbang
maupun melompat. Penyebaran berlangsung dengan cepat pada lingkungan
yang kurang baik.
Kutu adalah serangga yang sangat mengganggu manusia karena
menghisap darah. Kutu juga bisa menjadi vektor penyakit. Di Indonesia,
sampai akhir tahun 1970an, permasalahan kutu banyak ditemukan di rumah,
gedung pertunjukan, hotel atau tempat lainnya dimana manusia tidur atau
duduk. Tetapi karena keberhasilan pengendalian dengan insektisida berbasis
organoklorin (al. DDT), kutu busuk hampir dapat dikendalikan secara penuh,

6
dan hampir tidak ada informasi tentang serangan kutu busuk dalam kurun
waktu 1980-2000. Tetapi akhir-akhir ini, terutama dalam 3-5 tahun terakhir,
kutu busuk mulai menjadi masalah, banyak ditemukan di hotel berbintang,
losmen asrama, dan sedikit di rumah tinggal. Sebenarnya permasalahan yang
(mulai) terjadi di Indonesia tidak separah permasalahan yang sudah terjadi di
banyak negara di Eropa, Amerika Serikat, Canada, dan Australia; bahkan
Malaysia dan Singapura mulai melaporkan adanya permasalahan dengan kutu
busuk. Di AS, misalnya pada tahun 2007 dilaporkan telah terjadi peledakan
populasi (out breaks) kutu busuk di 50 negara bagian.

7
Siklus hidup
Kutu bereproduksi secara seksual, dengan Perti lisasi internal. Umumnya
bersifat di eksis ada jantan ada betina. Butuh betina akan menghasilkan telur enam
sampai 10 per hari. Telur akan menetas menjadi Nimfa dalam waktu kurang lebih
seminggu saya sudah dikeluarkan oleh induk kutu rambut. Saya sudah mengalami
tiga kali pergantian kulit, Limpa akan berubah menjadi kutu rambut dewasa dalam
waktu tujuh sampai 14 hari. Dalam keadaan cukup makanan kutu rambut dewasa
dapat hidup 19 hari lamanya.
Pediculus Humanus Capitis dapat diketahui dengan mempelajari siklus hidup
Pediculus Humanus Capitis Yang dimulai dengan adanya peletakan telur yang
ditempelkan pada rambut kepala. Sesudah tiga sampai empat hari, telur menetas
menjadi Nimfa, Limpa mengalami tiga kali pengu Pasan kulit, dan menjadi Putu
dewasa. 24 jam sesudah terjadi perkawinan kutu jantan dan betina, serangga betina
akan meletakkan telur sebanyak 7-10 telur (nits) setiap hari. Lama hidup Pediculus
Humanus Capitis Dapat mencapai 30 hari dan hidup dengan menghisap darah
manusia. Pediculus Humanus Capitis Tidak dapat hidup tanpa darah dalam waktu 15-
20 jam. Nimfa dan kutu dewasa menghisap darah dan dalam proses ini penderita akan
merasa gatal sehingga menggaru kepala, kaki Pediculus Humanus Capitis Didesain
untuk mencengkram rambut dan dapat berjalan dua sampai 3 cm per menit. Pediculus
Humanus Capitis Biasanya hanya dapat hidup 1-2 hari di luar kepala sedangkan
telurnya dapat bertahan hingga 10 hari.

8
10. Kesimpulan :
Kutu kepala (Pediculus humanus capitis) merupakan parasite yang
terdapat pada rambut atau kepala manusia dan parasite ini memnghabiskan
seluruh siklus hidupnya pada manusia. Pediculus humanus capitis dapat
menginfeksi manusia secara cepat dengan kontak langsung maupun tidak
langsung karena Pediculus humanus capitis tersebut tidak dapat terbang
maupun melompat. Penyebaran berlangsung dengan cepat pada lingkungan
yang kurang baik.
11. daftar pustaka

9
Aedes albopictus
1. Hari dan tanggal : Kamis, 19 Oktober 2023
2. Judul praktikum : Ordo Diptera
3. Spesimen : Aedes albopictus
4. Tujuan
a. Untuk mengetahui morfologi
b. Untuk mengenal contoh spesies dari ordo Diptera
5. Landasan teori
Aedes Sp merupakan jenis nyamuk yang menyebabkan vektor
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Terdapat dua jenis spesies
nyamuk Aedes yaitu, Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Ukuran
nyamuk Aedes albopictus lebih kecil dibandingkan Aedes aegypti.
Berdasarkan ukuran tubuhnya, nyamuk Aedes albopictus memiliki
kemampuan terbang lebih jauh Nyamuk ini dalam hidupnya mengalami
beberapa fase perkembangan dimulai dari telur, larva, pupa dan
dewasa.nyamuk ini mengalami metamorfosis sempurna (telur, larva dan pupa
hidup di dalam air, sedangkan dewasa hidup di udara).
Aedes albopictus merupakan nyamuk asli daerah timur (Asia dan
sekitarnya) yang menyebar ke daerah barat seperti Madagaskar dan pulau-
pulau di Afrika Timur kecuali daratan benua Afrika. Dalam penyebarannya
Aedes albopictus di Asia Tenggara meliputi Pulau Kalimantan Burma,
Kamboja, Laos, Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand, Vietnam, dan
pulau-pulau di seluruh Indonesia. Di luar daerah Asia Tenggara
penyebarannya meliputi daerah oriental (India), Australia, daerah Somalia
Perancis, pulau-pulau Bonin, Chagas dan Hawai, Jepang, Korea, Madagaskar,
Pulau Mariana, Mauritus, Nepal, New Guinea dan Pulau Ryukyu (sumarni,
2016).

10
6. Pengamatan

7. Pembahasan :
Klasifikasi Aedes albopictus adalah sebagai berikut:
Golongan : Animalia
Filum : Anthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Famili : Culcidae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes albopictus
Aedes albopictus atau yang sering disebut Tiger mosquito atau Forest
mosquito adalah spesies asli yang berasal dari daerah tropis, nyamuk yang
dapat menularkan virus yang menyebabkan DBD. Selain menggigit manusia,
nyamuk Aedes albopictus menggigit hewan peliharaan dan hewan buas. Sama
halnya dengan nyamuk Aedes aegypti, nyamuk Aedes albopictus berperan
dalam penyebaran DBD dan merupakan vektor sekunder (secondary vector)
yang menciptakan siklus persebaran di pedesaan, pinggiran kota dan
perkotaan (CDC, 2013).
Aedes albopictus secara umum memiliki bentuk morfologi yang
hampir sama dengan Aedes aegypti, mulai dari bagian kepala hingga
abdomen. Perbedaan paling mencolok antara Aedes albopictus dan Aedes
aegypti adalah pola garis putih pada thorax bagian dorsal . Jika Aedes aegypti

11
pola garis putih berbentuk seperti alat musik lira, maka pada Aedes albopictus
berbentuk garis lurus yang membentang dari dorsal kepala dan berlanjut
sepanjang thorax (Rios, 2014)
Siklus hidup nyamuk
a. telur
Telur nyamuk Aedes. albopictus berwarna hitam, yang akan
menjadi lebih hitam warnanya ketika menjelang menetas, bentuk
lonjong dengan satu ujungnya lebih tumpul dan ukurannya lebih
kurang 0,5 mm (Boesri, 2011; DitJen PP&PL, 2010).
b. larva
Ada 4 tingkat (instar) jentik/larva sesuai dengan pertumbuhan
larva tersebut, yaitu Instar I memiliki tubuh dan siphon masih
transparan, berukuran 1-2 mm. Pada Instar II, siphon agak kecoklatan,
ukuran 2,5-3,8 mm Instar III memiliki siphon berwarna coklat,
nerukuran 4-5 mm Tahap terakhir atau instar IV lihat sepasang mata
dan antena, berukuran 5-7 mm.
Larva Aedes Albopictus memilki kepala berbentuk bulat
silindris, antena pendek dan halus dengan rambut-rambut berbentuk
sikat di bagian depan kepala, yang membedakannya dengan Aedes
aegypti adalah pada ruas abdomen VIII terdapat gigi sisir yang khas
dan tanpa duri pada bagian lateral (Boesri, 2011).

