Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM ENTOMOLOGI

Untuk memenuhi salah satu tugas


Mata kuliah : Entomologi
Dosen pengajar : Rahmayanti,S.Pd, M.Pd

Disusun oleh:
Nama : Witria Asran
NIM : P07131322078
Kelompok : 4 (Empat)

POLTEKKES KEMENKES ACEH


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
2023
LAPORAN KUTU KEPALA (Pediculus humanus capitis)

Hari / Tanggal : Selasa / 8 Agustus 2023


Judul : Mengamati morfologi kutu rambut (Pediculus humanus capitis)
Tujuan : 1. Mengamati ciri yang dimiliki oleh Pediculus humanus capitis
2. Mengenal contoh spesies dari Pediculus humanus capitis
Landasan teori: : 1. Kutu rambut (Pediculus humanus capitis) merupakan salah satu parasit
berupa serangga yang tinggal pada tubuh manusia khususnya pada bagian
rambutApabila dibiarkan maka kutu rambut ini akan menyebabkan infeksi
pada kulit kepala. Selain itu juga dapat menyebabkan penyakit seperti
Peduculosis capitis yakni penyakit menular yang dapat menginfeksi kulit
kepala (mawaddah, 2021)

2. Kutu kepala/Pediculus capitis bersifat parasit obligat dengan ukuran


panjang 2-3 mm, berwarna putih kotor hingga abu-abu kehitaman, memiliki
mulut pengisap, antena yang pendek, dengan 3 pasang kaki yang berbentuk
seperti cakar yang berfungsi untuk berpegangan pada batang rambut, serta
tidak memiliki sayap. Kecepatan bergerak P. capitis berkisar 23 cm/menit
(yuniaswan, 2020).

3. Kutu manusia merupakan ektoparasit biseksual (jantan dan betina) yang


dapat dibedakan secara morfologi. Pediculus jantan memiliki ujung abdomen
posterior yang bulat dan dilengkapi dengan penis seperti stilet. Sedangkan,
betinanya memiliki ujung posterior abdomen yang terbelah menjadi 2 lobus
untuk memegang batang rambut saat bertelur. Bagian dorsal dari abdomen
jantan memiliki penanda berupa pita gelap transversalSelain itu, kaki depan
jantan juga lebih lebar dengan cakar tarsal dan spina tibial yang lebih besar
daripada betina (yuniaswan,2020).

Alat dan Bahan : 1. Mikroskop compound

2. Tissue, alcohol 70%

Cara Kerja : 1. Identifikasi dan Karakterisasi:


 Mengidentifikasi spesies pinjal yang ada, seperti Pediculus humanus
capitis, dan memahami ciri-ciri morfologi yang membedakannya dari
spesies lain.
 Mengetahui karakteristik siklus hidup, termasuk tempat penyebaran telur,
perkembangan larva, dan perubahan menjadi pupa dan imago.
2. Perilaku dan Fisiologi:
 Memahami perilakukutu kepala, seperti cara mereka mencari inang dan
menghisap darah.
 Mengetahui dampak fisiologis dari serangan pinjal pada inang, termasuk
reaksi alergi, infeksi, dan potensi penularan penyakit.
3. Pengamatan Epidemiologi:
 Memahami faktor-faktor epidemiologi, seperti penyebaran geografis dan
musimankutu kepala, untuk merancang strategi pengendalian yang sesuai
dengan kondisi lokal.

Pembahasan : jadi Bentuk morfologi dari kutu kepala adalah pipih dorsoventral,
berukuran 2 – 3 mm, berwarna abu-abu Tubuh dibagi menjadi 3 bagian
antara lain : chepalus, thorax, dan abdomen Pada bagian chepalus atau
kepala terdapat 1 pasang antena terdiri dari 5 ruas besar, 1 pasang
mata, dan 1 alat tusuk atau proboscis Pada bagian thorax atau dada ada
3 pasang kaki yang terletak pada prothorax 1 pasang, mesothorax 1
pasang, dan metathorax 1 pasang, tidak mempunyai sayap, otot thorax
tidak kelihatan jelas Pada bagian abdomen atau perut ada 9 ruas
abdomen, terdapat lubang pernapasan atau spirakel yang terlihat jelas
Alat kelamin jantan berbentuk seperti ujung tombak disebut aedeagus
Alat kelamin betina berbentuk seperti huruf V terbalik disebut porus
genitalis atau lubang kelamin. Pediculus humanus capitis hanya hidup
di kepala manusia pada daerah kulit atau rambut kepala terutama
dibagian belakang kepala dan dekat telinga. Peletakan telur pada
pangkal rambut yang sangat dekat dengan kulit kepala. Makanannya
darah kepala manusia. Pergerakannya sangat cepat.
Kesimpulan : Kutu rambut adalah parasit kecil yang ditemukan di kulit kepala dan
mempunyai kemampuan untuk mengisap darah di kepala. Parasit yang
dalam bahasa medis disebut juga pediculosis ini, merupakan penyakit
yang sangat umum dengan estimasi jumlah kasus sebanyak 6-12 juta
per tahun

Hasil :

Daftar Pustaka : mawaddah nurul. 2021. Pembuata sampo anti kutu rambut dari ekstrak
daun jeruk nipid (Citrus aurantifolia). Makassar. Endah sri hartatik.

Yuniaswan P. A ., et. al. 2020. Infestasi parasite dalam dermatologi.

