Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BIOEKOLOGI KECOA (Ordo : Blattodea)

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Penyakit Tular Vektor dan Reservoir
Dosen Pengampu : dr. Ari Udiyono, M.Kes, FIAS

Disusun oleh Kelompok 3 :

Airin Nur Hidayah NIM 25000118183004


Nicholas Avorandi K NIM 25010116140183
Suhartati NIM 25000118183014

PEMINATAN ENTOMOLOGI KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018

i
DAFTAR ISI

Cover…………………………………………………………………………...... i
Daftar Isi………………………………………………………………………….. ii
Daftar Gambar…………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………. 1
B. Tujuan………………………………………………………………… 2
C. Manfaat…………………………………..……………………………3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Kecoa…………………………….......................……… 4
B. Anatomi Kecoa...……....................................……………………. 5
C. Siklus Hidup Kecoa…………………………………………………. 8
D. Tempat Perindukan Kecoa........……......…………………………. 12
E. Peranan Kecoa bagi Kesehatan..........………………………….... 13
BAB PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………...…………………………… 17
B. Saran…………………………………….....………………………. 17
Daftar Pustaka

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis-jenis kecoa ……………………………………………....... 4


Gambar 2.2 Penampakan Ventral Kecoa …………………………………... 5
Gambar 2.3 Penampakan Ventral Kecoa …………………………….......... 5
Gambar 2.4 Bentuk Mulut Kecoa……………………………………….......... 6
Gambar 2.5 Bagian-Bagian kaki Kecoa……………………………….......... 7
Gambar 2.6 Posterior Abdomen Segment ………………………….......... 8
Gambar 2.7 Siklus Hidup Kecoa……………………………………….......... 9
Gambar 2.8 Telur Kecoa Menetas…………………………………….......... 10
Gambar 2.9 Nimfa Blattela germanica ……………………………….......... 10
Gambar 2.10 Kecoa Blattela germanica Dewasa …………………….......... 1

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia kesehatan masyarakat merupakan masalah utama, hal
ini dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai
kelembaban dan suhu yang berpengaruh bagi penularan parasit. Oleh
karena itu penyakit yang disebabkan oleh parasit banyak dijumpai,
penularannya dapat melalui kontak langsung atau tidak langsung bisa
1
melalui makanan, air, hewan vertebrata maupun vektor Arthropoda.
Vektor merupakan Arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan
atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. Vektor penyakit
merupakan Arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga
dikenal sebagai Arthropoda borne diseases atau sering juga disebut
sebagai Vector borne diseases yang merupakan penyakit yang penting
dan sering kali bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan
bahaya bagi kesehatan sampai kematian.2
Indonesia terdapat berbagai macam jenis vektor yaitu, nyamuk, lalat,
kecoa dan sebagainya. Kecoa sangat dekat kehidupannya dengan
manusia, menyukai bangunan yang hangat, lembab, dan yang banyak
terdapat makanan. Kecoa merupakan serangga yang hidup di dalam
rumah, gedung, kantor, rumah sakit, hotel, restoran, perpustakaan, di
tempat sampah, saluran-saluran air kotor, dan umumnya kehidupan
kecoa berkelompok, memiliki kemampuan terbang, menghindari cahaya,
oleh karena itu pada siang hari kecoa bersembunyi di tempat gelap, dan aktif
bergerak pada malam hari. Serangga kecoa sudah ada dipermukaan bumi
sejak 300 juta tahun silam. Diperkirakan jumlah kecoa yang ada
dipermukaan bumi saat ini mencapai 5.000 species, termasuk
diantaranya species kecoa raksasa yang ditemukan di hutan belantara
Kalimantan Timur tahun 2004. Jenis kecoa raksasa dikategorikan
terbesar di dunia, memiliki ukuran tubuh mencapai -10 cm. 3