c. pupa
Pupa berbentuk seperti koma. Gerakannya lambat dan sering
berada di atas permukaan air. Setelah 1-2 hari pupa akan menjadi
nyamuk baru. Siklus hidup nyamuk mulai dari telur hingga nyamuk
memerlukan waktu sekitar 7-10 hari. Pertumbuhan pupa jantan
memerlukan waktu selama 2 hari, sedangkan pupa betina selama 2,5

12
hari. Pupa akan bertahan dengan baik pada suhu dingin, yaitu sekitar
4,50C daripada suhu yang panas (Hairani, 2009).
Bentuk dewasa nyamuk jenis ini akan mudah dikenali dari sisik
hitam mengkilap, dan sisik putih keperakan yang jelas pada palpus
(organ di antara antena yang merasakan bau), dan tarsusnya (ujung
kaki). Sementara itu, skutum (punggung) nyamuk tersebut akan
berwarna hitam dengan garis putih mulai dari permukaan punggung
kepala dan berlanjut di sepanjang torax. Nyamuk ini memiliki kaki
berwarna hitam dengan sisik basal putih pada setiap ruasnya.
Selayaknya nyamuk yang berasal dari genus Aedes lainnya,
nyamuk Aedes albopictus juga memiliki perut yang menyempit. (fadli,
2022).
8. Kesimpulan :
Dari hasil pengamatan pada saat praktikum kami
dapatkan nyamuk aedes albopictus yang merupakan salah satu
nyamuk yang dapat menyebabkan demam berdarah dengan
gigitannya biasanya pada saat pagi dan sore hari. Nyamuk ini
memiliki ciri yang khas yaitu pada abdomen ke 8 pada larva
yaitu memiliki gigi sisir yang hanya lurus saja (yang
membedakannya dengan Aedes aegypti) dan pada pupa Aedes
albopictus bentuk seperti koma dengan cephalothorax yang
tebal, sedangkan pada dewasanya secara kasat mata kita dapat
mengamati nyamuk ini dengan dengan corak warna hitam
dengan belang putih diseluruh tubuh dan lebih spesifiknya
adalah terdapat satu garis lurus putih (lira) pada bagian
thorax.
9. Daftar Pustaka :

13
Musca domestica
1. Hari dan tanggal : Kamis, 9 november 2023
2. Judul pratikum : Ordo Diptera
3. Specimen : Musca domestica
4. Tujuan
a. Mengamati berbagai ciri yang dimiliki oleh ordo Diptera (Musca
domestica)
b. Mengenal contoh spesies dari ordo Diptera (Musca domestica)
5. Landasan teori
Lalat rumah berperan dalam penyebaran penyakit seperti
diare, disentri, kolera, demam tifoid dan paratifoid karena
menyebarkan kotoran ke makanan, minuman, sayuran, buah-buahan,
maupun ke tubuh ternak.Lalat umah (M domestica) mempunyai
kemampuan memindahkan berbagai macam mikroorganisme dari tempat
yang dihinggapinya ke tempat lain yang dihinggapi kemudian. Ada 7
genus jamur dari tubuh dan ususnya, yaitu Acremonium,
Aspergillus, Debaryomyces, Hanseniaspora, Fusarium, Penicillium,
dan Geotrichum (Melsinawati W, DKK.(2012).
Lalat rumah tidak menggigit binatang ternak tetapi sangat
mengganggu sehingga bisa mengurangi kenyamanan yang pada
akhirnya dapat menurunkan produksi.Demam tifoid dan paratifoid
merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting yang dapat
menular dan menyerang banyak orang sehingga menimbulkan
wabah. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia pada tahun 2009,
demam tifoid dan paratifoid menempati urutan ketiga dari 10 penyakit
terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit sebanyak 80,850 kasus
dengan korban meninggal 1,013 orang (Kementerian Kesehatan RI,
2010).

14
Di daerah tropika lembab, perkembangan serangga pembawa
penyakit manusia berlangsung dalam waktu yang singkat.Dalam satu
siklus hidup, perkembangan lalat berlangsung selama 10 hari(30ºC), 21
hari (21 ºC) dan 45 hari (16 ºC) dan lalat rumah dewasa mati pada suhu
0 ºC (Burgess P, 2013)
6. Alat, Bahan dan preparat
a. Mikroskop compound, mikroskop stereo, petridish, pipet tetes
b. Tissue, alcohol 70%
c. Spesimen preservasi pinning (Musca domestica) atau preservasi
basah/ cair dari mulai telur, larva, pupa dan imago.
7. Prosedur Pratikum
a. Sediakan spesies lalat rumah (Musca domestica) mulai telur, larva,
pupa dan imago
b. Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop compound
dan stereo
c. Amati keseluruhan morfologi tubuh Musca domestica
8. Pengamatan :

9. Pembahasan

15
Lalat adalah salah satu serangga yang mengalami
metamorphosis sempurna dengan melalui stadium telur, stadium larva
(belatung), stadium pupa dan stadium dewasa. Lalat adalah salah satu
jenis serangga dari ordo Diptera,mereka memiliki sepasang sayap
dengan bentuk membran dan anggotanya terdiri dari 116.000 lebih
spesies di seluruh dunia. Lalat adalah serangga yang bergerak lebih
banyak terutama dengan sayap (terbang) dan hanya beberapa kali
menggunakan kakinya untuk bergerak (Sucipto,2011).
Musca domestica (lalat rumah) dapat berperan sebagai vektor
mekanik amebiasis, disentri, taksoplasmosis dan penyakit cacing usus.
Lalat rumah (Musca domestica) mudah berkembang biak, tempat
perindukannya ditimbun sampah, tinja manusia dan binatang. Setiap 3-
4 hari seekor lalat betina bertelur dalam 5-6 kelompok yang masing-
masing berisi 75-150 butir telur. Jarak terbangnya dapat sampai 10km,
umur lalat dewasa 2-4 minggu. Karena lalat mudah membiak, maka
untuk mengurangi populasinya perlu dilakukan pemberantasan dengan
cara membersihkan rumah dan pekarangan dari tumpukan sampah,
memasang kawat kasa untuk mencegah lalat rumah, menutup makanan
dengan tudung saji, mengadakan samijaga dan menggunakan
insektisida jika perlu (Sutanto, dkk., 2008).
Ordo Diptera mempunyai genus dan spesies yang sangat besar
yaitu, Diptera Australiana/Oceania ada 3.880 spesies lalat yang
ditemukan berdasarkan sebaran zoogeografisnya. Lalat bersifat
ketergantungan yang tinggi karena sebagian besar makanan lalat
berasal dari makanan manusia dan tersebar secara keseluruhan
diberbagai tempat (Wahyudi et al. 2015). Beberapa spesies lalat yang
sering mempunyai kontak dengan manusia adalah famili Calliphoridae
yang terutama jenis lalat hijau atau Chrysomia megacephala dan famili
Muscidae dengan jenis Musca domestica linneaus atau lalat rumah.

16
Lalat memiliki peran penting dalam masalah kesehatan masyarakat
sebagai ancaman karena timbulnya penumpukan sampah (Sembel,
2009).

10. Kesimpulan
Lalat mempunyai sepasang antena dan mata majemuk, dengan mata
lalat jantan lebih besar dan sangat berdekatan satu sama lain, tubuh lalat
terbagi dalam 3 bagian yaitu, kapala dengan sepasang antena ,toraks, dan
abdomen. Karena lalat mudah membiak, maka untuk mengurangi populasinya
perlu dilakukan pemberantasan dengan cara membersihkan rumah dan
pekarangan dari tumpukan sampah, memasang kawat kasa untuk mencegah
lalat rumah, menutup makanan dengan tudung saji, mengadakan samijaga dan
menggunakan insektisida jika perlu (Sutanto, dkk., 2008).
Lalat adalah salah satu serangga yang mengalami metamorphosis
sempurna dengan melalui stadium telur, stadium larva (belatung), stadium
pupa dan stadium dewasa. Lalat adalah salah satu jenis serangga dari ordo
Diptera,mereka memiliki sepasang sayap dengan bentuk membran dan
anggotanya terdiri dari 116.000 lebih spesies di seluruh dunia. Lalat adalah
serangga yang bergerak lebih banyak terutama dengan sayap (terbang) dan
hanya beberapa kali menggunakan kakinya untuk bergerak (Sucipto,2011).
11. Daftar Pustaka
Burgess P.,(2013),The biology and lifecycles of common flies on
livestock operations. IPM Coordinator. Perennia.
Kemenkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI.,(2010),Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2009. Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan RI.