Malang.UB Press.
LAPORAN PINJAL KUCING (Ctenocephalides felis)

Hari/Tanggal : Selasa,15 Agustus 2023


Judul : Mengamati morfologi Pinjal (Siphonaptera)
Tujuan : 1. Mengamati berbagai ciri yang dimiliki oleh ordo Siphonaptera
2. Mengenal contoh spesies dari ordo Siphonaptera (Ctenocephalides felis)
Landasan teori : 1. Pinjal tidak spesifik dalam memilih inangnya dan dapat makan pada inang
lain. Pada saat tidak menemukan kehadiran inang yang sesungguhnya dan pinjal
mau makan inang lain serta dapat bertahan hidup dalam periode lama (Soviana
dkk, 2003).

2. Pinjal juga berperan di dalam proses penularan beberapa penyakit yang


berbahaya bagi manusia dan hewan. Contohnya adalah penyakit klasik Bubonic
plaque atau pes yang disebabkan oleh Pasteurella pestis ditularkan oleh pinjal
Xenopsylla cheopis. Jenis-jenis pinjal yang lain secara eksperimental dapat
menularkan penyakit tetapi dianggap bukan vektor alami (Soviana dkk, 2003).
3. Jumlah pinjal jantan dan betina tidak terlalu berbeda jauh. Hal yang sama
dinyatakan oleh Krasnov et al. (2008) bahwa secara umum jumlah pinjal jantan
dewasa dan betina dewasa tidak berbeda secara signifikan dari seluruh populasi
pinjal yang ada pada inang. Hal tersebut disebabkan oleh pinjal dewasa tidak aktif
mencari inang, namun lebih untuk menunggu inang yang mendekat. Pinjal akan
tetap diam sampai ada getaran, sinyal suhu, atau kelembaban yang berubah
sehingga memicu pinjal untuk melompat menuju inang (Wall & Shearer 2001).

Alat dan Bahan : 1. Mikroskop compound

2. Tissue, alcohol 70%

Cara Kerja : 1. Identifikasi dan Karakterisasi:

 Mengidentifikasi spesies pinjal yang ada, seperti Ctenocephalides felis, dan


memahami ciri-ciri morfologi yang membedakannya dari spesies lain.
 Mengetahui karakteristik siklus hidup, termasuk tempat penyebaran telur,
perkembangan larva, dan perubahan menjadi pupa dan imago.
2. Perilaku dan Fisiologi:
 Memahami perilaku pinjal, seperti cara mereka mencari inang dan
menghisap darah.
 Mengetahui dampak fisiologis dari serangan pinjal pada inang, termasuk
reaksi alergi, infeksi, dan potensi penularan penyakit.
3. Pengamatan Epidemiologi:
 Memahami faktor-faktor epidemiologi, seperti penyebaran geografis dan
musiman pinjal, untuk merancang strategi pengendalian yang sesuai
dengan kondisi lokal.

Pembahsan : Jadi, pinjal kucing (Ctenocephalides felis) ini termasuk dalam keluarga
Pulicidae. Mereka adalah parasit luar yang menginfeksi inangnya dengan
cara menghisap darah. Proses hidup pinjal melibatkan empat tahap: telur,
larva, pupa, dan imago (dewasa). Jadi, begitu telur menetas, larva keluar dan
mencari tempat yang aman, seperti celah-celah di rumah atau tempat tidur
kucing, untuk tumbuh dan berkembang. Larva kemudian berubah menjadi
pupa, yang bisa hidup dalam kondisi tidak menguntungkan untuk waktu yang
lama. Mereka menunggu sinyal, seperti getaran atau panas, untuk keluar dari
pupa dan mencari inang. Setelah itu, mereka menjadi dewasa yang haus
darah dan siklus dimulai lagi. Salah satu alasan pinjal bisa jadi masalah
serius adalah kemampuannya untuk berkembang biak dengan cepat. Seekor
pinjal betina bisa menghasilkan ribuan telur selama hidupnya, dan itu artinya
populasi pinjal bisa dengan cepat melonjak. Mengontrol pinjal melibatkan
tindakan preventif dan pengobatan. Perawatan rutin kucing, membersihkan
lingkungan, dan penggunaan obat antiparasit adalah bagian dari strategi
pengendalian. Pemahaman yang baik tentang siklus hidup pinjal juga penting
untuk menghentikan siklus mereka sejak dini.

Kesimpulan : Pinjal kucing (Ctenocephalides felis) adalah parasit luar yang merupakan
anggota keluarga Pulicidae. Siklus hidupnya melibatkan empat tahap: telur,
larva, pupa, dan imago (dewasa). Mereka menginfeksi inangnya, dalam hal
ini kucing, dengan menghisap darah. Perawatan kucing yang baik,
pembersihan lingkungan secara rutin, dan penggunaan obat antiparasit dapat
membantu mencegah dan mengatasi infestasi. Penting untuk memahami
siklus hidup pinjal agar strategi pengendalian bisa efektif. Mengingat
kemampuan reproduksi yang cepat, tindakan preventif menjadi kunci untuk
mencegah infestasi yang parah. Kesadaran pemilik kucing dan perawatan
yang konsisten dapat membantu menjaga kesehatan kucing dan lingkungan
mereka.

