Anda di halaman 1dari 28

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SINUS PARANASAL

MENGGUNAKAN PROYEKSI WATERS, PROYEKSI LATERAL, DAN


PROYEKSI CADWELL DENGAN KASUS SINUSITIS PADA SINUS
MAXILARIS DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM
CEMPAKA LIMA BANDA ACEH

Proposal

Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan


Pada Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Yayasan Sihat Beurata Banda Aceh

Oleh:
NADIA SAFIRA
NIM:21134050018

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


YAYASAN SIHAT BEURATA
BANDA ACEH
2023
TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SINUS PARANASAL
MENGGUNAKAN PROYEKSI WATERS, PROYEKSI LATERAL, DAN
PROYEKSI CADWELL DENGAN KASUS SINUSITIS PADA SINUS
MAXILARIS DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM
CEMPAKA LIMA BANDA ACEH

Abstrak

Pemeriksaan Radiografi adalah pemeriksaan penunjang untuk menegakkan


diagnosa yang terdapat kelainan pada tubuh manusia. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi sinus paranasal pada sinus
maxilaris menggunakan proyeksi waters, proyeksi lateral, dan proyeksi cadwell
dengan kasus sinusitis dan untuk mengetahui bagaimana hasil gambaran teknik
pemeriksaan radiografi sinus paranasal menggunakan proyeksi waters, proyeksi
lateral, dan proyeksi cadwell dengan kasus sinusitis pada sinus maxilaris di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Banda Aceh. Jenis
penelitian yang digunakan adalah metode pengamatan bersifat deskriptif yang
meliputi studi perpustakaan, observasi (pengamatan) dan wawancara.

Kata Kunci : Sinus Paranasal, Sinusitis


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis penjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih

lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan begitu banyak Rahmat dan

Karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini yang berjudul

“Teknik pemeriksaan radiografi sinus paranasal menggunakan proyeksi

waters, proyeksi lateral, dan proyeksi cadwel dengan kasus sinusitis pada

sinus Maxilaris di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Cempaka Lima’’

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma-III di Akademi Teknik

Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) Banda Aceh. Tidak lupa pula shalawat

beriring salam penulis sanjungkan kepangkuan Nabi Besar Muhammad SAW

yang telah menuntun kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu

pengetahuan.

Penulis menyadari dalam penulisan Proposal ini masih banyak terdapat

kekurangan baik dari segi bahasa maupun dalam penulisannya. Oleh kerena itu,

kritik serta saran yang membangun akan tetap penulis nantikan untuk

kesempurnaan Proposal ini. Dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ricky Dear Fitria, A.Md.RMIK SKM.MH Selaku Direktur Akademi

Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) Yayasan Sihat Beurata

Banda Aceh.

i
2. Ibu Nadia Surahmi, A.Md.RMIK.S.Pd.M.Si selaku Ketua Prodi Akademi

Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) Yayasan Sihat Beurata

Banda Aceh.

3. Bapak Ricky Dear Fitria, A.Md.RMIK SKM.MH dan Bapak Khairil Basar,

A.Md.Rad selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak waktu,

memberi banyak arahan serta bimbingan kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik dan tepat waktu.

4. Kepada Kedua orang tua yang selalu memberikan banyak do’a, motivasi,

dukungan, dan kasih sayang kepada saya.

5. Kepada teman-teman di Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi

(ATRO) Yayasan Sihat Beurata Banda Aceh yang selalu memberikan motivasi,

dukungan, dan bantuan kepada penulis.

