Anda di halaman 1dari 20

Makalah Parasitologi II

PINJAL

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Dwi Cahya Ningsih ( P27903117013 )


2. Griselda Elsie Dhiani H ( P27903117018 )
3. Herlin Agape ( P27903117021 )
4. Indri Mutia Fajri ( P27903117024 )
5. Lutviah Nur Fadilah ( P27903117029 )
6. Rafika Thasya ( P27903117042 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah Parasitologi
II “PINJAL” untuk melengkapi tugas dalam pembelajaran mata kuliah
Parasitologi II. Dalam penyelesaian makalah ini penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT yang mencurahkan rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga penulis


dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
2. Tim Dosen yang telah memberi tugas dan bimbingan kepada penulis dalam
penyusunan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu kami. Kami telah berusaha semaksimal
mungkin untuk menulis makalah ini dengan harapan dapat memberi manfaat
bagi pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan kami
untuk memperbaiki makalah ini. Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih
dan berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka
yang telah memberikan bantuan, serta menjadikan ini sebagai ibadah. Amin
yaa Rabb.

Tangerang, 16 Januari 2019

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
2.1 Pengertian Pinjal ..................................................................... 3
2.2 Taksonomi ............................................................................... 3
2.3 Morfologi ................................................................................ 4
2.4 Jenis-Jenis Pinjal ..................................................................... 8
2.5 Siklus Hidup ............................................................................ 9
2.6 Penyakit yang ditularkan ......................................................... 10
2.7 Pemeriksaan Laboratorium ..................................................... 14
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 15
A. Kesimpulan ............................................................................... 16
B. Saran ......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari sekian banyak spesies hewan yang ada dipermukaan bumi, ternyata ¾
bagian adalah serangga. Dari jumlah tersebut lebih dari 750.000 spesies telah
diketahui dan diberi nama. Jumlah tersebut merupakan kurang lebih 80% dari
anggota filum Arthopoda. Salah satunya adalah Pinjal (Flea) yang terdapat kurang
lebih 1500 spesies dan subspesies.

Pinjal merupakan serangga ektoparasit yang hidup pada permukaan tubuh


inangnya. Inangnya terutama hewan peliharaan seperti kucing dan anjing, juga
hewan lainnya seperti tikus, kelinci, unggas/ayam, bahkan kelelawar dan hewan
berkantung (marsupialia).

Secara morfologi perbedaan yang jelas antara kutu dan pinjal yang sama-
sama tak bersayap adalah bahwa tubuh pinjal dewasa yang pipih bilateral,
sedangkan kutu tubuhnya gepeng dorsoventral. Dengan demikian bentuk pinjal
secara utuh dapat terlihat dari pandangan samping. Bentuk tubuh yang unik ini
ternyata amat sesuai dengan habitatnya diantara bulu/rambut inangnya.
Pengenalan pinjal secara mudah adalah apabila kita mengelus kucing kesayangan
kita, dan tiba-tiba secara sekelabat kita menemukan makhluk kecil yang melintas
diantara bulu-bulu kucing dan kemudian menghilang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan Pinjal?
2. Bagaimana klasifikasi Pinjal ?
3. Bagaimana morfologi pinjal?
4. Apa saja jenis-jenis pinjal?
5. Bagaimana perilaku hidup pinjal?
6. Apa saja penyakit yang ditularkan oleh pinjal?
7. Bagaimana pemeriksaan laboratorium dari pinjal?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pinjal
2. Untuk mengetahui klasifikasi Pinjal
3. Untuk mengetahui morfologi pinjal
4. Untuk mengetahui jenis-jenis pinjal
5. Untuk mengetahui perilaku hidup pinjal
6. Untuk mengetahui penyakit yang ditularkan oleh pinjal
7. Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium dari pinjal

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Pinjal adalah jenis serangga yang masuk dalam ordo Siphonaptera yang
secara morfologis berbentuk pipih bilateral dibandingkan dengan kutu manusia
(Anoplura). Pinjal (flea) merupakan sekelompok hewan-hewan yang berukuran 1-
4 mm, dengan ciri yang jantan lebih kecil dari yang betina. Ciri khas hewan ini
adalah tubuhnya yang memimipih secara latero lateral dan tidak bersayap. Tidak
memiliki hospes definitif secara spesifik, kebanyakan pinjal dapat meloncat keluar
dari satu hospes ke hospes lainnya yang jenisnya sama ataupun berbeda. Pinjal
merupakan ektoparasit yang temporer, warnanya kuning coklat dan mempunyai
siklus hidup dengan tipe metamorfose sempurna. Hewan jantan dan betinanya
(imago) yang menghisap darah, sedangkan larva dan pupa tidak.

Dibawah ini adalah beberapa spesies pinjal beserta tuan rumahnya.


No Spesies Tuan rumah (Host)
1. Ctenocephalides felis Anjing, kucing
2. Ctenocephalides canis Anjing, kucing, Tikus
3. Xenopsylla cheopsi Tikus asia
4. Xenopsylla astia Tikus asia
5. Xenopsylla brasiliensis Tikus asia
Manusia, anjing, kucing, Kambing,
6. Pulex irritan
tikus rumah, dan unggas.
7. Nosopsyllus fasciatus Tikus eropa
8. Tungau penetrans Chigoe
9. Leptosylla segnis Tikus, manusia
10. Ceratophyllus niger Unggas, manusia

2.2 Taksonomi

Secara sistematika, pinjal termasuk ke dalam filum Arthropoda, kelas


insecta, dan ordo Siphonaptera. Dari famili ini, terdapat beberapa genus yang
penting yaitu Tungau (pinjal digoe), Cteirocephalides (pinjal kucing dan anjing),
Echidnophaga (pinjal ayam), Pulex, Ceretophyllus dan Xenopsylla (pinjal tikus).

3
Adapun jenis-jenis yang sering dijumpai sebagaiektoparasit utama dan
menimbulkan masalah di Indonesia adalah Xenopsylla chieopis, Pulex irritates
(pinjal tikus), Ctencephalides frlis, dan C. canis.

Phyllum Arthropoda
Class Insecta
Ordo Shiphonoptera
Familie Pilicidae Dolichopsyllidae
Pulex
Genus Xenopsylla Nosopsyllus
Ctenocephalides
P. irritans
spesies X. cheopis N. fasciatus
Ct. canis, Ct. felis

2.3 Morfologi

PINJAL

( Gambar 1. Pinjal. WKAH, 2012


Sumber : www.wkanimalhospital.com/news/information-fleas )

Penampilan Kecil, bentuk kurus, berwarna cokelat kemerahan

1.5 – 4 mm panjangnya. Jika dilihat dari atas,


Ukuran
tubuhnya terlihat sempit

Penyakit Menimbulkan penyakit

4
a. Menimbulkan bengkak setelah 1 jam
Reaksi gigitan b. Dapat menimbulkan rasa gatal sehingga
menimbulkan luka

Identifikasi Ada pada hewan peliharaan

Habitat Di hewan peloharaan, dan karpet/ kain tatakan

Hewan berbulu dan berambut, seperti kucing dan


Tempat yang disukai
anjing
Melalui kucing dan anjing atau hewan lainnya (bukan
Metode penularan
dari manusia)
Bisa merayap tetapi memiliki kemampuan untuk
Metode perpindahan
meloncat 200 kali dari tinggi tubuhnya.
benjolan merah dikelilingi cincin dan bekas gigitan
Bekas gigitan
bisa timbul acak

Pinjal merupakan metamorfose sempurna, maka stadium dewasa dan larva


bentuknya berbeda sedangkan pupanya sudah mulai sama bentuknya.
1. Telur

( Gambar 2. Telur pinjal. Jacob O, 2017


sumber : https://fleabites.net/flea -eggs-get-rid-of-them-before-its-too-late/ )
Warnanya putih, ukuran 0,5 – 5 mm, diletakkan di tanah dan setelah 2-16
hari menetas menjadi larva.
2. Larva

5
( Gambar 3. Larva pinjal. Kalumet, 2006 )
https://commons.m.wikimedia.org/vwiki/File:Flea_Larva.jpg )
Bentuknya seperti silinder, warna putih kekuningan, tidak memiliki mata
dan kaki, memiliki rambut untuk bergerak atau melenting, tubuhnya bersegmen
dan pada segmen terakhir terdapat kait-kait. Hidup di tanah, memakan sisa
makanan, kotoran, darah kering hospes. Setelah menjadi larva dewasa yang
berukuran 6 mm baru menjadi puspa, setelah membentuk kokon. Dibawah ini
adalah gambar morfologi dan larva pinjal.
3. Pupa

( Gambar 4. Pupa Pinjal, Auguste Le Roux, 2007. Sumber :


https://commons.m.wikimedia.org/wiki/File:Ctenocephalides_felis,_nymp
he_âgée..JPG )
Stadium pupa merupakan tahapan yang tidak aktif/makan, dan berada dalam
kokon yang tertutupi debris dan debu sekeliling. Stadium ini sensitif terhadap
adanya perubahan konsentrasi karbon dioksida di lingkungan sekitarnya, juga
terhadap getaran/vibrasi. Adanya perubahan yang signifikan terhadap kedua faktor
ini, menyebabkan keluarnya pinjal dewasa dari kepompong untuk segera mencari
inangnya. Hudson & Prince (1984) melaporkan pada suhu 26,60C, pinjal betina
akan muncul dari kokon setelah 5-8 hari, sedangkan yang jantan setelah 7-10 hari.
4. Dewasa

( Gambar 5. Pinjal Dewasa.


Sumber: Encyclopedia Britannica Inc, 2013 )

6
Tubuhnya memipih secara latero lateral. Pembagian kepala, thorax dan
abdomen sudah terlihat. Dibawah ini adalah gambar morfologi pinjal.
a. Bagian kepala

( Gambar 6. Bagian Kepala Pinjal


Sumber: Veterinary Parasitology Group)
a) Sepasang mata, ada yang tidak berbintik mata
b) Antena yang ujungnya berbentuk pemukul dan terdapat dalam lekukan
c) Ocular bristie letaknya dapat di depan, dibawah atau di atas mata letak
dapat menentukan spesies
d) Ctenidum (comb) ada yang terdapat:
a. di mulut disebut genal comb
b. di belakang kepala disebut pronotal comb
c. di abdomen disebut abdominal comb
e) Alat mulut terdiri atas :
a. Maxillary plat (m)
b. Stylet (Maxillary lacinea merupakan salura kelenjar ludah) (s)
c. Epipharynx(ep)
d. Labial palp (lp)
e. Maxillary palp (mp)
b. Bagian thorax
terdiri atas segmen-segmen yaitu pronotum, mesonotum dan metathorax.
Padanya terdapat 3 pasang kaki. Pada pronotum terdapat comb yang disebut
pronotal comb. Kakinya terdiri dari segmen-segmen yang kuat dan gunanya
untuk meloncat. Bagian-bagiannya adalah : coxa, trochanter (tr), femur (fr),
tarsus (ta), kuku (k). pada kaki ditemukan juga rambut dan duri. Kaki melekat
pada prosternum, mesoternum dan metasternum.

7
c. Bagian abdomen
terdiri atas 8 buah segmen, bagian dorso lateral disebut tergit dan bagian ventro
lateral disebut sternit. Pada segmen terakhir terdapat pygidium ( sensillum)
dengan rambut peraba. Hewan betina mempunyai spermateka yang bentuknya
dapat membantu untuk menentukan spesiesnya, hewan jantan mempunyai
spring of penis,clasper.

2.4 Jenis – Jenis Pinjal


a. Famili Ceratophyllidae
anggota-anggota famili ceratophyllidae banyak merupakan ektoparasit pada
hewan domestik seperti diantaranya Ceratophyllus niger yang merukapan
ektoparasit pada anjing, kucing, dan tikus. Ceratophyllus gallinae merupakan
parasit pada ayam yang dikenal sebagai pinjal ayam eropa. Jenis-jenis pinjal ini
dapat menginfestasi manusia bila tempat pemeliharan ayam, kucing, atau
anjing dibangun dekat rumah tinggal. Pinjal ini umumnya menginfestasi tikus
seperti Nosophyllus fasciatus yang dikenal dengan pinjal tikus besar (rat flea)
dan tersebar di eropa dan amerika utara.
b. Famili Leptopsyllidae
salah satu anggota famili ini adalah Leptopsylla segnis yang merupakan pinjal
tikus (mouse flea) dan dapat menjadi vektor penyakit pes pada manusia.
c. Famili Pulicidae
anggota-anggota famili ini banyak merupakan hama pada manusia dan hewan-
hewan domestik serta menjadi vektor penting penyakit seperti penyakit pes dan
tifus. Echinophaga gallinae (pinjal ayam) merupakan parasit penting pada
ayam,tetapi dapat juga menginfestasi anjing, kuda, dan manusia. Ctenophalides
canis menginfestasi anjing sehingga disebut pinjal anjing. Ctenophalides felis
menginfestasi kucing sehingga disebut juga pinjal kucing. Kedua spesies ini
dapat menginfestasi manusia.
Pulex irritans ( pinjal manusia) bersifat kosmopolit dan dapat menginfestasi
hewan-hewan domestik. Xenopsilla cheopis yang dikenal dengan pinjal tikus
oriental ( oriental rat flea ) bersifat kosmopolit dimna terdapat Rattus rattus.

8
Selain itu, ada juga jenis-jenis yang lain, misalnya X. Brasiliensis,yaitu parasit
tikus yang terdapat di Uganda, Kenya, dan Nigeria dan merupakan vektor
penting penyakit pes di negara-negara tersebut.

d. Famili Tungidae

Jenis pinjal ini teradaptasi melekat secara permanen pada bagian dalam kulit
(intracuteneous) dari inang. Salah satu anggota yang penting adalah Tunga
penetrans yang dikenal dengan nama “Jigger”, “Chigger” atau pinjal pasir.

2.5 Siklus Hidup

( Gambar 7. Siklus Hidup Pinjal


Sumber: https://comfortis.com/flea-life-cylce )

Ada 4 tingkat kehidupan pinjal, yaitu telur yang berukuran kecil berwarna
putih yang dapat jatuh ketanah atau diletakan pada hewan dan pinjal hidup
sebagai ektoparasit. Bila diletakan pada hewan, mereka selanjutnya jatuh
ketempat tidur hewan dan menetas antara 1-10 hari dan menjadi larva. Larva
kelihatan hampir sama dengan cacing kecil, panjang sekitar 2 mm, dan hanya
memiliki tubuh yang kecil dan alat-alat mulut, tanpa tungkai dan pada tingkat ini
pinjal tidak menghisap darah, tetapi makan kulit-kulit mati, kotoran pinjal, dan
parasit-parasiy kecil. Pada saat larva menjadi dewasa, mereka membuat kokon
dan berpupasi selama 1 minggu sampai 6 bulan tergantung kondisi dan keluar dari

9
pupa memasuki tingkat dewasa. Setiap betina pinjal dapat meletakan telur setiap
hari. Pinjal senang hidup di daerah yang hangat dan dapat hidup sampai satu
tahun.

2.6 Perilaku Hidup

Perilaku pinjal secara umum yaitu parasit temporal, berada dalam tubuh saat
membutuhkan makanan, tidak permanen. Jangka hidup pinjal bervariasi pada
spesies pinjal, tergantung apakah mereka makan atau tidak, dan tergantung pada
derajat kelembapan lingkungan sekitarnya. Pinjal yang tidak makan tidak dapat
hidup lama di lingkungan kering, tetapi di lingkungan yang lembap bila terdapat
reruntuhan yang bisa menjadi tempat persembunyian, maka ia bisa hidup selama
1-4 bulan. Contohnya pinjal tikus di pelihara tanpa makanan pada suhu 150 C dan
kekebalan nipsi 70% dapat hidup selama 17 bulan.

Pinjal tidak spesifik dalam memilih inangnya dan dapat makan pada inang
lain. Pada saat tidak menemukan kehadiran inang yang sesungguhnya, mereka
mau makan inang lain dan mereka dapat talian hidup dalam periode lama. Pinjal
Xenopsylla cheopis yang makan pada inangnya bisa hidup selama 38 hari, dan
tanpa makan tetapi tinggal pada lingkungan yang lembab dapat hidup selama 100
hari. Pinjal Pulex iritans yang makan pada inangnya bisa hidup selama 125 hari,
dan tanpa makan tetapi tinggal pada lingkungan yang lembab dapat hidup selama
513 hari. Pinjal kucing Ctenocephalidesfiel felis yang makan pada inangnya bisa
hidup selama 58 hari, dan tanpa makan tetapi tinggal pada lingkungan yang
lembab dapat hiup selama 234 hari.

2.7 Penyakit yang ditularkan pinjal

Berikut merupakan penyakit yang ditularkan oleh pinjal yaitu Q fever,


tularemia, salmonellosis, myxomatosis, tetapi yang paling penting adalah penyakit
pes (plague) dan murine typhus (tifus tikus). Myxomitosis menyebabkan penyakit
virus rabit yang dapat secara mekanis ditularkan oleh penghisap darah atropoda
terutama nyamuk.

a. Penyakit Pes (Plague, Pes)

10
Penyakit pes bersifaat zoonosis yang melibatkan roden (tikus) dan pinjal.
Agen penyebab utama adalah bakteri Yersinia pestis (Pasteteurella pestis).
Penyakit pes dicirikan oleh ledakan-ledakan populasi tikus secara periodik
yang dapat mengakibatkan kematian manusia dalam jumlah yang besar
terutama di daerah-daerah pedesaan dan perkotaan. Selama ledakan populasi
tikus ini terjadi, pinjal-pinjal yang terinfeksi dan lapar yang telah kehilangan
inang utamanya (tikus) mencari sumber darah yang lain, termasuk manusia
dan hewan-hewan lain.

Vektor :
Penyakit pes ditularkan dari hewan ke hewan dan dari hewan ke manusia
melalui gigitan pinjal, terutama Xenopsylla cheopis yang sudah terinfeksi.
Selama adanya ledakan populasi pes tikus, banyak hewan yang mati dan
pinjal-pinjal yang lapar mencari sumber lain untuk mendapatkan darah bagi
kelangsungan hidupnya. Orang-orang yang mengunjungi tempat-tempat di
mana baru saja terjadi kematian tikus dari penyakit pes beresiko terkena
penyakit pes. Seseorang bisa terinfeksi secara langsung memegang tikus,
kelinci, kucing, yang terinfeksi dan bakteri masuk melalui luka. Pes juga
dapat ditularkan melalui pengisapan droplet yang sudah terinfeksi yang
dikeluarkan melalui batuk oleh manusia atau hewan yang sudah terinfeksi.
Vektoran dari manusia ke manusia jarang terjadi.

Gejala :
Penyakit yang disebut Mati Hitam (black death) ini terdiri dari tiga bentuk,
yaitu bubonic, pneumonic, dan septicemic. Masing-masing bentuk dapat
mematikan. Bentuk Bubonic adalah yang paling umum ditemukan pada
penyakit Mati Hitam.
Gejala awal penyakit ini mulai sesudahh 2-6 hari penderita tertular penyakit
yang diawali dengan demam, dingin, tidak enak badan, myalgia, nausea
(mual), prostration, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Pes Bubonic
(Bubonic plague) yang merpakan pes yang paling umum, biasanya
menunjukkan gejala rasa sangat sakit dan pembengkakan nodul getah bening

11
disebut “bubo”. Terkadang bubo tidak terdeteksi sehari atau lebih sesudah
mulai terlihat gejala.
Penyakit pes berkembang dengan cepat dan bakteri dapat menginvasi darah,
menghasilkan sakit yang serius yang disebut septicemia plague (kehilangan
darah karena pes). Infeksi dapat mengakibatkan kematian bila tidak diobati
dengan antibiotik. Penyakit in brkembng mulai dari infeksi saluran darah dan
kemudian infeksi paru-paru. Infeksi paru-paru disebut plague pneumonia dan
dapat ditularkan kepada orang lain melalui droplet ludah yang keluar karena
batuk. Masa inkubasi penyakit pes adalah 1 – 3 hari yang dicirikan oleh
pneumonia dengan demam tinggi, batuk-batuk, feses berdarah, dan
kedinginan. Untuk jenis pes ini, angka kematian diatas 50 – 90 %. Kini
dengan adanya pengobatan, mortalitas hanya terjadi sekitar 5 – 10 %.

Pencegahan, pengobatan dan pengendalian :

Setelah didiagnosis penyakit pes, penderita harus diisolasi dan dilaporkan ke


pusat kesehatan atau dinas kesehatan setempat. Sesudah dilakukan pengujian
darah dan pengobatan dilakukan dengan memberikan streptomycin atau
gentamycin atau obat-obat antibiotik lainnya.

Pencegahan penyakit ini dengan membunuh tikus sulit dilakukan dan mahal.
Oleh sebab itu, dianjurkan tiga teknik pencegahan, yaitu melalui pengelolaan
lingkungan, pendidikan kesehatan masyarakat, dan penggunaan terapi obat.

Pengelolaan lingkungan yaitu mengendalikan populasi tikus di daerah


pedesaan dan perkotaan melalui sanitasi lingkungan, pengelolaan sampah
yang baik, pengendalian pinjal dengan insektida dan pengendalian tikus
menggunakan rodentisida.

Pendidikan kesehatan pada masyarakat meliputi sanitasi lingkungan (rumah


kediaman, tempat bekerja, tempat rekreasi) dan membuang atau
membersihkan semua kotoran atau sisa-sisa makanan; memantau aktivitas
penyakit pes pada populasi tikus oleh tenaga-tenaga pekerja kesehatan

12
masyarakat; menggunakan insektida yang memiliki izin khusus; mengobati
anjing dan kucing dengan obat pembunuh pinjal.

b. Tifus tikus atau Murine Typhus (Tifus Endemik, Tfus Pinjal, Tifus Tikus)

Tifus rickettsia berhubungan dengan serangga, terutama kutu mansia


pediculs humans dan pinjal Xenoplsylla cheopis. Serangga-serangga ini
menjadi alat transprtasi patogen riketsia untuk menyebar dengan cepat ke
populasi yang rentan. Baik pnjal maupun kutu manusia biasanya mempunyai
sifat makan berkali-kali sehingga dapat menularkan riketsia ke beberapa
inang. Ledakan tifus epidemik dapat dihasilkan dari vektoran berulang-ulang
oleh Rickettsia prowazekki dari manusia ke manusia oleh kutu (Azad &
beard, 1998)
Patogen :
Patogen penyebab tikus adalah Rickettsia typhi yang melibatkan tikus (Rattus
rattus dan R. norvegicus) dan pinjal tikus ( Xenopsylla cheopis) serta pinjal
kucing (Ctenocephalides felis). Pinjal tikus merupakan vktor utama yang
menlarkan penyakit dan vektoran ini terjadi melalui kontak dengan kotoran
pinjal yang mengandung iktsia atau jaringan atau melalui pengisapan.
Gejala:
Gejala penyakit ini hampir sama dengan louse-borne typhus. Awal penyakit
tejadi 1-2 minggu sesudah digigit pinjal. Kemudian penderita mengalami
demam, sakit kepala, keluarnya bintik-bintik sesudah 4-7 hari dan menyebar
dari punggung ke lengan, wajah) dan berkembang membengkak menjadi spt
merah.

Pencegahan dan pengendalian:


Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan membersihkan tempat-
tempat persembunyian atau pembiakan tikus, opossum dan kucing,
membesihkan rumput di halaman, menjaga agar tidak ada tikus yang masuk
atau hidup dalam rumah. Lakuakn pengobatan antipinjal pada hewan-hewan
domestik seperti anjing dan kucing.

13
Pengobatan dapat dilakukan dengan obat antinbiotik seperti doxycyline atau
chloramphenicol sebagai obat alternatif. Terapi dengan elektrolit dann
tambahan cairan juga penting terutama bila tekanan darah turun, terjadinya
gangguan elektrolit dan gangguan koagulasi darah.

2.8 Pemeriksaan Laboratorium


1. Pengambilan sampel
Pada kucing, anjing dicari pada bagian perut, leher, dan bagian yang tidak
berbulu/kurang bulunya. Dapat dengan sisir atau dengan deris (insektisida).
Kumpulkan dan masukan kedalam alkohol 70%
Pada tikus yang hidup ( yang baru ditangkap dengan perangkap yang ditutup
dengan kaca halus) dibius dengan ether atau kloroform dalam tabung kaca
yang tinggi. Pinjal akan keluar bila tikus itu mati atau pinjalnya terbius oleh
ether. Lalu kumpulkan dan disimpan dalam alkohol 70% pinjal akan
meninggalkan host bila diketahui hostnya mati.
2. Determinasi (identifikasi)
Pinjal yang didapat kemudian dibuat preparat. Dengan bantuan mikroskop,
dilakukan identifikasi. Untuk membedakan spesies dari pinjal dapat digunakan
kunci determinasi atau dengan melihat morfologi dari pinjal tersebut. Untuk
mmbedakan spesies pinjal dapat dilihat dari ctenidiumnya, yaitu sebagai tabel.
Tabel. Perbedaan ctenidium N. fasciatus, Ct. canis dan Ct. felis.
No Spesies Mata Ctenidiuum(comb)
1. Nosopsyllus fasciatus Ada Ada
2. Xenopsylla cheopis Ada Tidak ada
3. Pulex irritans Ada Tidak ada
4. Ctenocephalides canis Ada Ada
5. Ctenocephalides felis ada Ada

Perbedaaan xenopsylla dengan pulex adalah seperti pada tabel.

No Bagian morfologi xenopsylla Pulex


1. Occular bristle Depan mata Di bawah mata
2. Mesopleuron Ada garis pembagi dari Tidak ada
sclerotisasi (internalrod)
3. Spermateka Bentuk koma terbalik Bentuk koma
dengan kepala
dibawah

14
Perbedaaan N.fasciatus, Ct. canis dan Ct. felis adalah seperti pada tabel.

No Bagian morfologi Nosopsyllus Ctenocephalides


fasciatus Canis Felis
1. Genal comb Tidak ada Ada Ada
2. Pronotal comb Ada Ada Ada
3. Spina genal comb 1 - Tidak Ya
dan 2 panjang
4. Spina comb 1 lebih - Ya Tidak
pendek dari yang ke 2
5. Tarsus ke 5 Ya - -
mempunyai plantar
bristle 5 buah
6. Panjang kepala 2x - Tidak Ya
lebar

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pinjal merupakan serangga yang hidup pada permukaan tubuh inangnya
seperti kucing dan anjing, juga hewan lainnya seperti tikus, kelinci, unggas/ayam,
bahkan kelelawar dan hewan berkantung (marsupialia). Pinjal termasuk ke dalam
filum Arthropoda, kelas insecta, dan ordo Siphonaptera. Pinjal mengalami
metamorfosa yang sempurna karena memiliki 4 stadium yaitu telur, larva, pupa,
dan dewasa. Penyakit yang dapat ditularkan oleh pinjal yaitu Q fever, tularemia,
salmonellosis, myxomatosis, tetapi yang paling sering adalah penyakit pes
(plague) dan murine typhus (tifus tikus). Untuk pencegahan penyakit pinjal dapat
melalui pengelolaan lingkungan dengan cara menggunakan insektisida,
memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat, dan penggunaan terapi
obat seperti penggunaan antibiotik yang tepat.

3.2 Saran

Dari makalah yang sudah kami buat, sebaiknya masyarakat lebih peduli
dan memperhatikan kebersihan, terutama bagi yang memiliki hewan peliharaan
seperti anjing, dan kucing.

16
DAFTAR PUSTAKA

Azad AF, Beard CB. 1998. Journal of Rickettsial pathogens and their arthrophod
vectors.

Dani Sucipto, Cecep. 2011. Vektor Penyakit Tropis. Pontianak: Gosyen


Publishing

Kalumet Kalumet.2006. Microscopic image of a flea larva

Le Roux, Auguste. 2007. Nymphe âgée de la puce du chat et du chien


(Ctenocephalides felis). Vannes

Natadisastra, Djainudin. 2009. Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ


Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC

Olesen, Jacob. 2017. Flea Eggs – Get Rid of Them Before it’s Too Late Image

Sembel, Dantje T. 2009. Etimologi Kedokteran. Yogyakarta : Andi Offset

WKAH. 2012. Information on Fleas

17

Anda mungkin juga menyukai