1
Beberapa species kecoa yang hidup dan sering ditemukan di
permukiman adalah Periplaneta Americana (kecoa Amerika), Blattaria
orientalis L, Blatella germanica, dan Suppella longipalpa. Kecoa
dikatakan sebagai serangga pengganggu dan merupakan hama pemukiman
karena habitat hidupnya ditempat yang kotor, dan dalam keadaan
terganggu mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap. 4
Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan
penyakit, diantarnya. Pertama, kecoa sebagai vektor mekanik bagi
beberapa mikroorganisme pathogen yaitu dapat memindahkan
Streptococcus, Salmonella, sehingga kecoa menjadi penyebab
penyebaran penyakit disentri, diare, cholera, virus hepatitis A, dan polio,
sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing, menyebabkan
timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal dan
pembengkakan kelopak mata.5
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengendalikan kecoa, seperti
menjaga sanitasi, secara biologis, mekanik, atau kimiawi. Cara yang umum
dilakukan oleh masyarakat adalah dengan penyemprotan dan pengasapan
menggunakan insektisida sintetik karena dinilai lebih praktis. Meskipun
demikian, asap yang mengandung insektisida ini akan menyebar keseluruh
ruangan sehingga dapat meracuni penghui rumah dan meninggalkan residu
yang berbahaya bagi manusia.6
Berdasarkan kebiasaan kecoa dan peranannya dalam penularan penyakit
maka pengendalian kecoak penting untuk kesehatan masyarakat. Upaya
pengendalian perlu dilakukan untuk menekan jumlah populasi kecoa.
Dengan semakin bertambahnya populasi kecoa, banyak cara yang telah
dilakukan untuk mengendalikannya. Dalam menentukan jenis pengendalian
yang tepat diperlukan pengetahuan mengenai bioekologi kecoa. Sehingga
perlu informasi yang lengkap dan detail mengenai bioekologi kecoa.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan penyusunan maklaah ini adalah untuk mengetahui
bioekologi kecoa.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Klasifikasi dan Morfologi kecoa
b. Untuk mengetahui anatomi kecoa
c. Untuk mengetahui siklus hidup kecoa
d. Untuk mengetahui tempat hidup kecoa
e. Untuk mengetahui peran kecoa pada kesehatan

C. Manfaat
Dapat mengetahui bioekologi kecoa secara detail untuk menentukan
bentuk pengendalian yang tepat.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Kecoa
Taksonomi kecoa, adalah sebagai berikut: 7
Kingdom : Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insekta
Ordo: Blattodea
Famili: Blattidae
Subfamili: Blattinae
Genus : Periplaneta
Spesies: Periplaneta americana, Blatella germanica,
Periplaneta australasiae,
Periplaneta brunnea, Neostylopyga
rhombifolia,Nauphoetacinerea, symplocesp,
dan Blatella oriental
Di dunia terdapat kurang lebih 3.500 species kecoa, 4 (empat) spesies
diantaranya umumnya terdapat di dalam rumah yaitu Periplaneta americana
(American Cockroach), Blattela germanica (German Cockroach), Blatta
orientalis (Oriental Cockroach), dan Supella langipalpa (Brown Banded
Cockroach). 5

Gambar 2.1 Jenis-jenis kecoa


Sumber: https://pestmanagementtechnology.net/kecoa/

4
B. Anatomi Kecoa
Terdiri atas segmen kepala, dada & perut. Kepala tersembunyi di
bawah pronotum. Pronotum dan sayap licin, terlihat keras, tidak berambut &
berduri, berwarna coklat sampai coklat tua. Pada bagian kepala terdapat
sepasang mata majemuk dan satu mata tunggal, sepasang antena /alat
peraba, dan tiga pasang kaki dan tiga pasang alat mulut.5