Walaupun demikian dalam Proposal ini, penulis menyadari masih banyak yang

belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi

kesempurnaan Proposal ini. Namun demikian adanya, semoga Proposal ini dapat

menambah pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat bagi kita semua terutama

bagi penulis sendiri

Banda aceh, 29 Juli 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum......................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus.....................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................5
1.4.1 Bagi Penulis.........................................................................................5
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan.....................................................................5
1.4.3 Bagi Institusi Kesehatan......................................................................5
1.4.4 Bagi Pembaca dan Masyarakat............................................................6
BAB II KAJIAN TEORITIS............................................................................7
2.1 Anatomi Fisiologi..........................................................................................7
2.2 Patologi Sinusitis.........................................................................................10
2.3 Prosedur Pemeriksaan Radiografi Sinus Paranasal.....................................11
2.4 Proteksi Radiasi...........................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................18
3.1 Jenis Penelitian............................................................................................18
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................18
3.3 Populasi dan Sampel....................................................................................18
3.4 Cara Pengumpulan Data..............................................................................18
3.5 Kerangka Teori............................................................................................20
3.6 Analisa Data................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring berjalannya waktu, Perkembangan teknologi terbaru telah

menghasilkan berbagai teknik dan prod pencitraan yang kompleks dan

membingungkan. Namun demikian, prinsip dan pencitraan adalah tetap, yaitu

memberikan gambaran anatomi bagian tubuh tene dan kelainan-kelainan yang

berhubungan, dengan modalitas utama pencitraan sebagai berikut: sinar-X polos,

fluoroskopi, ultrasonografi, computed tomography, dan kedokteran nuklir (Pradip

R. Patel, 2005).

Sinus paranasal merupakan Rongga berisi udara yang terletak di tulang

frontal, ethmoidal, dan sphenoidal tengkorak dan di tulang rahang atas wajah

disebut sinus paranasal (hidung tambahan) karena pembentukannya dari mukosa

hidung dan hubungan terus menerus dengan sinus paranasal. Fungsi sinus adalah

menyediakan ruang resonansi bagi suara. Selain itu, rongga berisi udara berfungsi

untuk mengurangi berat tulang kepala (Philip W. Ballinger, 1991).

Sinus mulai berkembang pada awal kehidupan janin, mula-mula tampak

sebagai akumulasi kecil pada mukosa lubang dan ceruk hidung. Ketika kantong,

atau kantung, tumbuh, mereka secara bertahap menyerang tulang masing-masing

untuk membentuk sinus udara dan sel. Sinus maksilaris biasanya berkembang

cukup baik dan memiliki aerasi untuk dapat dilihat secara radiografi. Kelompok

1
lain berkembang lebih lambat, sehingga pada usia enam atau tujuh tahun sinus

frontal dan sphenoidal (sel sphenoidal) dapat dibedakan dari sel udara ethmoidal,

yang keduanya mirip dalam ukuran dan posisi. Sel-sel udara ethmoidal

berkembang selama masa pubertas dan sinus belum sepenuhnya berkembang

sampai usia tujuh belas atau delapan belas tahun (Philip W. Ballinger, 1991).

Pada pasien pasien dengan keluhan klinis khas yang mengarah pada dugaan

adanya sinusitis, antara lain pilek-pilek kronik, nyeri kepala kronik, nyeri kepala

satu sisi (kanan atau kiri), napas berbau, atau kelainan kelainan lain pada sinus

paranasal misalnya: mukokel, pembentukan cairan dalam sinus-sinus, trauma

sekitar sinus paranasalis (Philip W. Ballinger, 1991).

Pada sinusitis akut, terjadi timbunan sekret yang infeksius di dalam sinus

sehingga sinus tertutup seluruhnya atau shagian-air fluid level dapat tampak pada

rontgen sinus. Sinusitis akut sebagian besar disebabkan oleh virus, tetapi kelainan

gigi juga harus turut dipertimbangkan sebagai penyebab penyakit ini. Bila

gangguan gigi tidak diobati atau bila drainase sinus paranasal tidak lancar karena

ostium yang tersumbat atau membran mukosa yang membengkak secara kronis.

Bila sinusitis tidak diobati atau terjadi kegagalan terapi, dapat terjadi perluasan ke

dalam jaringan lunak wajah. Trombosis sinus kavernomas septik merupakan

komplikasi lain yang ditakuti dari infeksi kronis dan berat pada jaringan

nasal/paranasal Sinusitis kronic Sinusitis kronis disebabkan oleh infeksi sinus ber-

ulang atau yang tidak memberikan respons terhadap terapi (George W. Eastman,

2012).