Hasil :

Daftar Pustaka :

Ahmad, I., Sriwahjuningsih, S. Astari, R. E. Putra and A. D. Permana. 2009. Monitoring Pyrethroid
Resistance in Field Collected Blattella germanica Linn. (Dictyoptera:
Blattellidae) in Indonesia. Entomological Research. 39: 114-118.
LAPORAN KUTU BUSUK (Cimex hemipterus)

Hari/Tanggal : Selasa,22 Agustus 2023


Judul : Mengamati morfologi Kutu Busuk (cimex hemipterus)
Tujuan : Mengamati dan mengenal kutu busuk (cimex hemipterus) dan alat
kelaminnya
Landasan Teori : 1.Kutu busuk adalah serangga parasit yang memakan darah manusia. Mereka
memiliki Sejarah panjang kehadiran yang drastis dalam komunitas manusia
dengan penyebaran geografis yang luas di seluruh dunia. Selama bertahun-
tahun, penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
signifikan dan mungkin salah satu ektoparasit yang paling umum dalam
kehidupan manusia (Shum, M.; Comack, E.;et,2012)
2. Beberapa spesies terkadang memangsa manusia ketika inang utamanya
tidak ada. Kutu busuk memiliki lima tahap perkembangan kehidupan, mulai
dari telur hingga dewasa. Betina bertelur sekitar lima telur setiap hari (200-
500 telur seumur hidup). Telur menetas dalam waktu 4-12 hari setelah
nimfa instar pertama. Setiap tahap nimfa memakan darah sebelum berganti
kulit ke tahap berikutnya (Reinhardt, K.; Siva-Jothy, MT,2007).
3. Semua tahapan pada kedua jenis kelamin hanya memakan darah. Pada
tahap dewasa berbentuk lonjong dengan tubuh pipih dan panjang kurang
lebih 5 mm. Tahap dewasa berwarna coklat kemerahan, sedangkan tahap
belum dewasa berukuran lebih kecil dengan warna kuning muda. Menurut
spesiesnya, serangga dewasa dapat hidup 6- 12 bulan dan dapat bertahan
hidup dalam waktu lama tanpa makan (dari 80 hingga 140 hari) (Zorrilla-
Vaca, A.; Silva-Medina, MM,et ,2015).
Alat dan Bahan : 1. Mikroskop compound, kaca objek, kaca penutup, petridish, pipet tetes
2. Tissue, alkohol 70%
3. Spesimen preparat kaca Cimex hemipterus dewasa atau preservasi
basah/cair.
Cara Kerja : 1. Sediakan spesies kutu busuk dewasa (Cimex hemipterus)
2. Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop compound.
3. Amati keseluruhan morfologi tubuh (Cimex hemipterus)
4. Amati juga bagian tubuh yang membedakan Cimex hemipterus jantan&
betina.
Hasil Pengamatan :

Kutu busuk dewasa

Pengamatan Kutu busuk di bawah lensa objektif 10x


Pembahasan : Dua spesies kutu busuk utama yang biasanya menyebabkan serangan pada
manusia adalah Cimex lectularius dan C. hemipterus. Cimex lectularius,
kutu busuk yang umum, menghuni daerah beriklim sedang di daerah
Nearctic dan Palearctic (Asia, Australia, Afrika, dan Amerika Selatan),
sedangkan C. hemipterus banyak ditemukan dan familiar di daerah tropis
dan subtropic. Baru-baru ini, kedua spesies tersebut ditemukan bermigrasi
ke luar wilayah geografis tradisionalnya. Selain wilayah tropis, C.
hemipterus baru-baru ini berkembang ke zona beriklim sedang lainnya di
Timur Tengah, Australia Utara, Amerika Serikat, Rusia, Swedia, Italia, dan
Prancis. Demikian pula, C. lectularius baru-baru ini dilaporkan dari
Madagaskar. Meningkatnya perjalanan internasional, imigrasi, dan bisnis
barang bekas telah mengganggu pembagian klasik ini dan memperluas
penyebaran geografis mereka, yang mengakibatkan munculnya simpatrik
C.lectularius dan C. hemipterus . Dalam tiga decade terakhir,serangan kutu
busuk di habitat manusia telah meningkat secara drastis, sehingga
menyebabkan peningkatan kekhawatiran terhadap kutu busuk. Mereka
bertanggung jawab atas beberapa gangguan klinis dan psikologis. (Dewi,
J.;
de Shazo, R,2009).
Kesimpulan :
Kutu busuk bertanggung jawab atas beberapa gangguan pada manusia yang
mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Meskipun mereka tidak dikenal
sebagai vektor patogen biologis, mereka menimbulkan konsekuensi klinis,
psikologis, dan ekonomi. Meskipun gejala klinis yang ditunjukkan pasien
memiliki kemiripan, gigitan mereka dapat dibedakan dari ektoparasit
hematofagus lainnya berdasarkan kriteria entomo-klinis.
Daftar Pustaka :
1. 1. Shum, M.; Comack, E.; Stuart, T.; Ayre, R.; Perron, S.; Beaudet, SA;
Kosatsky, T. Kutu busuk, dan kesehatan masyarakat: Pendekatan baru
untuk momok lama. Bisa. J. Kesehatan Masyarakat 2012, 103, e399-
e403.
2. Reinhardt, K.; Siva-Jothy, MT Biologi kutu busuk (Cimicidae). Ann.
Pendeta Entomol. 2007, 52,351-374.
3. Zorrilla-Vaca, A.; Silva-Medina, MM; Escandón- Vargas, K. Kutubusuk,
Cimex spp.: Kebangkitan dunia dan dampak kesehatannya saat ini. Pak
Asia. J. Trop. Dis. 2015, 5, 342-352.
LAPORAN KECOA (Periplanetta americana)