17
Melsinawati W, Khotimah S, Rizalinda,(2012),Jamur yang terdapat pada
tubuh lalat rumah (Musca domestica L., 1758). Protobiont, 1(1):
12-19.
Sembel, D. T., 2009. Entomologi Kedokteran. Yogyakarta: C. V ANDI
OFFSET
Sucipto, C.D. 2011. Vektor Penyakit Tropis. Yogyakarta: Goysen Publishing
Susanto, Ricky. 2008. Optimasi Koagulasi-Flokulasi dan Analisis Kualitas
Air pada Industri Semen. Jakarta: Program Studi Kimia Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

18
Ctenocephalides felis
1. Hari dan tanggal : 7 September 2023
2. Judul praktikum : Ordo Siphonaptera
3. Spesimen : Ctenocephalides felis
4. Tujuan
a. Mengamati berbagai ciri yang dimiliki oleh ordo Siphonaptera
b. Mengenal contoh spesies dari Ordo Siphonaptera (Ctenocephalides felis)
5. Landasan Teori
Ctenocephalides felis adalah ektoparasit yang menggunakan
kucing sebagai hospes. Ctenocephalides felismenghisap darah kucing,
sehingga dalam tingkat parah dapat menyebabkan anemia.
Ctenocephalides felis juga menyuntikan saliva saat menghisap darah
menyebabkan iritasi pada kucing. Reaksi hipersensitif tersebut dikenal
sebagai FAD yang disebabkan oleh saliva Ctenocephalides felis.
Selain gangguan langsung, Ctenocephalides felis juga berperan dalam
penularan beberapa penyakit berbahaya bagi manusia dan hewan,
antara lain berperan sebagai inang cacing pita, selain itu juga sebagai
vektor virus dan bakteri. Klasifikasi Ctenocephalides felis adalah
sebagai berikut (Maharani, dkk, 2015).
Morfologi dari C. felis memiliki ukuran tubuh kecil 1-2 mm,
berwarna cokelat tua atau hitam, tubuh pipih, tidak bersayap tetapi
memiliki tiga pasang tungkai yang panjang dan berkembang baik

19
digunakan untuk lari dan melompat. Tungkai maupun tubuh tertutup
oleh rambut-rambut kasar atau rambut-rambut halus. Kepala memiliki
lekuk yang berfungsi menyimpan tiga segmen antena dan memiliki
mata sederhana di depan antena. Bagian ventral anterior kepala
memiliki bagian yang dikenal sebagai gena. Gena memiliki duri
berjajajar seperti sisir yang dinamakan sisir gena (genal ctenidium)
(Damanik, 2011)
Bagian ventral kepala memiliki sepasang lobus maxillary yang
luas dikenal sebagai stipes, dilengkapi dengan bantalan palps
maxillary yang panjang. Mulut pinjal memiliki struktur berlapis,
terdiri atas sepasang laciniae beralur halus, berfungsi untuk menusuk
kulit inang. Mulut pinjal juga dilengkapi dengan epiharynx labrum
yang berfungsi menusuk kapiler darah inang, sehingga darah mengalir
ke saluran pencernaan pinjal (Wall dan Shearer 2008).
Toraks memiliki tiga segmen yaitu protoraks, mesotoraks, dan
metatoraks. Beberapa genus C. felis memiliki sebaris duri yang kuat di
bagian belakang protoraks yang dinamakan sisir pronotal (pronotal
ctenidium). Keberadaan Ctenidium berguna dalam mengidentifikasi
jenis C. felis dan segmen terakhir metatoraks berkembang sangat baik
untuk menunjang tungkai belakang sebagai pendorong saat melompat.
C. felis betina memiliki organ yang disebut spermateka berfungsi
menyimpan sperma dan berbentuk seperti kantung terletak di antara
segmen 6 – 8 (Bitam, et, al., 2010). C. felis jantan terdapat organ yang
disebut aedeagus atau penis berkhitin berbentuk seperti per melingkar.
Bagian dorsal pada segmen terakhir abdomen dinamakan sensilium
atau pygidium ditumbuhi rambut sensoris yang belum diketahui
fungsinya (Lawrence, et, al., 2015).
C. felis dari phylum arthropoda memiliki kerangka luar
(eksoskeleton) yang merupakan pembungkus tubuh yang keras.

20
Eksoskeleton secara periodik dilepaskan (ganti kulit) dan digantikan
dengan pembungkus yang lebih besar sesuai dengan pertumbuhan
serangga. Komponen eksoskeleton tersusun atas senyawa kitin yang
merupakan komponen kedua terbesar di bumi setelelah selulosa
(Damanik, 2011).
Kitin merupakan bahan organik utama yang banyak terdapat
eksoskeleton pada kelompok hewan crustaceae, serangga, fungi, dan
moluska. Kitin (poli-N-asetilglukosamin) adalah senyawa amino
polisakarida berbentuk polimer gabungan dengan protein, mineral dan
berbagai macam pigmen (Kusumaningsih, 2004). Kitin membentuk
kristal berwarna putih, tidak berasa, tidak berbau dan tidak dapat larut
dalam air, pelarut organik seperti alkohol, aseton, heksan dan dalam
basa encer dan pekat (Savitri, et, al., 2010)
Degradasi kitin dapat terjadi secara biologis oleh serangga
sendiri dengan pergantian atau molting (Rahayu, 2007). Degradasi
juga dapat terjadi melalui fermentasi dengan bantuan mikroba
penghasil enzim kitinolitik. Degradasi kitin dapat dilakukan dengan
cara deproteinisasi dengan tujuan untuk memutuskan ikatan antara
protein dan kitin (Rochima, 2010).
6. Alat Bahan dan Preparat
a. Mikroskop compound
b. Tissue, alcohol 70%
c. Spesimen preparate kaca pinjal (Ctenocephalides felis) atau preservasi
basah/cair
7. Prosedur Praktikum
a. Sediakan Spesies dari pinjal (Ctenocephalides felis)
b. Selanjutnya dilakukan pengammatan dibawah mikroskop compound.
c. Amati keseluruhan morfologi tubuh pinjal
d. Amati juga bagian alat reproduksi Ctenocephalides felis

21
e. Amati juga bagian alat reproduksi Ctenocephalides felis

22
8. Hasil Pengamatan ;

9. Pembahasan :
Ctenocephalides felis adalah salah satu jenis kutu yang paling sering
menyerang kucing dan dapat menyebabkan dermatitis pada kulit. Kutu ini
memakan darah kucing dan dapat menularkan penyakit seperti Haemoplasma,
Bartonella, dan Rickettsia felis. Ctenocephalides felis memiliki bentuk pipih
bilateral dan tidak memiliki sayap. Namun, dia memiliki tiga pasang tungkai
kaki yang panjang dan berkembang biak yang berfungsi untuk melompat.
Kutu ini juga ada di manusia, anjing, dan hewan lain.
Ctenocephalides felis adalah ektoparasit yang menggunakan kucing
sebagai hospes. Ctenocephalides felis menghisap darah kucing, sehingga
dalam tingkat parah dapat menyebabkan anemia. Ctenocephalides felis juga
menyuntikan saliva saat menghisap darah menyebabkan iritasi pada kucing.
Reaksi hipersensitif tersebut dikenal sebagai FAD yang disebabkan oleh
saliva Ctenocephalides felis. Selain gangguan langsung, Ctenocephalides felis
juga berperan dalam penularan beberapa penyakit berbahaya bagi manusia
dan hewan, antara lain berperan sebagai inang cacing pita, selain itu juga
sebagai vektor virus dan bakteri.
Pinjal merupakan insekta yang tidak memiliki sayap dengan tubuh
berbentuk pipih bilateral dengan panjang 1,5-4,0 mm, yang jantan biasanya
lebih kecil dari yang betina. Kedua jenis kelamin yang dewasa menghisap