2
3

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul ‘’TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SINUS

PARANASAL MENGGUNAKAN PROYEKSI WATERS, PROYEKSI

LATERAL, DAN PROYEKSI CADWELL DENGAN KASUS SINUSITIS

PADA SINUS MAXILARIS DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT

UMUM CEMPAKA LIMA BANDA ACEH’’


4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumus kan suatu

masalah, yaitu sebagai berikut:

Bagaimanakah Teknik Pemeriksaan Radiografi Sinus Paranasal

Menggunakan Proyeksi Waters, Proyeksi Lateral, Proyeksi Cadwell Dengan

Kasus Sinusitis pada Sinus Maxilaris Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum

Cempaka Lima Banda Aceh.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dilakukannnya penelitian ini adalah untuk mengetahui Teknik

Pemeriksaan Radiografi Sinus Paranasal Menggunakan Proyeksi Waters,

Proyeksi Lateral, dan Proyeksi Cadwell Dengan Kasus Sinusitis Di Instalasi

Rumah Sakit Umum Radiologi Cempaka Lima Banda Aceh

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Teknik Pemeriksaan Radiografi Sinus

Paranasal Menggunakan Proyeksi Waters, Lateral, Cadwell Dengan Kasus

Sinusitis pada Sinus Maxilaris Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum

Cempaka Lima Banda Aceh


5

2. Untuk mengetahui hasil gambaran radiografi Sinus Paranasal

Menggunakan Proyeksi Waters, proyeksi Lateral, dan proyeksi Cadwell

Dengan Kasus Sinusitis pada Sinus Maxilaris Di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Banda Aceh.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan Karya Ilmiah ini antara lain adalah:

1.4.1 Bagi Penulis

Manfaat bagi penulis dapat mengetahui bagaimana prosedur pemeriksaan

Sinus Paranasal Menggunakan Proyeksi Waters, proyeksi Lateral, dan

proyeksi Cadwell Dengan Kasus Sinusitis pada Sinus Maxilaris Di Instalasi

Radiologi Rumah sakit umum Cempaka Lima Banda Aceh

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan untuk dijadikan referensi dan bacaan bagaimana prosedur

Sinus Paranasal Menggunakan Proyeksi Waters, Lateral, Cadwell Dengan

Kasus Sinusitis pada Sinus Maxilaris Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Umum Cempaka Lima Banda Aceh

1.4.3 Bagi Institusi Kesehatan

Sebagai referensi dan masukan bagi institut kesehatan secara umum

tentang bagaimana prosedur pemeriksaanSinus Paranasal Menggunakan

Proyeksi Waters, proyeksi Lateral, proyeksi Cadwell Dengan Kasus Sinusitis

pada Sinus Maxilaris Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Cempaka

Lima Banda Aceh


6

1.4.4 Bagi Pembaca dan Masyarakat

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang

bagaimana prosedur pemeriksaan Sinus Paranasal Menggunakan Proyeksi

Waters, proyeksi Lateral,dan proyeksi Cadwell Dengan Kasus Sinusitis pada

Sinus Maxilaris Di Instalasi Radiologi Rumah sakit umum Cempaka Lima

Banda Aceh
BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Anatomi Fisiologi

2.1.1 Sinus Paranasal

Rongga berisi udara yang terletak di tulang frontal, ethmoidal, dan sphenoidal

tengkorak dan tulang rahang atas wajah disebut sinus paranasal karena

pembentukannya dari mukosa hidung dan komunikasi lanjutannya dengan fossa

hidung. Padahal fungsi sinus adalah meskipun tidak disetujui oleh semua ahli

anatomi, rongga-rongga ini diyakini mempunyai fungsi sebagai ruang resonansi

untuk Suara, mengurangi berat tengkorak dengan menampung udara, Membantu

menghangatkan dan melembabkan udara yang dihirup, dan Mungkin

mengendalikan sistem kekebalan tubuh. Sinus mulai berkembang pada awal

kehidupan janin, mula-mula tampak sebagai kantung kecil pada mukosa meatus

hidung dan ceruknya. Ketika kantong, atau kantung, tumbuh, mereka secara

bertahap menyerang tulang masing-masing untuk membentuk sinus udara dan sel.

