PINJAL
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah Parasitologi
II “PINJAL” untuk melengkapi tugas dalam pembelajaran mata kuliah
Parasitologi II. Dalam penyelesaian makalah ini penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dari sekian banyak spesies hewan yang ada dipermukaan bumi, ternyata ¾
bagian adalah serangga. Dari jumlah tersebut lebih dari 750.000 spesies telah
diketahui dan diberi nama. Jumlah tersebut merupakan kurang lebih 80% dari
anggota filum Arthopoda. Salah satunya adalah Pinjal (Flea) yang terdapat kurang
lebih 1500 spesies dan subspesies.
Secara morfologi perbedaan yang jelas antara kutu dan pinjal yang sama-
sama tak bersayap adalah bahwa tubuh pinjal dewasa yang pipih bilateral,
sedangkan kutu tubuhnya gepeng dorsoventral. Dengan demikian bentuk pinjal
secara utuh dapat terlihat dari pandangan samping. Bentuk tubuh yang unik ini
ternyata amat sesuai dengan habitatnya diantara bulu/rambut inangnya.
Pengenalan pinjal secara mudah adalah apabila kita mengelus kucing kesayangan
kita, dan tiba-tiba secara sekelabat kita menemukan makhluk kecil yang melintas
diantara bulu-bulu kucing dan kemudian menghilang.
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pinjal
2. Untuk mengetahui klasifikasi Pinjal
3. Untuk mengetahui morfologi pinjal
4. Untuk mengetahui jenis-jenis pinjal
5. Untuk mengetahui perilaku hidup pinjal
6. Untuk mengetahui penyakit yang ditularkan oleh pinjal
7. Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium dari pinjal
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pinjal adalah jenis serangga yang masuk dalam ordo Siphonaptera yang
secara morfologis berbentuk pipih bilateral dibandingkan dengan kutu manusia
(Anoplura). Pinjal (flea) merupakan sekelompok hewan-hewan yang berukuran 1-
4 mm, dengan ciri yang jantan lebih kecil dari yang betina. Ciri khas hewan ini
adalah tubuhnya yang memimipih secara latero lateral dan tidak bersayap. Tidak
memiliki hospes definitif secara spesifik, kebanyakan pinjal dapat meloncat keluar
dari satu hospes ke hospes lainnya yang jenisnya sama ataupun berbeda. Pinjal
merupakan ektoparasit yang temporer, warnanya kuning coklat dan mempunyai
siklus hidup dengan tipe metamorfose sempurna. Hewan jantan dan betinanya
(imago) yang menghisap darah, sedangkan larva dan pupa tidak.
2.2 Taksonomi
3
Adapun jenis-jenis yang sering dijumpai sebagaiektoparasit utama dan
menimbulkan masalah di Indonesia adalah Xenopsylla chieopis, Pulex irritates
(pinjal tikus), Ctencephalides frlis, dan C. canis.
Phyllum Arthropoda
Class Insecta
Ordo Shiphonoptera
Familie Pilicidae Dolichopsyllidae
Pulex
Genus Xenopsylla Nosopsyllus
Ctenocephalides
P. irritans
spesies X. cheopis N. fasciatus
Ct. canis, Ct. felis
2.3 Morfologi
PINJAL
4
a. Menimbulkan bengkak setelah 1 jam
Reaksi gigitan b. Dapat menimbulkan rasa gatal sehingga
menimbulkan luka
5
( Gambar 3. Larva pinjal. Kalumet, 2006 )
https://commons.m.wikimedia.org/vwiki/File:Flea_Larva.jpg )
Bentuknya seperti silinder, warna putih kekuningan, tidak memiliki mata
dan kaki, memiliki rambut untuk bergerak atau melenting, tubuhnya bersegmen
dan pada segmen terakhir terdapat kait-kait. Hidup di tanah, memakan sisa
makanan, kotoran, darah kering hospes. Setelah menjadi larva dewasa yang
berukuran 6 mm baru menjadi puspa, setelah membentuk kokon. Dibawah ini
adalah gambar morfologi dan larva pinjal.
3. Pupa
6
Tubuhnya memipih secara latero lateral. Pembagian kepala, thorax dan
abdomen sudah terlihat. Dibawah ini adalah gambar morfologi pinjal.
a. Bagian kepala
7
c. Bagian abdomen
terdiri atas 8 buah segmen, bagian dorso lateral disebut tergit dan bagian ventro
lateral disebut sternit. Pada segmen terakhir terdapat pygidium ( sensillum)
dengan rambut peraba. Hewan betina mempunyai spermateka yang bentuknya
dapat membantu untuk menentukan spesiesnya, hewan jantan mempunyai
spring of penis,clasper.