23
darah. Pinjal mempunyai kritin yang tebal. Tiga segmen thoraks dikenal
sebagai pronotum, mesonotum dan metanotum (metathoraks). Segmen yang
terakhir tersebut berkembang, baik untuk menunjang kaki belakang yang
mendorong pinjal tersebut saat meloncat. Di belakang pronotum pada
beberapa jenis terdapat sebaris duri yang kuat berbentuk sisir, yaitu ktenedium
pronotal. Sedangkan tepat diatas alat mulut pada beberapa jenis terdapat
sebaris duri kuat berbentuk sisir lainnya, yaitu ktenedium genal. Duri-duri
tersebut sangat berguna untuk membedakan jenis pinjal.
Pinjal betina mempunyai sebuah spermateka seperti kantung dekat
ujung posterior abdomen sebagai tempat untuk menyimpan sperma, dan yang
jantan mempunyai alat seperti per melengkung , yaitu aedagus atau penis
berkitin di lokasi yang sama. Kedua jenis kelamin memiliki struktur seperti
jarum kasur yang terletak di sebelah dorsal , yaitu pigidium pada tergit yang
kesembilan. Fungsinya tidak diketahui, tetapi barangkali sebagai alat sensorik.
Mulut pinjal bertipe penghisap dengan tiga silet penusuk (epifaring dan stilet
maksila). Pinjal memiliki antenna yang pendek, terdiri atas tiga ruas yang
tersembunyi ke dalam lekuk kepala.
10. Kesimpulan:
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pinjal
merupakan parasit. Dan selama kutu tersebut masih dalam keadaan hidup
mereka akan sangat menganggu, kebiasaan mereka hanya menghisap darah
kecuali. Pinjal tidak bisa hidup tanpa darah, berikut merupakan jenis-jenis
pinjal penghisap darah : pinjal kucing, pinjal manusia, pinjal anjing, dan
pinjal tikus.

24
Aedes aegpypti

1. Hari dan tanggal : 19 Oktober 2023


2. Judul praktikum : Ordo Diptera
3. Spesimen : Aedes aegypti
4. Tujuan
a. Mengamati berbagai ciri yang dimiliki oleh ordo Diptera
b. Mengenal contoh spesies dari Ordo Diptera (NYAMUK Aedes
aegypti)
5. Landasan Teori
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama untuk
penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Nyamuk Ae.
aegypti menularkan virus dengue melalui air liur yang keluar pada saat
nyamuk menggigit manusia. Nyamuk Ae. aegypti tersebar luas di
daerah tropis dan subtropis. Nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-
rumah maupun tempat-tempat umum. Penyebaran nyamuk yang kian
meluas dan jumlah populasi nyamuk yang kian bertambah inilah yang
berpengaruh terhadap peningkatan angka insiden dari penyakit
Demam Berdarah Dengue (Depkes RI, 2005).
Setiap sepuluh tahun, angka kejadian DBD yang dilaporkan
oleh WHO selalu meningkat dari sebelumnya. Bahkan perbandingan
kasus antara tahun 2000-2008 mencapai 3,5 kali lipat dari jumlah
kasus pada tahun 1990-1999. Pada tahun 2010, 2013 dan 2015
dilaporkan terdapat hampir 2,4 juta kasus DBD (WHO, 2016). Daerah
yang terbanyak menderita DBD adalah Asia dan Amerika Latin
(WHO, 2016). Di Asia Tenggara terdapat 3 negara yang terjadi
peningkatan terus menerus kasus DBD yaitu Thailand, Indonesia dan
Myanmar (WHO SouthEast Asia, 2011).
Secara umum Aedes aegypti tubuhnya terdiri dari tiga bagian,
yaitu kepala, thorak, dan abdomen (Perut) (Yulidar, 2016 dalam
Kharisma, 2018). Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih
kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini

25
mempunyai dasar warna hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian
badan, kaki dan sayapnya Aedes aegypti dikenal juga sebagai Tiger
Mosquito atau Black White Mosquito, karena tubuhnya mempunyai
ciri khas berupa adanya garis-garis dan bercak putih keperakan di atas
dasar warna hitam. Dua garis melengkung berwarna putih keperakan
di kedua sisi lateral serta dua buah garis putih sejajar di garis median
dari punggungnya yang berwarna dasar hitam (lyre shaped marking)
(Fatna, 2010 dalam Kharisma, 2018).
Adapun corak putih pada dorsal dada (punggung) Aedes
aegypti berbentuk siku yang berhadapan (lyre-shaped), sedangkan
corak putih pada nyamuk Aedes albopictus berbentuk lurus di tengah-
tengah punggung (median stripe) (Sigit, 2006 dalam Boekoesoe,
2013). Mulut nyamuk termasuk tipe menusuk dan menghisap (rasping-
sucking), mempunyai enam stilet yaitu gabungan antara mandibula,
maxilla yang bergerak naik turun menusuk jaringan sampai
menemukan pembuluh darah kapiler dan mengeluarkan ludah yang
berfungsi sebagai cairan racun dan antikoagulan (Sembel DT, 2009
dalam Palgunadi, 2011 dalam Kharisma, 2018).
Nyamuk Aedes betina mempunyai abdomen yang berujung
lancip dan mempunyai cerci yang panjang (Neva FA and Brown HW,
1994 dalam Palgunadi, 2011 dalam Kharisma, 2018).

6. Alat Bahan dan Preparat


a. Mikroskop compound, dan mikroskop stereo, kaca objek, kaca
penutup, petridish, pipet tetes
b. Tissue, alcohol 70%
c. Spesimen preservasi pinning Aedes atau preservasi basah/cair dari
mulai telur, larva, pupa, dan imago
7. Prosedur Praktikum
a. Sediakan Spesies Aedes aegypti mulai telur, larva, pupa, imago

26
b. Selanjutnya dilakukan pengammatan dibawah mikroskop compound
dan stereo.
c. Amati keseluruhan morfologi tubuh Aedes aegypti
d. Amati juga bagian alat reproduksi Aedes aegypti
e. Amati juga bagian tubuh yang membedakan nyamuk jantan dan
betina.
8. Hasil Pengamatan ;

9. Pembahasan :
Salah satu jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue, penyebab
penyakit demam berdarah, adalah Aedes aegypti. Nyamuk ini juga dapat
membawa virus chikungunya, demam kuning, dan demam Zika. Jenis ini
tersebar di hampir semua wilayah tropis di seluruh dunia. Siklus penyebaran
dengue terdiri dari A. aegypti sebagai pembawa virus dengue dan A.
albopictus sebagai pembawa lainnya. Telur Aedes aegypti tahan terhadap
kekeringan dan dapat bertahan hingga tiga bulan dalam kondisi kering. Jika
telur kering terendam dalam air, mereka dapat menetas menjadi larva, tetapi
larva sangat membutuhkan air untuk berkembang.

27
Aedes aegypti hidup sepanjang hari, atau aktif dari pagi hingga siang
hari. Karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah, nyamuk betina yang
menyebarkan penyakit. Ini dilakukannya untuk mendapatkan protein yang
dibutuhkannya untuk menghasilkan telur. Tidak membutuhkan darah,
Nyamuk jantan memperoleh energi dari nektar bunga dan tumbuhan. Jenis ini
suka tempat gelap dan benda hitam atau merah. Karena anak-anak sering
duduk di kelas selama pagi dan siang, dan kaki mereka yang tersembunyi di
bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk, demam berdarah sering
menyerang anak-anak.
10. Kesimpulan :
Nyamuk Aedes aegypti adalah salah satu jenis nyamuk yang dapat
membawa virus dengue, demam kuning, chikungunya, dan demam Zika.
Nyamuk ini mudah ditemukan di banyak tempat di seluruh dunia, termasuk di
Indonesia. Aedes aegypti adalah hewan yang sering ditemukan di rumah, dan
hampir selalu menggigit orang di sana. Telur Aedes aegypti tahan terhadap
kekeringan dan dapat bertahan hingga tiga bulan dalam kondisi kering. Jika
telur kering terendam dalam air, mereka dapat menetas menjadi larva, tetapi
larva sangat membutuhkan air untuk berkembang. Untuk mencegah
penyebaran penyakit demam berdarah dengue, perlu dilakukan pengendalian
vektornyamuk Aedes aegypti.