Sinus Maksilaris biasanya berkembang cukup baik dan diangin-anginkan saat

lahir untuk ditunjukkan secara radiografi. Kelompok sinus lainnya berkembang

lebih lambat, pada usia 6 atau 7 tahun, sinus frontal dan sphenoidal dapat

dibedakan dari sel udara ethmoidal, yang mana mereka mirip dalam ukuran dan

posisi. Sel udara etnoidal berkembang selama masa pubertas, dan sinus belum

berkembang sempurna sampai usia 17 atau 18 tahun. Ketika sudah berkembang

sempurna, masing-masing sinus berkomunikasi satu sama lain dan dengan rongga

hidung (Merril’s Atlas, 2016).

7
8

Gambar 1 Anatomi Sinus Paranasal Posisi AP dan Lateral (Merrill’s Atlas, 2016)

a. Sinus Maxillary

Sinus terbesar, sinus Maxillary, berpasangan dan terletak di badan

masing-masing rahang atas. Meskipun sinus maksilaris tampak persegi panjang

pada gambar lateral, bentuknya kira-kira piramidal dan hanya memiliki tiga

dinding. Puncaknya diarahkan ke inferior dan lateral. Kedua sinus maksilaris

sangat bervariasi dalam ukuran dan bentuk tetapi biasanya simetris. Pada orang

dewasa, setiap sinus Maxillary memiliki tinggi sekitar 1½ inci (3,5 cm) dan

lebar 1 hingga 15 inci (25 hingga 3 cm). Sinus sering kali dibagi menjadi

subkompartemen berdasarkan septa parsial, dan kadang-kadang dibagi menjadi

dua sinus dengan septum lengkap. Dasar sinus mempunyai beberapa ketinggian

yang sesuai dengan akar gigi di bawahnya. Sinus maksilaris berkomunikasi

dengan meatus hidung tengah pada aspek superior sinus. (Merrill’s Atlas, 2016)

b. Sinus Sphenoidal
9

Sinus Sphenoidal biasanya berpasangan dan menempati badan tulang

Sphenoidal Ahli anatomi menyatakan bahwa seringkali hanya terdapat satu

sinus Sphenoidal namun, tidak pernah terdapat lebih dari dua sinus Sphenoidal.

Sinus Sphenoidal sangat bervariasi dalam ukuran dan bentuk dan biasanya

asimetris. Mereka terletak tepat di bawah sella tursika dan meluas di antara

dorsum sellae dan sel udara ethmoidal posterior. (Merrill’s Atlas, 2016).

c. Sinus Ethmoidal

Kedua sinus Ethmoidal terletak di dalam massa lateral labirin tulang

ethmoid. Mereka terdiri dari sejumlah sel udara yang terbagi menjadi tiga

kelompok utama: anterior, tengah, dan posterior. Sel Ethmoidal anterior dan

tengah berkisar antara dua hingga delapan, dan masing-masing kelompok

bermuara ke meatus hidung tengah. Jumlah sel posterior berkisar antara dua

hingga enam atau lebih dan mengalir ke meatus hidung superior (Merrill’s

Atlas, 2016).

d. Sinus Frontalis

Sinus frontal, sinus terbesar kedua, berpasangan dan biasanya terletak di

antara ubles pelat vertikal tulang frontal. Sinus frontal sangat bervariasi dalam

ukuran dan bentuk, kadang-kadang tidak ada. Salah satu atau keduanya

mungkin berukuran sekitar 4 hingga 1 inci (2 hingga 2,5 cm) dalam dimensi

vertikal atau lateral. Sinus sering melampaui daerah frontal tulang, paling sering

sampai ke lempeng orbital. Septum intersimes biasanya menyimpang dari garis

tengah: karena alasan ini, sinus frontal jarang simetris. Kadang-kadang terdapat

beberapa septa. Mirip dengan sinus maksilaris, sinus frontal mengalir ke hidung
10

tengah meatus (Merrill’s Atlas, 2016).