Gambar 2.2 Penampakan Ventral Kecoa


Sumber: https://biology4isc.weebly.com/morphology-and-anatomy-of-
cockroach.html

Gambar 2.3 Penampakan Dorsal Kecoa


Sumber : https://ubisafe.org/9/cockroach-drawing.html

5
Ukuran tubuhnya antara 30-40 mm, warnanya merah /kuning
kecoklatan, pada kecoa jantan sayap lebih panjang dibandingkan tubuhnya
dan pada betina sayap menutupi bagian abdomennya.
Punya 2 sayap yang depan mirip kulit, lentur dengan venasi yang
jelas, sayap belakang seperti selaput menutupi abdomen antero lateral
sayap atas nampak jelas. Sayapnya lebar dan kokoh pada pasangan sayap
yang kedua sedangkan pasangan sayap pertama berfungsi sebagai
pelindung sayap (tegmina). Tagmia ini lebih kaku dan kuat dan dapat
melindungi tubuhnya dari kekeringan. 8
Secara ventral, mulut terletak di bagian kepala yang tetap dikelilingi
oleh bagian mulut yang terdiri dari sepasang mandibula, rahang atas
pertama, labium atau leburan maksila kedua, hipofaring dan labrum. Bagian
mulut kecoa membantu 'menggigit dan mengunyah' makanannya. 9

Gambar 2.4 Bentuk Mulut Kecoa


Sumber: https://biology4isc.weebly.com/morphology-and-anatomy-of-
cockroach.html

Pada bagia torak kecoa menempel tiga pasang kaki. Masing-masing


dari tiga pasang kaki diberi nama sesuai dengan wilayah toraks yang
dilekatkan. Kaki prothoracic paling dekat dengan kepala kecoa. Ini adalah
kaki terpendek dan mereka bertindak seperti rem ketika berjalan. Kaki
tengah adalah kaki mesothoracic. Kaki ini bergerak maju mundur untuk
mempercepat atau memperlambatnya. Kaki metathoracic yang sangat

6
panjang adalah kaki belakang kecoa, dan mereka memindahkan kecoa ke
depan.
Ketiga pasang kaki ini, secara substansial berbeda dalam panjang
dan fungsi, tetapi mereka memiliki bagian yang sama dan bergerak dengan
cara yang sama. Bagian atas kaki, yang disebut coxa, menempel kaki ke
toraks. Bagian-bagian lain dari kaki mendekati bagian kaki manusia,
Trochanter bertindak seperti lutut dan memudahkan kecoa menekuk
kakinya. Tulang paha dan tibia menyerupai paha dan tulang kering. Tarsus
tersegmentasi bertindak seperti pergelangan kaki dan kaki. Kait pada tarsus
membantu kecoa memanjat dinding dan berjalan terbalik di langit-langit.9

Gambar 2.5 Bagian- bagian Kaki Kecoa


Sumber: https://animals.howstuffworks.com/insects/cockroach1.htm

Badan atau perut kecoa merupakan bangunan dan sistem reproduksi,


kecoa akan mengandung telur-telurnya sampai telur-telurnya siap untuk
menetas. Dari ujung abdomen terdapat sepasang cerci yang berperan
sebagai alat indra. Cerci berhubungan langsung dengan kaki melalui
ganglia saraf abdomen (otak sekunder) yang paling penting dalam
adaptasi pertahanan. Apabila kecoa merasakan adanya gangguan pada
cerci maka kakinya akan bergerak lari sebelum otak menerima tanda atau
sinyal. Gambar berikut menunjukkan segmen perut posterior dari kecoa (a)

7
Penampakan dorsal jantan (b) Penampakan ventral jantan (c) Penampakan
dorsal betina (d) Penampakan ventral betina perempuan.9

Gambar 2.6 Posterior Abdomen Segment


Sumber: https://biology4isc.weebly.com/morphology-and-anatomy-of-
cockroach.html

C. Siklus Hidup Kecoa


Kecoa adalah serangga dengan metamorfosa tidak lengkap, hanya
melalui tiga tadia (tingkatan), yaitu stadium telur, stadium nimfa dan
stadium dewasa yang dapat dibedakan jenis jantan dan betinanya. Nimfa
biasanya menyerupai yang dewasa, kecuali ukurannya, sedangkan sayap
dan alat genitalnya dalam taraf perkembangan. 10