28
Cimex hemipterus
1. Hari dan tanggal : 24 Agustus 2023
2. Judul praktikum : Ordo Hemiptera
3. Spesimen : Cimex hemipterus
4. Tujuan
a. Mengamati berbagai ciri yang dimiliki oleh ordo Hemiptera
b. Mengenal contoh spesies dari Ordo Hemiptera Cimex hemipterus
5. Landasan Teori
Kutu busuk adalah salah satu insekta yang termasuk dalam
ordo Hemiptera yaitu salah satu jenis serangga yang mengalami
metamorfosis tidak sempurna, serta tidak mempunyai sayap.
Umumnya binatang ini hidup dari menghisap darah korbannya yaitu
manusia atau hewan. Kepinding merupakan serangga kecil dan
merupakan hewan nocturnal hematophagous. Kepinding manusia
masih berkembang pesat dengan populasi yang banyak khususnya di
negara berkembang yang sebelumnya relatif bebas kepinding (Harold
J Harlan, 2006).
Genus dan spesies kepinding pada umumnya bisa beradaptasi
dengan baik di lingkungan manusia. Hewan tersebut dapat ditemukan
di daerah iklim di seluruh dunia dan sudah dikenal sejak zaman pra-
sejarah. Spesies lainnya termasuk cimex hemipterus, ditemukan di
wilayah tropis (termasuk Florida), yang juga mengganggu unggas dan
kelelawar dan septocimex baveli ditemukan di wilayah tropis, Afrika
Barat dan Amerika Selatan yang mengganggu kelelawar dan manusia.
Cimex polasellus dan cimex pipistrella utamanya menyerang
kelelawar, sedangkan haemotosiphon inodora, spesies dari Amerika
Utara, memangsa unggas (Alameda Country Vector Control Services
Distric)

29
Kutu busuk, tubuhnya berbentuk oval, pipih, dorsoventral,
berukuran 4-6 mm, dan berwarna coklat kekuningan atau coklat gelap.
Bersegmen terdiri atas kepala, thorax, dan abdomen berwarna kuning
coklat pada larva dan coklat merah pada imago. Sayapnya tidak
berkembang (vestigial) dan abdomennya terdiri atas 9 ruas. Cimex
betina sedikit lebih besar daripada jantan. Ketika belum menghisap
darah ukuran panjang tubuh bedbug adalah 4 mm sampai 6 mm dan
memiliki permukaan atas tubuh berkerut. Dan bila sudah menghisap
darah tubuhnya memanjang dan membengkak, warnanya menjadi
kusam. Telur berwaarna putih dan memiliki panjang sekitar 0.7 mm.
Telur baru menetas hampir tidak berwarna. Hidup pada sela-sela
perabot rumah tangga seperti kursi, tempat tidur, dan pada sela-sela
dinding. Pada sarang burung wallet juga ada, hanya spesiesnya
berbeda, kandang ayam juga ada kemungkinan merupakan habitatnya.
Penyebarannya cukup luas, banyak didaerha tropic. Menghisap darah
pada malam hari atau di ruang gelap pada siang hari (gedung bioskop).
Mempunyai bau khas (busuk) sehingga disebut kutu busuk
(Djaenudin, 2009; 330).
6. Alat Bahan dan Preparat
a. Mikroskop compound
b. Tissue, alcohol 70%
c. Spesimen preparate kaca pinjal (Cimex hemipterus) atau preservasi
basah/cair
7. Prosedur Praktikum
a. Sediakan Spesies dari kutu busuk (Cimex hemipterus)
b. Selanjutnya dilakukan pengammatan dibawah mikroskop compound.
c. Amati keseluruhan morfologi tubuh kutu busuk (Cimex hemipterus)
d. Amati juga bagian Cimex hemipterus jantan dan betina

30
8. Hasil Pengamatan :

9. Pembahasan
Cimex hemipterus adalah kutu busuk yang ada di seluruh dunia. Kutu
ini biasanya tinggal di tempat tidur, kasur, dan barang kain lainnya. Cimex
hemipterus dapat menggigit manusia dan menyebabkan kulit gatal. Selain itu,
kutu ini dapat menyebarkan penyakit seperti Chagas dan hepatitis B. Oleh
karena itu, upaya pengendalian vektor harus dilakukan untuk mencegah
penyebaran penyakit tersebut.
Cimex hemipterus adalah serangga yang sangat mengganggu manusia
karena menghisap darah, yang biasanya ditemukan di tempat tidur, kursi, atau
sofa. Kutu busuk memerlukan darah untuk bertahan hidup sejak menetas,
menjadi nimfa, mengubah kulit berkali-kali (setiap kali kulit berganti) dan
menjadi dewasa. Sekitar 200 butir telur akan ditelurkan oleh kutu busuk betina
(tiga hingga empat butir telur per hari). Kutu busuk dewasa dalam lima bulan
dan dapat bertahan hingga sepuluh bulan.
10. Kesimpulan :
Kutu busuk atau kepinding atau disebut juga tumila adalah serangga
parasit dari keluarga Cimicidae. Kutu busuk dikenal sebagai spesies yang
meminum darah manusia dan hewan berdarah panas lainnya. Kutu busuk
senang tinggal di rumah manusia, khususnya pada tempat tidur. Kutu busuk
biasa tinggal dan bertelur di lipatan tempat tidur atau bantal dan tempat-
tempat tersembunyi lainnya. Kutu busuk bisa menggigit tanpa disadari
korbannya, tetapi gigitan kutu busuk akan terasa di pagi hari dan biasanya ia

31
akan agresif pada malam hari. ia akan menimbulkan bekas gigitannya yang
berupa bentol dan terasa gatal serta panas pada korbannya. Kutu busuk juga
suka dengan tempat yang gelap. Serangga parasit ini bisa menimbulkan
penyakit ruam-ruam, efek psikologis, dan gejala alergi. Hewan ini beraroma
tidak sedap dan sangat menyengat di hidung.

32
Culex sp.
1. Hari/tanggal : kamis, 26 Oktober 2023
2. Judul praktikum : Ordo diptera
3. Tujuan praktikum : Mengatahui morfologi
4. Spesimen : Culex
5. MORFOLOGI
Kedudukan nyamuk culex dalam klarifikasi hewan adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Subclassis : Pterygota
Ordo : Diptera
Subordo : Nematocera
Familia : Culicideae
Subfamilia : Culianeae
Genus : Culex
Spesies : Culex spp
Nyamuk Culex spp mempunyai ukuran kecil sekitar 4-13 mm
dan tubuhnya rapuh. Pada kepala terdapat probosis yang halus dan
panjangnya melebihi panjang kepala. Probosis pada nyamuk betina
digunakan sebagai alat untuk menghisap darah, sedangkan pada
nyamuk jantan digunakan untuk menghisap zat-zat seperti cairan
tumbuh-tumbuhan, buah-buahn dan juga keringat. Terdapat palpus
yang mempunyai 5 ruas dan sepasang antena dengan jumlah ruas 15
yang terletak di kanan dan di kiri probosis. Pada nyamuk jantan
terdapat rambut yang lebat (plumose) pada antenanya, sedangkan pada
nyamuk betina jarang terdapat rambut (pilose) (Sutanto, 2011).

