Proposal
Oleh:
NADIA SAFIRA
NIM:21134050018
Abstrak
Syukur Alhamdulillah penulis penjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan begitu banyak Rahmat dan
waters, proyeksi lateral, dan proyeksi cadwel dengan kasus sinusitis pada
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma-III di Akademi Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) Banda Aceh. Tidak lupa pula shalawat
yang telah menuntun kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
kekurangan baik dari segi bahasa maupun dalam penulisannya. Oleh kerena itu,
kritik serta saran yang membangun akan tetap penulis nantikan untuk
kesempurnaan Proposal ini. Dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih
Banda Aceh.
i
2. Ibu Nadia Surahmi, A.Md.RMIK.S.Pd.M.Si selaku Ketua Prodi Akademi
Banda Aceh.
3. Bapak Ricky Dear Fitria, A.Md.RMIK SKM.MH dan Bapak Khairil Basar,
4. Kepada Kedua orang tua yang selalu memberikan banyak do’a, motivasi,
(ATRO) Yayasan Sihat Beurata Banda Aceh yang selalu memberikan motivasi,
Walaupun demikian dalam Proposal ini, penulis menyadari masih banyak yang
belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan Proposal ini. Namun demikian adanya, semoga Proposal ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat bagi kita semua terutama
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum......................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus.....................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................5
1.4.1 Bagi Penulis.........................................................................................5
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan.....................................................................5
1.4.3 Bagi Institusi Kesehatan......................................................................5
1.4.4 Bagi Pembaca dan Masyarakat............................................................6
BAB II KAJIAN TEORITIS............................................................................7
2.1 Anatomi Fisiologi..........................................................................................7
2.2 Patologi Sinusitis.........................................................................................10
2.3 Prosedur Pemeriksaan Radiografi Sinus Paranasal.....................................11
2.4 Proteksi Radiasi...........................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................18
3.1 Jenis Penelitian............................................................................................18
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................18
3.3 Populasi dan Sampel....................................................................................18
3.4 Cara Pengumpulan Data..............................................................................18
3.5 Kerangka Teori............................................................................................20
3.6 Analisa Data................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
R. Patel, 2005).
frontal, ethmoidal, dan sphenoidal tengkorak dan di tulang rahang atas wajah
hidung dan hubungan terus menerus dengan sinus paranasal. Fungsi sinus adalah
menyediakan ruang resonansi bagi suara. Selain itu, rongga berisi udara berfungsi
sebagai akumulasi kecil pada mukosa lubang dan ceruk hidung. Ketika kantong,
untuk membentuk sinus udara dan sel. Sinus maksilaris biasanya berkembang
cukup baik dan memiliki aerasi untuk dapat dilihat secara radiografi. Kelompok
1
lain berkembang lebih lambat, sehingga pada usia enam atau tujuh tahun sinus
frontal dan sphenoidal (sel sphenoidal) dapat dibedakan dari sel udara ethmoidal,
yang keduanya mirip dalam ukuran dan posisi. Sel-sel udara ethmoidal
sampai usia tujuh belas atau delapan belas tahun (Philip W. Ballinger, 1991).
Pada pasien pasien dengan keluhan klinis khas yang mengarah pada dugaan
adanya sinusitis, antara lain pilek-pilek kronik, nyeri kepala kronik, nyeri kepala
satu sisi (kanan atau kiri), napas berbau, atau kelainan kelainan lain pada sinus
Pada sinusitis akut, terjadi timbunan sekret yang infeksius di dalam sinus
sehingga sinus tertutup seluruhnya atau shagian-air fluid level dapat tampak pada
rontgen sinus. Sinusitis akut sebagian besar disebabkan oleh virus, tetapi kelainan
gigi juga harus turut dipertimbangkan sebagai penyebab penyakit ini. Bila
gangguan gigi tidak diobati atau bila drainase sinus paranasal tidak lancar karena
ostium yang tersumbat atau membran mukosa yang membengkak secara kronis.
Bila sinusitis tidak diobati atau terjadi kegagalan terapi, dapat terjadi perluasan ke
komplikasi lain yang ditakuti dari infeksi kronis dan berat pada jaringan
nasal/paranasal Sinusitis kronic Sinusitis kronis disebabkan oleh infeksi sinus ber-
ulang atau yang tidak memberikan respons terhadap terapi (George W. Eastman,
2012).
2
3
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumus kan suatu
Kasus Sinusitis pada Sinus Maxilaris Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum
Adapun manfaat dari penulisan Karya Ilmiah ini antara lain adalah:
Banda Aceh
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Rongga berisi udara yang terletak di tulang frontal, ethmoidal, dan sphenoidal
tengkorak dan tulang rahang atas wajah disebut sinus paranasal karena
hidung. Padahal fungsi sinus adalah meskipun tidak disetujui oleh semua ahli
kehidupan janin, mula-mula tampak sebagai kantung kecil pada mukosa meatus
hidung dan ceruknya. Ketika kantong, atau kantung, tumbuh, mereka secara
bertahap menyerang tulang masing-masing untuk membentuk sinus udara dan sel.