8
Gambar 2.7 Siklus Hidup Kecoa
Sumber : http://www.dearyoti.com/daur-hidup-hewan/

1. Telur
Betina meletakan tidak satu persatu di alam akan tetapi
sekumpulan telur (16 – 50 butir)secara teratur didalam satu kantung yang
disebut dengan ooteka. Ooteka ini bentuknya seperti dompet, warnanya
coklat sampai hitam kecoklatan. Ooteka pada setiap jenis berbeda dan
bisa digunakan sebagai alat bantu dalam menentukan spesies apa dalam
suatu tempat. Ooteka ini diletakkan pada sudut barang/perabotan rumah
tangga yang gelap dan lembab. Pada beberapa jenis, ootheca menempel
pada bagian abdomen atau dibawa kemana – mana sampai saatnya
menetas. Didaerah teropis telur menetas dalam periode 42 – 81 hari
tergantung pada suhu, kelembaban lingkungan.
Telur atau ooteka dapat dilihat menonjol dari ujung posterior
(ruang genital) dari betina. Nimfa akan menetas dari ooteka yang
sementara dibawa oleh betina. Telur berukuran kecil, coklat, berbentuk
kapsul dengan ukuran sekitar 8 mm, 3 mm tinggi, dan 2 mm lebar. Setiap
ooteka berisi sekitar 15 butir telur.11 kecoa merupakan serangga yang
memiliki daya reproduksi tinggi yaitu menghasilkan telur30.000-
40.000/tahun dan siklus hidupnya singkat.14

9
Gambar 2.8 Telur Kecoa Menetas
Sumber : http://johor.chinapress.com.my

2. Nimfa (kecoa muda)


Bentuk nimfa mirip bentuk dewasa, namun tidak mempunyai
sayap dan organ seksualnya belum berkembang.. Nimfa muda berwarna
coklat keabu-abuan dan setiap menyilih menjadi instar berikutnya,
warnanya akan berubah menjadi coklat kegelapan. Waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan stadium nimfa bervariasi dari 5-15 bulan.
11

Gambar 2.9 Nimfa Blattela germanica


Sumber : http://www.macrogamta.lt/lt/blattodea-tarakonai
Tahap nimfa dimulai dengan telur menetas dan berakhir dengan
menjadi dewasa. Nimfa berwarna coklat gelap untuk berwarna hitam.
Nimfa tidak memiliki sayap. Jumlah pergantian kulit diperlukan untuk

10
mencapai dewasa dengan tahap bervariasi, namun jumlah yang paling
sering dilaporkan dari molts adalah 6 kali. Pada suhu kamar nimfa
berkembang sekitar 60 hari. Semua tahap perkembangan aktif mencari
makanan dan air.11
3. Dewasa
Kecoa dewasa berukuran panjang 10-15 mm, berwarna coklat
sampai coklat tua di warna dengan dua sersus paralel yang berbeda
berjalan panjang dari pronotum tersebut. Kecoa jantan tubuh kurus,
ramping dan memiliki stili. Segmen terminal perut terlihat, tidak tercakup
oleh tegmina (sayap luar), sedangkan pada betina tubuh besar, dan tidak
memiliki stili. Selain itu sayap jantan sedikit melebihi ujung abdomen
sedangkan sayap betina tidak. 12
Kecoa jantan lebih cepat dewasa dibandingkan kecoa betina,
karena ia mengalami pergantian kulit yang lebh sedikit selama menjadi
nimfa. Kecoa dewasa mempunyai 2 pasang sayap. Sebagian kecoa
bukanlah penerbang ulung tetapi mereka dapat berlari dengan cepat.
Baik dalam bentuk dewasa maupun dalam bentuk nimfa.12
Kecoa hidup secara berkelompok dan mencari makan di tempat
yang sama. Pada masa kawin kecoa jantan akan mengeluarkan cairan
sperma yang cukup untuk membuahi telur-telur betina selama hidup.
Setelah itu telur-telur akan dihasilkan dalam beberapa hari kemudian.

