Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH ENTOMOLOGI

TENTANG ANOPLURA DAN HEMIPTERA

Disusun oleh :

1. Alisa Zulia Harmi (1600029022)


2. Addellia Yoma H (1600029023)
3. Lisa Maretta (1600029025)
4. Harsacitta Kanina (1600029029)
5. Ukhti Tiara Fauziah (1600029036)
6. Cynthia Nantika (1600029039)
7. Khairunisa (1600029042)
8. Nur Mayra Salma A (1600029047)
9. Rimawati Wahyu N (1600029048)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................
A. Anoplura..................................................................................................................... 3
1. Pengertian kutu.................................................................................................... 3
2. Klasifikasi kutu................................................................................................... 3
3. Jenis dan morfologi kutu..................................................................................... 4
4. Epidemiologi....................................................................................................... 4
5. Diagnosis kutu pada manusia.............................................................................. 5
6. Siklus hidup kutu pada manusia.......................................................................... 6
7. Pencegahan kutu pada manusia........................................................................... 7
B. Hemiptera .................................................................................................................. 8
1. Pengertian kutu busuk.......................................................................................... 8
2. Klasifikasi kutu busuk.......................................................................................... 8
3. Morfologi kutu busuk........................................................................................... 10
4. Epidemiologi ....................................................................................................... 11
5. Diagnosis kutu busuk........................................................................................... 11
6. Siklus hidup kutu busuk....................................................................................... 12
7. Pencegahan kutu busuk........................................................................................ 13
BAB III PENUTUP..............................................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................................ 14
B. Saran........................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 16

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perjuangan manusia melawan gangguan hama (Athropoda
pengganggu ) sudah dimulai semenjak ia tercipta di muka bumi ini.
Sebagian hama menyerang manusia dan hewan ternak baik secara
langsung dengan menghisap darahnya, maupun tidak langsung sebagai
penular berbagai jenis penyakit atau sebagai pengganggu dengan caranya
“nimbrung”/ menempel pada inangnya sehingga menimbulkan gangguan
fisik maupun psikis pada inangnya. Beberapa jenis hama diantaranya yaitu
lalat, nyamuk, kutu, pinjal, caplak, tungau dan lain-lain.
Kutu adalah serangga yang sangat mengganggu manusia karena
menghisap darah. Kutu juga bisa menjadi vector penyakit. Di Indonesia,
sampai akhir tahun 1970an, permasalahan kutu banyak ditemukan di
rumah, gedung pertunjukan, hotel atau tempat lainnya dimana manusia
tidur atau duduk. Tetapi karena keberhasilan pengendalian dengan
insektisida berbasis organoklorin (al. DDT), kutu busuk hampir dapat
dikendalikan secara penuh, dan hampir tidak ada informasi tentang
serangan kutu busuk dalam kurun waktu 1980-2000. Tetapi akhir-akhir
ini, terutama dalam 3-5 tahun terakhir, kutu busuk mulai menjadi masalah,
banyak ditemukan di hotel berbintang, losmen asrama, dan sedikit di
rumah tinggal. Sebenarnya permasalahan yang (mulai) terjadi di Indonesia
tidak separah permasalahan yang sudah terjadi di banyak negara di Eropa,
Amerika Serikat, Canada, dan Australia; bahkan Malaysia dan Singapura
mulai melaporkan adanya permasalahan dengan kutu busuk. Di AS,
misalnya pada tahun 2007 dilaporkan telah terjadi peledakan populasi (out
breaks) kutu busuk di 50 negara bagian.
Munculnya kembali kutu busuk, merupakan salah satu misteri
dalam Entomologi, mengingat serangga penghisap darah ini hampir tidak
muncul untuk jangka waktu puluhan tahun. Walaupun demikian, adalah
fakta bahwa dengan adanya globalisasi, orang dan barang dapat dengan