Hari/Tanggal : Selasa / 5 September 2023


Judul : Ordo Dyctioptera
Tujuan :1.Mengamati berbagai ciri yang dimiliki oleh Ordo Dyctioptera.
2.Untuk mengetahui struktur dari Ordo Dyctioptera.
Landasan teori : 1.Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi.
Sebagian besar spesies serangga memiliki manfaat bagi manusia. Sebanyak
1.413.000 spesies telah berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih dari 7.000
spesies baru di temukan hampir setiap tahun. Tinggi nya jumlah serangga
dikarenakan serangga berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan
hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi
dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya (Borror 1992).
2.Ukuran serangga berkisar dari 0,25 mm sampai 330 mm. Perkembangan
dan siklus hidup pada beberapa serangga mengalami perubahan struktur
tubuh dan mekanisme fisiologisnya dari bentuk sederhana hingga bentuk
yang sangat kompleks, hal ini disebut dengan metamosfosis. Perubahan
yang terjadi pada serangga umumnya berbeda dari setiap tingkatnya seperti
halnya perubahan yang terjadi dari bentuk telur kemudian menjadi larva
hingga menjadi bentuk sempurna.Serangga atau insekta dikelompokkan
menjadi dua sub kelas yaitu Apterygota (tidak bersayap) dan Pterygota
(bersayap) (Rioardi 2009).
Alat dan Bahan : Mikroskop stereo,alat bedah,petridish,pipet tetes,tissue,alkohol 70%.

Cara kerja :1.Sediakan spesies kecoa Periplaneta americana mulai dari telur
(ooteka),nimfa dan imago.
2.Sepanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop.
3. Amati keseluruhan morfologi tubuh Periplaneta americana.
4. Amati juga bagian tubuh yang membedakan kecoa jantan dan betina.

5.Dokumtasi hasil yang di dapat ketika praktikum.

Gambar/hasil :

Kecoa dewasa Periplaneta americana

Sayap tebal kecoa Periplaneta americana

Sayap tipis kecoa Periplaneta americana


Abdomen Kecoa Periplaneta americana

Pembahasan : Praktikum serangga kecoa Ordo Diptera umumnya merupakan bagian


dari studi biologi atau entomologi, yang bertujuan untuk memahami
perilaku, morfologi, dan ekologi kecoa. Praktikum kecoa dapat
memberikan wawasan yang berharga tentang dunia serangga dan
kontribusi mereka dalam ekosistem. Selain itu, ini juga bisa membantu
dalam pemahaman masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan
kebersihan yang terkait dengan kecoa.Dari kecoa kita juga tau bahwa
kecoa adalah salah satu serangga yang dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit.
Kesimpulan : Dari praktikum serangga kecoa Ordo Diptera yang bertujuan untuk
mengetahui struktur dari kecoa yang ada di lingkungan sekitar kita.Panjang
dari tubuh kecoa Periplaneta americana dewasa 14 mm. Sayap kecoa
Periplaneta americana betina berwarna coklat gelap. Kecoa memiliki tiga
pasang kaki yang kuat dan dua pasang sayap.Sepasang sayap depan yang
tebal seperti kulit dan sempit yang disebut dengan tegmina dan sepasang
sayap belakang yang tipis disebut membranous. Dari praktikum ini kita
juga tau bahwa kecoa betina dan jantan memiliki perbedaan.Kecoa betina
memiliki serkus,sedangkan kecoa jantan memiliki serkus dan stylus.
Daftar Pustaka : Sembel,Dantje T. (2008). Entomologi Kedokteran.Yogyakarta:Andi
https://repository.um-surabaya.ac.id
https://entnemdept.ufl.edu
https://repository.uki.ac.id
LAPORAN LALAT (Musca domestica)

Hari / Tanggal : Selasa / 26 September 2023


Tujuan :1.mengamati berbagai ciri yang dimiliki oleh ordo diptera lalat (Musca
domestica)
2. mengenal contoh spesies dari ordo diptera (Musca domestica).
Landasan teori : 1. Lalat rumah, Musca domestica Linnaeus, adalah hama kosmopolitan
yang
terkenal baik di pertanian maupun di rumah. Spesies ini selalu ditemukan
berasosiasi dengan manusia atau aktivitas manusia. Ini adalah spesies
yang
paling umum ditemukan di peternakan babi dan unggas, kandang kuda
dan
peternakan. Lalat rumah tidak hanya mengganggu, tetapi juga dapat
membawa organisme penyebab penyakit. Populasi lalat yang berlebihan
tidak hanya mengganggu pekerja pertanian, namun jika terdapat
pemukiman manusia di dekatnya, masalah Kesehatan
masyarakat dapat terjadi (Amano K, 1985)
2. Lalat biasa ini berasal dari stepa Asia Tengah, namun kini terdapat di
semua benua yang dihuni, di semua iklim dari tropis hingga sedang, dan
di berbagai lingkungan mulai dari pedesaan hingga perkotaan. Hewan ini
umumnya hidup di kotoran hewan, namun telah beradaptasi dengan baik
untuk memakan sampah, sehingga banyak terdapat di mana pun
manusia tinggal (Barnard DR, Geden CJ,1993)
3. Lalat rumah mengalami metamorfosis sempurna dengan tahap telur,
larva atau belatung, kepompong, dan dewasa yang berbeda. Lalat rumah
melewati musim dingin dalam tahap larva atau kepompong di bawah
tumpukan kotoran atau di lokasi terlindung lainnya. Kondisi musim
panas yang hangat umumnya optimal untuk perkembangan lalat rumah,
dan siklus hidupnya dapat diselesaikan hanya dalam tujuh hingga
sepuluh hari. Namun, dalam kondisi suboptimal, siklus hidup mungkin
memerlukan waktu hingga dua bulan. Sebanyak 10 hingga 12 generasi
dapat terjadi setiap tahun di daerah beriklim sedang, sedangkan lebih dari
20 generasi dapat terjadi di daerah subtropis dan tropis (Bishoff FC, Dove
WE, Parman DC. 1915).
Alat dan preparat : 1. mikroskop compoud,mikroskop stereo,petridish,pipet tetes
2. tissue,alkohol 70%
3.spesimen prevervasi pinning(musca domestica) atau preservasi basah/cair
dari mulai telur,larva,pupa,dan imago.
Cara kerja :1.sediakan spesies lalat rumah (musca domestica) mulai telur,larva,pupa
dan imago
2.selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop compound dan
stereo.
3.Amati keseluruhan morfologi tubuh musca domestica
4.perhatikan hasil berikut