Gambar 2.10 Kecoa Blattela germanica Dewasa


Sumber : http://www.macrogamta.lt/lt/blattodea-tarakonai

11
D. Tempat Perindukan Kecoa
1. Tempat perindukan
Habitat yang disukai kecoa adalah di bawah dan di samping lemari es,
di daerah tempat sampah dan di bawah wastafel. Toilet dan dapur
merupakan tempat persembunyian yang cocok bagi kecoa dengan
adanya ketersediaan makanan.15
Kecoa menyukai tempat yang gelap dan lembab, tempat yang
dipilih sebagai tempat tinggal kecoa memiliki beberapa karakteristik :5
a. Banyak terdapat bahan organik seperti makanan, kertas, tekstil,
wool, darah, ekskreta, sputum dan bahan berlemak.
b. Lembab seperti kamar mandi, kamar WC, tempat cucian, alat dapur
dan makan-minum.
c. Gelap dan redup
Sebagian besar berkembang biak pada iklim yang dingin, Kecoa
dengan bebasnya meninggalkan bangunan ketika tropis dan keadaan
temperatur yang hangat Kecoa berpindah dari gedung ke gedung
melalui saluran – saluran air kotor, tangki septik, kakus umum dan
tempat sampah. Kecoa juga dapat dijumpai di sekitar permukiman,
restoran, rumah sakit, supermarket atau gedung-gedung tempat
terdapat bahan-bahan makanan atau minuman disimpan. Kecoa
umumnya berada di daerah dengan ketersediaan makanan atau tempat
penyimpanan makanan.15
2. Kebiasaan makan
Kecoa makan makanan yang bervariasi yang mengandung zat
tepung dan gula merupakan pilihannya. Kecoa akan menghisap susu,
menggigit keju, daging, kue kering, bulir padi, gula, coklat yang manis.
Kecoa memakan semua jenis makanan yang dikonsumsi oleh manusia,
terutama yang mengandung gula dan lemak. Seperti susu, keju, daging,
kue, biji- bijian, gula dan coklat. Mereka juga menyenangi karton,
tumpukan buku, lem katu, darah, ekskreta, dan sputum. Kecoa juga
suka memakan bahan yang bukan merupakan makanan bagi manusia,
seperti penggiran buku, bagian dalam tapak sepatu, serangga mati, kulit
mereka sendiri yang sudah mati dan usang, darah segar maupun kering,

12
kotoran badan, dahak, serta jempol dan jari kaki bayi ataupun manusia
yang sedang tidur maupun pingsan.
Pada dasarnya kecoa sangat membutuhkan nutrisi untuk
pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi. Hal inilah yang
memungkinkan adanya preferensi dalam memilih makanan. Faktor
nutrisi juga memberikan efek jangka pendek dan jangka panjang pada
perkembangan dan reproduksi kecoa. Sekalipun keperluan nutrisi
sebagian besar serangga hampir sama tetapi tipe dan proporsi nutrisi
yang optimal berbeda tergantung spesies dan tahap reproduksi. 13
3. Cara hidup
Kecoa umumnya tinggal berkelompok. Mereka beraktifitas
mencari makan pada malam hari mereka bersembunyi di dalam celah –
celah dinding, bingkai pintu, di dalam kamar mandi, lemari, selokan,
gua, mesin jahit, televisi, radio, dan elektronik lain. Hidup berkelompok
dan aktif di malam hari, mereka menghabiskan waktunya di siang hari
dengan bersembunyi di dalam celah dan retakan. Umumnya, merekan
menyukai kondisi lingkungan yang lembab dan hangat, tetapi mereka
dapat juga hidup dalam kondisi kering. Kecoa dapat menyesuaikan diri
dengan sangat cepat. 16
Dengan tubuhnya yang pipih, apabila kecoa merasa terganggu/
terancam hidupnya maka dia akan menyembunyikan tubuhnya dicelah
yang sempit. Kecoa juga dapat menggunakan cara lain untuk
melindungi dirinya dari bahaya, yaitu dengan mengeluarkan cairan
berbau busuk.
E. Peranan Kecoa bagi Kesehatan17
Kecoa dianggap sebagai pengganggu kesehatan karena
kedekatannya dengan manusia dan umumnya berkembang biak dan
mencari makanan di daerah yang kotor, seperti tempat sampah, saluran
pembuangan, dan septik tang. Makanan serangga ini dari makanan yang
masih dimakan manusia sampai dengan kotoran manusia. Disamping itu
lipas mempunyai perilaku mengeluarkan makanan yang baru dikunyah atau
memuntahkan makanan dari lambungnya. Karena sifat inilah, meraka mudah
menularkan penyakit pada manusia. Agen penyakit yang dapat ditularkan