1
mudah berpindah dari satu tempat/negara ke tempat/negara lainnya.
Mobilitas ini turut memberikan kontribusi terhadap penyebaran kutu busuk
ini ke seluruh dunia. Indikasi ini dapat dilihat antara lain bahwa kutu
busuk banyak ditemukan di tempat orang datang dan pergi seperti hotel,
losmen, apartemen dan asrama. Kutu busuk (termasuk telurnya) dapat
terbawa secara tidak sengaja beserta pakaian, dalam koper/ransel, suitcase
dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kutu?
2. Berapa klasifikasi kutu?
3. Bagaimanakah morfologi dari kutu?
C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi dari kutu.
2. Memaparkan klasifikasi kutu berdasarkan jenisnya.
3. Menjelaskan morfologi kutu berdasarkan jenisnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anoplura
1. Pengertian Kutu
Kutu merupakan serangga parasit kecil pada bagian tubuh atau
pada hewan, kutu merangkak dengan cepat sekali pada kepala manusia dan
memang rambut untuk bergerak cepat dan memakan darah terdapat 3 jenis
kutu. Kutu dibagi menjadi kutu badan, kutu rambut, dan kutu kemaluan.
2. Klasifikasi
a. Klasifikasi Kutu Rambut (Pediculus humanus capitis)
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Phthiraptera
Sub Ordo : Anoplura
Famili : Pediculidae
Genus : Pediculus
Spesies : Pediculus humanus capitis

b. Klasifikasi Kutu Badan (Pediculus humanus corporis)


Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Phthiraptera
Sub Ordo : Anoplura
Famili : Pediculidae
Genus : Pediculus
Spesies : Pediculus humanus corporis

c. Klasifikasi Kutu Pubis (Phthirus pubis)


Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Phthiraptera
Sub Ordo : Anoplura

3
Famili : Pediculidae
Genus : Pediculus
Spesies : Phthirus pubis

3. Jenis dan Morfologi Kutu


a. Kutu Rambut (Pediculus humanus capitis)
Kutu rambut dewasa berbentuk pipih dan memanjang, berwarna
putih abu-abu, kepala ovoid bersudut, abdomen terdiri dari 9 ruas, thorax
dari khitir segmennya bersatu. Pada kepala tampak sepasang mata
sederhana disebelah lateral, sepasang antena pendek yang terdiri atas 5
ruas dan probosis, alat penusuk yang dapat memanjang. Tiap ruas thorax
yang telah bersatu mempunyai sepasang kaki kuat yang terdiri dari 5 ruas
dan berakhir sebagai satu sapit menyerupai kait yang berhadapan dengan
tonjolan tibia yang berpegangan erat pada rambut (Pratiwi, 2017).
Kutu rambut jantan berukuran 2mm, alat kelamin berbentuk seperti
huruf “V”. Sedangkan kutu rambut betina berukuran 3mm, alat kelamin
berbentuk seperti huruf “V” terbalik. Pada ruas abdomen terakhir
mempunyai lubang kelamin di tengah bagian dorsal dan 2 tonjolan genital
di bagian lateral yang memegang rambut selama melekatkan telur. Jumlah
telur yang diletakkan selama hidupnya diperkirakan 140 butir (Pratiwi,
2017).
b. Kutu Badan (Pediculus humanus corporis)
Diperkirakan kutu badan adalah kutu kepala yang turun kebawah.
Kutu badan yang jantan berukuran 2-3 mm dan betina 2-3 mm juga,
banyak terdapat didaerah dingin, sedangkan daerah tropis kebanyakan kutu
kepala. Badan berwarna kelabu, berbentuk pipih dan memanjang.
Memiliki kepala ovoid sedikit bersudut, thorax dari chitin yang segmennya
bersatu dan abdomen yang terdiri dari 9 ruas, pada kepala tampak
sepasang sederhana disebalah lateral, sepasang antenna pendek yang
terdiri dari 5 ruas dan proboscis, alat penusuk yang dapat memanjang.
Tiap ruas thorax yang telah bersatu mempunyai sepasang kaki yang kuat
yang terdiri dari 5 ruas dan berakhir sebagai 1 capit menyerupai kait yang