2.2 Patologi Sinusitis

Infeksi pada sinus paranasal sangat sering terjadi dengan gejala klinis yang

nyata. Yang paling sering adalah rhinitis dengan sinusitis sebagai komplikasi,

Pada foto sinus paranasal akan tampak sedikit perubahan pada sinus Sinusitis

bakterial yaitu terjadinya infeksi dan sinus ke sinus yang menyebabkan ostium

sinus tersumbat diikuti dengan pembentukan sekret yang berlebihan. Hal ini

sering terjadi asimetris di mana satu sinus atau lebih dari sa tu sinus secara

unilateral terserang. Bila sis kontra lateral terserang, sering terlihat asime tri dalam

tingkatan atau lokasi anatomis. Sebagai pembanding, apabila pada sinusitis aler

gika daerah sinus paranasal yang terserang se lalu simetris, biasanya disertai

poliposis nasal. Pada sinusitis, mula-mula tampak penebalan dinding sinus, dan

yang paling sering diserang adalah sinus maksilaris, tetapi pada sinusitis kronik

tampak juga sebagai penebalan dinding sinus yang disebabkan karena timbul nya

fibrosis dan jaringan parut yang menebal. Gejala-gejala sinusitis berupa pilek,

nyeri kepala, nyeri kepala satu sisi (kanan atau kiri), dan napas berbau (Sjahrial

Rasad, 2008).

Peradangan sinus maksilaris, sinus etmoid, dan sinus frontalis sering timbul

sebagas komplikasi rinitis akut, yang disebabkan oleh penutupan saluran keluar

sinus ke dalam rongga hidung karena edema peradangan hidung. Radang supuratif

kronis dapat terjadi Harmophilus influenzar dan Streptococcus pneumoniae

merupa kan mikroorganisme yang paling sering ditemukan pada sinisitis supuratif

kronis. Sinusitis menimbulkan rasa sakit kepala, kadang disertai demam dan
11

pembesaran kelenjar getah bening leher. Perluasan peradang an ke jaringan di

sekitarnya dapat menimbulkan komplikasi serius seperti osteomielitis, selulitis

orbitalis dan tromboflebitis sinus kavernosus, meningitis, dan abses otak. Namun

hal ini jarang terjadi (G.Simon, 1986).

2.3 Prosedur Pemeriksaan Radiografi Sinus Paranasal

2.3.1 Persiapan Alat Dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan

sinus paranasal sebagai berikut :

Persiapan Pasien

Pada pemeriksaan sinus paranasal, pasien tidak memerlukan persiapan

khusus. Pasien hanya diminta melepas benda logam, plastik, atau benda-

benda di sekitar kepala agar tidak mengganggu gambaran hasil radiograf

(Lampignano, 2018).

Persiapan Alat dan Bahan

1) Pesawat Sinar-X Im Ukuran 18

2) Kaset 18 X 24 Cm

3) Bucky Stand Cridden

4) Marker Right (R) Dan Left (L)

5) Image Recorder

2.3.2 Teknik Radografi Sinus Paranasal

Pada pemeriksaan radiografi sinus paranasal menggunakan beberapa

proyeksi sebagai berikut:


12

1. Proyeksi PA(Cadwell Method)

Gambar 2 Proyeksi PA (Cadwell Method)


(Kenneth L. Bontrager, 2002)

a) Tujuan

Untuk memperlihatkan sinus frontalis dan anterior sinus

ethmoidalis

b) Posisi Pasien

Pasien duduk tegak atau berdiri di depan bucky stand. Lengan

diatur dalam posisi nyaman dan kedua bahu diatur simetris.

c) Posisi Obyek

Hidung dan dahi pasien diatur menempel pada kaset atau

ekstensikan kepala sehingga Orbitomeatal Line (OML)

membentuk sudut 15º terhadap garis horizontal.