8
Selain itu, ada juga jenis-jenis yang lain, misalnya X. Brasiliensis,yaitu parasit
tikus yang terdapat di Uganda, Kenya, dan Nigeria dan merupakan vektor
penting penyakit pes di negara-negara tersebut.
d. Famili Tungidae
Jenis pinjal ini teradaptasi melekat secara permanen pada bagian dalam kulit
(intracuteneous) dari inang. Salah satu anggota yang penting adalah Tunga
penetrans yang dikenal dengan nama “Jigger”, “Chigger” atau pinjal pasir.
Ada 4 tingkat kehidupan pinjal, yaitu telur yang berukuran kecil berwarna
putih yang dapat jatuh ketanah atau diletakan pada hewan dan pinjal hidup
sebagai ektoparasit. Bila diletakan pada hewan, mereka selanjutnya jatuh
ketempat tidur hewan dan menetas antara 1-10 hari dan menjadi larva. Larva
kelihatan hampir sama dengan cacing kecil, panjang sekitar 2 mm, dan hanya
memiliki tubuh yang kecil dan alat-alat mulut, tanpa tungkai dan pada tingkat ini
pinjal tidak menghisap darah, tetapi makan kulit-kulit mati, kotoran pinjal, dan
parasit-parasiy kecil. Pada saat larva menjadi dewasa, mereka membuat kokon
dan berpupasi selama 1 minggu sampai 6 bulan tergantung kondisi dan keluar dari
9
pupa memasuki tingkat dewasa. Setiap betina pinjal dapat meletakan telur setiap
hari. Pinjal senang hidup di daerah yang hangat dan dapat hidup sampai satu
tahun.
Perilaku pinjal secara umum yaitu parasit temporal, berada dalam tubuh saat
membutuhkan makanan, tidak permanen. Jangka hidup pinjal bervariasi pada
spesies pinjal, tergantung apakah mereka makan atau tidak, dan tergantung pada
derajat kelembapan lingkungan sekitarnya. Pinjal yang tidak makan tidak dapat
hidup lama di lingkungan kering, tetapi di lingkungan yang lembap bila terdapat
reruntuhan yang bisa menjadi tempat persembunyian, maka ia bisa hidup selama
1-4 bulan. Contohnya pinjal tikus di pelihara tanpa makanan pada suhu 150 C dan
kekebalan nipsi 70% dapat hidup selama 17 bulan.
Pinjal tidak spesifik dalam memilih inangnya dan dapat makan pada inang
lain. Pada saat tidak menemukan kehadiran inang yang sesungguhnya, mereka
mau makan inang lain dan mereka dapat talian hidup dalam periode lama. Pinjal
Xenopsylla cheopis yang makan pada inangnya bisa hidup selama 38 hari, dan
tanpa makan tetapi tinggal pada lingkungan yang lembab dapat hidup selama 100
hari. Pinjal Pulex iritans yang makan pada inangnya bisa hidup selama 125 hari,
dan tanpa makan tetapi tinggal pada lingkungan yang lembab dapat hidup selama
513 hari. Pinjal kucing Ctenocephalidesfiel felis yang makan pada inangnya bisa
hidup selama 58 hari, dan tanpa makan tetapi tinggal pada lingkungan yang
lembab dapat hiup selama 234 hari.
10
Penyakit pes bersifaat zoonosis yang melibatkan roden (tikus) dan pinjal.
Agen penyebab utama adalah bakteri Yersinia pestis (Pasteteurella pestis).
Penyakit pes dicirikan oleh ledakan-ledakan populasi tikus secara periodik
yang dapat mengakibatkan kematian manusia dalam jumlah yang besar
terutama di daerah-daerah pedesaan dan perkotaan. Selama ledakan populasi
tikus ini terjadi, pinjal-pinjal yang terinfeksi dan lapar yang telah kehilangan
inang utamanya (tikus) mencari sumber darah yang lain, termasuk manusia
dan hewan-hewan lain.
Vektor :
Penyakit pes ditularkan dari hewan ke hewan dan dari hewan ke manusia
melalui gigitan pinjal, terutama Xenopsylla cheopis yang sudah terinfeksi.