33
1. . Siklus Hidup Nyamuk Culex spp

(gambar siklus hidup


nyamuk culex)
Seluruh siklus hidup
Culex spp mulai dari telur hingga dewasa membutuhkan waktu sekitar 14
hari. Untuk bertelur, nyamuk betina akan mencari tempat yang sesuai seperti
genangan air yang lembab (Astuti, 2011).
Nyamuk Culex spp memiliki siklus hidup sempurna mulai dari telur, larva,
pupa, dan imago (dewasa) antara lain sebagai berikut:
a) Telur
Nyamuk Culex spp meletakkan telur diatas permukaan air secara
bergerombol dan bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk
mengapung. Sekali bertelur menghasilkan 100 telur dan biasanya dapat
bertahan selama 6 bulan. Telur akan menjadi jentik setelah sekitar 2 hari
(Astuti, 2011). Masing-masing spesies nyamuk memiliki perilaku dan
kebiasaan yang berbeda satu sama lain. Diatas permukaan air, nyamuk Culex
spp menempatkan telurnya secara menggerombol dan berkelompok 10 untuk
membentuk rakit. Oleh karena itu mereka dapat mengapung diatas permukaan
air (Borror, 1992 dalam Shidqon, 2016 ).
b) Larva
Telur berkembang menjadi larva dan larva mendapat makanan dari
bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air. Larva nyamuk bernafas
dengan siphon. Larva nyamuk Culex memiliki siphon yang agak ramping dan

34
lebih panjang dibandingkan dengan siphon larva nyamuk Aedes dengan
kumpulan bulu lebih dari satu. Kepala larva nyamuk Culex spp mempunyai
lebar hampir sama dengan lebar toraks (Portunasari et, al., 2016).
Salah satu ciri dari larva nyamuk Culex spp adalah memiliki siphon.
Siphon dengan beberapa kumpulan rambut membentuk sudut dengan
permukaan air. Nyamuk Culex spp mempunyai 4 tingkatan atau instar sesuai
dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu :
1. Larva instar I, berukuran paling kecil yaitu 1 – 2 mm atau 1 – 2 hari
setelah menetas. Duri-duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong
pernafasan pada siphon belum jelas.
2. Larva instar II, berukuran 2,5 – 3,5 mm atau 2 – 3 hari setelah telur
menetas. Duri-duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam.
3. Larva instar III, berukuran 4 – 5 mm atau 3 – 4 hari setelah telur menetas.
Duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat
kehitaman.
4. Larva IV, berukuran paling besar yaitu 5 – 6 mm atau 4 – 6 hari setelah
telur menetas, dengan warna kepala (Astuti, 2011).
c) Pupa
Pupa merupakan fase berikutnya setelah larva. Tubuh pupa berbentuk
bengkok dan kepalanya besar. Sebagian kecil tubuh kontak dengan
permukaan air, berbentuk terompet panjang dan ramping, setelah 1-2 hari
akan menjadi nyamuk Culex (Astuti, 2011).
d) Imago (Dewasa)
Ciri-ciri nyamuk dewasa adalah berwarna hitam belang-belang putih,
kepala berwarna hitam dengan putih dada ujungnya. Pada bagian toraks
terdapat 2 garis putih berbentuk kurva (Astuti, 2011).
Nyamuk jantan dan betina akan melakukan perkawinan setelah keluar
dari pupa. Seekor nyamuk betina akan melakukan aktivitas menghisap darah
dalam waktu 24-36 jam setelah dibuahi oleh nyamuk jantan. Untuk proses

35
pematangan telur sumber protein yang 13 paling penting adalah darah.
Perkembangan nyamuk mulai dari telur sampai dewasa membutuhkan waktu
sekitar 10 sampai 12 hari (Wibowo, 2010 dalam Shidqon, 2016)
2. Habitat Nyamuk Culex spp
Habitat pertama nyamuk ini yaitu habitat bersifat alamiah seperti pada
air yang kotor seperti limbah pembuangan mandi, got atau selokan, dan sungai
yang penuh sampah. Habitat kedua nyamuk Culex spp yaitu habitat buatan
manusia seperti daerah sawah, irigasi, kolam (Kemenkes RI, 2014).

a) Tempat Perkembangbiakan (Breeding Place)


Tempat yang biasanya digunakan oleh nyamuk Culex spp untuk berkembang
biak adalah di sembarang tempat seperti di air bersih dan air yang kotor yaitu
genangan air, selokan terbuka, danempang ikan. Dalam air yang mengandung
pencemaran organik tinggi dan letaknya tidak jauh dari tempat tinggal manusia
biasanya dapat ditemukan larva. Nyamuk cenderung memilih tempat
perkembangbiakan yang berwarna gelap, terlindung dari sinar matahari,
permukaan terbuka lebar, berisi air tawar jernih, dan tenang (Soegijanto, 2006
dalam Shidqon, 2016).
b) Lingkungan Fisik
a. Suhu Udara
Suhu udara mempengaruhi perkembangan dan mortalitas larva
nyamuk. Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap nyamuk Culex spp.
Dalam suhu yang tinggi aktivitas nyamuk akan meningkat dan
perkembangannya bisa mengalami percepatan, tetapi juga akan
membatasi populasi nyamuk apabila suhu di atas 35°C. Suhu optimum
untuk pertumbuhan nyamuk berkisar antara 20°C - 30°C (Wibowo, 2010
dalam Shidqon, 2016). Suhu udara mempengaruhi perkembangan parasit
dalam tubuh nyamuk. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu), makin
pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya, makin

36
rendah suhu semakin panjang masa inkubasi ekstrinsiknya (Barodji, 2000
dalam Shidqon, 2016).
b. pH Air
Larva Culex spp dapat hidup di lingkungan air dengan pH 5,8 -
8,6 sehinnga tidak menimbulkan gangguan fisik terhadap 18 larva
(Yulidar dan Zain Hadifah, 2014 dalam Pravitri dan Khomsatun, 2017).
Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Culex sp. antara lain Kaki
gajah atau Filariasis
c. Penyakit Filariasis (Kaki Gajah)
penyakit filariasis disebut juga elephantiasis atau kaki gajah.
Infeksi penyakit ini terutama pada bagian tungkai atau tangan yang
menyebabkan pembekakan dan deformasi organ terjadi karena bentuk
dewasa parasit cacing filarial (umumnya adalah wuchereria bancrofti)
yang hidup dalam kelenjar getahbening pada bagian tungkai karena
parasit tersebut menutup system getah bening, timbunan kelenjar getah
bening mengalami akumulasi (Sambel, 2009).
a. Gejala Klinis Filariasis (Kaki Gajah)
Berdasarkan data dari Depkes RI (2014), tanda-tanda dan gejala penyakit
filariasis (Kaki Gajah) antara lain :
1. Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang
bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat
2. Pembekakan Kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah
lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan,
panas dan sakit
3. Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan
sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan
kearah ujung (retrograde lymphangitis).
4. Filarial abses akibat seringnya menderita pembekakan kelenjar
getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah

37
5. Pembesaran tungka, lengan, buah dada, buah zakar yang
terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)
Sedangkan gejala kronis dari penyakit kaki gajah yaitu :
Berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada
tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).
6. Pengamatan

Periplanetta
Americana
1. Hari/
tanggal : kamis, 05 Oktober 2023
2. Judul praktikum : Ordo diptera
3. Tujuan praktikum : Mengatahui morfologi
4. Spesimen : Periplanetta Americana
5. Morfologi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Blatodae
Family : Blattidae
Genus : Periplaneta
Species : Periplaneta American
Kecoa Periplaneta americana dewasa memiliki panjang sekitar 4 cm
dengan tinggi sekitar 7 mm. Warna tubuhnya merah kecoklatan dengan garis
batas kekuningan pada bagian kepala. Badan kecoa dibagi ke dalam tiga
bagian, bagian badan berbentuk oval dan tipis dengan pronotum yang melapisi