13
oleh lipas adalah berbagai jenis virus, bakteri, protozoa, cacing dan fungi
(cendawan).
Beberapa jenis protozoa yang dapat ditularkan oleh lipas adalah
Entamoeba hystolitica, trichomona hominis, giardia intestinalis, dan
balantidium coli. Agen ini bisa menimbulkan gejala diare. Adapun bakteri
yang bersifat pathogen bagi manusia yang dapat dibawa oleh lipas
dilaporkan sekitar 40 jenis, antara lain mycobacterium leprae (penyebab
lepra), pasteurella pestis (penyebab pes), shigella dysentriae dan S.
Paradysentriae (penyebab disentri), stapylococcus aureus (penyebab abses
dan lainnya), yersina pestis (penyebab pes), juga bakteri – bakteri lainnya
seperti escherichia coli, klebsiella pneumoniae, salmonella typhimurium.
Umumnya agen penyakit tersebut merupakan penyebab diare, disentri,
kolera dan demam tifoid. Jenis – jenis cacing yang ditemukan dari lipas
adalah schistosoma haematobium, taenia saeginata, ascaris lumbricoides,
ancylostoma doudenele dan necator americanus. Lipas juga bertindak
sebagai inang antara berbagai jenis cacing seperti hymenolopis nan,
moniliformis moniliformis, gongylonema neoplasticum, spirura gastrophilla
dan oxypirura mansoni. Berbagai penyakit asal virus yang dapat ditularkan
oleh lipas adalah virus polio penyebab poliomyelitis, virus hepatitis, dan virus
coxackie. Berbagai jenis fungi yang bisa ditularkan oleh lipas adalah
aspergillus fumigatus, A. Niger,candida krusei, candida tropicalis, mucor spr,
rhizopus dan trichoderma viride.
Umumnya kecoa bertindak sebagai vektor mekanis patogen pada
manusia seperti halnya lalat. Pada beberapa kasus lipas menyebabkan
alergi pada manusia dengan efek dermatitis kulit, edema kelompok mata,
gatal dan reaksi alergi lainnya. Proses alergi ini dipicu oleh makanan yang
terkontaminasi sekresi air liur lipas, debu tinja lipas yang kering, atau kontak
langsung dengan lipas. Tinja lipas dilaporkan mengandung asam xanturenik,
asam kinurenik, dan asam 8-hidroksikuinaldik. Senyawa ini dilaporkan
bersifat mutagenik dan karsinogenik.
1. Masalah Kontaminasi Makanan
Kecoa membusukkan lingkungan mereka dengan feses,
muntahan makanan dan mereka mencemari bahan dengan bau khas
mereka. Suatu tempat hidup mungkin penuh berisi fragmen exoskeletons