13

d) Arah Sumbu Sinar

Horizontal tegak lurus kaset

e) Titik Bidik

Pada occipital menuju nasion

f) Focus Film Distance (FFD)

102 cm

Gambar 3 Hasil Gambaran Proyeksi PA (Cadwell Method)


(Kenneth L. Bontrager, 2002)

g) Kriteria Radiograf

Sinus frontalis terproyeksi di atas sutura frontonasal. Anterior

ethmoid air cell tampak pada bagian lateral di setiap tulang nasal

dan terletak di bawah sinus frontalis.


14

2. Proyeksi PA (Waters Method)

Gambar 4. Proyeksi PA (Waters Method)


(Kenneth L. Bontrager, 2002)

a) Tujuan

Untuk memperlihatkan sinus maksilaris.

b) Posisi Pasien Pasien duduk tegak atau berdiri menghadap bucky

stand dengan Mid Sagital Plane (MSP) kepala pada pertengahan

kaset dan

kedua bahu diatur simetris. Lepaskan semua benda-benda yang

bersifat logam yang ada disekitarannya

c) Posisi Obyek Pasien mengekstensikan leher, sehingga dagu dan

hidung menempel pada bucky stand. Kepala diatur sehingga

Mentomearal Line (MML) tegak lurus terhadap kaset atau

Orbitomeatal Line (OML) membentuk sudut 37° dari kaset.

d) Arah Sumbu Sinar

Horizontal tegak lurus kaset


15

e) Titik Bidik

Pada parietal menuju acanthion

f) Focus Film Distance (FFD)

102 cm

Gambar 5. Hasil Gambaran Proyeksi PA (Waters Method)


(Kenneth L. Bontrager, 2002)

h) Kriteria Radiograf

Sinus maksilaris bebas dari gambaran processus alveolar dan

petrous ridge. Inferior orbita terlihat dan sinus frontalis tampak

oblique.
16

3. Proyeksi lateral

Gambar 6. Proyeksi Lateral


(Kenneth L. Bontrager, 2002)

a) Tujuan

Untuk memperlihatkan keempat sinus (sinus maksilaris, sinus

frontalis, sinus ethmoidalis dan sinus sphenoidalis).

b) Posisi Pasien

Pasien duduk tegak atau berdiri di depan bucky stand dengan

posisi tubuh oblique Postero Anterior (PA) baik untuk posisi

Right Anterior Oblique (RAO) atau Left Anterior Oblique

(LAO) sehingga kepala dalam posisi true lateral.

c) Posisi Obyek

Kepala pasien diatur pada posisi true lateral sehingga Mid

Sagital Plane (MSP) kepala sejajar dengan kaset. Mengatur

Inter Puppilary Line (IPL) tegak turus terharap kaset. Dagu

ekstensi sehingga Infraorbitomeatal Line (IOML) tegak lurus

terhadap kaset.
17

d) Arah Sumbu Sinar

Horizontal tegak lurus kaset

e) Titik Bidik

Pada pertengahan antara outer canthus dan Meatus Acusticus

External (MAE)

f) Focus Film Distance (FFD)

102 cm

Gambar 7. Hasil Gambaran Proyeksi Lateral


(Kenneth L. Bontrager, 2002)

g) kriteria Radiograf

Tampak sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus ethmoidalis dan

strus sphenoidalis dalam aspek lateral.


18

2.4 PROTEKSI RADIASI

Alat pelindung radiasi gunanya untuk mengurangi dosis radiasi yang

diterima oleh pasien atau operator sendiri.

1) Pelindung gonad (gonad shield)

2) Apron timbal (lead apron)

3) Sarung tangan timbal (lead gloves)

4) Kaca timbal (lead glass)

5) Dinding pelindung (protective shielding)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan dalam penyusunan Karya Tulis

ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yaitu suatu jenis

penelitian yang mendeskriptifkan suatu teori dengan melakukan

penilaian terhadap suatu gambaran pada penatalaksanaan Sinus Paranasal

menggunakan proyeksi waters, proyeksi lateral dan proyeksi cadwell

pada kasus sinusitis beserta anatominya di Badan Pelayanan Kesehatan

Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Banda Aceh.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Pemeriksaan ini dilakukan di Instalasi Radiologi Badan Pelayanan

Kesehatan Rumah Sakit Umum cempaka lima Banda Aceh. Adapun waktu

penelitian berlangsung pada bulan september 2023

3.3 Populasi Dan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 (satu) orang

pasien dan 1 (satu) orang radiografer untuk membantu penatalaksanaan

pemeriksaan Sinus Paranasal menggunakan proyeksi waters, proyeksi

lateral dan proyeksi cadwell pada kasus sinusitis serta 1 (satu) orang

Radiolog untuk membaca hasil gambaran radiografi.