lebih lambat, pada usia 6 atau 7 tahun, sinus frontal dan sphenoidal dapat
dibedakan dari sel udara ethmoidal, yang mana mereka mirip dalam ukuran dan
posisi. Sel udara etnoidal berkembang selama masa pubertas, dan sinus belum
sempurna, masing-masing sinus berkomunikasi satu sama lain dan dengan rongga
7
8
Gambar 1 Anatomi Sinus Paranasal Posisi AP dan Lateral (Merrill’s Atlas, 2016)
a. Sinus Maxillary
pada gambar lateral, bentuknya kira-kira piramidal dan hanya memiliki tiga
sangat bervariasi dalam ukuran dan bentuk tetapi biasanya simetris. Pada orang
dewasa, setiap sinus Maxillary memiliki tinggi sekitar 1½ inci (3,5 cm) dan
lebar 1 hingga 15 inci (25 hingga 3 cm). Sinus sering kali dibagi menjadi
dua sinus dengan septum lengkap. Dasar sinus mempunyai beberapa ketinggian
dengan meatus hidung tengah pada aspek superior sinus. (Merrill’s Atlas, 2016)
b. Sinus Sphenoidal
9
sinus Sphenoidal namun, tidak pernah terdapat lebih dari dua sinus Sphenoidal.
Sinus Sphenoidal sangat bervariasi dalam ukuran dan bentuk dan biasanya
asimetris. Mereka terletak tepat di bawah sella tursika dan meluas di antara
dorsum sellae dan sel udara ethmoidal posterior. (Merrill’s Atlas, 2016).
c. Sinus Ethmoidal
ethmoid. Mereka terdiri dari sejumlah sel udara yang terbagi menjadi tiga
kelompok utama: anterior, tengah, dan posterior. Sel Ethmoidal anterior dan
bermuara ke meatus hidung tengah. Jumlah sel posterior berkisar antara dua
hingga enam atau lebih dan mengalir ke meatus hidung superior (Merrill’s
Atlas, 2016).
d. Sinus Frontalis
antara ubles pelat vertikal tulang frontal. Sinus frontal sangat bervariasi dalam
ukuran dan bentuk, kadang-kadang tidak ada. Salah satu atau keduanya
mungkin berukuran sekitar 4 hingga 1 inci (2 hingga 2,5 cm) dalam dimensi
vertikal atau lateral. Sinus sering melampaui daerah frontal tulang, paling sering
tengah: karena alasan ini, sinus frontal jarang simetris. Kadang-kadang terdapat
beberapa septa. Mirip dengan sinus maksilaris, sinus frontal mengalir ke hidung
10
Infeksi pada sinus paranasal sangat sering terjadi dengan gejala klinis yang
nyata. Yang paling sering adalah rhinitis dengan sinusitis sebagai komplikasi,
Pada foto sinus paranasal akan tampak sedikit perubahan pada sinus Sinusitis
bakterial yaitu terjadinya infeksi dan sinus ke sinus yang menyebabkan ostium
sinus tersumbat diikuti dengan pembentukan sekret yang berlebihan. Hal ini
sering terjadi asimetris di mana satu sinus atau lebih dari sa tu sinus secara
unilateral terserang. Bila sis kontra lateral terserang, sering terlihat asime tri dalam
tingkatan atau lokasi anatomis. Sebagai pembanding, apabila pada sinusitis aler
gika daerah sinus paranasal yang terserang se lalu simetris, biasanya disertai
poliposis nasal. Pada sinusitis, mula-mula tampak penebalan dinding sinus, dan
yang paling sering diserang adalah sinus maksilaris, tetapi pada sinusitis kronik
tampak juga sebagai penebalan dinding sinus yang disebabkan karena timbul nya
fibrosis dan jaringan parut yang menebal. Gejala-gejala sinusitis berupa pilek,
nyeri kepala, nyeri kepala satu sisi (kanan atau kiri), dan napas berbau (Sjahrial
Rasad, 2008).
Peradangan sinus maksilaris, sinus etmoid, dan sinus frontalis sering timbul
sebagas komplikasi rinitis akut, yang disebabkan oleh penutupan saluran keluar
sinus ke dalam rongga hidung karena edema peradangan hidung. Radang supuratif
merupa kan mikroorganisme yang paling sering ditemukan pada sinisitis supuratif
kronis. Sinusitis menimbulkan rasa sakit kepala, kadang disertai demam dan
11
orbitalis dan tromboflebitis sinus kavernosus, meningitis, dan abses otak. Namun
Persiapan Pasien
khusus. Pasien hanya diminta melepas benda logam, plastik, atau benda-
(Lampignano, 2018).
2) Kaset 18 X 24 Cm
5) Image Recorder
a) Tujuan
ethmoidalis
b) Posisi Pasien
c) Posisi Obyek
e) Titik Bidik
102 cm
g) Kriteria Radiograf
ethmoid air cell tampak pada bagian lateral di setiap tulang nasal
a) Tujuan
kaset dan
e) Titik Bidik
102 cm
h) Kriteria Radiograf
oblique.
16
3. Proyeksi lateral
a) Tujuan
b) Posisi Pasien
c) Posisi Obyek
terhadap kaset.
17
e) Titik Bidik
External (MAE)
102 cm
g) kriteria Radiograf
METODE PENELITIAN
Kesehatan Rumah Sakit Umum cempaka lima Banda Aceh. Adapun waktu
lateral dan proyeksi cadwell pada kasus sinusitis serta 1 (satu) orang
19
20
Dalam penyusunan karya tulis ini metode yang digunakan oleh penulis
1. Study perpustakaan
2. Wawancara
Merupakan salah satu cara dalam pengumpulan data, karya tulis ini
3. Pengamatan (observasi)
4. Konsultasi
Aceh dan juga konsultasi dengan staf pengajar dan dosen pembimbing
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa uraian
dimana data-data yang akan disajikan dalam distribusi frekuensi gambar yang
Iwan E. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
23