14
mereka dan kotoran kecoa. Kecoa juga mencemari makanan langsung
ketika mereka bergerak dari kotoran ke makanan tanpa pandang bulu.
Oleh karena itu kecoa berfungsi sebagai transmisi/ vector penyebaran
penyakit, yang dapat menyebabkan keracunan makanan serta infeksi
luka.
2. Efek Negatif Keberadaan Kecoa
The National Association Pest Management (NAPM)
memperingatkan bahwa kecoa dapat memicu reaksi alergi dan serangan
asma, selain bahaya kesehatan serius lainnya. Air liur, kotoran dan tubuh
kecoa memusuk mengandung protein allergen dan meningkatkan
keparahan gejala asma, terutama kepada anak – anak. Mereka juga
berfungsi sebagai vector penyebaran organisme penyakit seperti bakteri
yang menyebabkan keracunan makanan. Kecoa dikenal mampu
menyebarkan 33 jenis bakteri, 6 cacing parasite dan setidaknya 7 jenis
pathogen lain pada manusia.
3. Dampak Terhadap Kesehatan
Penyakit yang disebabkan oleh kecoa :
a. Tifus
Tifus atau typhoid fever adalah suatu penyakit infeksi bakterial
akut yang disebabkanoleh kuman Salmonella typhi. Di Indonesia
penderita tifus atau disebut juga demam tifoid cukup banyak, nyaris
tersebar di mana-mana, ditemukan hampir sepanjang tahun, dan
paling sering diderita oleh anak berumur 5 sampai 9 tahun. Penyakit
ini dihantarkan oleh kecoa melalui makanan yang dihinggapinya,
buruknya lingkungan dan kurangnya rasa peduli akan
kebersihan akan membuat penyakit ini sulit untuk di deteksi.
b. Asma
Asma adalah penyakit yang sering terjadi di pemukiman padat
penduduk, pada mulanya Asma diyakini akibat dari kurangnya
kesehatan Lingkungan, seperti banyak menghirup asap, debu atau
udara Kotor lainnya. Pabrik adalah penyumbang sebab musabab
asma terjadi selain kendaraan bermotor. Tetapi setelah sebuah
Universitas Di Amerika meneliti secara akurat dalam waktu yang
lama, bukan itu penyebab utama asma. Ternyata penyebab dari

15
Asma adalah Kecoa, zat yang terkandung dalam anak-anak atau
pengidap Asma adalah protein yang sama seperti pada kecoa.
Umumnya kecoa mengeluarkan protein di sembarang tempat
termasuk lantai,bantal atau kasur, dari ceceran protein itu terhirup
olaeh manusia atau anak-anak yang pada akhirnya menimbulkan
penyakit asma.
c. Kolera
Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus
bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini
masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman
yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin
(racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea)
disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam
waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan
dehidrasi. Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar
melalui feaces (kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung
bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya maka orang
lain yang terjadi kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit
kolera itu juga.
d. Demam typhoid
Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri, yang disebabkan
oleh Salmonella typhi . Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh tinja atau urin
orang yang terinfeksi. Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh
bakteri golongan Salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui
saluran pencernaan. Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia
yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit,baik
ketika ia sedang sakit atau sedang dalam masa penyembuhan.Pada
masa penyembuhan, penderita masih mengandung Salmonella spp
didalam kandung empedu atau di dalam ginjal.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kecoa termasuk dalam filum arthropoda kelas insekta ordo blattodea
famili blattidae genus periplaneta, dengan beberapa spesies Periplaneta
americana, Blatella germanica, Periplaneta australasiae,Periplaneta
brunnea, Neostylopyg rhombifolia,Nauphoetacinerea, symplocesp, dan
Blatella oriental.
2. Secara anatomi kecoa terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, torak,
dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk
dan satu mata tunggal, sepasang antena, dan tiga pasang alat mulut.
Pada bagia torak menempel tiga pasang kaki. Badan atau perut kecoa
merupakan bangunan dan sistem reproduksi, dari ujung abdomen
terdapat sepasang cerci yang berperan sebagai alat indra.
3. Kecoa adalah serangga dengan metamorfosa tidak lengkap, hanya
melalui tiga tadia (tingkatan), yaitu stadium telur, stadium nimfa dan
stadium dewasa.
4. Kecoa umumnya berada di daerah dengan ketersediaan makanan atau
tempat penyimpanan makanan, banyak terdapat bahan organik seperti
makanan, kertas, tekstil, wool, darah, ekskreta, sputum dan bahan
berlemak, tempat lembab seperti kamar mandi, kamar WC, tempat
cucian, alat dapur dan makan-minum sertab tempat gelap dan redup.
5. Kecoa berperan dalam menularkan penyakit pada manusia. Agen
penyakit yang dapat ditularkan oleh kecoa adalah berbagai jenis virus,
bakteri, protozoa, cacing dan fungi (cendawan). Beberapa penyakit yang
ditularkan oleh kecoa antara lain, asma, tipus, kolera, dan demam
typoid.
B. Saran
Untuk menghindari berbagai penyakit yang diakibatkan olek kecoa,
perlu dilakukan pengendalian dengan menjaga sanitasi di tempat yang
potensial berkembangbiak kecoa, seperti memodifikasi interior
lingkungan, mengeluarkan atau membuang sisa bahan makanan, dan
menghindari kelembaban pada ruangan.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Rokhmah. 2016. Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata L)