Hasil pengamatan:

TELUR
LARVA

PUPA

SPIRAKEL

Pembahasan : Pada praktikum pengamatan morfologi lalat kali ini praktikum


menemukan lalat (musca domestica).jenis lalat yang paling banyak
terdapat diantara jenis jenis lalat lain,karena fungsinya sebagai vektor
transmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit disertai jumlahnya yang
banyak dan hubungannya yang erat dengan lingkungan hidup
manusia,maka jenis lalat musca domestica ini merupakan jenis lalat yang
terpenting ditinjau dari sudut kesehatan manusia.lalat betina biasanya
kawin hanya sekali dan menyimpan sperma untuk digunakan nanti,lalat
betina bertelur sekitar 100 butir pada materi organik yang membusuk
seperti sisa makanan,bangkai atau feses.

Kesimpulan : Dari hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa untuk standar identifikasi
suatu spesies dapat dilakukan dengan identifikasi berdasarkan morfologi
lalat.lalat musca domestica atau disebut lalat rumah adalah spesies lalat
yang paling umum ditemukan dirumah.lalat dewasa berwarna abu abu
sampai hitam,dengan empat garis gelap memanjang di toraks,badan yang
paling sedikit berambut dan sepasang sayam membran.
Daftar Pustaka : 1. Amano K. 1985. Perkembangbiakan lalat rumah, Musca domestica ,
(Diptera; Muscidae) pada kotoran segar sapi yang diberi makan rumput
padang rumput. Zoologi Entomologi Terapan 20: 143-150.
2. Barnard DR, Geden CJ. 1993. Pengaruh kepadatan larva dan suhu
kotoran unggas terhadap perkembangan lalat rumah (Diptera: Muscidae).
Entomologi Lingkungan 22: 971-977.
3. Bishoff FC, Dove WE, Parman DC. 1915. Catatan tentang poin-poin
tertentu yang penting secara ekonomi dalam biologi lalat rumah. Jurnal
Entomologi Ekonomi 8: 54-71.
LAPORAN NYAMUK (Aedes agypti)

Hari / Tanggal : Jum’at / 06 Oktober 2023

Judul : ORDO DIPTERA

Tujuan : Mengamati berbagai ciri yang dimiliki oleh Aedes aegypti

Mengenal metamorfosis Aedes aegypti

Landasan teori :
1. Secara teoritis nyamuk Aedes tidak suka bertelur digenangan air yang
langsung bersentuhan dengan tanah atau air kotor. Genangan yang disukai
sebagai tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan air yang
tertampung di suatu wadah yang biasanya disebut kontainer atau tempat
penampungan air bersih.5 Namun demikian, beberapa penelitian
menunjukkan adanya perubahan perilaku berkembang biak nyamuk tersebut.
Hadi (2006) membuktikan bahwa nyamuk Aedes aegypti mampu hidup dan
berkembang biak pada campuran kotoran ayam, kaporit dan air sabun.6
Amalia (2009)
2. Aedes aegypti adalah jenis nyamuk yang dapat membawa virus Dengue yang
menyebabkan penyakit demam berdarah yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk genus Aedes. Nyamuk Aedes Aegypti saat ini masih menjadi vector
atau pembawa penyakit demam berdarah yang utama. Selain dengue, Aedes
Aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning ( yellow fever ) dan
chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua
daerah tropis di seluruh dunia ( Indira dkk, 2017 ).

3. Nyamuk merupakan salah satu jenis yang dapat mengganggu kesehatan


manusia, hewan, dan lingkungan. Lingkungan tempat hidup nyamuk terdiri
dari tiga tempat utama yaitu tempat mencari makan, tempat istirahat, dan
tempat berkembangbiak. Kondisi lingkungan yang tidak memenuhi sarat
kesehatan merupakan faktor resiko penularan berbagai penyakit. Pada masa
paska pandemi Covid-19 sekolah dan perguruan tinggi mulai aktif kembali
aktivitas belajar-mengajar. Kondisi ini berpengaruh terhadap populasi dan
sebaran nyamuk. Salah satu penyakit berbasis lingkungan adalah penyakit
DBD yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti (Razma dkk, 2022).
Alat dan Bahan :

1. Mikroskop compound dan mikroskop stereo, kaca objek, kaca penutup,


petridish, Pipet tetes

2. Tissue, alcohol 70%

3. Spesimen preservasi pinning Aedes atau preservasi basah/cair dari mulai


telur, larva, pupa, dan imago

Cara kerja :

1. Sediakan spesies Nyamuk Aedes aegypti mulai telur, larva, pupa, imago

2. Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop compound dan stereo

3. Amati keseluruhan morfologi tubuh Aedes aegypti

4. Amati juga bagian tubuh yang membedakan nyamuk jantan dan betina

5. Perhatikan dan lengkapi table berikut ini dengan hasil pengamatan praktikan

Pembahasan :

 Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies nyamuk yang dikenal sebagai vektor
utama penularan virus dengue, chikungunya, Zika, dan demam kuning
urbana pada manusia. Nyamuk ini memiliki ciri-ciri yang dapat dibedakan
dari jenis nyamuk lain, seperti warna tubuh hitam dengan bercak putih di
bagian punggung dan kaki. Aedes aegypti adalah nyamuk yang terutama aktif
pada pagi dan senja, meskipun mereka dapat menggigit kapan saja sepanjang
hari. Nyamuk betina Aedes aegypti menyukai darah manusia sebagai sumber
protein untuk perkembangan telurnya. Mereka juga memiliki kecenderungan
untuk berkembang biak di tempat-tempat dengan air bersih yang tergenang,
seperti bak mandi, pot bunga, dan wadah air lainnya di sekitar pemukiman
manusia. Ketika nyamuk Aedes aegypti menggigit seseorang yang terinfeksi
virus, mereka dapat menjadi vektor untuk mentransmisikan virus tersebut ke
orang lain melalui gigitan berikutnya. Oleh karena itu, pengendalian populasi
nyamuk Aedes aegypti dan tindakan pencegahan gigitan nyamuk menjadi
sangat penting dalam upaya pencegahan penularan penyakit yang disebarkan
oleh nyamuk ini.