19
20

3.4 Cara Pengumpulan Data

Dalam penyusunan karya tulis ini metode yang digunakan oleh penulis

dalam pengumpulan data meliputi:

1. Study perpustakaan

Merupakan metode pengumpulan data dengan cara memperoleh data-

data melalui literatur atau buku-buku yang penulis dapatkan selama

mengikuti perkuliahan di Akademi Tekhnik Radiodiagnostik dan

Radioterapi Yayasan Sihat Beurata Banda Aceh.

2. Wawancara

Merupakan salah satu cara dalam pengumpulan data, karya tulis ini

dilakukan langsung di instalasi Radiologi, radiografer serta pasien

pada saat pemeriksaan dan setelah pemeriksaan berlangsung.

3. Pengamatan (observasi)

Pada umumnya survey bertujuan untuk membuat penilaian terhadap

suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program. Kemudian hasilnya

digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut.

Observasi penulisan, yaitu dengan cara mengamati secara langsung

atas jalannya pemeriksaan radiologi Sinus Paranasal menggunakan

proyeksi waters, proyeksi lateral dan proyeksi cadwell pada kasus

sinusitis di Instalasi Rumah Sakit Umum cempaka lima Banda Aceh

dari pertama sampai akhir.

4. Konsultasi

Merupakan metode pengumpulan data melalui wawancara yang


21

melibatkan langsung dokter ahli radiologi, radiografer dan staf di

Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah cempaka lima Banda

Aceh dan juga konsultasi dengan staf pengajar dan dosen pembimbing

karya tulis di Akademi Tekhnik Radiodiagnostik dan Radioterapi

Yayasan Sihat Beurata Banda Aceh.

3.5 Kerangka Teori

Teknik Pemeriksaan Radiografi


Sinus Paranasal Menggunakan Proyeksi Waters,Proyeksi Lateral,
dan Proyeksi Cadwell dengan kasus Sinusitis Pada Maxilaris di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Banda Aceh

Teknik Pemeriksaan yang


Teknik Pemeriksaan Berdasarkan dilakukan di instalasi Radiologi
Teori Rumah Sakit Umum Cempaka
Lima Banda Aceh

Hasil Citra Radiografi Sinus Paranasal Menggunakan


Proyeksi Waters,Proyeksi Lateral, dan Proyeksi Cadwell
pada kasus sinusitis pada Maxilaris
22

3.6 Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa uraian

dimana data-data yang akan disajikan dalam distribusi frekuensi gambar yang

kemudian dianalisa dari hasil yang didapatkan.


DAFTAR PUSTAKA

Kenneth L. Bontrager.1993.Textbook of Radiographic Positioning and Related


Anatomy Expanded Third Edition.St. Louis:Mosby Year Book

Philip W. Ballinger.1995. Merril’s Atlas of Radiographic Positions and


Radiologic Procedures Eighth Edition.St. Louis:Mosby Year Book

Iwan E. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

G. W. Eastman, C. Wald. J. Crossin. 2009. Radiologi Klinis: Belajar Dari Awal


Dari gambar ke diagnosis. Aryandhito W. N., Penerjem; Natalia P., Brillyan C.
L., Ricky S, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Simon G. 1986. Diagnostik Rontgen Edisi Kedua., Penerjem; Gani Ilyas


Sasmitaatmaja, Sudarmo Purwohudoyo, S. Kasuma Tanpati, Sjahriar Rasad,
editor. Jakarta: Penerbit Erlangga.

23

Anda mungkin juga menyukai