38
bagian kepala. Pronotum merupakan struktur seperti plat yang menutupi
seluruh permukaan dorsal thoraks. Kecoa juga memiliki mulut pengunyah,
antena panjang dan bersegmen serta sayap depan berkulit dan sayap belakang
yang rapuh. Bagian ketiga adalah abdomen dari kecoa (Bell, 2007).
1. Caput (kepala)
Pada bagian kepala terdapat mulut yang dapat digunakan untuk
mengunyah/memamah makanan, terdapat juga sepasang mata majemuk
sehingga dapat membedakan gelap maupun terang. Terdapat sepasang antena
panjang di kepala yang digunakan sebagai alat indra yang dapat mendeteksi
berbagai macam bau dan vibrasi udara. Dalam keadaan istirahat kepalanya
ditundukkan ke bawah pronotom yang berbentuk seperti perisai (Aang, 2012)
2. Thorax (Dada)
Bagian dada terdapat tiga pasang kaki dan sepasang sayap yang dapat
menyebabkan kecoa bisa terbang dan berlari dengan cepat. Terdapat struktur seperti
lempengan besar yang berfungsi sebagai menutupi dasar kepala dan sayap,
dibelakang kepala disebut pronotom (Aang, 2012).
3. Abdomen (Perut)
Badan atau perut kecoa merupakan sebagai bangunan dan sistem reproduksi,
kecoa akan mengandung telur-telur sampai telur tersebut siap untuk menetas. Dari
ujung abdomen terdapat sepasang cerci yang berperan sebagai alat indra. Cerci
berhubungan langsung dengan kaki melalui ganglia saraf abdomen (otak sekunder)
yang paling penting dalam adaptasi pertahanan. Apabila kecoa merasakan gangguan
pada cerci maka kakinya akan bergerak lari sebelum otak menerima tanda atau sinyal
(Aang, 2012).

39
A. Siklus hidup kecoa amerika (Periplaneta americana)

(gambar siklus hidup kecoa amerika)


Kecoa adalah serangga dengan metamorfosa yang tidak lengkap, hanya
melalui tiga tadia (tingkatan), yaitu stadium telur, stadium nimfa dan stadium dewasa
yang dapat dibedakan jenis jantan dan betinanya. Nimfa biasanya menyerupai yang
dewasa, kecuali ukurannya, sedangkan sayap dan alat genitalnya dalam taraf
perkembangan (Hana, 2012).
1) Fase telur
Stadium pada telur kecoa membutuhkan waktu 30 sampai 40 hari sampai telur
menetas. Telur kecoa diletakkan secara berkelompok dan dilindungi oleh selaput
keras yang disebut kapsul telur atau ootheca. Satu kapsul telur biasanya berisi 30
sampai 40 telur. Kecoa amerika (Periplaneta americana) mampu menghasilkan 86
kapsul telur dengan selang waktu peletakan telur yang satu dengan lainnya rata-rata 4
hari dan telur kecoa menetas setelah kurang lebih berumur 2 bulan. Induk kecoa
meletakkan kapsul telur di tempat tersembunyi seperti sudut-sudut dan permukaan
sekatan kayu dan dibiarkan sampai menetas. Namun, ada beberapa jenis kecoa yang
kapsul telurnya menempel pada ujung abdomen induknya sampai menetas. Sepasang
kecoa mampu menghasilkan keturunan sebanyak 35.000 per tahun (Hana, 2012).
2) Fase nimfa
Sebuah kapsul telur yang telah dibuahi oleh kecoa jantan akan menghasilkan
Nimfa. Nimfa yang baru keluar dari kapsul telur biasanya berwarna putih, seiring

40
bertambahnya umur warna ini akan berubah menjadi cokelat dan seekor nimfa akan
mengalami pergantian kulit beberapa kali sampai dia menjadi dewasa untuk kecoa
jenis (Periplaneta americana) dengan 13 pergantian kulit. Lamanya stadium nimfa ini
berkisar 5-6 bulan, pada kecoa (Periplaneta americana) stadium nimfa bisa dikenali
dengan jelas yaitu dengan tidak adanya sayap pada tubuhnya sayap itu akan muncul
ketika kecoa sudah mencapai stadium dewasa. Dengan adanya sayap pada stadium
dewasa ini menjadikan kecoa lebih bebas bergerak dan berpindah tempat (Hana,
2012).
3) Fase dewasa
Pada fase dewasa kecoa amerika memiliki panjang 35mm dan lebar 13mm,
umur kecoa dewasa bisa hidup hingga 1-2 tahun dan pada fase ini adanya tumbuh
sayap yang bisa digunakan terbang jarak pendek sehingga menjadikan kecoa lebih
bebas bergerak dan berpindah tempat (Hana, 2012). Kecoa jantan lebih cepat dewasa
dibandingkan dengan kecoa betina, karena kecoa jantan mengalami pergantian kulit
yang lebih sedikit selama menjadi nimfa. Kecoa dewasa mempunyai 2 pasang sayap.
Karena kecoa jantan memiliki sayap yang lebih panjang dibandingkan dengan
tubuhnya dan pada kecoa betina memiliki sayap menutupi abdomennya. Sebagian
kecoa bukanlah penerbang ulung tetapi mereka dapat berlari dengan cepat baik dalam
bentuk dewasa maupun dalam bentuk nimfa (Hana, 2012)
B. Habitat kecoa amerika (Periplaneta americana)
Habitat kecoa adalah tempat-tempat yang lembab, hangat, dan gelap.
Tempattempat tersebut dapat berupa celah-celah disekitar tempat pembuangan di
dapur, tempat pembuangan sampah, gudang, lemari makanan, toilet, dan septic tank.
Kecoa amerika menyukai tempat-tempat yang memiliki suhu dan kelembaban yang
tinggi yaitu di dalam bangunan, basement, saluran air, dan pipa-pipa (Aang, 2012).
Kebiasaan hidup kecoa adalah tinggal secara berkelompok. Aktivitas makan
dilakukan pada malam hari sedangkan siang hari bersembunyi di celah –celah
dinding, bingkai dinding, lemari, kamar mandi, selokan, televisi, radio, dan alat
elektronik lainnya. Kecoa merupakan serangga omnivora yang memakan semua jenis

41
makanan seperti yang dikonsumsi manusia, terutama yang banyak mengandung gula
dan lemak. Makanan yang paling disukai kecoa adalah susu, keju, daging, kue, biji–
bijian, coklat. kecoa menyukai makanan yang mengandung gula, protein, dan kadar
air tinggi, serta memiliki bau yang menyengat seperti hasil fermentasi (Astuti, 2014)
C. Contoh penyakit yang disebabkan oleh kecoa antara lain:
1. Asma
Asma adalah penyakit yang sering terjadi di pemukiman padat
penduduk, pada mulanya asma diyakini akibat dari kurangnya kesehatan
lingkungan, seperti banyak menghirup asap, debu atau udara kotor lainnya.
Pabrik dapat di sinyalir adalah penyumbang sebab musabab asma terjadi
selain kendaraan bermotor. Tetapi setelah sebuah Universitas di Amerika
meneliti secara akurat dalam waktu yang lama bukan itu penyebab asma,
padahal kita merasa yakin penyebab asma adalah faktor lingkungan. Asma
tidak menyerang pada negara miskin atau berkembang saja, akan tetapi
menyerang atau menghinggapi negara maju seperti Amerika Serikat dan
negara lain. Setelah diteliti dalam waktu yang lama, ternyata penyebab dari
asma adalah kecoa. Zat yang terkandung dalam anak-anak atau pengidap asma
adalah protein yang sama seperti pada kecoa. Umumnya kecoa mengeluarkan
protein di segala tempat termasuk lantai, bantal atau kasur, dari ceceran
protein tersebut maka dapat terhirup oleh manusia atau anak-anak yang pada
akhirnya menimbulkan penyakit asma
2. Kolera
Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat
akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholera. Bakteri ini masuk kedalam
tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri
tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga
terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya
seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh
dan masuk pada kondisi dehidrasi.