Kesimpulan :

1. Vektor Penyakit: Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor utama penyakit-


penyakit berbahaya seperti virus dengue, chikungunya, Zika, dan demam
kuning urbana pada manusia.

2. Ciri Khas: Nyamuk ini dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri fisiknya, termasuk
tubuh hitam dengan bercak putih di bagian punggung dan kaki.

3. Kebiasaan Makan Darah: Nyamuk betina Aedes aegypti memiliki


kecenderungan menghisap darah manusia untuk memenuhi kebutuhan
protein untuk perkembangan telur.

4. Aktivitas dan Habitat: Aktif terutama pada pagi dan senja, nyamuk ini
berkembang biak di tempat-tempat dengan air bersih yang tergenang di
sekitar pemukiman manusia.

5. Peran dalam Penularan Penyakit: Nyamuk ini menjadi perantara penularan


penyakit dengan menggigit individu yang terinfeksi dan kemudian
mentransmisikan virus tersebut ke orang lain melalui gigitan berikutnya.

6. Pentingnya Pengendalian Populasi: Pengendalian populasi nyamuk Aedes


aegypti dan pencegahan gigitan nyamuk merupakan langkah kunci dalam
upaya pencegahan penyebaran penyakit yang mereka bawa.

Hasil/ Gambar :
 Telur Aedes aegypti

 Larva Aedes aegypti

 Pupa Aedes aegypti

 Nyamuk Aedes aegypti Dewasa


Daftar Pustaka :
Yahya.Uji Kompeti Nyamuk (Aedes aegypti, Aedes albopictus, Culex
quinquefasciatus). Laporan Penelitian. Prosiding Loka Litbang P2B2. 2009.
Hal:28-33.

Adelina Baiq, dkk. Efektivitas Cairan Kristaloid dan Koloid Pasien Demam
Berdarah Anak di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. JurnalFarmasi
Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia: 2580-8303. 5(1), 2018.

Dickens BL, Sun H, Jit M, Cook AR, Carrasco LR. Determining


environmental and anthropogenic factors which explain the global
distribution of Aedes aegypti and Ae . albopictus. 2018;1–11.
LAPORAN NYAMUK (Aedes albopictus)

Hari / tanggal : Selasa / 10 Oktober 2023


Judul : ORDO DIPTERA (nyamuk Aedes albopictus)
Tujuan : 1. Mengamati morfologi nyamuk Aedes albipictus.
Landasan teori :1. Aedes albopictus termasuk dalam subgenus yang sama dengan Aeaegypti
(Stegomyia)Spesies ini tersebar luas di Asia dari negara beriklim tropis sampai
yang beriklim subtropis. Selama dua dekade terakhir, spesies ini telah melebarkan
sayapnya sampai ke Amerika Selatan dan Utara, Karibia, Afrika, Eropa Utara,
dan beberapa kepulauan Pasifik Aealbopictus pada dasarnya adalah spesies hutan
yang beradaptasi dengan lingkungan manusia di pedesaan, pinggiran kota, dan
perkotaan. Nyamuk bertelur dan berkembang di lubang pohon, ruas bambu, dan
pangkal daun sebagai habitat hutannya; serta penampung buatan di daerah
perkotaan. Nyamuk ini merupakan pengisap darah yang acak dan lebih zoofagik
(memilih hewan) daripada Ae. aegypti. Jarak terbangnya bisa mencapai 500
meter. Tidak seperti Ae. aegypti, beberapa strain dari spesies ini berhasil
beradaptasi dengan cuaca dingin di wilayah Asia Utara dan Amerika, saat
telurnya menghabiskan musim dingin dengan beristirahat. Di beberapa wilayah
Asia dan di Seychelle, Ae. albopictus terkadang diduga sebagai vektor epidemi
DF/DHF, walaupun tidak sepenting Ae. aegypti. Di laboratorium, kedua spesies
nyamuk tersebut dapat menularkan virus dengue secara vertikal melalui nyamuk
betina ke telur sampai keturunannya, walaupun Ae. albopictus lebih cepat
melakukannya (panduan lengkap, 2002).
2. Aedes albopictus adalah nyamuk yang sangat eksofagik dan eksofilik dengan
afinitas mamalia yang tinggi . Sebagai salah satu spesies nyamuk paling invasif,
nyamuk ini telah menyebar ke seluruh dunia dan menjadi ancaman kesehatan
masyarakat global (Lounibos LP, Kramer LD,2016).
3. Aedes albopictus merupakan salah satu vektor utama virus demam berdarah,
chikungunya, dan Zika, khususnya di wilayah Asia Tenggara. Pengendalian
penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes sangat bergantung pada
pengendalian vektornya. Deskripsi yang terintegrasi dan komprehensif tentang
ciri-ciri kehidupan nyamuk seperti waktu perkembangan larva, kelangsungan
hidup nyamuk dewasa, fekunditas, dan harapan hidup dalam kondisi lingkungan
yang berbeda penting untuk pemahaman yang lebih baik tentang biologi vektor,
yang diperlukan untuk pengendalian vektor yang efektif (Sabchareon A, Wallace
D,et,2012).
Alat dan bahan : 1. Mikroskop
2. objek glass
3. cover glass
4. alcohol 70%
Cara kerja : 1. Siapkan spesies nyamuk Aedes albopictus.
2. letakkan diatas objek glass dan tutup dengan cover glass
3. amati di bawah mikroskop.