Sebagai Biopestisida Pengendali Kecoa Amerika (Periplaneta Americana
(L)) (Blattaria:Blattidae) Di Pemukiman. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Pasundan

2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 Tentang


Pengendalian Vektor

3. Prasetyowati dan Hendri .2007. Kecoa, Serangga Purba Penebar


Penyakit. Bandung: Pikiran Rakyat

4. Borror, D.J., Triplehorn, C.A., and Johnson, N.F. 1992. Pengenalan


Pelajaran Serangga. Edisi Keenam. Diterjemahkan oleh: Partosoedjono,
S. dan Brotowidjoyo, M.D. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

5. Departemen Kesehatan RI. 2012. Pengendalian Kecoa. Diakses dari


http://www.depkes.go.id

6. Environmental Health Watch, 2005. Factsheet Cockroach control guide.


Diakses dari http://www.ehw.org/Astma/ ASTH_cockroach-control.html

7. Soedarto. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Sagung Seto, 2011

8. Bell, William. 2007. Cockroaches. Baltimore : The John Hopkins


University Press. Diakses dari https://www.researchgate.net/

9. Morphology And Anatomy Of Cockroach. 2018. Diakses dari


https://biology4isc.weebly.com/morphology-and-anatomy-of-
cockroach.html

10. Hana, H. 2012. Perilaku dan Lokomosi Kecoa Periplaneta American.


Laporan Penelitian Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati.
Bandung

11. Sigit, Singgih H., dan Upik Kesumawati H. Hama Permukiman Indonesia.
Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2006

12. Hadi, Mochamad, dkk. Biologi Insekta Entomologi. Yogyakarta: Graha


Ilmu, 2009

13. Arifah GF, dkk. Preferensi Kecoak Amerika Periplaneta americana (L.)
(Blattaria : Blattidae) terhadap Baiting Gel. JURNAL KESEHATAN
MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016

18
14. Rini Sekar M, dkk. Uji Efikasi Beberapa Isolat Bakteri Entomopatogen
Terhadap Kecoa (Orthoptera) Periplaneta americana (L.) DAN Blatella
germanica (L.) Dalam Skala Laboratorium. Jurnal Biologi, Volume 5 No 2,
April 2016

15. Kusumaningrum B, dkk. Hubungan Sanitasi TPM Terhadap Kepadatan


Kecoa Di Pelabuhan Pemenang KKP Kelas Ii Mataram. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal) Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018

16. William J. Bell, Louis M. Roth, and Christine A. Nalepa. Cockroaches:


Ecology, Behavior, and Natural History. The Quarterly Review of Biology.
June 2008

17. Siahaan, Parningotanna Dameria. 2013. Kecoa (Lipas/Coro).


Available from :http://www.academia.edu/9007207/KECOA

19

Anda mungkin juga menyukai