42
3. Tuberculosis TBC
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Micobacterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat
tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri
ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882,
sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.
Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch
Pulmonum (KP)
4. Tifus
Tifus adalah suatu penyakit infeksi bakterial akut yang disebabkan oleh
kuman Salmonella typhi. Di Indonesia penderita tifus atau disebut juga
demam tifoid cukup banyak, tersebar di mana-mana, ditemukan hampir
sepanjang tahun,dan paling sering diderita oleh anak berumur 5 sampai 9
tahun
5. Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, seperti kimia atau
obat ataupun agen penyebab infeksi. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6
bulan disebut “hepatitis akut”, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan
disebut “hepatitis kronis”
D. Pencegahan dan pengendalian kecoa amerika (Periplaneta americana)
Menurut Aang (2012), tindakan yang dilakukan untuk mencegah kecoa masuk
rumah adalah melalui cara sebagai berikut:
1) Pencegahan Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan cara
menutup lubang-lubang yang dapat dijadikan jalan kecoa untuk memasuki
rumah.
2) Pengendalian Suatu tindakan untuk mencegah kecoa bersembunyi di retakan-
retakan, celah-celah yang dapat dijadikan kecoa sebagai tempat bersembunyi
dan tempat beristirahat, sehingga kecoa tersebut tidak memiliki sarang.
Tindakan penutupan celah-celah retakan yang terdapat disuatu area.

43
3) Sanitasi Sanitasi bertujuan untuk mencegah kecoa dalam mendapatkan
makanan. Tindakan sanitasi dapat dilakukan dengan cara membersihkan sisa-
sisa makanan dan bahan makanan yang tercecer.
4) Pengobatan Perlakuan dengan menggunakan bahan kimia dapat menggunakan
insektisida, baik yang bersifat knock down effect atau yang bersifat residual.
Insektisida yang bersifat knock down effect dapat digunakan pada tempat-
tempat tertutup yang diduga sebagai tempat beristirahat dan berkembang biak,
sedangkan insektisida yang bersifat residual dapat digunakan pada tempat-
tempat yang diduga sering dilewati oleh kecoa.

44
Anopheles
1. Judul Praktikum : Ordo Diptera ( Nyamuk Anopheles)
2. Tujuan Praktikum : Mengamati Berbagai Ciri Yang Dimiliki
3. Spesimen : Nyamuk Anopheles
4. Hari / Tanggal : Kamis, 13 Oktober 2022
5. Alat : 1. Mikroskop Compound
6. Botol Specimen
7. Kertas Kalender Bekas
8. Bahan : 1. Alkohol 70%
9. Preparat :
a. Spesimen Preservasi Pinning Anopheles
b. Preservasi Basah / Cair Dari Mulai Telur, Larva, Pupa, Dan Imago.
10. Cara Kerja :
 Cara membius nyamuk
1. Ambil nyamuk dari kandang menggunakan aspirator.
2. Siapkan paper cup dan kain kasa. Tutupkan kain tersebut pada paper cup
dan agak sedikit dilubangi.
3. Masukkan nyamuk kedalam paper cup yang telah tertutup kain kasa.
4. Basahi kapas menggunkan chloroform.
5. Letakkan kapas tersebut pada lubang tadi.
6. Tunggu 1 menit nyamuk akan pingsan.

7. Pembuatan pinning nyamuk


8. Kelurkan nyamuk yang sudah pingsan dari paper cup dengan hati-hati.
9. Siapkan jarum pinning dan potongan kertas yang dipotong menggunakan
punch (bentuk segitiga)
10. Tusukkan potongan kertas tersebut pada jarum pinning.
11. Beri lem pada ujung kertas yang lancip.

45
12. Tata seluruh bagian tubuh nyamuk agar terlihat mikroskop secara
keseluruhan.
13. Tempelkan nyamuk pada kertas tadi dan nyamuk siap diamati.

 Cara mengamati pinning nyamuk di mikroskop


1. Sediakan spesies dari l nyamuk Anopheles mulai dari telur, larva, pupa dan
imago.
2. Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop compound dan
stereo.
3. Amati keseluruhan morfologi tubuh Anopheles.
4. Amati juga bagian tubuh yang membedakan nyamuk jantan dan betina.
5. Perhatikan dan gambarkan hasil pengamatan yang didapat.

46
PENGAMATAN :

PEMBAHASAN :
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit. Penularannya
terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit ini dapat menimbulkan
gangguan yang fatal jika tidak segera diatasi. Penyakit malaria disebabkan oleh
parasit bernama plasmodium. Saat gigitan nyamuk membuat parasit tersebut masuk
ke tubuh, menyerang organ hati lalu menginfeksi sel darah merah. Hanya nyamuk
Anopheles betina yang dapat menyebabkan malaria. Maka dari itu, setiap orang perlu
tahu cara menghindari gigitan nyamuk sebelum tertular malaria dari gigitan nyamuk
ini. (Na'imah, 2021)
Ada beberapa spesies dari nyamuk ini, yaitu: Anopheles balabacensis,
Anopheles gambiae, Anopheles stephensi, danAnopheles maculatus. Nyamuk dewasa
dari jenis ini memiliki tubuh yang langsung dan terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala,
dada, dan perut. Kepala dari nyamuk ini berguna untuk mendapatkan makanan dan
terkait sensorik. Lalu, badan atau thorax digunakan untuk bergerak. Serta, perut untuk
mencerna makanan dan mengeluarkan telur.
Nyamuk ini lebih aktif saat senja atau bahkan di malam hari. Kemampuan
terbang hewan ini lemah, sehingga tidak aktif jika kondisi cuaca sedang berangin.
Dalam hal bertelur, nyamuk betina dapat mengisap darah agar dapat bertelur. Jumlah
telur yang dihasilkan oleh nyamuk anopheles betina ini sebanyak 50-200 butir. Telur
tersebut diletakkan di atas air yang tenang, lalu akan menetas dalam waktu 2-3 hari.
Jika sedang memasuki musim tropis, waktu yang dibutuhkan adalah 10-14 hari agar
telur tersebut menjadi nyamuk dewasa. Untuk lama hidupnya, nyamuk betina mampu

47
hidup hingga satu bulan. Berbeda jauh dengan nyamuk jantan yang hanya dapat hidup
selama satu minggu. (Na'imah, 2021)
Saat nyamuk Anopheles masih dalam tahap larva dan pupa, aktivitasnya
terbatas hanya pada lingkungan yang berair. Hewan ini mudah berkembang biak di
kolam air atau sungai. Jika kamu tinggal di dekat tempat perkembangbiakan nyamuk
ini, ada baiknya untuk rutin melindungi diri. Hal ini dilakukan agar tidak mudah
terkena malaria. Seperti kebanyakan nyamuk, Anopheles memiliki bentuk tubuh yang
panjang dan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu kepala, dada (toraks), dan perut. Saat
hinggap di kulit manusia, posisi nyamuk Anopheles biasanya miring sekitar 45
derajat, berbeda dengan nyamuk kebanyakan. Nyamuk Anopheles juga biasanya
berwarna kekuningan. (Na'imah, 2021)
Nyamuk Anopheles biasanya memasuki rumah di antara pukul 5 sore dan 9.30
malam, serta di pagi hari. Waktu menggigitnya dimulai dari senja, dan masa paling
aktif nyamuk Anopheles dalam menggigit manusia adalah antara tengah malam dan
pagi hari. (Makarim, 2022)
Nyamuk Anopheles penyebab malaria menyukai air bersih yang belum terpapar
polusi. Maka itu, perkembangbiakan nyamuk ini lebih banyak ditemukan di air
terbuka dengan vegetasi atau tumbuhan, seperti sawah, rawa, hutan mangrove,
sungai, serta genangan air sisa hujan. (Makarim, 2022)
Ketika Anda melihat genangan air dengan jentik nyamuk yang mengambang
dengan posisi horizontal atau mengikuti permukaan air, bisa diperkirakan itu adalah
jentik nyamuk Anopheles. (Makarim, 2022)

48
KESIMPULAN :
Dari hasil pengamatan pada saat praktikum kami dapatkan nyamuk Anopheles
dengan ciri memiliki bentuk tubuh yang panjang dan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu
kepala, dada (toraks), dan perut. Saat hinggap di kulit manusia, posisi nyamuk
Anopheles biasanya miring sekitar 45 derajat, berbeda dengan nyamuk kebanyakan.
Nyamuk Anopheles juga biasanya berwarna kekuningan.
SUMBER :
1. Makarim, d. F. (2022). Kenali nyamuk anopheles penyebab penyakit malaria.
Hallodok.
2. Na'imah, S. (2021). Mengenal ciri-ciri nyamuk malaria. hallosehat.

49

Anda mungkin juga menyukai