Pembahasan : Memahami biologi vektor nyamuk dan memanfaatkan perilaku kelangsungan


hidup mereka di alam adalah penting dalam menerapkan pendekatan terpadu
dalam pengendalian dan pengelolaan nyamuk. Waktu perkembangan dan
kelangsungan hidup nyamuk pada berbagai tahap dalam lingkungan yang berbeda
merupakan hal yang sangat penting, karena hal ini mempengaruhi kapasitas
vektor, yang terkait erat dengan penularan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
Dalam penelitian kami, Ae. parameter sifat hidup albopictus ditetapkan; Model
kematian spesifik usia dan massa telur spesifik usia dibuat untuk memprediksi
daya tahan dan kapasitas fekunditas nyamuk dalam kondisi lingkungan berbeda.
Banyak rincian mengenai Ae. albopictus perempuan yang bertahan hidup dan
bereproduksi dalam kondisi lingkungan berbeda dilaporkan untuk pertama
kalinya. Misalnya, durasi reproduksi wanita dan rata-rata reproduksi harian tidak
pernah dilaporkan.
Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan yang berbeda
mempengaruhi Ae. albopictus waktu perkembangan belum dewasa dan tingkat
kemunculan nyamuk dewasa, serta kelangsungan hidup dan reproduksi nyamuk
dewasa. Eksperimen tabel kehidupan di lingkungan ekologi yang berbeda adalah
salah satu cara untuk menguji hubungan ini. Meskipun desainnya mungkin terlalu
disederhanakan, hal ini mengurangi faktor perancu lainnya. Secara keseluruhan,
lingkungan yang setengah teduh berpotensi memberikan kondisi yang paling
kondusif bagi Ae. perkembangan larva albopictus , tingkat kemunculan nyamuk
dewasa, dan reproduksi betina, meskipun nyamuk dewasa dapat hidup lebih lama
di dalam ruangan. Temuan kami memberikan wawasan tentang pengaruh
potensial kondisi dalam ruangan dan naungan terhadap biologi Ae. albopictus .
Gambar :

Larva
Nyamuk Aedes albopictus

Daftar Pustaka : 1. Panduan lengkap. 2002. Pencegahan & pengendalian dengue & demam
berdarah. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
2. Lounibos LP, Kramer LD. Invasifitas Aedes aegypti dan Aedes albopictus serta
kapasitas vektor virus Chikungunya. J Menginfeksi Dis. 2016;214:S453–8.
3. Sabchareon A, Wallace D, Sirivichayakul C, Limkittikul K, Chanthavanich P,
Suvannadabba S, dkk. Kemanjuran perlindungan dari vaksin demam berdarah
tetravalen CYD rekombinan yang dilemahkan secara hidup pada anak-anak
sekolah di Thailand: uji coba fase 2b yang dilakukan secara acak dan terkontrol.
Lanset. 2012;380:1559–67.
LAPORAN NYAMUK (Culex sp)

Judul : Ordo Diptera


Hari/Tanggal : Selasa / 17 Oktober 2023
Tujuan :1.Mengenal contoh spesies dari Ordo Diptera(Nyamuk Culex sp)
2.Mengamati berbagai ciri yang dimiliki olrh Culex sp
Landasan teori : 1. Nyamuk yang termasuk dalam genus Culex dikenal sebagai vektor
penular arbovirus, demam kaki gajah dan malaria pada unggas. Nyamuk genus
ini merupakan nyamuk yang banyak terdapat disekitar kita. Selain itu, nyamuk
ini termasuk serangga yang beberapa spesiesnya sudah dibuktikan sebagai
vektor penyakit, disamping dapat mengganggu kehidupan manusia karena
gigitannya (Ahdiyah, 2015).
2.Nyamuk Culex sp mengalami metamorfosis sempurna (holometabola): telur-
larva pupa-dewasa.Stadium telur,larva dan pupa hidup didalam air sedangkan
stadium dewasa hidup didarat/udara.Seluruh siklus hidup Culex sp mulai dari
telur hingga dewasa membutuhkan waktu sekitar 10-14 hari.Nyamuk Culex sp
dikenal sebagai nocturnal mosquito karena biasanya nyamuk ini akan
menggigit pada malam hari.Nyamuk ini bersifat endofagik ( hidup berada
didalam rumah) juga eksofagik (hidup berada diluar rumah).Nyamuk ini
meletakkan telur dan berkembang biak diselokan-selokan yang berisi air
bersih ataupun selokan air pembuangan domestic yang kotor(air organik),serta
tempat-tempat penggenangan air domestic atau air hujan(Sembel,2009).

Alat dan Bahan : 1.Mikroskop compound dan mikroskop stereo,kaca objek,kaca


penutup,petridish,pipet tetes
2. Tissue,akohol 70%
3.spesimen preservasi pinning culex atau preservasi basah/cair dari mulut

telur,larva,pupa dan imago.


Cara kerja :1.Sediakan spesies nyamuk Culex sp mulai dari telur,larva,pupa,imago

Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop compound dan stereo.

2.Amati keseluruhan morfologi tubuh culex.

3.Amati juga bagian tubuh yang membedakan nyamuk jantan dan betina.