Selama adanya ledakan populasi pes tikus, banyak hewan yang mati dan
pinjal-pinjal yang lapar mencari sumber lain untuk mendapatkan darah bagi
kelangsungan hidupnya. Orang-orang yang mengunjungi tempat-tempat di
mana baru saja terjadi kematian tikus dari penyakit pes beresiko terkena
penyakit pes. Seseorang bisa terinfeksi secara langsung memegang tikus,
kelinci, kucing, yang terinfeksi dan bakteri masuk melalui luka. Pes juga
dapat ditularkan melalui pengisapan droplet yang sudah terinfeksi yang
dikeluarkan melalui batuk oleh manusia atau hewan yang sudah terinfeksi.
Vektoran dari manusia ke manusia jarang terjadi.
Gejala :
Penyakit yang disebut Mati Hitam (black death) ini terdiri dari tiga bentuk,
yaitu bubonic, pneumonic, dan septicemic. Masing-masing bentuk dapat
mematikan. Bentuk Bubonic adalah yang paling umum ditemukan pada
penyakit Mati Hitam.
Gejala awal penyakit ini mulai sesudahh 2-6 hari penderita tertular penyakit
yang diawali dengan demam, dingin, tidak enak badan, myalgia, nausea
(mual), prostration, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Pes Bubonic
(Bubonic plague) yang merpakan pes yang paling umum, biasanya
menunjukkan gejala rasa sangat sakit dan pembengkakan nodul getah bening
11
disebut “bubo”. Terkadang bubo tidak terdeteksi sehari atau lebih sesudah
mulai terlihat gejala.
Penyakit pes berkembang dengan cepat dan bakteri dapat menginvasi darah,
menghasilkan sakit yang serius yang disebut septicemia plague (kehilangan
darah karena pes). Infeksi dapat mengakibatkan kematian bila tidak diobati
dengan antibiotik. Penyakit in brkembng mulai dari infeksi saluran darah dan
kemudian infeksi paru-paru. Infeksi paru-paru disebut plague pneumonia dan
dapat ditularkan kepada orang lain melalui droplet ludah yang keluar karena
batuk. Masa inkubasi penyakit pes adalah 1 – 3 hari yang dicirikan oleh
pneumonia dengan demam tinggi, batuk-batuk, feses berdarah, dan
kedinginan. Untuk jenis pes ini, angka kematian diatas 50 – 90 %. Kini
dengan adanya pengobatan, mortalitas hanya terjadi sekitar 5 – 10 %.
Pencegahan penyakit ini dengan membunuh tikus sulit dilakukan dan mahal.
Oleh sebab itu, dianjurkan tiga teknik pencegahan, yaitu melalui pengelolaan
lingkungan, pendidikan kesehatan masyarakat, dan penggunaan terapi obat.
12
masyarakat; menggunakan insektida yang memiliki izin khusus; mengobati
anjing dan kucing dengan obat pembunuh pinjal.
b. Tifus tikus atau Murine Typhus (Tifus Endemik, Tfus Pinjal, Tifus Tikus)
13
Pengobatan dapat dilakukan dengan obat antinbiotik seperti doxycyline atau
chloramphenicol sebagai obat alternatif. Terapi dengan elektrolit dann
tambahan cairan juga penting terutama bila tekanan darah turun, terjadinya
gangguan elektrolit dan gangguan koagulasi darah.
14
Perbedaaan N.fasciatus, Ct. canis dan Ct. felis adalah seperti pada tabel.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pinjal merupakan serangga yang hidup pada permukaan tubuh inangnya
seperti kucing dan anjing, juga hewan lainnya seperti tikus, kelinci, unggas/ayam,
bahkan kelelawar dan hewan berkantung (marsupialia). Pinjal termasuk ke dalam
filum Arthropoda, kelas insecta, dan ordo Siphonaptera. Pinjal mengalami
metamorfosa yang sempurna karena memiliki 4 stadium yaitu telur, larva, pupa,
dan dewasa. Penyakit yang dapat ditularkan oleh pinjal yaitu Q fever, tularemia,
salmonellosis, myxomatosis, tetapi yang paling sering adalah penyakit pes
(plague) dan murine typhus (tifus tikus). Untuk pencegahan penyakit pinjal dapat
melalui pengelolaan lingkungan dengan cara menggunakan insektisida,
memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat, dan penggunaan terapi
obat seperti penggunaan antibiotik yang tepat.
3.2 Saran
Dari makalah yang sudah kami buat, sebaiknya masyarakat lebih peduli
dan memperhatikan kebersihan, terutama bagi yang memiliki hewan peliharaan
seperti anjing, dan kucing.
16
DAFTAR PUSTAKA
Azad AF, Beard CB. 1998. Journal of Rickettsial pathogens and their arthrophod
vectors.
Olesen, Jacob. 2017. Flea Eggs – Get Rid of Them Before it’s Too Late Image
17