4
berhadapan dengan tonjolan tibia untuk berpegangan erat pada bulu
(Pratiwi, 2017).
Pediculus humanus corporis ini berukuran 30% lebih besar dari
pediculus humanus capitis dan mempunyai dua jenis kelamin yakni jantan
dan betina yang mana betina berukuran panjang 1,2-4,2 mm dan lebar
kira-kira setengah panjangnya, sedangkan yang jantan lebih kecil.
c. Kutu Pubis (Phthirus pubis)
Panjang dewasa 1,5-2 mm dan pipih, terdapat sepasang antenna,
sepasang mata facet, hastellum alat mulut, tgorax terdiri atas (protothorax,
nesothorax, metathorax), kaki kuat (3 pasang), pada prothorax kutu badan
antara coxa kaki 1 dan 2 terdapat 1 pasang spirakel. Telur (nits) berwarna
putih jernih berukuran 1 mm mempunyai corona (operculum). Nimpa
berukuran 1-2 mm, mempunyai antenna hanya bersegmen 3 buah, bentuk
hampir sama dengan imago hanya alat kelamin belum sempurna.
4. Epidemiologi
a. Kutu Rambut (Pediculus humanus capitis)
Kutu kepala atau kutu rambut merupakan parasit manusia saja dan
tersebar di seluruh dunia. Tempat-tempat yang disukainya adalah rambut
pada bagian belakang kepala. Kutu rambut kepala dapat bergerak dengan
cepat dan mudah berpindah dari satu hospes ke hospes lain. Kutu rambut
ini dapat bertahan 10 hari pada suhu 5oc tanpa makan, dapat menghisap
darah untuk waktu yang lama, mati pada suhu 400c. Panas yang lembang
pada suhu 600c memusnahkan telur dalam waktu 15-30 menit. Kutu
rambut kepala mudah ditularkan melalui kontak langsung atau dengan
perantara barang-barang yang dipakai bersama-sama. Misalnya sisir, sikat
rambut, topi dan lain-lain (CDC, 2013).
Pada infeksi berat, helaian rambut akan melekat satu dengan yang
lainnya dan mengeras, dapat ditemukan banyak kutu rambut dewasa, telur
(nits) dan eksudat nanah yang berasal dari gigitan yang meradang. Infeksi
mudah terjadi dengan kontak langsung. Pencegahan dilakukan dengan
menjaga kebersihan kepala.
b. Kutu Badan (Pediculus humanus corporis)

5
Biasanya hidup di orang yang hygigne sanitasinya buruk, yang
mana terjadi kepada orang yang jarang ganti baju dan yang tidak
mempunyai akses mandi secara teratur seperti tuna wisma, pengungsi dan
orang selamat dari perang karena kondisi yang mendesak, penyebaran
pediculus humanus corponis secara tersebar secara langsung dengan
seorang yang memiliki kutu tubuh atau barang-barang seperti pakaian,
tempat tidur, seprei handuk, kutu tubuh ini dapat menularkan penyakit
seperti typus (CDC, 2013).
Tempat-tempat yang disukai kutu badan ialah pada baju (di daerah
dingin orang memakai baju rangkap lebih dari 2 dan lama tidak dicuci
karena orang jarang berkeringat), apabila hawa dingin maka ia bergerak ke
tubuh hospes, jadi biasanya kutu ini tinggal di pakaian lapis pertama, dan
dapat juga tinggal rambut dada dan ketiak. Kutu badan menggigit pada
tempat-tempat dimana pakaian melekat pada badan.
c. Kutu Pubis (Phthirus pubis)
Kutu kemaluan ini bisa ditemukan diseluruh dunia dan bisa terjadi
pada semua ras yang ada pada lapisan masyarakat. Phthirus pubis biasanya
menyebar secara langsung melalui kontak seksual dan paling sering terjadi
kepada orang dewasa, dan juga terkadang kutu kemaluan dapat menyebar
melalui kontak pribadi atau kontak dekat dengan barang orang yang
terinfeksi kutu kemaluan seperti handuk, sprei. Kutu kemaluan tidak
menyebarkan penyakit namun menyebabkan infeksi bakteri sekunder
akibat goresan pada kulit (CDC, 2013).
5. Diagnosis Kutu pada Manusia
a. Kutu Rambut (Pediculus humanus capitis)
Diagnosis dari kutu kepala dapat dengan menemukan nimpa
atau kutu dewasa pada kulit kepala atau rambut seseorang. Nimpa
hidup atau kutu dewasa sangat sulit ditemukan. Hal ini disebabkan
ukurannya yang kecil, cepat berpindah tempat, dan sering
menghindari cahaya.
Apabila nimpa atau kutu dewasa tidak ditemukan, dengan
terhadap kutu rambut dapat dipikirkan apabila menemukan telur yang

6
menempel kurang dari 1 cm dari pangkal rambut. Telur lebih mudah
untuk ditemukan, terutama di daerah leher atau belakang telingga.
Telur harus dibedakan dengan ketombe sebab telur lebih sulit
dilepaskan akibat menempel karena pekat yang dihasilkan oleh kutu
rambut
b. Kutu Badan (Pediculus humanus corporis)
Kutu badan ini di diagnosis dengan menemukan telur atau kutu
badan ini dalam jahitan pakaian atau dilihat ketika merangkat ke kulit.
Dalam hal ini perlu akan kaca pembesar untuk melihat telur kutu
tersebut.
c. Kutu Pubis (Phthirus pubis)
Penyakit Kutu Kelamin dapat diperoleh melalui kontak fisik
dekat dengan orang yang memiliki kutu atau oleh kontak dengan
handuk baru kutu-penuh atau tempat tidur. Kutu yang tidak
bersentuhan dengan orang biasanya akan mati dalam waktu kurang
dari dua puluh empat jam. Penyakit ini cukup menular, dan orang
yang berhubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi akan
memperoleh resiko penularan kutu kemaluan lebih besar dari 90%.
Kondom tidak akan mencegah penularan kutu kemaluan. Diagnosis
ditegakkan dengan menemukan specimen kutu atau telur kutu pada
penampakan mikroskopis. Diagnosis juga ditegakkan dengan melihat
gejala-gejala klinis yang timbul (CDC, 2013).
6. Siklus Hidup Kutu pada Manusia
a. Kutu Rambut (Pediculus humanus capitis)
Lingkaran hidup kutu rambut merupakan metamorphosis tidak
lengkap, yaitu telur-nimfa-nimfa-dewasa. Telur akan menetas menjadi
nimfa dalam waktu 5-10 hari sesudah dikeluarkan oleh induk kutu
rambut. Sesudah mengalami 3 kali pergantian kulit, nimfa akan
berubah menjadi kutu rambut dewasa dalam waktu 7-14 hari. Dalam
keadaan cukup makanan kutu rambut dewasa dapat hidup 27 hari
lamanya (Ganda Husada, 1992).

7
b. Kutu Badan (Pediculus humanus corporis)
Siklus hidup dari kutu badan hampir sama dengan kutu
rambut. Hanya saja tempat hidup dari kutu ini adalah di sofa, kasur,
sprei, dan baju. Kutu ini dapat hidup tanpa darah kurang lebih selama
3 hari. Kutu ini hanya menempel pada manusia ketika dia akan
menghisap darah. Kutu ini mampu bertaan hidup kurang lebih selama
18 hari dan selama waktu tersebut kutu tubuh dapat menghasilkan
270-300 telur (CDC, 2013).
c. Kutu Pubis (Phthirus pubis)
Siklus hidup kutu kemaluan berawal dari telur dari induk
sebelumnya. Kutu kemaluan memiliki telur yang berwarna putih
dengan ukuran 0,6 – 0,8 mm. pada saat induk kutu meletakkan
telurnya, telur tersebut diletakkan pada rambut atau serabut-serabut
pakaian. Telur-telur ini akan menempel dengan erat pada rambut atau
serabut pakaian, sehingga tidak mudah jatuh atau terlepas. Telur-telur
ini dapat bertahan pada rambut atau pakaian selama berbulan-bulan.
Untuk waktu menetasnya, telur-telur ini dapat menetas dalam waktu
5-11 hari dengan rentang suhu 21-36°c. embrio dalam telur yang
keluar nantinya disebut nimfa.
7. Pencegahan Kutu pada Manusia
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat mencegah penyebaran
penularan kutu pada manusia :
a. Kutu Rambut (Pediculus humanus capitis)
1) Menghindari adanya kontak langsung.
2) Tidak menggunakan pakaian seperti topi, scarf, jaket, kerudung,
kostum olahraga, ikat rambut secara bersamaan.
3) Tidak menggunakan sisir, sikat, handuk secara bersamaan.
b. Kutu Badan (Pediculus humanus corporis)
1) Selalu menjaga kebersihan tubuh dengan mandi secara teratur dan
mengganti pakaian dengan pakaian bersih minimal seminggu sekali
dan mencuci pakaian yang terinfeksi minimal seminggu sekali.

8
2) Cuci pakaian dan sprei yang terkontaminasi dengan air panas
(minimal 54°C) dan dikeringkan dengan suhu tinggi. Pakaian dan
barang lain yang tidak dapat dicuci di dry-cleaned atau dibungkus
dengan plastic dan disimpan selama 2 minggu.
c. Kutu Pubis (Phthirus pubis)
1) Semua kontak seksual dari orang yang terinfeksi harus diperiksa.
2) Semua orang terinfeksi harus dirawat.
3) Pakaian atau barang yang digunakan oleh orang yang terinfeksi
direndam dalan air panas dengan suhu 130°F. pakaian atau barang
yang tidak bisa dicuci dimasukkan dalam kantong plastic dan
disimpan selama 2 minggu.
4) Orang yang memiliki kutu pubis harus diperiksa dan diobati untuk
setiap penyakit menular seksual lainnya (PMS) yang mungkin ada.
B. Hemiptera
1. Pengertian Kutu Busuk
Kutu busuk adalah salah satu dari serangga yang termasuk dalam
Ordo Hemiptera yakni salah satu jenis serangga yang mengalami
metamorphose tidak sempurna, serta tidak mempunyai sayap. Umumnya
binatang ini hidup dari mengisap darah korbannya, yakni manusia ataupun
hewan. Sampai saat ini belum dapat dibuktikan apakah Cimex sp juga
merupakan vektor penyakit bagi manusia. Hanya saja dari sudut kesehatan
lingkungan, Cimex sp ini perlu diawasi, karena sering tidak
menyenangkan, selain karena gigitannya mendatangkan gatal, juga karena
baunya tidak enak. Cimex sp adalah insecta penghisap darah yang
menyerang manusia. Ada dua jenis spesies, yaitu: C. lectularius yang
tersebar diseluruh dunia bagian tropis dan subtropics, dan C. hemipterus
yang terdapat didunia belahan timur.(Azwar,A., 1983).

2. Klasifikasi
a. Cimex Hemipterus
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta

9
Ordo : Hemiptera
Sub Ordo : Heteroptera
Famili : Cimicidae
Superfamili : Cimicoidea
Genus : Cimex
Spesies : Cimex Hemipterus
b. Cimex Lectularius
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Sub Ordo : Heteroptera
Famili : Cimicidae
Superfamili : Cimicoidea
Genus : Cimex
Spesies : Cimex Lectularius
3. Morfologi Cimex Sp (Kutu Busuk)
Spesies cimex dibagai menjadi dua berdasarkan habitatnya
diantaranya (Natadisatra, 2005) :
a. Spesies Cimex lectularius (Common bed bugs). Banyak terdapat di
negeri dengan empat iklim.
b. Spesies Cimex hemipterus (Oriental bed bugs). Banyak terdapat di
daerah tropis.
Kutu busuk memiliki bentuk kepala pendek, lebar dan bagian
ujung meruncing, serta mata majemuk yang menonjol. Antena terdiri atas
empat segmen, segmen pertama lebih pendek dari segmen lain, segmen
ketiga dan keempat lebih ramping dan transparan dibanding dua segmen
lainnya. Keempat segmen antena ditutupi rambut-rambut halus. Bagian
mulut terletak di bagian sisi ventral kepala digunakan untuk menusuk dan
mengisap. Bentuknya seperti paruh dan terdiri atas dua pasang stilet, yaitu
mandibula stilet yang digunakan untuk merobek kulit inang dan maksila
stilet kemudian masuk menembus luka bekas tusukan untuk mengisap

10
darah. Bagian toraks terdiri atas tiga segmen protoraks, mesotoraks dan
metatoraks. Sayap mengalami rudimenter (Khan dan Rahman 2012).
Kutu busuk memiliki bentuk tubuh oval dan pipih dorsoventral.
Kutu busuk dewasa berukuran 6-7 mm, berwarna kuning pucat atau coklat.
Namun setelah kenyang darah warna tubuh kutu busuk akan berubah
menjadi coklat kemerahan. Bentuk kutu busuk dewasa jantan dapat
dibedakan dari betina yaitu ujung abdomen yang lebih runcing dibanding
betina dan memiliki bagian aedeagus yang melengkung (Harlan 2008).
4. Epidemiologi
Kutu busuk biasanya ditemukan dalam jumlah besar dan hidup
berkelompok. Kutu busuk hidup di tempat-tempat yang memungkinkan
mudah memperoleh inang misalnya lingkungan dalam rumah sebagai
tempat tinggal manusia. Kutu busuk menyukai tempat-tempat yang gelap
dan tersembunyi, misalnya di dalam celah atau retakan dinding, furnitur
(kursi, ranjang tempat tidur), di belakang kertas dinding, kasur, panel kayu
atau di bawah karpet. Kutu busuk aktif pada malam hari (nocturnal),
namun saat lapar di siang hari kutu busuk juga bisa muncul dan mendekati
inangnya (Usinger 1966).
5. Diagnosis Kutu Busuk
Gigitan Cimex sp akan menimbulkan bekas yang berwarna merah
dan terasa gatal didaerah tersebut. Pada anak-anak yang peka, dapat terjadi
urtikaria yang sistemik dan bahkan pada beberapa orang diantaranya dapat
terjadi asthma. Keadaan ini terjadi akibat alergi terhadap air ludah yang
dikeluarkannya sebelum ia menghisap darah. Cimex sp tidak menularkan
penyakit. Di laboratorium menularkan Coxiella burnettii, Pasteurella
pestis, Leishmania donovani dan Trypanosoma cruzi. (Soedarto, 1992).
6. Siklus Hidup
Siklus hidupnya adalah metamorphose tidak lengkap yang terdiri
dari telur-nimfa–dewasa. Untuk menjadi dewasa, dari stadium telur
dibutuhkan waktu lebih kurang satu minggu dengan mengalami 5 sampai 6
kali pergantian kulit. Tanpa makan, dimusim dingin ia mampu bertahan
hidup selama lebih dari satu tahun. (Soedarto, 1992).

11
Kutu busuk memiliki tiga tahapan dalam siklus hidupnya yaitu
telur, lima instar nimfa dan dewasa. Setelah mengisap darah biasanya kutu
busuk akan bersembunyi di celah-celah kursi, kasur atau dinding selama
beberapa hari, kemudian bertelur. Seekor betina dewasa mampu
memproduksi satu sampai lima butir telur setiap hari dan kurang lebih
menghasilkan 150-200 butir telur selama hidupnya. Telur berwarna putih
krem akan menetas menjadi nimfa dalam waktu enam sampai sepuluh hari
pada suhu 23-25˚C (WHO 1982).
Nimfa pertama akan berganti kulit menjadi nimfa kedua, tiga dan
demikian seterusnya sampai nimfa instar terakhir. Setiap nimfa biasanya
akan kenyang darah terlebih dahulu sebelum melakukan pergantian kulit.
Instar nimfa pertama sampai instar keempat membutuhkan waktu selama
tiga sampai empat hari setiap pergantian instar, sedangkan nimfa instar
kelima butuh waktu empat sampai lima hari untuk menjadi dewasa (How
dan Lee 2010).
Laju perkembangan dari tahapan siklus dan lama hidup (longevity)
kutu busuk sangat bergantung kepada suhu dan ketersediaan makanan.
Pada suhu kamar 18-20˚C kutu busuk dapat hidup sekitar sembilan bulan
sampai dengan 1.5 tahun dan dapat bertahan hidup tanpa makan selama
empat sampai lima bulan. Kutu busuk sangat rentan terhadap kelembaban
yang tinggi dan suhu di atas 44-45˚C. Oleh karena itu, banyak orang
memberantas kutu busuk ini dengan menyiram air panas atau dengan
menggunakan uap panas (WHO 1982).
7. Pencegahan Kutu Busuk
Pengendalian kutu busuk pada umumnya dilakukan secara fisik
atau mekanik. Perpindahan kutu busuk dari satu tempat ke tempat lainnya,
baik pada stadium pra dewasa atau dewasa yang dapat terjadi melalui
pakaian, koper dan tempat tidur. Perpindahan ini mudah terjadi tanpa
diketahui sehingga infestasi kutu busuk menjadi masalah yang meluas.
Pengendalian fisik yang dapat 5 dilakukan dengan menghilangkan tempat
persembunyian kutu busuk seperti mengeringkan atau menjemur dan

12
membersihkan kasur, bantal, guling atau sofa yang terinfestasi kutu busuk
(Pinto et al. 2007).
Pengendalian kimiawi adalah dengan penggunaan insektisida.
Insektisida adalah senyawa kimia yang digunakan pada pengendalian
serangga hama. Insektisida kimia terdiri dari empat golongan yaitu
organoklorin, organofosfat, karbamat dan piretroid sintetik. Penggunaan
insektisida piretroid semakin meningkat setelah insektisida golongan
organofosfat dan organoklorin resisten dalam beberapa tahun terakhir
(WHO 2006).

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kutu merupakan
hewan parasit, hewan pengganggu dan perusak. Selama masih dalam keadaan
hidup mereka masih dalam keadaan mengganggu, kebiasaan mereka hanya
menghisap darah. Kutu yang termasuk kedalam Ordo Anoplura yaitu
Pediculus humanus capitis (kutu kepala), Pediculus humanus corporis (kutu
badan dan kutu pakaian), dan Pthirus pubis (kutu pubis/kutu kemaluan). Kutu
adalah serangga parasit yang dapat ditemukan di kepala orang, dan tubuh
termasuk daerah kemaluan. Penyakit yang disebabkan oleh kutu adalah
hepatitis, pediculosis dan pthiriasis. Penularan paling sering dilakukan dengan
contack person to person. Anjing, kucing dan hewan peliharaan lainnya tidak
berperan dalam penularan kutu manusia. Kutu bergerak dengan merangkak,
mereka tidak bisa melompat ataupun terbang. Pediculus humanus capitis (kutu
kepala) beerada dikepala dan leher dan meletakkan telurnya di dasar batang
rambut. Pediculus humanus corporis hidup dan bertelur pada pakaian dan
hanya pindah ke kulit untuk makan. Pthirus pubis (kutu kemaluan) biasanya
ditemukan menempel pada rambut didaerah kemaluan tetapi kadang-kadang
ditemukan pada rambut kasar ditempat lain pada tubuh(misalnya alis, bulu
mata, jenggot, kumis, dada,dll).
Ordo Hemiptera, terdapat dua spesies Bed Bugs yang sering menginfestasi
manusia yaitu Cimex lectularius dan Cimex hempterus. Morfologi : tubuh bed
bug berbentuk oval, dorso-ventral, berwarna kuning pucat ketika belum
makan, namun setelah makan darah akan berwarna coklat kemerahan. Panjang
rata-rata dan lebar bed bug dewasa adalah 5,5 dan 2,5 mm masing-masing.,
panjang dapat mencapai hingga delapan millimeter. Kepala pendek, memiliki
sepasang mata majemuk yang menonjol, terdapat sepasang antena yang terdiri
dari empat segment. Segmen pertama lebih pendek dari segmen yang lain,
segmen 3 dan 4 lebih ramping dan transparan dari dua segmen pertama. Bed
bugs mempunyai mulut tipe menusuk dan menghisap.

14
B. Saran
Sebaiknya kepada para pembaca memahami isi makalah ini, sehingga
para pembaca dapat mengeerti isi dari makalah ini, tetapi tidak hanya
mengerti aka nisi makalah ini tetapi para pembaca juga bisa melakukan
kegiatan promotif dan preventif.

15
DAFTAR PUSTAKA

Azrul, Anwar, 1983, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara, Jakarta.


CDC, 2013, Parasites-Lice-Body Lice.
https://www.cdc.gov/parasites/lice/body/index.html. Dipetik 29 Mei 2018,
Yogyakarta.
CDC, 2013, Parasites-Lice-Pubic
Lice.https://www.cdc.gov/parasites/lice/pubic/biology.html. Dipetik 29
Mei 2018, Yogyakarta.
CDC, 2013, Parasites-Lice-Head Lice.
https://www.cdc.gov/parasites/lice/head/epi.html. Dipetik 29 Mei 2018,
Yogyakarta.
Harlan HJ, Faulde MK, Baumann GJ, 2008. Bedbugs. Public Health Significance
of Urban Pest. Denmark
Khan HR, Rahman MDM, 2012, Morphology and biology of the bedbug Cimex
hemipterus (Hemiptera: Cimicidae) in the laboratory. Dhaka Univ J Biol
Sci. 21(2):125-130.
Natadisatra, Djaenudin, 2005, Parasitologi Kedokteran dituju dari orang tubuh
yang di serang, EGC, Jakarta.
Pinto LJ, Cooper R, Kraft SK, 2007, Bed Bug Handbook : The complete guide to
bed bugs and their control. Mechanicsville Maryland (MD) : Pinto and
Associates Inc.
Pratiwi N.A, Budi.S., Nuoini Fitri, 2017, Gambaran Kejadian Penyakit
Pedikulosis Kapitis pada Pondok Pesantren X Daerah Genuk Semarang.
Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang.
Soedarto, 1992, Entamologi Kedokteran, EGC, Jakarta.
Usinger RL. 1966. Monograph of Cimicidae (Hemiptera-Heteroptera). Thomas
Say Foundation Volume VII. Entomological Society of America. College
Park Maryland. USA.

16
[WHO]. World Health Organization. 1982. Bed bugs. (unpublished document
WHO/VBC/82.857). p 1-9.
[WHO]. World Health Organization. 2006. Pesticides and their application. For
the control of vector and pests of public health importance. WHO
Pesticides Evaluation Scheme (WHOPES). Geneva (CH): WHO press. P
9-36.

17

Anda mungkin juga menyukai