4. Dokumtasi hasil yang di dapat ketika praktikum.

5. Buat jurnal dan laporan setelah melakukan praktikum

Hasil Pengamatan:

telur nyamuk culex sp

larva nyamuk culex sp


pupa nyamuk culex sp

nyamuk culex sp

Pembahasan : Nyamuk Culex sp merupakan nyamuk yang banyak terdapat di sekitar kita.
Nyamuk Culex sp banyak di temukan di daerah tropis dan sub tropis,
khususnya di Indonesia. Di Indonesia nyamuk culex sp penyebarannya di
seluruh daerah adalah merata khususnya di daerah Sumatera, Jawa, Sulawesi,
Kalimantan, NTT, dan Irian jaya pemerataan penyebaran nyamuk Culex sp di
Indonesia karena habitat dari nyamuk culex sp. yang di temukan di daerah
persawahan dan di daerah kumuh di perkotaan. Nyamuk Culex sp yang
ditemukan diketahui sebagai vektor penyakit yang penting seperti, filariasis,
chikungunya dan Japanese B enchepalitis (Just emandkk,2016).
Kesimpulan: 1.Siklus hidup nyamuk culex ada 4 yaitu stadium telur, stadium larva, stadium
pupa, dan stadium dewasa.
2.Nyamuk culex dapat tumbuh dan berkembang di genangan air yang
berasaldari mata air seperti penampungan air yang dibuat untuk mengairi
kolam,untuk merendam bambu/kayu, mata air, bekas telapak kaki kerbau dan
kebunsalak.
3.Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan nyamuk
Culex sp ada 2 yaitu faktor lingkungan fisik (meliputi suhu, kelembaban
udara,dan pencahayaan) dan faktor lingkungan biotik.

Daftar Pustaka : Sembel DT, 2009.Entomologi Kedokteran.Yogyakarta


http://repository.ub.ac.id/8375/3/BAB%202%20.pdf
https://repository.um-surabaya.ac.id/3313/3/BAB_2.pdf
LAPORAN NYAMUK (Anopheles)

Hari / tanggal : Selasa / 7 November 2023


Judul : ORDO DIPTERA (Nyamuk Anopheles)
Tujuan : 1. Mengamati morfologi nyamuk Anopheles.
Landasan teori : Penyakit Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh
nyamuk Anopheles. Nyamuk tersebut membawa parasit plasmodium, seseorang
yang digigit oleh nyamuk ini akan segera menyebar melaluin peredaran darah.
Sehingga jika tidak segera mendapat perawatan dapat menyebabkan kematian.
Nyamuk yang dapat menyebarkan parasit tersebut yaitu nyamuk betina yang
sudah terinfeksi plasmodium. Selain nyamuk, ternyata penyakit malaria dapat
menyebar melalui transfusi darah, jarum suntik yang sudah terkontaminasi dan
juga transplantasi organ tubuh. Fauna nyamuk Anopheles yang dilaporkan di
Indonesia sebanyak 80 spesies yang telah dikonfirmasi sebagai vector malaria
adalah 22 spesies. Lab. Entomologi FK UNHAS telah mengidentifikasi sebanyak
16 spesies (Dengen,2022).
Alat dan bahan : 1. Mikroskop
2. objek glass
3. cover glass
4. alcohol 70%
Cara kerja : 1. Siapkan spesies nyamuk Anopheles
2. letakkan diatas objek glass dan tutup dengan cover glass
3. amati di bawah mikroskop.
Pembahasan : Morfologi Telur Anopheles: bundar lonjong, kedua ujung runcing. Larva
Anopheles: sifon tidak ada, ada lubang pernapasan dan lapisan pung- gung.
Anopheles dewasa: Skutelum bundar, bulu teratur seperti bulu mata. Kepala
Anophelini jantan: Antena berambut lebat (plumose), palpus terdiri atas probosis
dengan ujung agak bulat. Kepala Anophelini betina: Venasi sayap kosta dan
subkosta. kondisi ling- kungan sangat berpengaruh terhadap kecepatan per-
kembangbiakan nyamuk. Dalam hal ini, suhu udara yang semakin hangat akibat
pemanasan global, mempercepat siklus hidup nyamuk. Demikian pula, ada atau
tidaknya air payau, pembukaan hutan termasuk hutan bakau, genangan air di
hutan, persawahan, tambak ikan dan sebagainya, akan meningkatkan populasi
nyamuk pem- bawa bibit penyakit malaria tersebut. Tempat-tempat tersebut
merupakan habitat bagi nyamuk anopheles sesuai dengan jenisnya. Namun,
musim juga ikut berpengaruh terhadap penularan penyakit malaria. Biasanya,
penularan malaria lebih tinggi pada musim hujan karena air hujan yang
menimbulkan genangan juga merupakan tempat ideal bagi nyamuk ini (Anies,
2006).
Kesimpulan : Nyamuk Anopheles adalah hewan yang menyebarkan malaria pada manusia.
Saat infeksinya menyebar, gangguan kesehatan parah bisa terjadi sehingga
penting untuk mencegahnya sebelum terjadi. Anopheles sp mengalami empat
siklus selama perkembangannya, yaitu telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa
(Prianto, 2006)
Hasil :

Daftar Pustaka :Prianto juni., et.al., 2006. Atlas parasitology kedokteran. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka utama
Dengen alvianus., S.T., M.T. 2022. Aplikasi mobile: pengidentifikasi nyamuk
malaria. Jawa Barat: CV. Adanu Abimata
Anies. 2006. Seri lingkungan dan penyakit manajemen berbasis lingkungan
solusi mencegah dan menanggulangu penyakit menular. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai